Anda di halaman 1dari 61

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Produktivitas


Istilah produktivitas mulai populer setelah Perang Dunia II
sebagai perbaikan perekonomian yang sedang suram di Eropa. Pada
tahun 1810, David Ricardo & Adam Smith (sebagai tokoh ekonomi
klasik), mencetuskan konsep produktivitas yang isinya : “Bagaimana
output akan berubah apabila besaran inputnya berubah”.
Secara umum, konsep produktivitas menggambarkan kaitan
antara hasil atau keluaran yang dicapai dengan sumber atau masukan
yang dipakai.
Sumanth (1990 : 3) dalam bukunya yang berjudul Productivity
Engineering and Management mengemukakan bahwa :
Istilah produktivitas pertama kali disebutkan dalam artikel yang
berjudul The School of Physiocrat oleh Francois Quesnay dari
Perancis pada tahun 1766. Dan pada tahun 1810, Littre
mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan untuk
berproduksi. Barulah pada awal abad ke-20 dikaitkan dalam
pengertian yang lebih tepat yaitu sebagai hubungan antara
output dengan usaha untuk menghasilkan output tersebut.

Menurut Walter Aigner dalam Motivation and Awarness,


sebenarnya filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah sejak awal
peradaban manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (Will)
dan upaya (Effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas
kehidupan disegala bidang.

II - 1
II - 2

Produktivitas dan produksi merupakan dua pengertian yang


berbeda, dimana peningkatan ‘produktivitas’ berarti penggunaan yang
efisiensi dari sumber-sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa.
Atau dengan kata lain merupakan kombinasi dari efektivitas yang
berkaitan dengan hasil yang diinginkan dan efisiensi yang merupakan
tingkat pemenfaatan sumber-sumber daya secara minimal. Sedangkan
‘produksi’ berhubungan dengan aktivitas untuk menghasilkan barang
atau jasa. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh
peningkatan produktivitas karena produksi dapat meningkat walaupun
produktivitas tetap atau menurun.
Pada tahun 1950, OEEC (The Organization for European
Economic Coorperation) memberikan definisi yang lebih formal
mengenai produktivitas sebagai berikut :
Produktivitas adalah nilai yang diperoleh membagi output
dengan salah satu faktor produksi.

Definisi produktivitas telah banyak dibuat oleh para pakar dan


badan-badan internasional, antara lain terdapat dibawah ini :
1. Productivity Improvement Handbook (George J. Washnis, John
Wiley and Son, 1981) yang dikutip oleh Rusli Syarif (1991:1)
Produktivitas mencakup dua konsep dasar yaitu daya guna
(efisiensi) dan hasil guna (efektifitas), dimana daya guna
menggambarkan tingkat sumber-sumber manusia, dana, dan alam
yang diperlukan untuk mengusahakan hasil tertentu, sedangkan
hasil guna menggambarkan akibat dan kualitas dari hasil yang
diusahakan.
II - 3

2. Doktrin Konferensi Oslo yang dikutip oleh Muchdarsyah


Sinungan (1992 : 17)
Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang
bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk
lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil
yang masih sedikit.

3. L. Greenberg yang dikutip oleh Muchdarsyah Sinungan (1992 :


12), mengemukakan :
Produktivitas adalah sebagai perbandingan antara totalitas
pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukkan selama
periode tertentu.

4. John Kendrick, yang dikutif oleh Prof. DR. IR. Adang


Kadarusman, M.Sc (2002 : 1)
Produktivitas adalah hubungan antara keluaran dari barang-
barang dan Jasa dengan masukan dari sumber daya manusia dan
bukan manusia, yang digunakan dalam proses produksi.

5. Dewan Produktivitas nasional, yang dikutip oleh Prof. DR. IR.


Adang Kadarusman, M.Sc (2002 : 2)
Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil
yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan.

6. Davis, pada tahun 1955


Produktivitas adalah perubahan produk yang dihasilkan oleh
sumber-sumber yang digunakan.

7. Fabricant, tahun 1962


Produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input.
II - 4

8. Kendrick dan Creamer, 1965


Produktivitas adalah definisi fungsional untuk produktivitas
parsial, produktivitas faktor total, dan produktivitas total.

9. Siegel, tahun 1976


Produktivitas berkenaan dengan sekumpulan perbandingan antara
output dengan input.

10. Sumanth, tahun 1979


Total produktivitas adalah perbandingan output tangible dengan
input tangible.

11. Venay Goel dalam “Toward Higher Productivity”


Produktivitas adalah hubungan antara keluaran yang dihasilkan
dengan masukan yang dipakai pada waktu tertentu.

12. OECD (Organization for Econimic Coorperation and


Development), tahun 1950
Produktivitas adalah output dibagi dengan elemen produksi yang
dimanfaatkan.

13. ILO (International Labour Organization)


Perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang
dihasilkan merupakan ukuran produktivitas. Elemen-elemen
tersebut berupa tanah, kapital, buruh dan organisasi.

14. EPA (European Productivity Agency)


Produktivitas adalah tingkat efektivitas pemanfaatan setiap elemen
produktivitas.

Dari baerbagai definisi yang dikemukakan diatas dapat kita


tarik kesimpulan bahwa produktifitas merupakan pendekatan suatu
interdisiplin untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana,
II - 5

aplikasi penggunaan untuk sumber-sumber efisien dan tetap menjaga


adanya kualitas yang tinggi.
Atau dapat dikatakan pula bahwa produktivitas adalah
perbandingan dari beberapa keluaran dengan beberapa masukan. Yang
dimaksud dengan Keluaran adalah hasil yang dimanfaatkan bagi
menusia yang diperoleh melalui suatu kegiatan, yang bentuknya dapat
berupa barang atau jasa. Sedangkan yang dimaksud dengan Masukan
adalah sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh hasil
tersebut.
Dengan demikian, meningkatkan produktivitas dengan
memperbesar rasio produktivitas dapat dicapai dengan :
1. Pengurangan penggunaan sumber daya untuk memperoleh
jumlah produksi yang sama. Dalam hal ini perusahaan menambah
keluaran produksinya, tetapi sumber-sumber yang digunakan lebih
irit dengan menghilangkan segala macam pemborosan.
2. Penggunaan jumlah sumber daya yang sama untuk memperoleh
jumlah produksi yang lebih besar. Dalam hal ini peningkatan
produktivitas dicapai dengan bekerja lebih cerdik dengan
memanfaatkan faktor-faktor produksi semaksimal mungkin.
3. Penggunaan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk
memperoleh jumlah produksi yang jauh lebih bear lagi. Dalam hal
ini perusahaan tumbuh dan berkembang yang dicirikan melalui hasil
penjualan dan produksi yang terus membesar dibandingkan dengan
penambahan investasi dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan.
4. Pengurangan jumlah produksi dengan pengurangan jumlah
sumber daya yang jauh lebih besar. Dalam hal ini perusahaan
II - 6

mengalami penggunaan sumber-sumber dan biaya harus lebih


diperketat lagi.
5. Pengurangan sumber daya untuk memperoleh jumlah produksi
yang lebih besar. Dalam hal ini peningkatan produktivitas dicapai
apabila perusahaan mengerahkan seluruh kemampuan dengan
bekerja lebih efektif dalam menghasilkan keluaran sementara biaya-
biaya yang dikeluarkan ditekan serendah mungkin.

2.1.1 Definisi Dasar Produktivitas


Ada tiga tipe dasar produktivitas (David J. Sumanth, 1984.
Productivity Engineering and Management), yaitu :
1. Produktivitas Parsial
Produktivitas parsial adalah rasio keluaran terhadap salah satu
faktor masukan. Sebagai contoh : produktivitas tenaga kerja (rasio
keluaran terhadap masukan tenaga kerja), produktivitas modal
(rasio keluaran terhadap masukan modal), dan produktivitas bahan
(rasio keluaran terhadap masukan bahan).
2. Produktivitas Total Faktor
Produktivitas total faktor adalah rasio keluaran bersih terhadap
jumlah masukan faktor tenaga kerja dan faktor modal. Yang
dimaksud dengan keluaran bersih adalah keluaran total dikurangi
jumlah barang dan jasa yang dibeli.
3. Produktivitas Total
Produktivitas total adalah rasio keluaran total terhadap semua faktor
masukan. Dengan demikian, pengukuran produktivitas total
II - 7

mencerminkan pengaruh bersama dari semua masukan dalam


menghasilkan keluaran.
Dari semua tipe produktivitas tersebut, baik output maupun
input diperlihatkan dalam bentuk ukuran nyata atau fisik dengan
mereduksinya terlebih dahulu dengan nilai uang konstan pada suatu
periode dasar. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh
perubahan harga, sehingga jumlah dari output dan input saja yang
dipertimbangkan dalam pengukuran rasio produktivitas

2.1.2 Siklus Produktivitas


David J. Sumanth dalam bukunya yang berjudul Productivity
Engineering and Management (hal. 48), menyatakan bahwa pada tahun
1985 David J. Sumanth telah memperkenalkan suatu konsep formal
yang disebut sebagai siklus produktivitas (productivity cycle) untuk
dipergunakan dalam peningkatan produktivitas secara terus menerus,
adapun program yang merupakan suatu siklus produktivitas terdiri dari
empat tahapan, yaitu :
1. Pengukuran Produktivitas (Productivity Measurement)
2. Evaluasi Produktivitas (Productivity Evaluation)
3. Perencanaan Produktivitas (Productivity Planning)
4. Peningkatan Produktivitas (Productivity Improvement)
II - 8

Tahap 1 :
Pengukuran
Produktivitas

Tahap 1 : Tahap 1 :
Pengukuran Pengukuran
Produktivitas Produktivitas

Tahap 1 :
Pengukuran
Produktivitas

Sumber : The Productivity Cycle : Productivity Measurement, Evaluatian,


Planning, and Improvement. which form a Continous Process;
abbreviated MEPI. (Sumanth, 1979)

Gambar 2.1 Siklus Produktivitas

Keempat unsur tersebut merupakan suatu siklus yang harus


dilakukan secara kontinu dan berkesinambungan guna mendapatkan
manfaat yang optimal. Konsep tersebut menunjukkan bahwa dalam
program peningkatan produktivitas harus didahului dengan pengukuran
produktivitas. Setelah tingkat produktivitas diketahui, maka langkah
selanjutnya yaitu mengevaluasi atau membandingkan hasil yang ada
sekarang dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan hasil evaluasi ini direncanakan sasaran tingkat
produktivitas baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk
II - 9

mencapai target tersebut, peningkatan produktivitas haruslah dilakukan


secara formal.
Untuk mengetahui seberapa jauh perbaikan tersebut membawa
hasil, makapengukuran produktivitas harus dilakukan kembali.
Kegiatan-kegiatan ini merupakan siklus berlanjut sepanjang program
produktivitas masih berjalan.
Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas, jika faktor-
faktor ini dikombinasikan secara sinergi akan meningkatkan
produktivitas. Sinergi adalah kombinasi dari beberapa faktor dalam
suatu proses sedemikian rupa sehingga mengoperasikan hasil kombinasi
tersebut akan terdapat perbandingan jika mengoperasikan sendiri.

2.2 Ruang Lingkup Produktivitas


Pandangan mengenai produktivitas untuk keperluan definisi
pemakaian tidaklah sama dan konsisten. Produktivitas dapat dipandang
secara berbeda-beda berdasarkan ruang lingkupnya. Menurut Paul Mali
dalam bukunya “Improving Total Productivity” menyatakan tentang
empat ruang lingkup produktivitas, yaitu :
1. Ruang Lingkup Nasional
Memandang negara secara keseluruhan, disini diperhitungkan
faktor-faktor sederhana seperti : buruh, manajemen, bahan mentah,
dan sumber-sumber yang lainnya sebagai keluaran yang
mempengaruhi barang-barang ekonomi dan jasa.
Pada lingkup nasional ini, estimasi produktivitas digunakan
untuk memanfaatkan pendapatan nasional dan keluaran pada auatu
waktu produktivitas digunakan untuk membandingkan kekuatan
II - 10

persaingan dari beberapa industri pada situasi ekonomi nasional


yang berbeda. Produktivitas pada lingkup nasional digunakan
sebagai indeks pertumbuhan, terutama produktivitas nasional tenaga
kerja menggambarkan jumlah barang dan jasa yang tinggi per
pekerja dibanding sebelumnya, sehingga merupakan potensi atas
pendapatannya nyata per pekerja.

2. Ruang Lingkup Industri


Faktor-faktor yang mempengaruhi dan berhubungan
dikelompokkan dalam kelompok industri yang sama, misalnya :
industri penerbangan, minyak, kesehatan, transportasi, listrik, dan
lain sebagainya.
Pengukuran produktivitas pada lingkup industri mempunyai
keuntungan yaitu :
a. Sebagai indikator ekonomi
b. Sebagai analisis tenaga kerja yang meliputi perubahan
tenaga kerja, proyeksi tenaga kerja masa yang akan datang,
kecenderungan ongkos tenaga kerja dan pengaruh teknologi
maju.
c. Sebagai analisis untuk kerja perusahaan dengan
membandingkan industri yang sejenis.
d. Sebagai peramalan pola pertumbuhan industri, dan
kondisi masa yang akan datang.
II - 11

2.3 Unsur-unsur Produktivitas


Ada tiga unsur dari produktivitas yang harus dipahami dalam
upaya peningkatan produktivitas suatu perusahaan, yaitu :

2.3.1 Efisiensi
Produktivitas sebagai rasio input / output yang merupakan
ukuran efisiensi pemakaian sumber daya (input). Efisiensi merupakan
suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang
direncanakan dengan menggunakan masukan yang sebenarnya
terlaksana, pengertian efisiensi berorientasi kepada masukan.

2.3.2 Efektivitas
Evektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan
gambaran seberapa jauh target dapat dicapai baik secara kuantitas
maupun secara waktu. Makin besar persentase target tercapai, makin
tinggi tingkat efektivitasnya. Konsep ini berorientasi keluaran,
peningkatan efektivitas belum tentu dibarengi dengan peningkatan
efisiensi, dan begitu pula sebaliknya.
Gabungan kedua hal tersebut (efisiensi dan efektivitas) membentuk
pengertian produktivitas dengan cara sebagai berikut :

Efektivitaspelaksanaantugasmencapaitujuan
Pr oduktivitas  ..........( 2
Efisiensipenggunaansumbermasukanproses

Efektivitasmenghasilkankeluaran
Pr oduktivitas  .....(2.2
Efisiensipenggunaansumber  sumbermasukan
II - 12

Produktivitas yang tinggi berarti hasil produksi dapat dicapai dengan


ongkos yang rendah. Ini dikenal sebagai prinsip ekonomi yang berbunyi
“memperoleh hasil yang setinggi-tingginya dengan pengorbanan
sekecil-kecilnya” yang dijabarkan ke dalam bahasa operasional. Ini juga
berarti jika harus bekerja secara ekonomis sama dengan kita harus
bekerja secara produktif.

2.3.3 Kualitas
Produktivitas merupakan ukuran kualitas, meskipun kualitas
sulit diukur secara matematis melalui rasio output/input, namun jelas
bahwa kualitas input dan kualitas proses akan meningkatkan output.
Kualitas masukan dan kualitas proses akan menentukan kualitas
keluaran. Keluaran yang berkualitas baik akan meningkatkan rasio
output/input dalam nilai atau nilai tambah, berarti meningkatkan daya
saing dan produktivitas.
Secara umum kualitas adalah ukuran yang menyatakan
seberapa jauh pemenuhan persyaratan, spesifikasi, dan harapan
konsumen.
II - 13

Hasil Utama

Input Proses Produksi

Hasil Sampingan

Kualitas & Kualitas Kualitas &

Efisiensi Efektivitas

Produktivitas

Sumber : Irawaty, “Pengukuran dan Analisis Produktivitas dengan Metode


Nilai Tambah Studi Kasus di PT. PINDAD (Persero)” Teknik
Industri ITB, Bandung 1994, (Hal. 5)

Gambar 2.2
Hubungan Produktivitas dengan Kualitas, Efisiensi, Efektivitas
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Produktivitas
adalah gabungan dari efisiensi, efektivitas dan kualitas.

2.4 Produktivitas Fisik dan Nilai


Produktivitas dikategorikan menjadi produktivitas fisik dan
produktivitas nilai. Nilai dibagi menjadi nilai output bruto dan nilai
tambah.
II - 14

Produktivitas

Fisik Nilai

Nilai Output Nilai Tambah


Bruto
Output dalam bentuk fisik Output dalam rupiah
Mis : ton, liter
Input dalam bentuk Fisik Input dalam rupiah
Mis : jumlah jam orang

Sumber : Irawaty, “Pengukuran dan Analisis Produktivitas dengan Metode


Nilai Tambah Studi Kasus di PT. PINDAD (Persero)” Teknik
Industri ITB, Bandung 1994, (Hal. 6)

Gambar 2.3 Diagram Produktivitas Fisik dan Nilai

1. Produktivitas Fisik
Rasio Output/Input dalam bentuk fisik, misalnya ukuran berat,
panjang, unit, waktu dan sebagainya. Produktifitas fisik banyak
digunakan untuk menilai unjuk kerja secara fisik.
2. Produktivitas Nilai
Rasio Output/Input dalam satuan uang (rupiah, produktivitas nilai
banyak digunakan untuk menilai unjuk kerja perusahaan apakah
sehat atau tidak. Peningkatan rasio fisik belum tentu dibarengi
peningkatan rasio nilai.
II - 15

2.5 Jenis Pengukuran Produktivitas


Pengukuran merupakan bagian penting dari kebijaksanaan
produktivitas. Kalau sesuatu tidak dapat dirumuskan dengan jelas, maka
tidak mungkin dapat dilakukan pengukuran. Kalau tidak ada pengukuran
maka tidak dapat dilakukan perbaikan manajemen.
Jenis pengukuran produktivitas dapat dibedakan berdasarkan
strata (tingkat) dan faktoral.

2.5.1 Produktivitas Berdasarkan Strata


Produktivitas berdasarkan tingkat besarnya unit yang dibahas
produktivitas menjadi :
1. Produktivitas Makro (Nasional)
Pengukuran produktivitas tingkat nasional antara lain :
a. Produktivitas Unsur Manusia
KeluaranNasional
Pr oduktivita sMakro  ..........................
JumlahPenduduk
b. Produktivitas Total (Model Cobb Douglas)
Dinyatakan dengan rumus :
P  K.M a .TK b ........................................................

Dimana : P = Produksi (GDP atau GNP)


M = Faktor Modal
a,b = Pangkat faktor-faktor
K = Nilai Konstan
TK = Faktor tenaga kerja
II - 16

2. Produktivitas Sektoral (Meso)


Produktivitas ini merupakan tingkat industri. Yang setingkat dengan
ini adalah pengukuran produktivitas regional, misalnya tingkat
propinsi. Produktivitas sektoral ini masih bersifat makro.
PDBSektoral
Pr oduktivitasSektoral  .........................
TenagaKerj aSektoral

3. Produktivitas Mikro (Perusahaan)


Terdapat berbagai macam model pengukuran produktivitas yang
dikembangkan diantaranya adalah :
a. Model Engineering
Model ini dikembangkan oleh Marvin E. Mundell berdasarkan
konsep-konsep dalam ilmu Teknik Industri dan bersama definisi-
definisi ongkos dalam akunting biaya. Model ini mensyaratkan
bahwa perusahaan yang akan diukur produktivitasnya mempunyai
waktu standar untuk bekerja (operation time standars), yang untuk
kebanyakan perusahaan di Indonesia sulit untuk bisa dipenuhi.
Penerapan di Indonesia bisa dilakukan dengan jalan melakukan
modifikasi sesuai dengan ketersediaan data di perusahaan. Definisi
aslinya adalah :
Produktivitas adalah nisbah (ratio) dari keluaran yang
dihasilkan untuk penggunaan diluar organisasi yang
diperlukan untuk berbagai macam produk, dibagi oleh sumber-
sumber yang digunakan, kesemuanya dibagi oleh suatu nisbah
yang sama dari perioda dasar.
II - 17

b. Model Akunting
Model Pospac dari Norway dengan Habberstad Productivity
Wheel-nya memberikan cara pengukuran produktivitas dengan
menggunakan data akunting perusahaan. Terdapat tujuh bidang
produktivitas parsial yaitu : produktivitas tenaga kerja, produktivitas
organisasi, produktivitas modal, produktivitas pemasaran,
produktivitas produksi, produktivitas keuangan, dan produktivitas
produk.
Kemajuan dalam produktivitas parsial memberikan kontribusi
pada jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sekurang-
kurangnya maka kemajuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan. Model Pospac itu juga memperinci tindakan apa saja
yang harus dilakukan untuk perbaikan berbagai jenis produktivitas
tersebut, dan daftar tindakan itu memperlihatkan bahwa disini
diperlukan pendekatan multi disipliner. Disiplin-disiplin yang
diperlukan mulai dari ilmu teknik industri, dan berbagai ilmu teknik
lainnya, ilmu ekonomi dan akunting, ilmu manajemen dan perilaku
organisasi, dan ilmu-ilmu sosial antropologi.
Masih banyak lagi model pengukuran lain untuk pengukuran
produktivitas ditingkat perusahaan yang telah dibuat orang, baik
bersifat pengukuran produktivitas faktor parsial. Fungsi produksi
dari Cobb-Douglas yang telah dikemukakan di pengukuran untuk
tingkatan makro pun bila sedikit dimodifikasi akan dapat
dipergunakan pada pengukuran produktivitas ditingkat perusahaan.
Masing-masing model pengukuran mempunyai segi kekuatan
maupun kelemahannya itu haruslah dinilai lebih dahulu.
II - 18

4. Produktivitas Individu
Jumlahprodukdihasilkan
Pr oduktivitastenaga ker ja  .............(2
Jumlahtenaga ker ja

Jumlahprodukdihasilkan
Pr oduktivitastenaga ker ja  .......... ...( 2
Jumlahjam ker ja

Jumlahprodukdihasilkan
Pr oduktivitastenaga ker japroduksi 
Jumlahtenaga ker japroduksi

2.5.2 Produktifitas Berdasarkan Faktoral


David J. Sumanth dalam bukunya yang berjudul “Productivity
Engineering and Management” (hal. 7) mengemukakan 3 (tiga) bentuk
dasar produktivitas dengan memperlihatkan jenis input dan output yang
dilibatkan, yaitu :
1. Produktivitas Total (Total Productivity)
Keluaran
Pr oduktivitasTotal  .......... .......... .......... .....
Semuamasukan
Masukan terdiri dari : tenaga kerja, bahan mentah, peralatan
produksi, energi, dan lain-lain.

2. Produktivitas Multifaktor (Miltifactor Productivity)


Keluaran
Pr oduktivitasMultifaktor  .......... .......... ....
Beberapamasukan
II - 19

3. Produktivitas Parsial (Partial Productivity)


Produktivitas ini menunjukkan produktivitas dari faktor tertentu
yang digunakan untuk menghasilkan keluaran, misalnya :
Keluaran
Pr oduktivitasBahanBaku  ................................
Bahanbaku
2.6 Kriteria Pengukuran Produktivitas
Langkah penting untuk meningkatkan produktivitas adalah
merancang, dan menerapkan pengukuran yang membawa manfaat,
sebagai dasar untuk mengetahui apakah rancangan pengukuran sudah
baik dan membawa manfaat, ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran produktivitas seperti yang dikemukakan
oleh David Bain dalam bukunya “Productivity Perceptions”, yaitu :
1. Keabsahan (Validitas)
Validitas yang tinggi dapat diperoleh bila pengukuran produktivitas
mampu memperlihatkan perubahan produktivitas yang sebenarnya.
Ini adalah syarat utama, sebab bila dasar pengukuran salah maka
hasilnya jelas akan menyimpang atau tidak akurat. Sebagai contoh,
sebuah perusahaan menerima pesanan dengan jumlah yang berbeda-
beda. Bila pengukuran produktivitas dilakukan dengan jumlah
pesanan yang terpenuhi dalam satu jam, maka pengukuran
produktivitas ini tidak valid (tidak sah). Hasil yang tepat diperoleh
bila pengukuran didasarkan pada jumlah unit produksi dalam
pekerja dan waktu pengerjaan yang berbeda-beda, maka jumlah
pesanan tidak bisa dijadikan dasar pengukuran. Pengukuran yang
tidak valid akan membawa hasil yang menyesatkan penafsiran yang
lebih lanjut.
II - 20

2. Kelengkapan (Completeness)
Dalam pengukuran produktivitas endaknya mencakup keseluruhan
output atau hasil dan input atau sumber yang terpakai pada rasio
produktivitas. Data input yang lengkap disini sukar diperoleh bila
output dipersempit. Misalnya untuk mengetahui produktivitas netto
penjualan dari output per hari atau per jam, maka data input yang
berasal dari aliran kas untuk pengukuran ini sukar sekali, bahkan
bukan mustahil diperoleh, sebab biasanya data dikumpulkan per
bulan. Walaupun disatu pihak sukar untuk merangkum semua jenis
input, apalagi dengan selang waktu kurang dari sebulan. Namun
kelengkapan diperlukan dalam pengukuran. Hal ini dipecahkan
dengan cara memperhatikan apa yang sebenarnya perlu diukur dan
bukannya mengukur semua segi secara lengkap. Misalnya dalam
perhitungan produktivitas suatu benda, masukan buruh tak langsung
lupa untuk diperhitungkan. Akibatnya penurunan produktivitas
dapat terlihat sebagai suatu kenaikan atau sebaliknya.
3. Dapat Dibandingkan (Comparability)
Pentingnya pengukuran produktivitas terletak pada kemampuannya
untuk dapat dibandingkan antara periode dengan periode, dengan
tujuan atau dengan standar, sehingga dapat dilihat apabila
penggunaan sumber lebih efisien atau tidak dalam mencapai hasil.

4. Ketermasukan (Inclusiveness)
Pengukuran produktivitas menyatukan banyak kegiatan dalam
fungsi-fungsi organisasi. Kalau selama ini pengukuran produktivitas
terpusat pada kegiatan-kegiatan produksi dan juga beberapa unsur
II - 21

didalam kegiatan produksi secara keseluruhan, maka diperlukan


pengukuran aspek-aspek lain, misalnya terhadap kualitas, peralatan,
dan fasilitasnya.
5. Tepat Waktu (Timeliness)
Pengukuran produktivitas dimasukkan sebagai alat yang efektif bagi
manajemen, sehingga harus dikomunikasikan pada setiap manajer
yang bertanggung jawab pada bidangnya dalam waktu yang
secepat-cepatnya, tetapi masih dalam batas-batas yang masih praktis
untuk dilakukan.
6. Keefektivan Ongkos (Cost Effectiveness)
Pengukuran produktivitas haruslah dilakukan dengan
memperhatikan semua ongkos-ongkos yang berhubungan, baik
langsung maupun tidak langsung. Sumber-sumber yang digunakan
untuk melakukan pengukuran, haruslah dipandang sebagai suatu
sumber lainnya dan harus digunakan seefisien mungkin dalam
mendapatkan pengukuran yang diperlukan.

2.7 Manfaat Pengukuran Produktivitas


Manfaat pengukuran produktivitas yang dapat diambil untuk
tingkat perusahaan atau organisasi, yaitu :
1. Perusahaan dapat menilai efisiensi penggunaan sumber daya
dalam menghasilkan barang dan jasa.
2. Pengukuran produktivitas berguna untuk perencanaan sumber
daya, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Usaha pengukuran produktivitas dapat dipakai untuk menyusun
kembali tujuan ekonomi dan non ekonomi perusahaan.
II - 22

4. Berdasarkan hasil pengukuran produktivitas dapat


direncanakan tingkat produktivitas di masa mendatang.
5. Strategi untuk meningkatkan produktivitas dapat ditentukan
berdasarkan perbedaan antara tingkat produktivitas yang diukur.
6. Pengukuran produktivitas dapat dipakai untuk membandingkan
unjuk kerja manajemen dalam perusahaan dengan perusahaan
sejenisnya maupun dalam lingkup nasional.
7. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari pengukuran
produktivitas dapat digunakan dalam perencanaan tingkat
keuntungan perusahaan.
8. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan
persaingan.
9. Penawaran kolektif dapat dicapai lebih rasional saat diperoleh
perkiraan produktivitas.

2.7.1 Manfaat dari Sudut Makro


Manfaat dari peningkatan produktivitas dilihat dari sudut secara
makro, yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan bersaing secara internasional
sehingga menambah pendapatan negara, mendorong pemerintah
untuk mengadakan investasi baru, dan dapat memperluas
kesempatan kerja.
2. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang menunjang
terwujudnya kemakmuran sehingga di dapat :
a. Meningkatkan standar hidup dan martabat bangsa.
II - 23

b. Memperkokoh eksistensi dan potensi bangsa yang


berarti memantapkan ketahanan nasional.
3. Alat untuk membantu merumuskan kebijaksanaan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

2.7.2 Manfaat dari Sudut Meso


Yang diperhitungkan disini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi dan berhubungan dengan suatu jenis industri yang sama.
Keuntungan pengukuran produktivitas dalam ruang lingkup industri
adalah :
1. Alat untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara, dimana
pengukuran produktivitas dapat mendefinisikan industri-industri
yang berkembang dan yang ketinggalan, sehingga sektor-sektor
yang memerlukan perhatian khusus dapat diketahui.
2. Dapat digunakan untuk menganalisis tenaga kerja yang
meliputi perubahan tenaga kerja, cerminan tenaga kerja masa yang
akan datang, kecenderungan ongkos tenaga kerja dan pengaruh
teknologi terhadap lapangan kerja.
3. Dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi kinerja perusahaan
dengan membandingkan kinerja masing-masing perusahaan dengan
kinerja industri yang bersangkutan dalam suatu negara.
4. Sebagai akar peramalan pola perkembangan industri masa yang
akan datang.
2.7.3 Manfaat dari Sudut Mikro
Produktivitas mikro yang dimaksud disini berarti produktivitas
tingkat perusahaan. Manfaat peningkatan secara mikro adalah :
II - 24

1. Memperkuat daya saing perusahaan karena dapat memproduksi


dengan biaya yang rendah dan mutu yang baik.
2. Menunjang kelestarian dan perkembangan perusahaan karena
peningkatan produktivitas mernungkinkan perusahaan memperoleh
keuntungan yang dapat dimanfaatkan untuk investasi baru.
3. Menunjang terwujudnya hubungan industrial yang lebih baik
apabila nilai tambah dinikmati bersama oleh karyawan, perusahaan,
atau pemegang saham.
4. Mendorong perluasan lapangan pekerjaan.

2.7.4 Manfaat dari Sudut Individu


Dilihat dari sudut ini pula terdapat beberapa manfaat dari
peningkatan produktivitas yaitu :
1. Meningkatkan pendapatan (Income) dan jaminan sosial lainnya.
Hal tersebut akan memperbesar kemampuan (daya) untuk membeli
barang dan jasa, yang berarti peningkatan kesejahteraan. Dari segi
lain, meningkatnya pendapatan tersebut dapat disimpan (saving)
yang nantinya berguna untuk investasi.
2. Meningkatkan harkat dan martabat serta pengakuan terhadap
potensi individu.
3. Meningkatnya motivasi kerja dan keinginan berprestasi. Kalau
ditelaah sebenarnya terdapat korelasi antara peningkatan
produktivitas dengan perluasan lapangan kerja, walaupun perluasan
tersebut mungkin terjadi pada jangka waktu yang panjang.

2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas


II - 25

Secara garis besar terdapat 12 faktor yang mempengaruhi


produktivitas, yaitu :
1. Jumlah Investasi
Ada hubungan yang kuat antara jumlah uang yang diinvestasikan
dalam suatu perusahaan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja di
perusahaan tersebut. Hal ini dijelaskan sebagai berikut : dalam
negara yang investasinya besar, maka jenis investasi yang dilakukan
adalah investasi padat modal, berarti investasi tersebut mangarah ke
investasi barang dan modal yang mengakibatkan naiknya tingkat
produktivitas tenaga kerjanya.
2. Perbandingan antara Modal Investasi dan Jumlah Tenaga
Kerja
Jika besarnya perbandingan antara modal investasi dengan jumlah
tenaga kerja menurun, maka artinya adalah penambahan jumlah
modal investasi yang ditanamkan lebih kecil bila dibandingkan
dengan jumlah tenaga kerja. Akibatnya tenaga kerja tidak bisa
terserap disektor-sektor produksi, sehingga secara nasional
produktivitas negara tersebut menurun.
3. Penelitian dan Pengembangan
Pada umumnya penelitian dan pengembangan lebih berfokus pada
pengembangan produk, bahkan untuk perbaikan produktivitas.
Tetapi secara tidak langsung faktor ini juga mempengaruhi tingkat
produktivitas.
4. Peraturan Pemerintah
Berguna untuk mengatur keseimbangan pencapaian sasaran industri
dan sosial.
II - 26

5. Kapasitas Terpakai
Kapasitas terpakai adalah kapasitas saat ini dimana suatu pabrik
beroperasi. Bila kapasitas terpakai di bawah kapasitas terpasang
berarti penggunaan sumber daya tidak penuh.
6. Umur Pabrik beserta Peralatannya
Pabrik dan peralatan yang sudah tua tidak bisa memberikan output
sebesar output pada saat pabrik dan peralatannya masih baru.
7. Harga Energi
Tingkat biaya industri sangat dipengaruhi oleh besar komponen
energi (listrik, bahan bakar, dan lain-lain). Kenaikan biaya energi
mengakibatkan kenaikan biaya produksi, bahkan mempengaruhi
keuntungan sehingga berpengaruh terhadap produktivitas.
8. Komposisi Tenaga Kerja
Dengan adanya pergeseran strutur pekerja, dari pekerja pabrik
menjadi pekerja yang mengandalkan pengetahuan maka diperlukan
adanya kerja sama, keterampilan dan keahlian yang diperoleh
melalui pelatihan yang memadai.
9. Ketakutan Pekerja akan Kehilangan Pekerjaannya
Anjuran peningkatan produktivitas sering diikuti dengan ketakutan
tenaga kerja akan kehilangan lapangan pekerjaan yang telah
dimiliki, karena mereka beranggapan bahwa peningkatan itu diikuti
dengan pengurangan tenaga kerja untuk menghasilkan jumlah
produksi yang sama. Hal ini tidak akan terjadi kalau ada
komunikasi yang baik antara tenaga kerja dengan pihak manajemen
perusahaan.
10. Pengaruh Serikat Buruh
II - 27

Pengaruh serikat sangat kuat sehingga memerlukan adanya


pengertian terutama dalam tuntutan kenaikan gaji.
11. Etika Kerja
Dengan meningkatnya penghargaan terhadap waktu, pemanfaatan
waktu kerja menjadi lebih produktif.
12. Peranan Manajemen
Merupakan faktor dominan, terutama dalam proses perencanaan dan
penjadwalan, kejelasan instruksi pada tenaga kerja dan pengaturan
beban yang tepat.
Produktivitas akan meningkat bila faktor-faktor diatas
dikombinasikan secara sinergi, sehingga akan melipat gandakan
hasilnya bila dipisah pengerjaannya.

2.9 Hal-hal yang Mengakibatkan Penurunan Produktivitas


Dalam bukunya “Improving Total Productivity:, Paul Mali
menjelaskan sebab-sebab yang mengakibatkan turunnya produktivitas,
yaitu :
1. Penghamburan pemakaian sumber-sumber yang disebabkan
karena ketidak mampuan dalam mengukur, mengevaluasi, dan
mengatur produktivitas para pekerja perkantoran yang semakin
berkembang.
2. Meningkatnya inflasi yang disebabkan oleh pemberian imbalan
dan pembagian keuntungan tanpa diimbangi dengan peningkatan
produktivitas.
3. Melonjaknya biaya karena keinginan organisasi untuk
berekspansi, sehingga mengurangi pertumbuhan.
II - 28

4. terjadinya penundaan dan keterlambatan dalam pengambilan


keputusan karena ketidakjelasan wewenang serta ketidakefisienan
dalam suatu organisasi yang sangat besar.
5. Motivasi yang rendah karena bertambahnya para pekerja baru
yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berkecukupan
dengan segala sikap yang baru.
6. Penerimaan peralatan yang terlambat karena terganggunya
jadwal yang diakibatkan kurangnya persediaan.
7. Adanya pertentangan dan kesulitan bagi orang dalam bekerja
sama yang tidak dapat dipecahkan, yang mengakibatkan organisasi
kurang bekerja dengan efektif.
8. Keinginan dan hak manajemen untuk meningkatkan
produktivitas dibatasi dengan munculnya peraturan-peraturan yang
tidak sesuai lagi dengan kondisi saat sekarang ini.
9. Ketidakpuasan dan kebosanan dalam bekerja yang diakibatkan
oleh semakin terspesialisasi dan terbatasnya proses pekerjaan.
10. Kesempatan dan penemuan baru mengalami penurunan karena
pengaruh perubahan teknologi yang cepat dan membesarkan biaya.
11. Kemampuan para pelaksana menjadi tidak terpakai atau usang,
karena ketidakmampuan untuk mengikuti kecepatan perkembangan
informasi dan ilmu pengetahuan.
12. Disiplin tentang waktu dikacaukan oleh adanya keinginan
untuk mempunyai waktu luang yang lebih banyak.

2.10 Model Pengukuran Produktivitas


II - 29

Beberapa model atau metode pengukuran produktivitas yang


telah berkembang, diantaranya adalah :
1. Model APC (The American Productivity Center)
2. Model Haberstaad Productivity Wheel Oslo
3. Model Craig-Harris
4. Model Kendrik-Creamer
5. Model Marvin E. Mundell
6. Model David J. Sumanth
7. Model Parsial Pospac
8. Model Nilai Tambah

1. Model APC (The American Productivity Center)


Model ini menggunakan ukuran produktivitas sebagai berikut :
Hasil Penjualan
Pr ofitabilitas  .................................................
Biaya  biaya

.... (2.12)

(Banyaknya output * h arg a perunit )


 ..................... (2.13)
(Banyaknya input * biaya perunit)

 Banyaknya output   H arg a 



 Banyaknya input x
 Biaya per unit 

   
................. (2.14)
Indeks Pr ofitabilitas
Indeks Perbaikan H arg a  ..................
Indeks Pr oduktivitas

......... (2.15)
II - 30

2. Model Haberstaad Productivity Wheel Oslo


Terdapat 6 (enam) ukuran produktivitas parsial, yaitu :
Gross M arg in
1. Pr oduktivitas Tenaga Kerja  ...........
Total Wages

............. (2.16)
Turnover
2. Pr oduktivitas Modal  .......
Total Capital Employed

.............. (2.17)
3. Pr oduktivitas Pr oduksi  Capital Utilization ............

............ (2.18)
4.

Value Added
Pr oduktivitas Organisasi 
Total Sales of Ad min istration

.... (2.19)
Gross M arg in
5. Pr oduktivitas Penjualan  ........
Total Sales of Cost

............... (2.20)
Gross M arg in
6. Pr oduktivitas Pr oduk  ...........
Direct Pr oduct Cost

............. (2.21)

3. Model Craig-Harris
Model ini merumuskan produktivitas total sebagai berikut :
II - 31

Ot
Pt  ..........................................................
LCR Q

.. (2.22)
dimana : Pt = Produktivitas Total
L = Faktor Masukan Tenaga Kerja
C = Faktor Masukan Modal
R = Faktor Masukan Bahan Mentah dan Alat
Ot = Keluaran / Output Total
Q = Faktor Masukan lan pada Barang dan Jasa

4. Model Kendrik-Creamer
Terdapat Dua jenis angka indeks produktivitas, yaitu :
 Indeks Produktivitas Total

Output periode tert


Indeks Produktivitas Total 
Input periode terte
Peningkatan Produktivitas Faktor Total
Output Bersih
Indeks Pr oduktivitas Faktor Total  ..............
Inpu Faktor Total

.............. (2.24)
Peningkatan Produktivitas = Perbedaan antara output bersih
dan input faktor total
 Indeks Produktivitas Parsial
Indeks Produktivitas Parsial ditentukan sebagai berikut :
II - 32

Output dalam h arg a periode dasar


Pr oduktivitas Parsial Tenaga Kerja 
Input T.K dalam h arg a periode dasar
........

. (2.25)
Output dalam h arg a periode dasar
Pr oduktivitas Parsial Modal 
Input mod al dalam h arg a periode dasar
..........

(2.26)
Output dalam h arg a periode dasar
Pr oduktivita s Parsial Material 
Input material dalam h arg a periode dasar
......

(2.27)

5. Model Marvin E. Mundell


Model ini berintikan pada produktivitas seluruh faktor atau
produktivitas total, tetapi pada pengukuran ini faktor kualitas tidak
diperhitungkan dan diasumsikan seluruh produk atau output merupakan
produk yang dapat diterima.
Model ini dikembangkan di perusahaan-perusahaan di Asia
dengan berdasarkan konsep-konsep dalam teknik industri dengan
definisi-definisi ongkos dalam akunting.
Model ini merumuskan dua bentuk indeks produktivitas, yaitu :
AOMP / RIMP
IP  ..........................................................
AOBP / RIBP

(2.28)
Indeks Kinerja Periode yang Diukur

Indeks Kinerja Periode Dasar

AOMP / AOBP
IP  .........................................................
RIMP / RIBP

(2.29)
II - 33

Indeks Output

Indeks Input

dimana :
IP = Indeks produktivitas
AOMP = Output Agregat untuk periode yang diukur
AOBP = Output Agregat untuk periode dasar
RIMP = Input-input untuk periode yang diukur
RIBP = Input-input untuk periode dasar

6. Model David J. Sumanth


Model pengukuran produktivitas ini dikembangkan pada tahun
1979 dengan ruang lingkup perusahaan, yang disebut Model
Produktivitas Total (Total Productivity Model). Model ini
memperhitungkan seluruh faktor masukan dan keluaran pada ruang
linkup perusahaan yang meliputisuatu pengukuran produktivitas total
dan seperangkat pengukuran produktivitas parsial, yang terdiri dari lima
macam input. Model ini dapat digunakan pada perusahaan jasa dan
manufaktur, dan dirumuskan sebagai berikut :

Total Nilai Keluaran (tangible


)
Pr oduktivitas Total  .......
Total Nilai Masukan (tangible
)
(2.30)
dimana :
Total Keluaran meliputi :
 Nilai unit produk jadi
II - 34

 Nilai unit produk setengah jadi


 Dividen
 Bunga
 Pendapatan lainnya

Total Masukan meliputi :


 Nilai tenaga kerja
 Nilai bahan
 Nilai kapital
 Nilai energi
 Biaya lainnya

Yang dimaksud dengan tangible disini adalah besaran yang


dapat diukur, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya
jumlah mobil yang diproduksi. Yang dimaksud dengan output disini
adalah semua jumlah produk yang dihasilkan, dan input meliputi sumber
daya yang digunakan untuk menghasilkan output ini. Input dan output
dinyatakan dalam satuan yang sama, misalnya nilai uang yang
dinyatakan dalam harga konstan pada periode dasar pengukuran.
Model pengukuran produktivitas total David J. Sumanth ini
dapat digunakan untuk mengukur :
1. Produktivitas Total Perusahaan
2. Produktivitas Total Faktor
3. Produktivitas Parsial

7. Model Omax (Objective Matrix)


II - 35

Model pengukuran produktivitas OMAX adalah model


pengukuran produktivitas dengan menggunakan manajemen berdasarkan
sasaran yang dikembangkan oleh James L. Riggs. Model ini mempunyai
ciri yang unik yakni beberapa kriteria performansi kelompok kerja
digabungkan kedalam sebuah matriks. Setiap kriteria memiliki sasaran
serupa jalur khusus menuju perbaikan serta memiliki bobot sesuai
dengan tingkat kepentingannya terhadap tujuan produktivitas. Hasil
akhir dari pengukuran produktivitas OMAX adalah nilai tunggal untuk
suatu kelompok kerja yang menunjukkan dimana tujuan manajemen
tersebut tercapai.
Dalam pengukuran dengan menggunakan model ini
terdapattujuh buah rasio yang harus dihitung, yaitu :
1. Jumlah produk cacat dibanding jumlah produk yang dihasilkan
2. Jumlah produk yang dihasilkan dibanding jam kerja yang
tersedia
3. Jumlah produk yang dihasilkan dibanding pemakaian sumber
daya
4. Jumlah produk yang dihasilkan dibanding target produksi
5. Jumlah produk yang cacat dibanding produk yang baik
6. Jumlah pekerja absen dibanding jumlah pekerja
7. jumlah down time mesin dibanding jam mesin yang tersedia.
Dalam pengukuran dengan metode OMAX ini mempunyai
kesulitan yaitu harus menghitung jumlah produk yang cacat dan terlalu
banyak rasio yang harus dihitung sehingga menjadikan pengukuran
lebih rumit.
II - 36

8. Model Pengukuran Produktivitas Parsial Pospac


Model pengukuran ini adalah model pengukuran produktivitas
skandinavia, yang sering disebut model pengukuran produktivitas
Habberstad. Model ini pertama kali dicetuskan pada bulan Mei 1984,
pada saat berlangsung kongres produktivitas sedunia (WPC) IV di
Norwegia.
Model Pospac ini merupakan gabungan dari beberapa
pengukuran produktivitas parsial yang masing-masingmenggambarkan
berbagai kegiatan dilingkungan sebuah perusahaan. Bila dirinci lebih
lanjut, model ini terdiri dari enam ukuran produktivitas parsial, yaitu :
1. P = Production Productivity
2. O = Organization Productivity
3. S = Sales Productivity
4. P = Product Productivity
5. A = Arbeiter(Work Force) Productivity
6. C = Capital Productivity

2.11 Pengukuran Produktivitas Metode Nilai Tambah


1. Konsep dan Pengertian Nilai tambah
Konsep nilai tambah diperkenalkan oleh seorang bendaharawan
Amerika Tenche Cox pada tahun 1790 yang menyatakan bahwa
pertambahan nilai merupakan dasar terciptanya kemakmuran dan
aktivitas. Dan menurut Kiyoshi Wainai “Konsep produktivitas telah
dikenal sejak 200 tahun yang lalu, tetapi baru tahun 1920-an
berkembang pesat”.
II - 37

Banyak para ahli yang mengemukakan definisi nilai tambah


diantaranya adalah :
1. Peter Drucker
Nilai tambah adalah perbedaan antara pendapatan kasar yang
diterima perusahaan dari penjualan produknya berupa barang atau
jasa dengan jumlah yang dibelanjakan untuk pembelian bahan baku
dan jasa yang diberikan oleh pensuplai dari luar.
2. Bank Of Japan
Value added = ordinary income + personel cost + financing cost +
rent + tax + depreciation cost ........................ (2.31)
3. British Institute of Management
Nilai tambah = Keluaran – Masukan ...................................... ( 2.32)
Atau (pendapatan dari penjualan atau jasa yang ditawarkan
dikurangi pengeluaran untuk bahan baku dan jasa yang dibeli).
Secara singkat, nilai tambah adalah nilai keluaran bersih.
1. Nilai tambah dengan menggunakan
metode pengurangan, yaitu :
Nilai tambah = penjualan produk dan jasa – pembelian barang dan
jasa .................................................................. (2.33)
2. Nilai tambah dengan meggunakan
metode penjumlahan, yaitu :
Nilai tambah = Upah + Gaji + Pensiun + Bunga Utang – Pajak +
Dividen + Cadangan + Penyusutan ................. (2.34)
Pengertian ini dapat dilihat secara grafis pada gambar 2.4
berikut :
II - 38

Kolom 1: Memperlihatkan penerimaan lain-lain dari luar perhitungan


nilai tambah
Kolom 2: Memperlihatkan bahan dan jasa yang dibeli oleh perusahaan
yang masuk dalam perhitungan nilai tambah. Penjualan
dikurangi dengan jumlah kolom 2 ini akan menghasilkan nilai
tambah kotor.
Penjualan (atau pendapatan dari operasi lainnya)

Pendapatan Nilai Tambah Kotor


dari investasi Bahan baku energi
atau dari biaya sewa Nilai Tambah Bersih
jenis yang peralatan kantor
istimewa, biaya perjalanan Laba sebelum bunga
perolehan sub kontrak
dan biaya tenaga ahli Laba sebelum pajak
Biaya
pertukaran perbaikan Penyusutan
Tenaga
kurs dan bangunan dan Bunga Laba sesudah pajak
Kerja
lain-lain lain-lain Pinjam
Pajak Laba
Dividen
ditahan
1 2 3 4 5 6 7 8
Sumber : Irawaty, “ Pengukuran dan Analisis Produktivitas dengan Metode Nilai Tambah Studi Kasus di PT.PINDAD
(Persero)” Teknik Industri ITB, Bandung 1994

Keterangan : Gambar
Kolom = Bagian 2.4 Pengertian Nilai Tambah
untuk mengurangi
Baris = Bagian yang dikurangkan

II - 39
Produktivitas dapat berarti ukuran tingkat efisiensi, efektivitas,
dan kualitas dari setiap sumberyang digunakan selama produksi
berlangsun, diformulasikan sebagai :
Output
Pr oduktivita s  ..................................................................
Input

(2.35)

Hasil bagi antara output dan input dapat memperhatikan :


1. Apakah produktivitas
meningkat dari suatu periode ke periode lain
2. Apakah produktivitas lebih
baikdari perusahaan lain yang sejenis
Informasi dari pengukuran ini merupakan bagian yang sangat
penting untuk merumuskan kebijaksanaan dalam upaya peningkatan
produktivitas.
Dengan menggunakan nilai tambah sebagai keluaran dikenal
metode pengukuran berdasarkan nilai tambah :
Nilai Tambah
Pr oduktivitas  .......................................................
Input

(2.36)
1. Mengukur
masukan
Ada dua faktor utama yang selalu dipergunakan dalam setiap proses
yaitu asset dan tenaga kerja
2. Masukan
Tenaga Kerja

II - 40
II - 41

Terdiri dari :
 Jumlah
Tenaga Kerja
 Jumlah
Jam Orang
 Jumlah
Orang
 Jumlah
Tahun Orang
 Jumlah
biaya tenaga Kerja
Diasumsikan tenaga kerja mempunyai keahlian, pengalaman,
pendidikan, inisiatif dan kemampuan lain yang relatif sama.
3. Masukan Aset
Terdiri dari :
 Total
Aktiva Lancar
 Total
Aktiva Tetap
Untuk menilai aset sebagai masukan harus diperkirakan perubahan
harga pada setiap periode. Jika pengukuran dilakukan pada suatu
seri, ukuran nilai didefinisikan untuk menghilangkan pengaruh
inflasi. Angka deflator digunakan berdasarkan indeks harga.
Produktivitas aset tetap diukur berdasarkan ukuran fisiknya. Namun
untuk memudahkan perhitungan, keluaran atau masukkan yang
heterogen dibuat berdasarkan nilai.
II - 42

4. Mengukur
Keluaran
Ukuran agregasi keluaran yang heterogen digunakan unit harga
sebagai ukuran.

2. Distribusi Nilai Tambah


Nilai tambah merupakan kekayaan yang dikumpulkan oleh
usaha bersama dari pekerja perusahaan dan penyedia modal. Maka yang
ikut menciptakan nilai tambah harus mendapat bagian dari pertambahan
nilai kekayaan berupa gaji, upah, pensiun, bunga, pinjaman, atau
investasi dan penyuluhan. Suatu bagian besar nilai tambah perusahaan
umumnya dibagikan kepada karyawan dalam bentuk gaji, upah, bonus,
dana pensiun dan bentuk lain dari biaya tenaga kerja.

Distribusi Nilai Tambah

Laba (Deviden Tenaga Kerja


Dan Cadangan)
(Gaji,Upah)

Pajak

Bunga
Penyusutan Pinjaman

Sumber : Irawaty, “Pengukuran dan Analisis Produktivitas Dengan


Metode Nilai Tambah Studi Kasus di PT>PINDAD (Persero)” Teknik
Industri ITB, Bandung 1994, (Hal. 18)
II - 43

Gambar 2.5 Pengertian Nilai Tambah

Sebagian lain dari nilai tambahan dibagikan kepada penyedia


modal dalam bentuk bunga dividen, yang sebelumnya sebagian dari nilai
tanbah tersebut diberikan kepada pemerintah berupa pajak atas laba.
Bagian terakhir dari nilai tambah yang tinggal dalam perusahaan
merupakan dana penyusutan dan laba ditahan. Penyusutan yang
disisihkan sebelum laba (termasuk turnover) dianggap sebagai ongkos
pemilikan dan penggunaan aktiva.
Nilai tambah juga mengukur kepuasan konsumen dilihat dari sisi harga
yang dibayar.

3. Manfaat Metode Nilai Tambah


Terdapat beberapa manfaat dan tujuan dari analisis dengan
metode nilai tambah, yaitu diantaranya :
1. M
enunjukkan bagaimana kekayaan perusahaan diciptakan melalui
proses produksi
2. U
ntuk merencanakan peningkatan produktivitas melalui
pengalokasian sumber daya, perbaikan metode kerja,
mengefisienkan masukan.
3. U
ntuk melihat hubungan antara produktivitas tenaga kerja, aset, dan
profitabilitas perusahaan.
II - 44

4. Cara menghitung Nilai Tambah


Ada dua cara menghitung nilai tambah, yaitu metode
pengurangan dan metode penambahan. Yang akan dipakai pada
penelitian ini adalah metode pengurangan, yaitu :

Nilai Tambah = Jumlah Penjualan – Pembelian barang dan


jasa dari Pihak Ketiga ....................... (2.37)

Batasan atau istilah – istilah yang digunakan dalam menghitung


nilai tambah dengan metode pengurangan, yaitu :
1. Total Penjualan.
Semua penerimaan dari oprasi normal perusahaan, bersih dari
potongan dagang seperti rabat, komisi, dan diskon. Pajak penjualan
potongan dipisahkan karena bukan hasil usaha produktif
perusahan.Dividen anak perusahaan, royalty, pendapatan dari
investasi, gedung yang disewakan, dan keuntungan nilai tukar mata
uang asing tidak diikutsertakan dalam penjualan

2. Bahan yang dibeli.


Terdiri bahan baku, bahan penolong, bahan bakar, biaya bahan
untuk pemeliharaan, perkakas lepas, barang yang sudah dipakai,
dan peralatan kantor.
3. Jasa yang dibeli.
Terdiri dari semua jasa dari luar perusahaan untuk keperluan
operasional. Contoh ; transportasi dari luar perusahan, advertasi,
II - 45

dari luar perusahaan, jasa bantuan hukum, komisi untuk agen, biaya
bank (bukan bunga ), biaya pos.
4. Pekerjaan yang disubkontrakkan.
Diperlukan sebagai barang yang dibeli dari luar.
5. Biaya Sewa.
Diperlukan sebagai jasa atau barang yang dibeli.
6. Pajak- Pajak.
Pajak kekayaan dan pajak upah dialokasikan sebagai nilai tambahan
kepada pemerintah.
7. Bunga.
Diperlihatkan sebagai distribusi nilai tambah.
8. Piutang ragu-ragu.
Tidak boleh dianggap mengurangi nilai tambah, karena bukan diluar
usaha produktif, jadi harus dipertlihatkan tidak sebagai biaya
produksi.
9. Aktiva tetap pabrik sendiri.
Dianggap sebagai aset dalam neraca, tidak dianggap sebagai barang
yang dibeli.

10. Perbedaan Konversi mata uang.


Tidak dianggap sebagai usaha produktif perusahaan.
11. Hal – Hal luar biasa.
Tidak termasuk nilai tambah, melainkan sebagai biaya non
produksi.
12. Perusahaan patungan.
II - 46

Nilai tambah perusahaan tidak boleh digabungkan, maksudnya


penghasilan dari perusahaan patungan modalnya adalah milik
bersama / patungan, jadi tidak boleh dimasukan kedalam
perhitungan nilai tambah.
13. Biaya riset.
Harus dihitung dengan dasar yang sama dengan rekening keuangan
lain.
II - 47

Sumber : Irawaty, “Pengukuran dan Analisis Produktivitas Dengan Metode


Nilai Tambah Studi Kasus di PT>PINDAD (Persero)” Teknik Industri ITB,
Bandung 1994.

Gambar 2.6 Metode Pengurangan Nilai Tambah


II - 48

2.12 Indeks Produktivitas


Indeks Produktivitas adalah rasio antara produktivitas dengan
angka tahun dasar untuk mengetahui turun naiknya produktivitas.
Indeks produktivitas semua rasio dihitung dengan
menggunakan tahun dasar sebagai periode dasar (indeks = 1) adapun
rumus yang digunakan adalah :
Pr oduktivita s tahun ke  i
Indeks Pr oduktivita s  i  .........
Pr odutivitas tahun dasar

........... (2.38)
hasil perhitungan indeks produktivitas tiap rasio digambarkan
kedalam bentuk grafik.
Langkah-langkah dalam perhitungan indeks produktivitas
dengan menggunakan nilai tambah adalah sebagai berikut :
1. Menghitung nilai aset konstan dan amortisasi atau penyusutan
berdasarkan indeks yang disesuaikan
Nilai No min al Aset
Aset Kons tan 
Indeks H arg a ....................................................

(2.39)
Aset Konstan Awal Tahun  Aset Konstan Akhir Tahun
Aset Konstan Rata  rata 
2
....

(2.40)
2. Menghitung nilai tambah konstan
Menghitung nilai konstan masing-masing elemen tiap kelompok
penjualan, persediaan dan biaya pembelian dari pihak ketiga.
3. Menghitung biaya tenaga kerja konstan tiap tahun
nilain no min al biaya tenaga ker ja
H arg a Kons tan Biaya Tenaga Kerja 
Indeks h arg a ......

(2.41)
II - 49

4. Menghitung nilai tambah konstan perusahaan setiap tahun


Nilai Tambah = Penjualan – (biaya bahan + biaya tenaga
kerja dan supplies + biaya pemeliharaan
dan perbaikan + biaya umum + biaya
penjualan) .......................................... (2.42)
5. Menghitung laba perusahaan tiap tahun
Laba = Penjualan – (Biaya tenaga kerja + Nilai Tambah +
Penyusutan) ..................................................... (2.43)

2.13 Penentuan Perioda Dasar dan Deflator


Untuk memperoleh harga konstan dari nilai rupiah yang
dipergunakan, diperlukan deflator untuk menghilangkan pengaruh
inflasi. Tahun dasar ditentukan untuk menyusun angka indeks
produktivitas. Setelah itu barulah tingkat produktivitas dari tahun
ketahun dapat dihitung.
1. Tahun Dasar
Definisi perioda dasar menurut Marvin E. Mundel dalam
bukunya “Improving Productivity and Effectiveness” adalah perioda
yang mendahului tahun ini ( current year ), yang secara khusus biasanya
ditentukan oleh pihak berwenang ( higher authority ).
Sebelum melakukan perhitungan nilai tambah perlu ditentukan
tahun dasar untuk menghitung nilai konstan, sehingga setiap perhitungan
mengacu pada nilai – nilai tahun tersebut. Disamping itu tahun dasar
ditentukan untuk menyusun indeks produktivitas sehingga perubahan
II - 50

dari satu tahun dasar ke tahun yang lainnya dapat dengan mudah terlihat.
Tahun dasar yang dipilih dalam perhitungan ini adalah tahun 1999.
David J. Sumant mengemukakan beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan perioda dasar :
1) Dimulainya program produtivitas pertama kali.
2) Status produk yang dihasilkan, apakah produk baru atau lama.
3) Frekuensi terjadinya pengenalan produk baru.
4) Adanya kejadian yang luar biasa dalam perusahaan, misalnya
pemogokan karyawan.
5) Ketersediaan system pengumpulan data dan “up dating” data
yang memadai.
6) Lamanya suatu perioda pengukuran, apakah dalam bulan,
kuartal semester, atau tahun.

2. Deflator
Informasi tentang deflator diperlukan untuk menghilangkan
pengaruh perubahan harga dan inflasi antar periode pengukuran,
sehingga diperoleh nilai pada periode pengukuran dengan harga konstan.
Beberapa besaran yang dapat digunakan sebagai deflator antara lain
adalah laju inflasi, indeks harga konsumen atau indeks harga produsen.
Cara penggunaan informasi deflator untuk memperoleh harga
konstan adalah sebagai berikut :
100
HK = X HB ...........................................................
100  1

(2.44)
Dimana : HK = Nilai harga konstan pada periode pengukuran
II - 51

HB = Nilai harga konstan berlaku pada periode pengu


kuran
I = Tingkat Inflasi
Pengukuran produktivitas yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah pengukuran dengan menggunakan model nilai tambah sebagai
ukuran keluaran. Angka – angka yang diperoleh berasal dari dat
keuangan buku akuntansi perusahaan dimana nilainya berdasarkan harga
yang berlaku, juga produktivitas diukur berdasarkan nilai, maka perlu
dihilangkan aspek inflasi atau perubahan harga atau dengan kata lain,
untuk membandingkan produktivitas dari satu perioda lain perlu
disesuaikan dengan nilai konstan.
Untuk memperoleh nilai konstan dari keluaran atau masukan
diperlukan deflator atau indeks harga yang tepat dan perlu dibuat indeks
harga secara terpisah baik untuk nilai keluaran maupun bahan – bahan
yang digunakan sebagai masukan, sesuai dengan perubahan –
perubahan harga tercatat. Hal ini perlu karena nilai tambah merupakan
hasil pengukuran penjualan dengan masukan, dimana variabel – variabel
inidipengaruhi oleh perubahan harga, indeks harga dan biaya yang
digunakan sesuai dengan indeks berdasarkan komoditi yang dibuat
pemerintah, dapat diperoleh dari Biro Pusat Statistik dan dari data
keuangan perusahaan.

2.14 Hubungan antar Rasio


Mulyadi Kurdi dalam bukunya yang berjudul Pengukuran
Produktivitas dengan Metode Nilai Tambah, Mengemukakan beberapa
alternatif rasio nilai tambah, yaitu :
II - 52

1. Nilai Tambah per Tenaga Kerja


Rasio utama yang digunakan adalah analisis nilai tambah
pertenaga kerja. Rasio ini merupakan kunci pengukuran
produktivitas, yang dapat dihitung dari laporan neraca keuangan
perusahaan.
Nilai tambah
Nilai tambah per Karyawan = ............
Jumlah Tenaga Kerja

(2.45)
Untuk lebih memahami faktor – faktor yang mempengaruhi nilai
tambah per tenaga kerja, maka rasio ini dapat diuraikan kedalam
unsur – unsurnya, sebagai berikut :

Nilai Tambah per Tenaga Kerja

Nilai Tambah
Tenaga Kerja

Penjualan Nilai Tambah


JumlahTenaga Kerja Penjualan

Penjualan Modal
Modal Jumlah Tenaga Kerja
II - 53

Sumber : Mulyadi Kurdi, “Pengukuran Produktivitas Dengan Metode Nilai


Tambah” Direktorat Bina Produktivitas Tenaga Kerja
Departemen Tenaga Kerja RI, 1997.

Gambar 2.7 Rasio 1


Alternatif rasio nilai tambah per tenaga kerja dapat dijabarkan
sebagai berikut :

Nilai Tambah per Tenaga Kerja

Nilai Tambah
JumlahTenaga Kerja

Nilai
Nilai Tambah
Tambah Nilai Tambah
Modal
Modal Jumlah Tenaga Kerja

Penjualan Nilai Tambah


Modal Penjualan

Sumber : Mulyadi Kurdi, “Pengukuran Produktivitas Dengan Metode Nilai


Tambah” Direktorat Bina Produktivitas Tenaga Kerja
Departemen Tenaga Kerja RI, 1997.

Gambar 2.8 Rasio 2


II - 54

Dengan menguraikan suatu rangkaian rasio, maka hubungan


antar berbagai rasio menjadi lebih jelas. Dalam rangkaian pertama
dari rasio – rasio tersebut diatas, rasio nilai tambah terhadap
penjualan pertanega kerja bersama – sama, menentukan nilai
tambah per tanaga kerja.

2. Daya Saing Biaya Tenaga Kerja


Nilai tambah per biaya tenaga kerja merupakan indikator untuk
menunjukan performance, perusahaan dalam hal daya saing biaya
tenaga kerja.
Nilai Tambah
Daya saing = .........................................
Biaya Tenaga Kerja

(2.46)
Hubungan antara daya saing tenaga kerja, nilai tambah pertenaga
kerja, dan biaya tenaga kerja per orang, digambarkan sebagai
berikut :
Daya Saing Tenaga Kerja

Nilai Tambah
Biaya Tenaga Kerja

Nilai Tambah Jumlah Tenaga Kerja


Jumlah Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja
II - 55

Sumber : Mulyadi Kurdi, “Pengukuran Produktivitas Dengan Metode Nilai


Tambah” Direktorat Bina Produktivitas Tenaga Kerja
Departemen Tenaga Kerja RI, 1997.

Gambar 2.9 Rasio 3


Daya saing biaya kerja dapat dipertahankan dengan menjaga
peningkatan biaya tenaga kerja perorang secara proporsional untuk
menilai kinerja suatu perusahaan adalah profitabilitas.

Laba Oprasi ( sebelum bunga )


Profitabilitas =
Modal Operasi

............... (2.47)

Profitabilitas

Laba Operasi
Modal Operasi

Laba Operasi Penjualan


Penjualan Modal Operasi

Sumber : Mulyadi Kurdi, “Pengukuran Produktivitas Dengan Metode Nilai


Tambah” Direktorat Bina Produktivitas Tenaga Kerja
Departemen Tenaga Kerja RI, 1997.

Gambar 2.10 Rasio 4


II - 56

Alternatif rasio profitabilitas dapat diuraikan sebagai berikut :

Profitabilitas

Laba Operasi
Modal Operasi

Nilai Tambah Laba


Modal Operasi Nilai TAmbah

Sumber : Mulyadi Kurdi, “Pengukuran Produktivitas Dengan Metode Nilai


Tambah” Direktorat Bina Produktivitas Tenaga Kerja
Departemen Tenaga Kerja RI, 1997.

Gambar 2.11 Rasio 5

Uraian ini menunjukan bahwa profitabilitas ditentukan tidak


saja oleh bagian nilai tambah yang mengalir ke perusahaan dan
pemilik modal dalam bentuk laba, tetapi juga menunjukan
penggunaan yang baik dari modal untuk mendapatkan nilai tambah.
II - 57

2.15 Evaluasi Produktivitas


Tahapan dalam siklus produktivitas adalah melakukan evaluasi
hasil pengukuran, dalam melakukan evaluasi tentunya menggunakan
suatu cara yang digunakan untuk menemukan faktor-faktor yang
merupakan sebab terjadinya masalah yang akan dipecahkan adalah
menggunakan diagram sebab akibat (Fish Bone).
Diagram sebab akibat adalah diagram yang menunjukkan
hubungan sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses
statistical, diagram sebab akibat dipergunakan untuk faktor-faktor
penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan
oleh faktor-faktor penyebab itu. Diagram sebab akibat ini sering disebut
Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) karena bentuknya seperti
kerangka ikan, atau diagram Ishikawa (Ishikawa’s Diagram) karena
diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada
tahun 1943. (Metode Analitis Untuk Peningkatan Kualitas; Vincent
Gaspersz; Gramedia).
Diagram sebab akibat ini menggambarkan antara sebab dan
akibat yang ingin kita ketahui dalam bentuk nyata. Oleh karenanya,
akibat = karakteristik mutu dan sebab = faktor. Dalam praktek umum,
faktor harus ditulis lebih rinci untuk membuat diagram menjadi
bermanfaat.

Manusia Lingkungan

Masalah

Metode Material
II - 58

Sumber : Tjiptono Fandy, “Prinsip-prinsip Total Quality Service”, Andi


Yogyakarta. 1997.

Gambar 2.12 Contoh Diagram Sebab Akibat


Diagram ini menggambarkan hubungan antara akibat (masalah)
dengan sebab-sebab terjadinya masalah tersebut. Faktor-faktor penyebab
dari masalah ini umumnya dapat digolongkan kedalam 5 macam faktor,
yaitu :
1. Faktor Manusia
2. Faktor Alat / Mesin
3. Faktor Bahan
4. Faktor Cara (Metode)
5. Faktor Lingkungan

2.16 Evaluasi Produktivitas


Perencanaan produktivitas merupakan tahap pemikiran
bagaimana cara meningkatkan produktivitas yang selanjutnya
diimplementasikan pada tahap berikutnya yaitu tahap peningkatan
produktivitas.
Perencanaan yang dilakukan dapat melihat kepada diagram
pareto. Dari diagram ini dapat diketahui tipe-tipe ketidaksesuaian yang
ada, mulai dari paling bayak frekuensinya, sehingga dari sini dapat
dibuat suatu perencanaan untuk mengatasi faktor-faktor yang menjadi
sumber timbulnya permasalahan dan dengan ini dapat dilakukan suatu
perbaikan-perbaikan bagi peningkatan produktivitas.
II - 59

2.17 Usulan Perbaikan Produktivitas


Pada dasarnya perbaikan proses kerja terus menerus merupakan
tindakan-tindakan yang diambil dalam sistem bisnis global guna
meningkatkan produktivitas total melalui peningkatan efektivitas dan
efisiensi dari proses dan aktivitas melalui struktur organisasi manajemen
yang ada.
Proses peningkatan produktivitas memerlukan komitmen untuk
perbaikan terus menerus yang melibatkan secara seimbang antara aspek
manusia (motivasi) dan aspek teknologi (teknik). Kaizen adalah suatu
istilah dalam bahasa Jepang yang dapat diartikan sebagai perbaikan
terus-menerus (continous improvement). Kaizen pada dasarnya
merupakan suatu kesatuan pandang yang komperhensif dan terintegrasi
yang bertujuan untuk melaksanakan perbaikan secara terus menerus.
Dalam melaksanakan Kaizen, kita dapat menggunakan panduan
bertanya yaitu 5W – 1H, sebagai berikut :
1. Who (Siapa) ?
Hubungan pertanyaan itu dengan kondisi yang akan diterapkan atau
akan dilaksanakan pada perusahaan adalah siapa sebagai pelaksana
perbaikan produktivitas pada perusahaan. Hal ini menyangkut
hubungan antara pimpinan perusahaan dengan karyawan yang
ditunjang dengan teknologi serta sistem yang mendukungnya.
Dengan kata lain bahwa sumber daya perusahaan yang dimiliki
merupakan modal untuk melaksanakan perbaikan produktivitas
perusahaan.
2. What ( Apa) ?
II - 60

Dengan mengetahui persoalan yang ada pada perusahaan maka pada


pelaksanaan perbaikan produktivitas perusahaan telah mempunyai
arah untuk mengupayakan penyelesaian masalah, hal ini berarti
menjawab pertanyaan apa yang harus dilaksanakan adalah dengan
melakukan perbaikan dalam efisiensi penggunaan biaya-biaya yang
dipergunakan dalam melakukan operasional pada perusahaan. Hal
ini juga termasuk dari segi pemakain listrik, pekerjaan, waktu kerja,
bahan pendukung dan sebagainya.
3. Where (Dimana) ?
Dalam melaksanakan perbaikan produktivitas pada perusahaan
maka perlu diketahui sasaran yang jelas dengan begitu akan
mewujudkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam melakukan
perbaikan tersebut. Adapun perbaikan ini dilakukan pada bidang
sumber daya manusia, meliputi peningkatan kemampuan pekerja
menguasai pekerjaannya, efisiensi penggunaan waktu penyelesaian
pekerjaan, lingkungan pekerjaan serta lingkungan diluar organisasi
perusahaan.
4. When (Kapan) ?
Perbaikan produktivitas perusahaan dapat dilakukan secara formal
dilakukan secara periodik, seperti setiap bulan, triwulan, semester,
atau setiap tahun. Perbaikan produktivitas secara formal dilakukan
secara terus-menerus dan setiap saat atau setiap hari kerja.
5. Why (Mengapa) ?
Mengapa perbaikan produktivitas itu harus dilakukan ? Hal ini
untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan, efisiensi penggunaan
II - 61

biaya operasional, efisiensi penggunaan sumber daya perusahaan,


serta efektivitas pencapaian tujuan perusahaan.
6. How (Bagaimana) ?
Bagaimana perbaikan produktivitas dilakukan, perbaikan
produktivitas yang dimaksud disini adalah perbaikan yang
dilakukan pada bagian-bagian unit dalam perusahaan. Hal ini dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk melakukan usaha perbaikan
produktivitas perusahaan seperti tenaga kerja, teknik, metode,
waktu, fasilitas, peralatan, material. Volume produksi, inventory,
tempat serta cara berfikir.

Anda mungkin juga menyukai