Disusun Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
2023
I. PENDAHULUAN
Kelengkeng merupakan tanaman yang sudah dikenal sekitar 2000 tahun yang lalu dan
berasal dari daerah Cina Selatan (Tamura et al., 2015). Tanaman ini menyebar hingga ke
Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Peningkatan kebutuhan ini mengakibatkan
tidak adanya keseimbangan antara permintaan (demand) dan suplai yang harus dipenuhi
oleh pasar. Dalam rangka mencukupi kebutuhan buah-buahan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu: (1) melalui peningkatan produksi atau (2) melakukan penambahan ekspor
impor. Peningkatan permintaan buah di Indonesia terus mengalami peningkatan berkisar
12 - 15% per tahun. Berdasarkan data kebutuhan buah lengkeng pada tahun 2003 telah
diimpor sebanyak 350 ton, tahun 2011 sebanyak 53,78 ribu ton dengan nilai US $62,94
juta (BPS,2011). Hal ini disebabkan karena kualitas buah kelengkeng lokal di Indonesia
kurang diminati masyarakat. Buah kelengkeng yang diminati masyarakat memiliki
karakter daging buah tebal dan berukuran besar (Pham et al., 2015).
Hadirnya kelengkeng jenis baru hasil introduksi dengan berbagai keunggulan seperti
umur yang genjah, daging buah tebal dan ukuran buah besar menjadikan kelengkeng lokal
semakin kurang diminati. Sehingga perlu adanya inovasi usaha budidaya tanaman
kelengkeng.Upaya inovasi kelengkeng tanpa biji termasuk kelengkeng jenis unggul. Kulit
buahnya agak kasar dan berwarna coklat muda. Buahnya lebih besar daripada lainnya.
Daging buahnya lebih tebal dan nglothok, aromanya lebih tajam sehingga harganya lebih
mahal. Menanggapi banyaknya permintaan konsumen akan tanaman lengkeng yang cepat
berbuah dengan diikuti keunggulan yang lainya, maka pada pemulia mewujudkannya
dengan cara memperbanyak tanaman dengan cara memaksimalkan budidaya kelengkeng.
Selain itu cara tersebut juga dapat memperbaiki kelemahan tanaman dan membuat tanaman
kelengkeng yang ada mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dari sebelumnya.
II. PEMBAHASAN
Pemasaran di lingkup sentra kuliner: Dalam lingkup sentra kuliner target konsumen
dari produk kami adalah pusat oleh-oleh.
7. Evaluasi dan Pengembangan: Terus evaluasi kinerja usaha Anda dan identifikasi area
di mana kami dapat mengembangkan atau meningkatkan operasi kami. Jaga kualitas
dan keberlanjutan produk Anda serta perhatikan umpan balik dari pelanggan.
Adapun analisis SWOT dari usaha tanaman kelengkeng tanpa biji kami ini, meliputi:
Strengths (Kekuatan):
1. Permintaan Tinggi: Buah kelengkeng tanpa biji memiliki permintaan yang tinggi di
pasaran karena kenyamanan dan kualitasnya yang lebih baik.
2. Keunggulan Produk: Kelengkeng tanpa biji memiliki keunggulan dibandingkan dengan
kelengkeng biasa, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi konsumen.
3. Kualitas Produk yang Baik: Jika Anda dapat menyediakan kelengkeng tanpa biji
dengan kualitas yang baik, Anda dapat membangun reputasi sebagai produsen buah
yang handal.
Weaknesses (Kelemahan):
Opportunities (Peluang):
1. Permintaan Pasar yang Berkembang: Permintaan akan buah-buahan sehat dan alami
terus meningkat. Kelengkeng tanpa biji dapat memanfaatkan peluang ini dengan
menyediakan produk yang diinginkan oleh konsumen.
2. Potensi Ekspor: Jika Anda dapat menghasilkan kelengkeng tanpa biji yang berkualitas
tinggi, ada peluang untuk memasarkan produk Anda ke pasar ekspor, yang dapat
membuka peluang bisnis yang lebih luas.
Threats (Ancaman):
1. Persaingan yang Ketat: Pasar buah segar sangat kompetitif. Anda harus siap
menghadapi persaingan dengan produsen kelengkeng lainnya, termasuk mereka yang
menawarkan varietas dengan biji.
2. Fluktuasi Harga: Harga buah segar cenderung bervariasi tergantung pada musim,
keadaan pasar, dan faktor-faktor lainnya. Fluktuasi harga dapat memengaruhi margin
keuntungan Anda.
B. Teknologi Budidaya
Teknologi budidaya tanaman kelengkeng saat ini mengalami perkembangan yang segnifikan.
Adapun beberapa teknologi budidaya umum yang digunakan untuk tanaman antara lain:
Jumlah Harga
Kelengkeng Satuan Total
Kebutuhan satuan
Hasil Produksi 15.000 kg 35000 Rp 525.000.000
Total Penerimaan Rp 525.000.000
Biaya tidak tetap
a. input
Bibit 200 batang 200.000 Rp 40.000.000
Granule Bio
Organik GDM 600 kg 14.000 Rp 8.400.000
SAME
Pupuk tambahan:
GDM Black Bos 5 kg 99.000 Rp 495.000
POC GDM
Spesialis Buah- 8 botol 49.000 Rp 392.000
buahan
Booster KCLO3 200 Bungkus 28.000 Rp 5.600.000
b. Tenaga kerja
Penanaman 3 HKO 80000 Rp 240.000
Pemeliharaan 10 HKO 80000 Rp 800.000
Pengolahan dan
10 HKO 80000
pemanenan Rp 800.000
Total biaya tenaga kerja Rp 1.840.000
Total biaya tidak tetap Rp 56.727.000
Biaya tetap
Sewa lahan 1 ha tahun 20.000.000 Rp 20.000.000
linggis 10 unit 40.000 Rp 400.000
Sprayer 3 unit 135000 Rp 405.000
Alat pemotong
1 unit 1.368.000 Rp 1.368.000
rumput
Total biaya tetap Rp 22.173.000
Total biaya Rp 78.900.000
Profit Rp 446.100.000
= 22.173.000/0,9 = 24.636.666
TC
b. BEP Harga = q
78.900.000
= 15000
= Rp 5.260/kg
TC
c. BEP Produksi = p
78.900.000
= 35.000
= 2.254 kg
BEP produksi
d. BEP Luas Lahan = x 100 m2
produksi
2.254
= 15000 x 10000 m2
= 1.502,6 m2
D. Rencana Keberlanjutan Usaha
Keberlanjutan menunjukkan kapasitas untuk dipelihara pada taraf atau tingkat tertentu, dan
pembangunan yang berkelanjutan memenuhi keperluan masa kini tanpa merugikan kapasitas
generasi yang akan datang untuk memenuhi keperluan mereka sendiri. Meski begitu, kita perlu
mengeksplorasi lebih dalam untuk memahami bagaimana gagasan keberlanjutan berhubungan
dengan perkembangan bisnis.
Strategi bisnis keberlanjutan adalah dokumen yang dibuat oleh perusahaan untuk mencapai
tujuan operasional sambil memperhatikan masalah keberlanjutan lingkungan, keuangan, dan
sosial. Dengan kata lain, itu adalah strategi bisnis yang dibuat untuk mencapai tujuan perusahaan
secara berkelanjutan. Menjaga lingkungan adalah masalah global dan setiap organisasi yang
menggunakan sumber daya publik harus bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Masalah ini
sangat penting bagi pembeli yang lebih muda dan sadar lingkungan.Tidak seperti beberapa
kepercayaan yang beredar, bisnis yang menerapkan praktik yang ramah lingkungan dapat secara
bersamaan meningkatkan keuntungan. Ada ratusan perusahaan di seluruh dunia yang terus
meningkatkan pendapatannya dengan menggunakan metode keberlanjutan. Selain perusahaan
global, usaha kecil dan menengah juga dapat menghemat uang sambil menerapkan strategi
keberlanjutan. Manfaat yang dihasilkan dari meluncurkan inisiatif keberlanjutan termasuk
menumbuhkan rasa hormat, menjaga reputasi publik yang baik, dan mempromosikan pengelolaan
lingkungan yang baik.
Dalam upaya keberlanjutan usaha tanaman kelengkeng ini akan dilakukan pengoptimalan
teknik budidaya tanaman kelengkeng untuk mendapatkan hasil panen buah kelengkeng dengan
kualitas dan kuantitas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukannya pengawasan terhadap setiap
praktik budidaya yang dilakukan dan memastikan sesuai dengan GAP (Good Agricutural Practice)
tanaman kelengkeng. Selain itu, upaya keberlanjutan usaha tanaman kelengkeng tanpa biji ini
dapat dilakukan dengan memperluat pasar sampai ke luar negeri sehingga dapat menaikkan nilai
ekpor buah kelengkeng. Berikut rencana keberlanjutan usaha tanaman kelengkeng kami:
1. Pemasaran dan distribusi: menjalin kerjasama dengan distributor atau agen pemasaran
yang dapat membantu menghubungkan produk buah kelengkeng dengan pasar yang lebih
luas. Diversifikasi saluran pemasaran, seperti penjualan langsung ke konsumen melalui
pasar lokal, toko organik, atau e-commerce.
2. Pengolahan produk olahan: Selain menjual buah segar, kami juga akan mengolah produk
buah menjadi berbagai produk olahan, seperti jus, selai, makanan ringan buah kering,
atau makanan tambahan. Hal ini dapat membantu meningkatkan nilai tambah produk dan
membuka peluang pasar baru.
3. Ekowisata: membuka wisata kebun buah untuk kunjungan wisatawan, dengan
menawarkan pengalaman memetik buah langsung, atau adakan acara-acara terkait
pertanian dan buah-buahan. Hal ini tidak hanya dapat meningkatkan pendapatan
tambahan, tetapi juga membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pertanian berkelanjutan.
4. Pelatihan dan konsultasi: memberikan pelatihan atau konsultasi kepada petani lain. Selain
itu juga dapat mengorganisir pelatihan tentang teknik budidaya, manajemen kebun buah,
atau pengelolaan pasca-panen.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Diketahui dari pembahasan dan anlisis di atas bahwa tanaman kelengkeng banyak permintaan
konsumen setiap tahun karna rasanya yang manis, daging buahnya yang lebih tebal. Dan terbukti
bahwa inovasi usaha budidaya kelengkeng tanpa biji memiliki pangsa pasar yang luas untuk
dibudidayakan dan mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi.
B. Saran
Dengan adanya inovasi budidaya kelengkeng ini dapat solusi dari kualitas buah kelengkeng
lokal yang banyak diminati masyarakat. Menjalankan usaha maupun pengembangannya sehingga
dapat terealisasikan secepatnya dan juga tidak melupakan agar seluruh masyarakat bisa merasakan
inovasi dari budidaya ini dan manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Backes, M.M. 2001. The Role of Indigenous Trees for the C Biocultural Diversity in Traditional
AgrofOrestry System. Agroforestry Systems J. 52 : 119 - 132. Debermann. A. 2005. The
Development of Site speer Management for Maize in Asia. Wor1
Buah, D., Florikultura Direktorat, D., Hortikultura, J., & Pertanian, K. (2021). Buku Lapang
Budidaya Lengkeng.
Debermann. A. 2005. The Development of Site speer Management for Maize in Asia. Wor1
Deni Abdiansyah Paninduri. (2021). Strategi Pemasaran Usaha Perkebunan Buah Kelengkeng
(Dimocarpus Longan) Studi Kasus di CV. Sinar Ponti Tiga Juhar Farm, Desa Rumah
Sumbul, Kecamatan …. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian …, 1(4), 1–14.
http://jurnalmahasiswa.umsu.ac.id/index.php/jimtani/article/view/810
Hendrawan, I. (2013). Teknologi Off-Season Tanaman Lengkeng Pada Rumah Tanaman
Sebagai Upaya Memenuhi Kebutuhan Pasar. Journal WIDYA Eksakta, 1(1), 20–27.
Mahfut, M., & Wahyuningsih, S. (2019). Pengenalan Teknik Budidaya Kelengkeng Super Sleman
Berbasis Lingkungan. Jurnal SOLMA, 8(2), 201. https://doi.org/10.29405/solma.v8i2.3472
Pham, V. T., Herrero, M., & Hormaza, J. I. (2015). Phenological growth stages of longan
(Dimocarpus longan) according to the BBCH scale. Scientia Horticulturae, 189, 201–207.
https://doi.org/10.1016/j.scienta.2015.03.036
Sutopo,. Potensi Pengembangan Lengkeng di Dataran Rendah: 2011
http://kpricitrus.wordpress.com/2011/04/04/potensipengembangan-lengkeng-di-dataran-
rendah/, [BPS] http://www.bps.go.id/exim-frame.php diunduh 13 Jan 2011
Tamura, M. D., Setyobudi, L., & Heddy, S. (2015). Variasi Jenis dan Kultivar Kelengkeng
(Nephellium longan L.) Unggulan di Kecamatan Poncokusuma Kabupaten Malang. Jurnal
Produksi Tanaman, Volume 3(No. 7), 535.