Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa
yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan Buku Saku Manajemen Personalia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya buku saku ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan buku ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Akhir Praktikum ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan buku ini.

Pekanbaru, Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
BAB II. MANAJEMEN DAN MANAJER
2.1. Tingkatan Manajemen ........................................................................ 2
2.2. Manajer-manajer Fungsional dan Umum ................................... 3
2.3. Fungsi-fungsi yang dilaksanakan Manajer ................................. 3
2.4. Kegiatan-kegiatan Manajer ............................................................... 5
BAB III. PROSES PERENCANAAN
3.1. Pengertian perencanaan ................................................................... 6
3.2. Alasan perlunya perencanaan ......................................................... 6
3.3. Tipe-tipe Perencanaan dan Rencana ............................................ 7
3.4. Perencanaan Strategik ....................................................................... 8
3.5. Hambatan-hambatan Perencanaan Efektif ................................. 10
3.6. Kriteria Penilaian Efektivitas Rencana ........................................ 10
BAB IV. PEMBUATAN KEPUTUSAN
4.1. Tipe-tipe Keputusan ........................................................................... 11
4.2. Proses Pembuatan keputusan ......................................................... 11
BAB V. WEWENANG, DELEGASI DAN DESENTRALISASI
5.1. Wewenang .............................................................................................. 17
5.2. Delegasi .................................................................................................... 18
5.3. Sentralisasi Versus Desentralisasi ................................................. 18
BAB VI. PENYUSUNAN PERSONALIA
6.1. Proses Penyusunan Personalia ....................................................... 20
6.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia ............................................ 20
6.3. Penarikan Dan Seleksi Karyawan .................................................. 21
6.4. Pemberian Kompensasi Kepada Karyawan ............................... 21
6.5. Pemeliharaan Kesehatan Dan Keamanan ................................... 22
BAB VII. MOTIVASI
7.1. Pengertian Motivasi ............................................................................ 23
7.2. Teori-teori Motivasi ........................................................................... 23

ii
BAB VIII KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
8.1. Pengertian Komunikasi .................................................................... 25
8.2. Saluran Komunikasi Dalam Organisasi ...................................... 25
8.3. Pedoman komunikasi yang baik ................................................... 26
BAB VIIII. MANAJEMEN KONFLIK
9.1. Definisi Konflik...................................................................................... 28
9.2. Jenis-jenis Konflik ................................................................................ 28
9.3. Metoda-metoda Pengelolaan Konflik ........................................... 29
BAB X Dasar-Dasar Proses Pengawasan
10.1. Pengertian Pengawasan ................................................................ 30
10.2. Tahap-tahap Dalam Proses Pengawasan ................................ 30
10.3. Karakteristik pengawasan yang efektif .................................... 30

iii
Bab 1. Pendahuluan

Dalam melaksanakan kegiatan produksi diperlukan manajemen yang


berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam upaya mengatur
dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya dalam proses
produksi untuk mencapai tujuan organisasi.

Pengertian manajemen menurut James AF Stoner, yang dialih


bahasakan oleh T.Hani Handoko, sebagai berikut :

“Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”

Dari pengertian manajemen di atas dapat disimpulkan bahwa


manajemen adalah suatu proses bekerja untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien dengan menggunakan
orang-orang melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian dengan memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang
tersedia.

Mengapa Manajemen Dibutuhkan?

Ada tiga alasan utama mengapa manajemen diperlukan :

1. Untuk mencapai tujuan.


2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan.
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja organisasi.

Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan


dengan benar, sedangkan Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih
tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Menurut ahli manajemen Peter Drucker efektivitas adalah
melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things), sedang efisiensi
adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing things right).

1
Bab 2. Manajemen dan Manajer

Secara umum “manajer” berarti setiap orang yang mempunyai


tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya-sumber daya organisasi
lainnya.

Manajer dapat diklasifikasi dengan dua cara : menurut tingkatan


mereka dalam organisasi (rendah, menengah dan tinggi). Dan kegiatan-
kegiatan organisasi untuk mana mereka bertanggung jawab (manajer umum
dan fungsional).

2.1. Tingkatan Manajemen

Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi manajer


menjadi tiga golongan yang berbeda :

1. Manajer Lini (pertama). Tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi


yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional, disebut
manajemen lini / garis pertama (first line atau first level). Para manajer ini
sering disebut dengan kepala atau pemimpin, mandor (foremen), dan
penyelia (supervisors).

2. Manajer Menengah. Manajemen menengah dapat meliputi beberapa


tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan
mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan kadang-kadang
juga karyawan operasional.

3. Manajer Puncak. Klasifikasi manajer tertinggi ini terdiri dari sekelompok


kecil eksekutif. Manajemen puncak bertanggung jawab atas keseluruhan
manajemen organisasi. Sebutan khas manajer puncak adalah direktur,
presiden, kepala divisi, wakil presiden senior, dan sebagainya.

Perbedaan tingkatan manajemen akan membedakan pula fungsi-


fungsi manajemen yang dilaksanakan. Ada dua fungsi utama manajemen,
yaitu manajemen administratif dan manajemen operatif. Manajemen
administratif lebih berurusan dengan penetapan tujuan dan kemudian
perencanaan, penyusunan kepegawaian, dan pengawasan kegiatan-kegiatan

2
yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan. Sedangkan manajemen operatif
lebih mencakup kegiatan memotivasi, supervisi, dan komunikasi dengan para
karyawan untuk mengarahkan mereka mencapai hasil-hasil secara efektif.

2.2. Manajer-manajer Fungsional dan Umum

Atas dasar ruang lingkup kegiatan yang dikelola, para manajer dapat
pula diklasifikasi sebagai manajer fungsional dan manajer umum. Manajer
fungsional mempunyai tanggung jawab hanya atas satu kegiatan organisasi,
seperti produksi, pemasaran, keuangan, kepegawaian, atau akuntansi.

2.3. Fungsi-fungsi yang dilaksanakan Manajer

Salah satu klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial dibuat


oleh Henri Fayol, yang menyatakan bahwa perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, pemberian perintah, dan pengawasan adalah fungsi-
fungsi utama.

1. Perencanaan

Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan-


tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program,
prosedur, metoda, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Perencanaan organisasi memiliki tujuan yang
memungkinkan diantaranya :

a. Organisasi bisa memperoleh dan mengikat sumber daya-sumber daya yang


diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan.

b. Para anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang


konsisten dengan berbagai tujuan dan prosedur terpilih.

c. Kemajuan dapat terus dimonitor dan diukur, sehingga tindakan korektif


dapat diambil bila tingkatan kemajuan tidak memuaskan.

3
2. Pengorganisasian

Pengorganisasian (organizing) adalah 1) penentuan sumber daya-


sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi, 2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau
kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kea rah tujuan,
3) penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian, 4) pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan
tugas-tuganya.

3. Penyusunan Personalia

Adalah penarikan (recruitment), latihan dan pengembangan, serta


penempatan dan pemberian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja
yang menguntungkan dan produktif.

4. Pengarahan

Fungsi pengarahan (leading), secara sederhana adalah untuk


membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan,
dan harus mereka lakukan.

5. Pengawasan

Pengawasan (controlling), adalah penemuan dan penerapan cara dan


peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan
yang telah ditetapkan. Fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat
unsur, yaitu : 1) penetapan standar pelaksanaan, 2) penentuan ukuran-
ukuran pelaksanaan, 3) pengukuran pelaksanaan nyata dan
membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, 4) pengambilan
tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari
standar. Semua fungsi-fungsi manajemen ini harus dilaksanakan oleh
manajer kapan saja dan dimana saja kelompok-kelompok diorganisasi,
walaupun ada perbedaan tekanan untuk tipe organisasi, jabatan-jabatan
fungsional, dan tingkatan manajemen yang berbeda.

4
2.4. Kegiatan-kegiatan Manajer

Agar konsep tentang manajer menjadi lebih jelas, berikut ini akan
diuraikan secara terinci apa tugas-tugas penting yang dilaksanakan manajer :

1. Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain.

2. Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling


bertentangan dan menetapkan prioritas-prioritas.

3. Manajer bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan.

4. Manajer harus berpikir secara analitis dan konsepsual.

5. Manajer adalah seorang mediator.

6. Manajer adalah seorang politisi.

7. Manajer adalah seorang diplomat.

8. Manajer mangambil keputusan-keputusan sulit.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan manajer , Pada dasarnya kegiatan-


kegiatan yang dilaksanakan oleh para manajer dapat diklasifikasi ke dalam
empat kelompok, yaitu : 1. Pribadi, 2. Teknis, 3. Administratif dan 4.
Interaksional.

5
Bab 3. Proses Perencanaan

3.1. Pengertian perencanaan

Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan


selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di
waktu yang akan datang dalam mana perencanaan dan kegiatan yang
diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana
dibuat. Empat Tahap dasar Perencanaan :

1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.

2. Merumuskan keadaan saat ini.

3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan.

4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian


tujuan.

3.2. Alasan-alasan perlunya perencanaan

Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan. Perencanaan dilakukan


untuk mencapai (1) “protective benefits” yang dihasilkan dari pengurangan
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan, dan
(2)”positive benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan
organisasi.

Manfaat perencanaan, (1) membantu manajemen untuk


menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan, (2) membantu
dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama, (3)
memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih
jelas, (4) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat, (5)
memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi, (6) memudahkan
dalam melakukan koordinasi diantara berbagai bagian organisasi, (7)
membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami, (8)
meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti, dan (9) menghemat waktu,
usaha dan dana.

6
Kelemahan perencanaan, (1) pekerjaan yang tercakup dalam
perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi nyata, (2) perencanaan
cenderung menunda kegiatan, (3) perencanaan mungkin terlalu membatasi
manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi, (4) kadang-kadang hasil yang
paling baik didapatkan oleh penyelesaian situasi individual dan penanganan
setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi, (5) ada rencana-rencana
yang diikuti cara-cara yang tidak konsisten.

3.3. Tipe-tipe Perencanaan dan Rencana

Ada paling sedikit lima dasar pengklasifikasian rencana-rencana,


sebagai berikut :

1. Bidang Fungsional, mencakup rencana produksi, pemasaran, keuangan,


dan personalia.

2. Tingkatan Organisasional, termasuk keseluruhan organisasi atau satuan-


satuan kerja organisasi.

3. Karakteristik-karakteristik (sifat) rencana, meliputi faKtor-faktor


kompleksitas, fleksibilitas, keformalan, kerahasiaan, biaya, rasionalitas,
kuantitatif dan kualitatif.

4. Waktu, menyangkut rencana jangka pendek, menengah dan jangka


panjang.

5. Unsur-unsur rencana, dalam wujud anggaran,program, prosedur,


kebijaksanaan, dan sebagainya.

Dalam organisasi rencana diperinci melalui tingkatan-tingkatan yang


membentuk hirarki dan paralel dengan struktur organisasi. Ada dua tipe
utama rencana : (1) rencana-rencana strategik (strategik plans), yang
dirancang memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih luas. (2) rencana-
rencana operasional (operational plans), ada dua tipe-tipe rencana
operasional. Rencana sekali pakai (single use plans), rencana tetap (standing
plans). penguraian lebih terperinci bagaimana rencana-rencana strategik
akan dicapai.

7
1. Rencana-rencana Strategik

Sebelum strategi dapat diuraikan, organisasi perlu menetapkan suatu


komponen vital : tujuan-tujuan organisasi. Tujuan organisasi memberikan
dasar pengarahan kegiatan-kegiatan.

Strategi adalah program umum untuk pencapaian tujuan-tujuan


organisasi dalam pelaksanaan misi. Strategi juga dapat didefinisikan sebagai
pola tanggapan organisasi

terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Strategi menghubungkan sumber


daya manusia dan berbagai sumber daya lainnya dengan tantangan dan
risiko yang harus dihadapi dari lingkungan di luar perusahaan.

2. Rencana-rencana Sekali Pakai

Rencana sekali pakai adalah serangkaian kegiatan terperinci yang


kemungkinan tidak berulang dalam bentuk yang sama di waktu mendatang.
Sebagai contoh, perencanaan perusahaan untuk membangun gudang baru
karena adanya perluasan usaha akan memerlukan rencana sekali pakai
khusus bagi proyek tersebut, walaupun perusahaan telah membangun
sejumlah gudang lain di waktu yang lalu.

3. Rencana-rencana Tetap

Wujud umum rencana-rencana tetap adalah kebijaksanaan, prosedur


dan aturan. Rencana-rencana ini sekali ditetapkan akan terus diterapkan
sampai perlu diubah (modifikasi) atau dihapuskan. Sekali ditetapkan,
rencana tetap memungkinkan para manajer menghemat waktu yang
digunakan untuk perencanaan dan pembutan keputusan karena situasi-
situasi yang sama ditangani secara konsisten.

8
3.4. Perencanaan Strategik

Perencanaan Strategik (Strategic Planning) adalah proses pemilihan


tujuan-tujuan organisasi; penentuan strategi, kebijaksanaan dan program-
program strategik yang diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut; dan
penetapan metode-metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi
kebijaksanaan telah diimplementasikan.

Perencanaan Strategik tidak hanya merupakan kegiatan perencanaan


suatu organisasi; tetapi perencanaan strategik lebih merupakan salah satu
peranan manajemen yang paling kritis. Sedangkan perencanaan yang
dilakukan pada tingkatan bawah disebut perencanaan operasional
(operational planning), yang memusatkan perhatiannya pada operasi-operasi
sekarang dan terutama berkenaan dengan efisiensi, bukan efektivitas.

Proses Perencanaan Strategik

Secara singkat langkah-langkah proses penyusunan strategik dapat


diuraikan sebagai berikut : (1) Penentuan Misi dan Tujuan, (2)
Pengembangan Profil Perusahaan, (3) Analisa Lingkungan Eksternal, (4)
Analisa Internal Perusahaan, (5) Identifikasi Kesempatan dan Ancaman
Strategik, (6) Pembuatan Keputusan Strategik, (7) Pengembangan strategi
Perusahaan, (8) Implementasi Strategi, dan (9) Peninjauan kembali dan
evaluasi.

Lima variabel yang biasanya merupakan faktor-faktor kritis


implementasi strategi : (1) tugas, (2) orang, (3) Struktur, (4) teknologi, dan
(5) sistem balas jasa.

Kebaikan-kebaikan perencanaan strategik adalah dalam memberikan


pedoman yang konsisten bagi kegiatan-kegiatan organisasi. Kebaikan penting
perencanaan strategi lainnya adalah membantu para manajer dalam
pembuatan keputusan.

Kelemahan-kelemahan perencanaan strategi adalah bahwasannya hal


itu memerlukan investasi dalam waktu, uang dan orang yang cukup besar.
Kelemahan selanjutnya adalah bahwa perencanaan strategik kadang-kadang

9
cenderung membatasi organisasi hanya terhadap pilihan yang paling rasional
dan bebas resiko.

3.5. Hambatan-hambatan Perencanaan Efektif

Ada sejumlah alasan mengapa banyak manajer ragu-ragu atau gagal


menetapkan tujuan dan membuat rencana bagi organisasi atau kelompok /
satuan kerja mereka, yaitu :

1. Kurang Pengetahuan Tentang Organisasi.

2. Kurang Pengetahuan Tentang Lingkungan.

3. Ketidakmampuan melakukan peramalan secara efektif.

4. Kesulitan perencanaan operasi-operasi yang tidak berulang.

5. Biaya.

6. Takut Gagal.

7. Kurang Percaya Diri.

8. Ketidaksediaan.

3.6. Kriteria Penilaian Efektivitas Rencana

Beberapa kriteria dapat digunakan untuk menilai efektivitas


perencanaan, yaitu mencakup (1) kegunaan, (2) ketepatan dan obyektivitas,
(3) ruang lingkup, (4) efektivitas Biaya, (5) akuntabilitas, dan (6) ketepatan
waktu.

10
Bab 4. Pembuatan Keputusan

Pembuatan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer.


Kegiatan ini memainkan peranan penting, terutama bila manajer
melaksanakan fungsi perencanaan.

Pembuatan keputusan (decision making) menggambarkan proses


melalui mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu
masalah tertentu.

4.1. Tipe-tipe keputusan

Manajer akan membuat tipe-tipe keputusan yang berbeda sesuai


perbedaan kondisi dan situasi yang ada. Keputusan-keputusan juga dapat
dibedakan antara keputusan yang dibuat di bawah kondisi kepastian, risiko,
dan ketidak pastian.

Keputusan-keputusan yang di program (programmed decisions)


adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur.
Keputusan-keputusan ini rutin dan berulang-ulang.

Keputusan-keputusan yang tidak di program (non-Programmed


decisions), di lain pihak, adalah keputusan yang berkenaan dengan masalah-
masalah khusus, khas, atau tidak biasa. Bila suatu masalah yang timbul tidak
cukup diliput oleh kebijaksanaan atau sangat penting sehingga perlu
penanganan khusus, harus diselesaikan dengan suatu keputusan yang tidak
di program.

4.2. Proses Pembuatan keputusan

Banyak manajer yang harus membuat keputusan dengan metoda-


metoda pembuatan keputusan informal untuk memberikan pedoman bagi
mereka. Tidak ada pendekatan pembuatan keputusan yang dapat menjamin
bahwa manajemen akan selalu membuat keputusan yang benar, tetapi
bagaimanapun juga, para manajer yang menggunakan suatu pendekatan
yang rasional, intelektual dan sistematik akan lebih berhasil dibanding para
manajer yang menggunakan pendekatan informal.

11
Proses dasar pembuatan keputusan rasional hampir sama dengan
proses perencanaan strategik formal yang di bahas dalam bab 5. Ini
mencakup identifikasi dan diagnosa masalah, pengumpulan dan analisa data
yang relevan, pengembangan alternatif-alternatif, penilaian berbagai
alternatif penyelesaian, pemilihan alternatif terbaik, implementasi keputusan
dan evaluasi terhadap hasil-hasil.

 Pohon Keputusan dan Pembuatan Keputusan

Pohon keputusan (decision tree) dikembangkan untuk membantu


para manajer membuat serangkaian keputusan yang melibatkan peristiwa-
peristiwa ketidak pastian. Pohon keputusan adalah suatu peralatan yang
menggambarkan secara grafik berbagai kegiatan yang dapat diambil dan
hubungan kegiatan-kegiatan ini dengan berbagai peristiwa di waktu
mendatang yang dapat terjadi. Seperti teknik-teknik riset operasi lainnya,
pohon keputusan tidak akan membuat keputusan bagi manajer – kebijakan
masih akan diperlukan. Bagaimanapun juga, dalam berbagai situasi yang
tepat, penggunaan pohon keputusan akan mengurangi kekacauan potensial
dalam suatu masalah kompleks dan memungkinkan manajer untuk
menganalisa masalah secara rasional.

 Keterlibatan Bawahan Dalam Pembuatan Keputusan

Para manajer akan sulit untuk membuat keputusan-keputusan tanpa


melibatkan para bawahan. Keterlibatan ini dapat formal, seperti penggunaan
kelompok dalam pembuatan keputusan; atau informal, seperti permintaan
akan gagasan-gagasan. Bantuan para bawahan dapat terjadi pada setiap
tahap proses pembuatan keputusan.

 Karakteristik-karakteristik Berbagai Situasi Keputusan

Perihal keterlibatan para bawahan dalam pembuatan keputusan telah


dipelajari beberapa teoritis dan konsultan. Dua peneliti, Vroom dan Yetton,
telah mengembangkan suatu pendekatan pohon keputusan (decision tree
approach) untuk mengidentifikasi gaya keputusan “optimum” tertentu yang
sesuai dengan situasi tertentu. Karakteristik-karakteristik pokok suatu

12
situasi keputusan yang dikemukakan Vroom dan Yetton adalah sebagai
berikut :

1. Adakah persyaratan kualitas dimana suatu penyelesaian lebih rasional


dibanding yang lain?

2. Apakah manajer mempunyai informasi cukup untuk membuat keputusan


berkualitas tinggi?

3. Apakah situasi keputusan terstruktur?

4. Apakah penerimaan keputusan oleh para bawahan manajer merupakan


faktor kritis implementasi efektif keputusan?

5. Adakah kepastian yang layak bahwa keputusan akan diterima para


bawahan bila manajer mebuat keputusan sendiri?

6. Apakah para bawahan manajer menyebarkan tujuan organisasi untuk


dicapai bila masalah dipecahkan?

7. Apakah penyelesaian yang disukai akan menyebabkan konflik di antara


para bawahan?

 Ciri-ciri Riset Operasi

Ada tujuh ciri utama riset operasi, yang dapat diperinci sebagai berikut :

1. Terpusat pada pembuatan keputusan, 2. Penggunaan metoda ilmiah, 3.


Penggunaan model matematik, 4. Efektivitas ekonomis, 5. Bergantung pada
Komputer, 6. Pendekatan tim, 7. Orientasi sistem.

Tahap-tahap Pendekatan Riset Operasi

Pendekatan riset operasi untuk pemecahan masalah mempunyai 5 tahap :

1. Diagnosa masalah, 2. Perumusan masalah, 3. Pembuatan model, 4. Analisa


model, 5. Implementasi penemuan.

13
 Berbagai Model dan Teknik Riset Operasi

Ada sejumlah cara pengelompokan model-model yang digunakan


dalam riset operasi. Pembedaan yang biasa dibuat adalah antara model
normatif dan deskriptif. Model normatif menggunakan apa yang seharusnya
dilakukan. Model deskriptif menggambarkan segala sesuatu sebagaimana
adanya.

Programasi Linear adalah suatu peralatan riset operasi yang


digunakan untuk memecahkan masalah-masalah “optimasi” atau masalah-
masalah di mana ada satu jawaban “paling baik” dari serangkaian alternatif.
Model ini banyak digunakan untuk menentukan cara terbaik pengalokasian
sumber daya-sumber daya yang terbatas guna mencapai hasil akhir yang
diinginkan.

Model-model programasi linear dapat diterapkan pada berbagai


operasi bisnis dan industri di mana dapat diperoleh nilai maksimum atau
minimum, seperti penetapan keluaran mesin maksimum, tingkat persediaan
ideal, campuran produk terbaik, masalah transportasi, masalah penugasan
(Assignment problem), penganggaran modal, pemilihan media pengiklanan,
dan sebagainya.

Beberapa model dan teknik riset operasi akan dibahas berikut ini :

1. Teori antrian, 2. Model garis tunggu, 3. Analisa network, 4. Teori


permainan, 5. Model rantai Markov, 6. Programasi dinamik, 7. Simulasi.

 Aplikasi Teknik-teknik Riset Operasi

Paling tidak ada delapan jenis masalah praktek manajerial dimana teknik-
teknik riset operasi sering diterapkan, diantaranya sebagai berikut :

1. Masalah-masalah persediaan.

2. Masalah-masalah Alokasi.

3. Masalah-masalah Antrian (garis tunggu).

4. Masalah-masalah pengurutan.

14
5. Masalah-masalah routing (scheduling).

6. Masalah-masalah pergantian.

7. Masalah-masalah persaingan.

8. Masalah-masalah pencarian.

 Kebaikan dan keterbatasan penggunaan riset Operasi

Teknik-teknik riset operasi mempunyai satu maksud, yaitu untuk


membantu para manajer membuat keputusan-keputusan yang lebih baik.
Maksud ini dapat terpenuhi karena teknik-teknik riset operasi mempunyai
tiga kebaikan pokok :

1. Memungkinkan untuk memerinci suatu masalah kompleks dan berskala


besar menjadi bagian-bagian lebih kecil sehingga dapat lebih mudah
didiagnosa dan dianalisa.

2. Dalam penyusunan dan analisa model-model riset operasi, para peneliti


harus memperhatikan perincian dan mengikuti berbagai prosedur logik dan
sistematik.

3. Teknik-teknik riset operasi sangat membantu dalam penilaian alternatif-


alternatif.

Di samping kebaikan-kebaikan di atas, teknik-teknik riset operasi juga


mempunyai berbagai keterbatasan :

1. Proyek-proyek riset operasi sering terlalu mahal bagi banyak organisasi


atau banyak jenis masalah, sehingga sebelum keputusan untuk
menggunakannya dibuat perlu dilakukan analisa biaya kegunaan.

2. Riset operasi tidak dapat diterapkan secara efektif dalam banyak situasi.

3. Riset operasi dapat dengan mudah menjadi teknik-teknik yang terpisah


dari kenyataan, mungkin karena kesalahan dalam anggapan-anggapan
tentang masalah atau karena variabel-variabel tertentu diabaikan.

15
 Masalah-masalah Penggunaan Pendekatan Riset Operasi

Grayson mengemukakan beberapa alasan mangapa bannyak manajer


tidak menggunakan teknik-teknik riset operasi :

1. Kekurangan waktu.

2. Ketiadaan data.

3. Penolakan terhadap perubahan.

4. Waktu tanggapan lama.

5. Penyederhanaan yang berlebih-lebihan.

 Pedoman Penggunaan Efektif Riset Operasi

Para manajer akan memperoleh keuntungan dengan meningkatkan


kegunaan riset operasi dan membuat lebih mungkin untuk menerapkan
bantuan saran-saran riset operasi. Wagner telah mengemukakan bahwa
program-program riset operasi akan paling berguna dengan meliput delapan
unsur berikut :

1. Dukungan manajemen puncak, 2. Tanggung jawab manajerial bagi


program, 3. Partisipasi manajer, 4. Penggunaan kebijakan manajerial, 5.
Pengumpulan data secara cepat, 6. Aspek-aspek teknik tidak dibiarkan
mendominasi, 7. Persiapan untuk kesulitan-kesulitan awal, 8. Penyimpanan
laporan secara akurat.

16
BAB V. Wewenang, Delegasi dan Desentralisasi

5.1. Wewenang

Wewenang dapat diperbandingkan dengan sistem syaraf pada


manusia. Tanpa otak dan syaraf, tubuh manusia tidak dapat berfungsi. Tanpa
suatu sistem wewenang, suatu organisasi juga tidak dapat berfungsi.
Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau
memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar
tercapai tujuan tertentu.

Kekuasaan (power) sering dicampur adukan dengan wewenang.


Meskipun kekuasaan dan wewenang sering ditemui bersama, tetapi
keduanya berbeda. Bila wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu,
kekuasaan adalah kemampuan untuk melakukan hak tersebut. Kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan
atau kejadian. Wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang
akan menyebabkan konflik dalam organisasi.

Ada banyak sumber kekuasaan. Yaitu :

1. Kekuasaan balas jasa (reward power).

2. Kekuasaan paksaan (coercive power).

3. Kekuasaan sah (legitimate power).

4. Kekuasaan pengendalian informasi (control of information power).

5. Kekuasaan panutan (referent power).

6. Kekuasaan ahli (expert power).

17
5.2. Delegasi Wewenang

Delegasi dapat didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan


tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan
tertentu. Delegasi wewenang adalah proses di mana para manajer
mengalokasikan wewenang ke bawah kepada orang-orang yang melapor
kepadanya. Empat kegiatan terjadi ketika delegasi dilakukan :

1. Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada


bawahan.

2. Pendelegasi melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai


tujuan atau tugas.

3. Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit, menimbulkan kewajiban


atau tanggung jawab.

4. Pendelegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil


yang dicapai.

Efektivitas delegasi merupakan faktor utama yang membedakan


manajer sukses dan manajer tidak sukses.

5.3. Sentralisasi Versus Desentralisasi

Faktor penting lainnya yang menentukan efektivitas organisasi adalah


derajat sentralisasi atau desentralisasi wewenang. Konsep sentralisasi,
seperti konsep delegasi, berhubungan dengan derajat di mana wewenang
dipusatkan atau disebarkan. Bila delegasi biasanya berhubungan dengan
seberapa jauh manajer mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab
kepada bawahan yang secara langsung melapor kepadanya, desentralisasi
adalah konsep yang lebih luas dan berhubungan dengan seberapa jauh
manajemen puncak mendelegasikan wewenangke bawah ke divisi-divisi,
cabang-cabang atau satuan-satuan organisasi tingkat lebih bawah lainnya.

Sentralisasi adalah pemusatan kekuasaan dan wewenang pada


tingkatan atas suatu organisasi. Desentralisasi adalah penyebaran atau

18
pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan ke
tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah.

Keuntungan-keuntungan desentralisasi adalah sama dengan


keuntungan-keuntungan delegasi, yaitu mengurangi beban manajer puncak,
memperbaiki pembuatan keputusan karena dilakukan dekat dengan
permasalahan, meningkatkan latihan, moral dan inisiatif manajemen bawah,
dan membuat lebih fleksibel dan lebih cepat dalam pembuatan keputusan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Desentralisasi

1. Filsafat manajemen.

2. Ukuran dan tingkat pertumbuhan organisasi.

3. Strategi dan lingkungan organisasi.

4. Penyebaran geografis organisasi.

5. Tersediannya peralatan pengawasan yang efektif.

6. Kualitas manajer.

7. Keaneka-ragaman produk dan jasa.

8. Karakteristik-karakteristik organisasi lainnya.

19
BAB VI. Penyusunan Personalia

Penyusunan personalia adalah fungsi manajemen yang berkenaan


dengan penarikan, penempatan, pemberian latihan, dan pengembangan
anggota-anggota organisasi. Kegiatan-kegiatan penyusunan personalia
sangat erat hubungannya dengan tugas-tugas kepemimpinan, motivasi, dan
komunikasi, sehingga pembahasannya sering ditempatkan sebagai bagian
dari fungsi pengarahan.

6.1. Proses penyusunan personalia

Langkah-langkahnya yaitu :

1. Perencanaan sumber daya manusia.

2. Penarikan.

3. Seleksi.

4. Pengenalan dan orientasi.

5. Latihan dan pengembangan.

6. Penilaian pelaksanaan kerja.

7. Pemberian balas jasa dan penghargaan.

8. Perencanaan dan pengembangan karier.

6.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia

Untuk menyediakan tipe dan jumlah karyawan secara tepat dalam


pencapaian tujuan organisasi. Ada tiga bagian perencanaan personalia : (1)
penentuan jabatan-jabatan yang harus diisi, kemampuan yang dibutuhkan
karyawan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, dan berapa jumlah
karyawan yang dibutukan; (2) pemahaman pasar tenaga kerja di mana
karyawan potensial ada; dan (3) pertimbangan kondisi permintaan dan
penawaran karyawan.

20
6.3. Penarikan Dan Seleksi Karyawan

Penarikan berkenaan dengan pencarian dan penarikan sejumlah


karyawan potensial yang akan diseleksi untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan organisasi.

Seleksi adalah pemilihan seseorang tertentu dari sekelompok


karyawan-karyawan potensial untuk melaksanakan suatu jabatan tertentu.

Prosedur seleksi. Langkah-langkah dalam prosedur seleksi yang biasa


digunakan adalah :

1. Wawancara pendahuluan.

2. Pengumpulan data-data pribadi.

3. Pengujian.

4. Wawancara yang lebih dalam.

5. Pemeriksaan referensi-referensi prestasi.

6. Pemeriksaan kesehatan.

7. Keputusan pribadi.

8. Orientasi jabatan.

6.4. Pemberian Kompensasi Kepada Karyawan

Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan dengan pembayaran


finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai
motivator untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang.

Penentuan Kompensasi

1. Kesediaan membayar.

2. Kemampuan membayar.

3. Persyaratan-persyaratan pembayaran.

21
6.5. Pemeliharaan Kesehatan Dan Keamanan

Bidang manajemen yang semakin penting adalah pemeliharaan


kesehatan dan keamanan karyawan. Perusahaan memperhatikan hal ini
untuk memberikan kepada karyawan, kondisi kerja yang kebih sehat dan
lebih aman serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan
tersebut, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang mengalami tingkat
kecelakaan yang tinggi. Program ini dapat dilakukan dengan penyediaan
dokter dan klinik kesehatan perusahaan, pengaturan tempat kerja yang sehat
dan aman, pelaksanaan kegiatan-kegiatan pencegahan, ataupun penyediaan
alat-alat pengamanan.

22
BAB VII. Motivasi

7.1. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan


memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subyek yang penting
bagi manajer, karena menurut definisi manajer harus bekerja dengan dan
melalui orang lain. Manajer perlu memahami orang-orang berprilaku
tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang
diinginkan organisasi.motivasi adalah juga subyek membingungkan, karena
motif tidak dapat diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus
disimpulkan dari perilaku orang yang tampak.

Motivasi bukan hanya satu-satunya faktor yang mempengaruhi


tingkat prestasi seseorang. Dua faktor lainnya yang terlibat adalah
kemampuan individu dan pemahaman tentang perilaku yang diperlakukan
untuk mencapai prestasi yang tinggi atau disebut persepsi peranan. Motivasi,
kemampuan, dan persepsi peranan adalah saling berhubungan. Jadi salah
satu faktor rendah, maka tingkat prestasi akan rendah, walaupun faktor-
faktor lainnya tinggi.

7.2. Teori-teori Motivasi

Teori-teori Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok


yaitu petunjuk, isi dan proses.

 Teori-teori petunjuk (prescriptive theories) mengemukakan


bagaimana memotivasi para karyawan. Teori-teori ini didasarkan atas
pengalaman coba-coba.
 Teori-teori isi (content theories), kadang-kadang disebut teori-teori
kebutuhan (need theories), adalah berkenaan dengan pertanyaan apa
penyebab-penyebab perilaku atau memusatkan pada pertanyaan
“apa” dari motivasi.
 Teori-teori proses (process theories) berkenaan dengan bagaimana
perilaku dimulai dan dilaksanakan atau menjelaskan aspek
“bagaimana” dari motivasi.

23
 Motivasi Adalah Lebih Dari Sekedar Teknik-Teknik

Motivasi adalah lebih inklusif dari sekedar aplikasi berbagai peralatan


atau cara tertentu untuk mendorong peningkatan keluaran. Motivasi juga
adalah filsafat, atau pandangan hidup yang dibentuk berdasarkan kebutuhan
dan keinginan karyawan. Jadi, penting diperhatikan oleh manajer bahwa
teori-teori motivasi harus digunakan secara bijaksana.

Manajer yang dapat melihat motivasi sebagai sistem, yang mencakup


sifat-sifat individu, pekerjaan, dan situasi kerja; dan memahami hubungan
antara insentif, motivasi dan produktifitas, mereka akan mampu
memperkirakan perilaku bawahan. Hanya manajer yang mengetahui hal ini
dan mengetahui bagaimana menerapkannya dapat mengharapkan realisasi
peningkatan produktifitas dari para karyawan.

24
BAB VIII. Komunikasi Dalam Organisasi

Manajemen sering mempunyai masalah tidak efektifnya komunikasi.


Padahal komunikasi yang efektif adalah penting bagi para manajer, paling
tidak untuk dua alasan. Pertama, komunikasi adalah proses melalui mana
fungsi-fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dapat dicapai. Kedua, komunikasi adalah kegiatan untuk mana
para manajer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka. Proses
komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas
mereka. Jadi, manajer dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen mereka
hanya melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain.

8.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk


gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian
tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam
percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan
sebagainya.

Komunikasi, sebagai suatu proses dengan mana orang-orang


bermaksud memberikan pengertian-pengertian melalui pengiringan berita
secara simbolis, dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan
organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula, sehingga sering
disebut rantai pertukaran iniformasi. Konsep ini mempunyai unsur-unsur :
1) suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti, 2) suatu sarana
pengaliran informasi dan 3) suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi di
antara individu-individu.

8.2. Saluran Komunikasi Dalam Organisasi

1. Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah


sesuai rantai perintah. Komunikasi ke bawah (downward communication)
dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui
tingkatakan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia

25
paling bawah. Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk memberi
pengarahan, informasi, instruksi,nasehat/saran dan penilaian kepada
bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi
tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi.

Fungsi utama komuniksasi ke atas (upward communication) adalah


untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa
yang terjadi pada tingkatan bawah.

2. Komunikasi Lateral atau Horizontal

Komunikasi lateral atau horizontal meliputi hal-hal berikut ini :

A. Komunikasi di antara para anggota dalam kelompok kerja yang sama.

B. Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen-departemen


pada tingkatan organisasi yang sama.

3. Komunikasi Diagonal

Merupakan komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal


rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan-
hubungan departemen lini dan staf.

8.3. Pedoman komunikasi yang baik

1. Cari kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum dikomunikasikan.

2. Teliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi.

3. Pertimbangkan keadaan phisik dan manusia keseluruhan kapan saja


komunikasi akan dilakukan.

4. Konsultasikan dengan pihak-pihak lain, bila perlu dalam perencanaan


komunikasi.

5. Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita
selama berkomunikasi.

26
6. Ambil kesempatan, bila timbul, untuk mendapatkan segala sesuatu yang
membantu atau umpan balik.

7. Ikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan.

8. Perhatikan konsistensi komunikasi.

9. Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi.

10. Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk


dimengerti tetapi untuk mengerti.

27
BAB VIIII. Manajemen Konflik

Konflik biasanya timbul dalam organisasi sebagai hasil adanya


masalah-masalah komunikasi, hubungan pribadi, atau struktur organisasi.
Secara ringkas penyebab-penyebab tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
:

1. Komunikasi : salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa


yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak lengkap, serta
gaya individu manajer yang tidak konsisiten.

2. Struktur : pertarungan kekuasaan antar departemen dengan kepentingan-


kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk
memperebutkan sumber daya-sumber daya yang terbatas, atau saling
ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk
mencapai tujuan mereka.

3. Pribadi : ketidak sesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi karyawan


dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka, dan perbedaan
dalam nilai-nilai atau persepsi.

9.1. Definisi Konflik

Konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi


pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Konflik
organisasi (organizational conflict) adalah ketidaksesuaian antara dua atau
lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul
Karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya-
sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan atau karena
kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau
persepsi.

9.2. Jenis-jenis Konflik

Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :

1. Konflik dalam diri individu.

28
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama.

3. Konflik antara individu dan kelompok.

4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama.

5. Konflik antar organisasi.

9.3. Metoda-metoda Pengelolaan Konflik

Ada tiga bentuk manajemen konflik : (1) stimulasi konflik dalam


satuan-satuan organisasi di mana pelaksanaan kegiatan lambat karena
tingkat konflik terlalu rendah. (2) pengurangan atau penekanan konflik bila
terlalu tinggi atau menurunkan produktifitas; dan (3) penyelesaian konflik.

29
BAB X. Dasar-Dasar Proses Pengawasan

10.1. Pengertian Pengawasan

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin”


bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan
dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan.
Pengertian ini menunjukan adanya hubungan yang sangat erat antara
perencanaan dan pengawasan.

Definisi pengawasan yang dikemukakan oleh Robert J. Mockler


berikut ini telah memperjelas unsur-unsur esensial proses pengawasan :
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merangcang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.

10.2. Tahap-tahap Dalam Proses Pengawasan

1. Tahap penetapan satandar, 2. Tahap penentuan pengukuran


pelaksanaan kegiatan, 3. Tahap pengukuran pelaksanaan kegiatan, 4. Tahap
pembandingan pelaksanaan dengan standard analisa penyimpangan.

10.3. Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif

Untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi Kriteria


tertentu. Kriteria-kriteria utama adalah bahwa sistem seharusnya 1)
mengawasi kegiatan-kegiatan yang benar, 2) tepat waktu, 3) dengan biaya
yang efektif, 4) tepat-akurat, dan 5) dapat diterima oleh yang bersangkutan.
Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut semakin efektif sistem
pengawasan.

30

Anda mungkin juga menyukai