Anda di halaman 1dari 12

PEMASARAN PERTANIAN

LEMBAGA DAN SALURAN PEMASARAN


KOPI
PEMASARAN PERTANIAN
KELOMPOK 6
• SYLVIA YENIVALRISTA 150611
• SILVIANA KARINA 1506115474
• LIFIANA KURNIA HADI 150611
• M. FADLI 150611
• FINA RUSDAYANI 150611
• IKRIMAH RHIZA MAYESTY 150611
• MUTIARA DERMAWAN SIMBOLON 150611
• SALMIAH 150611
LATAR BELAKANG

Kopi merupakan salah satu komoditas pertanian yang


mendapat prioritas untuk di kembangkan, karena usaha
tani kopi memberikan keuntungan yang tinggi, sehingga
dapat dijadikan sumber pendapatan petani. Disamping itu,
kopi merupakan biji-bijian yang digemari masyarakat baik
sebagai olahan oleh masyarakat berpendapatan rendah
hingga berpendapatan tinggi, sebagai komoditas yang
mempunyai nilai ekonimis tinggi, sudah layaknya
pengembangan usaha tani kopi ini mendapat perhatian
yang besar, karena kontribusinya yang besar pada
perekonomian nasional.
Sejarah Singkat Kopi
Tanaman kopi merupakan tanaman unggulan sub sektor
komoditas perkebunan yang mendunia dalam kurung waktu 20-
30 tahun terakhir, Indonesia masuk dalam 3 (tiga) besar penghasil
kopi dunia, setelah negara Vietnam. Kopi merupakan tanaman
yang bisa dipanen setelah mencapai umur 3-4 tahun.
Penyebaran Di Indonesia
Pada tahun 1696 masuk ke melalui Batavia (Jakarta) yang di bawa
oleh Pasukan Komandan Belanda “Andria Van Ommen dari
Malabar-India. Pada tahun 1699 Tanaman kopi yang di tanaman di
Jakarta Timur terkena banjir, kemudian di datangkan kembali bibit
baru dan berkembang di Sumatera, Bali Sulawesi dan Timor. Kopi
pun kemudian menjadi komoditas dagang yang sangat diandalkan
oleh VOC.
Petani Kopi

Setiap pekerjaan pasti ada keuntungan dan risikonya. Tak terkecuali bagi
petani kopi. Saat ini, Indonesia masih menempati peringkat ketiga
terbesar di dunia dari segi hasil produksi kopi sekitar 657 ribu ton. Namun
bila tidak dipertahankan, produksi kopi domestik akan tertinggal dengan
negara lain. Apalagi hasil produksi kita masih tertinggal dengan Vietnam
sekitar 1,32 juta ton dan Brasil sekitar 3,049 juta ton tahun lalu.

Salah satu permasalahan petani yaitu :


Rendahnya harga yang didapat petani apabila dibandingkan dengan harga
beli konsumen akhir. Ini terjadi karena panjangnya rantai distribusi dari petani
hingga konsumen. Juga terjadi karena praktek tengkulak dan oligopoli.
Pemerintah berupaya menyelesaikan masalah ini salah satunya dengan
memperbaiki pola perdagangan melalui sistem resi gudang dan perdagangan
berjangka (forward contract).
Jenis - Jenis Kopi
•Kopi Sumatera
Kopi Sumatera adalah salah satu kopi paling terkenal di dunia. Kopi Sumatera yang
paling terkenal berasal dari Sumatera Utara dengan kopi Sidikalang, Lintong dan
Mandheling. Kopi Sumatera memiliki cita rasa yang berat. Beberapa ahli kopi
mengatakan kopi Sumatera memiliki cita rasa unik karena dengan karakteristik
dengan aroma rempah.

•Kopi Sulawesi
Rasa yang kuat dan kadar asam yang tinggi menjadikan kopi Toraja diminati pasar
yang memang menyukai kopi dengan keasaman tinggi. Meskipun sering disebut-
sebut bercita rasa mirip dengan kopi Sumatera, tapi kopi Toraja memiliki ciri sendiri
yang tentunya berbeda. Kopi Toraja memiliki bentuk biji yang lebih kecil dan lebih
mengkilap dan licin pada kulit bijinya.
•Kopi Jawa
Kopi yang berasal dari Pulau Jawa ini ternyata memiliki keunikan cita rasa sendiri.
Aroma rempah yang lahir secara alami menjadikan kopi jenis ini dinikmati karena
memiliki karakteristik yang berbeda. Meskipun kopi Jawa tidak sekuat kopi Sumatera
dan Sulawesi dari segi cita rasa dan aroma, tetapi dia tetap memiliki penikmat sendiri
karena aroma tipis rempah yang dihasikan.
Lembaga Pemasaran Kopi

Lembaga pemasaran merupakan badan usaha atau individu yang


menyelengarakan kegiatan atau fungsi pemasaran sehingga prosuk atau jasa akan
berpindah produsen ke konsumen. Adapun lembaga pemsasaran yang terlibat dalam
pemasaran kopi meliputi PUSKUD dan Eksportir.

• Petani
Petani kemitraan mengirimkan kopi hail penen ke PUSKUD dalam bentuk
gelondongan basah merah M-95% (95% merah dan 5% kuning) dan BS-3 (bersih,
segar dan seragam) pengirimian harus dilakukan pada hari yang sama dengan
waktu panenan. Harga beli kopi petani ditetapkan setelah gelondongan selesai
diproses yaitu senilai harga jual biji asalan dipasar Dampitditambah harga premium
sekitar ( Rp. 2000 sampai Rp. 2.420) per kilogram. Pada realisasi petani rata-rata
memperoleh harag Rp. 9.670,- per kilogram.
• Pedagang
Pedagang yang mengumpulkan kopi dari petani. Pedagang biasanya disebut
kolektor karena memiliki kerja sama dengan koperasi. Posisi pedagang pengumpul
dalam manajemen koperasi merupakan tenaga kerja tidak langsung yang berfungsi
unutk mengumpukan kopi dari petani dan menjualnya ke koperasi.

•PUSKUD (Pusat Koperasi Unit Desa)


Pusat Koperasi Unit Desa beranggotakan masyarakat pedesaan. Pusat Koperasi
Unit Desa melakukan kegiatan usaha didalam bidang ekonomi. Beberapa usaha
Pusat Koperasi Unit Desa, misalnya :
1. Menyalurkan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan, alat-alat
pertanian, dan lain-lain.
2. Memberikan penyuluhan teknis bersama dengan petugas penyuluh lapangan
kepada para petani.
3. Memberikan bimbingan kepada Koperasi Unit Desa (KUD).
Dalam studi kasus ini lembaga Pusat Koperasi Unit Desa membeli kopi gelondongan
basah dari petani peserta kemitraan dengan cara diterima ditempat. Di pabrik
Pusat Koperasi Unit Desa dilakukan pengolahan dengan metode olah basah,
pengeringan, sortasi, grading, dan menghasilkan 18 ton per hari dengan proses
pengolahan menghasilkan 4 grade, yaitu grade I sampai IV. Kopi hasil olahan yang
dikemas sudah siap dikirim eksportir ke negara tujuan.

• Eksportir
Ekportir yaitu perusahaan atau lembaga yang memasarkan produk kopi ke
luar negeri. Eksportir memperoleh kopi dari koperasi dan menjual ke importir
(negara lain). Pada aktivitas perdagangan, kopi merupakan salah satu komoditi
ekspor yang diatur pelaksanaan ekspornya. Ketentuan tenang ekspor kopi diatur
dalam peraturan Mentri perdagangan Nomor 10/M-DAG/PER/5/2011. Salah satu
syarat yang diberlakukan adalah mengurus Surat Persetujuan Ekspor Kopi ( SPEK ).
Saluran Pemasaran Kopi

Saluran pemasaran kopi di tingkat petani dibedakan antara saluran


pemasaran umum/tradisional dan saluran pemasaran kemitraan.

1. Saluran Tradisional
Pada saluran ini, pelaku pasar
terdiri atas petani sebagai
produsen, pedagang pengumpul,
pedagang besar di Pasar Dampit
dan eksportir. Situasi pasar di
tingkat petani, ditandai dengan
relatif banyaknya penjual
(petani) dan pembeli (pedagang)
dengan struktur pasar bersifat
monopsoni atau oligopsoni.
2. Saluran Kemitraan
Pada saluran kemitraan, pelaku
pasar terdiri atas petani SL-PHT
(Sekolah Lapang Pengendalian
Hama Terpadu), PUSKUD (Pusat
Koperasi Unit Desa), dan eksportir.
Petani menjual kopi dalam bentuk
gelondongan basah ke PUSKUD
(Pusat Koperasi Unit Desa). PUSKUD
mengolah gelondongan basah
dengan metode olah basah untuk
menghasilkan biji kopi berkualitas
sesuai permintaan eksportir.
Selanjutnya kopi yang dihasilkan
dikemas dan dikirimkan ke eksportir

Anda mungkin juga menyukai