Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PRAKTIKUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
“KESET DARI KAIN PERCA”

OLEH
KELOMPOK 3 :

Jeki Rahman : 1506122274


Mutiara Dermawan S : 1506115870
Mila Khotimah : 1506111312
Nining Sugiarti : 1506121032
Resy Annisyafitri : 1506115158
Ruth Agustine Putri Z : 1506110580

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan

yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya bahwa perempuan itu

lemah lembut, cantik, emosional, dan sebagainya. Sementara laki-laki dianggap

kuat, rasional, jantan, perkasa, dan tidak boleh menangis. Ciri dan sifat itu sendiri

merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Perubahan ciri dan sifat tersebut

dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ketempat yang lain, juga

perubahan tersebut bisa terjadi dari kelas ke kelas masyarakat yang berbeda.

Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki yang

bisa bisa berubah, baik itu waktu maupun kelas (Faqih, 2007).

Berkaitan dengan pembangunan bangsa, gender merupakan suatu strategi

global yang berupaya untuk meningkatkan kepedulian akan aspirasi, kepentingan

dan peranan perempuan dan laki-laki tanpa mengesampingkan harkat, kodrat, dan

martabat perempuan dan laki-laki dalam segala bidang. Hakekat peningkatan

peranan khususnya kaum perempuan adalah meningkatkan kedudukan, peranan,

kemampuan, kemandirian dan ketahanan mental spiritual perempuan. Pada

dasawarsa 70-an kesadaran mengenai peran perempuan mulai berkembang yang

diwujudkan dalam arah pendekatan program yang memusatkan pada masalah

‘perempuan dalam pembangunan’. Masalah ini didasarkan pada suatu pemikiran

mengenai perlunya kemandirian bagi perempuan miskin agar pembangunan dapat

dinikmati oleh semua pihak (Nugroho, 2011).

Umumnya di bidang pendidikan perempuan Indonesia terutama di

pedesaan memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sebagian jenis pekerjaan dan
tingkat upah jauh di bawah kaum laki-laki. Hal ini karena faktor ideologi

masyarakat yang selama ini melekat, membatasi kegiatan perempuan di luar

rumah dimana perempuan bertugas mengurusi anak, suami, dan pekerjaan rumah

tangga lainnya. Perempuan tidak dapat berkembang dari segi pendidikan maupun

keterampilan. Menurut data-data yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan

ada berbagai alasan kenapa anak perempuan tidak menamatkan sekolahnya atau

tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu alasan

tersebut adalah adanya hambatan kultural, yaitu masih kuatnya budaya kawin

muda bagi perempuan yang tinggal di daerah pedesaan.

Menurut Notopura (1984), pada hakekatnya perempuan adalah makhluk

manusia biasa, sama seperti makhluk manusia lain yang disebut pria. Oleh karena

itu perempuan pun memiliki harkat dan martabat seperti juga dimiliki kaum pria.

Mereka memiliki potensi, walau secara kodrat berbeda dari kaum pria, tetapi

dapat disejajarkan dalam pertimbangan lainnya. Mengikutsertakan kaum

perempuan dalam segala kegiatan akan menambah kekuatan serta kemampuan di

dalam melaksanakan pembangunan, sehingga lebih banyak lagi hasil- hasil yang

akan dicapai, dengan demikian meningkatkan ketahanan nasional. Melihat

kenyataan yang demikian, maka pemberdayaan sangat diperlukan bagi kaum

perempuan.

Pemberdayaan sering digunakan dalam konteks kemampuan meningkatkan

ekonomi individu yang merupakan prasyarat pemberdayaan. Pemberdayaan juga

merupakan konsep yang mengandung makna perjuangan bagi mereka yang

terlibat perjuangan tersebut yaitu perjuangan wanita. Definisi-definisi tersebut

mencerminkan bahwa proses pemberdayaan merupakan tindakan usaha perbaikan


atau peningkatan ekonomi, sosial-budaya, politik, dan psikologi baik secara

individual maupun kolektif (Prijono dan Pranarko, 1996). Pemberdayaan dalam

masyarakat pun sangat beragam, bisa dalam bidang pertanian, industri rumah

tangga, perdagangan, perikanan, dan lain sebagainya.

Pemberdayaan perempuan merupakan upaya dalam penigkatan peran

perempuan. Pemberdayaan bagi kaum perempuan sangalah penting karena

perempuan tidak hanya berperan mengurus rumah tangga, namun bisa berperan

diluar rumah seperti berorganisasi sama halnya seperti laki-laki. Pemberdayaan

kaum perempuan tidak lepas dari pengembangan diri tersebut. Pengembnagan diri

kaum perempuan danggap sebagau sifat dan prilaku aktif dalam pengembangan

berbagai potensi dirinya. Selain itu, perempua mampu bertanggungjawab atas

pilihannya terhadap dirinya dan orang lain, serta dapat mengevaluasi

pengembangan identitasnya. Kegiataan pemberdayan dilakukan unutk

meningakatkan kreatifitas dari perempuan. Pemanfaatan barang yang belum

bernilai menjadi bernilai tinggi dibutuhkan kreativitas yang dapat dikembang

secara terus menurus.

Perempuan yang akan diberdayakan bukan hanya perempuan pedesaan

akan tetapi perempuan perkotaan pun bisa diberdayakan. Salah satunya ibu-ibu

yang berada di perumahan Garuda Sakti KM 7 dimana pada perumahan tersebut

banyak ibu-ibu yang tidak bekerja, berikut beberapa faktor yang mendukung

pemilihan lokasi :

1. Tingkat pendidikan ibu-ibu disana rata-rata tamat SD.

2. Tidak diizinkan bekerja oleh suaminya.


3. Minimnya keterampilan ibu-ibu tersebut sehingga mereka tidak mampu

membuka usaha sendiri.

4. Tidak memilki modal untuk memulai usaha kecil-kecilan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka kami tertarik untuk melakukan

pemberdayaan pada ibu-ibu di perumahan tersebut. Pemberdayaan yang akan

kami lakukan yaitu mengadakan pelatihan pembuatan keset dari kain perca. Kami

memilih kain perca karena kain perca mudah didapatkan dan juga murah bahkan

ada yang gratis sehingga modal yang di keluarkan tidak terlalu banyak.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka kelompok tertarik untuk

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa program pelatihan pemberdayaan yang dapat diberikan kepada ibu-

ibu rumah tangga dalam mengisi waktu luangnya?

2. Apakah dengan program pelatihan tersebut dapat memberikan pengaruh

positif dalam mengisi waktu luang dan juga tingkat pendapatan keluarga?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dilakukan kegiatan pemberdayaan kepada ibu-ibu di

perumahan Garuda sakti km 7 adalah :

1. Memberikan program pelatihan pemberdayaan yang bermanfaat dalam

mengisi waktu luang ibu-ibu di perumahan Garuda sakti km 7

2. Meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga dan juga kretivitas

tambahan dengan adanya pelatihan pemberdayaan yang diberikan.


II. PEMBAHASAN

2.1. Perencanaan (planning)

Menurut Louis A. Allen (Hasibuan, Fungsi Fungsi Manajemen, 2009 : 92)

perencanaan adalah menentukan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Pada dasarnya merencanakan adalah kegiatan yang hendak dilakukan

dimasa depan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur berbagai sumber daya

agar hasil yang dicapai sesuai yang diharapan. Menurut Robert Anthony,

perencanaan dibedakan menjadi tiga macam jenisnya yaitu :

1. Perencanaan strategis

Merupakan suatu proses perencanaan dimana keputusan tentang tujuan

organisasi akan dicapai melalui pengeloaan sumber-sumber daya dan dana yang

dimiliki, didasarkan pada kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Perencanaan untuk mengendalikan manajemen

Merupakan suatu proses perencanaan dimana manajer bertanggung jawab

bahwa penggunaan sumber-sumber saya dan dana digunakan seefektif mungkin

dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuab organisasi.

3. Perencanaan operasional

Merupakan sutau proses diamana usaha melaksanakan kegiatan tertentu

dijamin seefektif dan seefisien mungkin.

Berikut adalah perencanaan kegiatan pemberdayaan perempuan di

perumahan jalan Garuda Sakti KM 3:

1. Tujuan program ini adalah membantu ibu rumah tangga menciptakan

usaha sendiri tanpa modal yang besar. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk
mengembangkan kreativitas ibu-ibu tersebut dan memotivasi mereka agar mau

bekerja dan memulai usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

2. Program yang akan dilakukan adalah program penyuluhan dan pelatihan.

Pertama kami akan memberikan penyuluhan tentang berwirausaha, serta

mendemonstrasikan bagaimana proses pembuatan keset dari kain perca.

Kemudian setiap minggu akan diadakan pelatihan pembuatan keset tersebut,

untuk pelatihan pada minggu pertama kami akan menyediakan bahan-bahan nya

untuk ibu-ibu tersebut. Pada minggu berikutnya kami akan meminta untuk ibu-ibu

tersebut untuk mencari bahan-bahannya sendiri.

2.2. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang

harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan pembagian pekerjaan kepada

setiap karyawan, penetapan departemen-departemen (subsistem) dan penentuan

hubungan-hubungan. Dalam pengorganisasian untuk menjalankan perencanaan

diatas, di bagi dalam beberapa bagian yaitu :

No Nama Tugas
1 Jeki Rahman Ketua
2 Mutiara Dermawan S. Pemateri
3 Mila Khotimah
Resy Annisyafitri Perlengkapan
Ruth Agustine Putri Z
4 Nining Sugiarti Dokumentasi

2.3. Pelaksanaan (Actuating)

Untuk pelaksanaan kegitan pemberdayaan agar berjalan sesuai dengan

pembagian kerja masing-masing serta menggerakkan seluruh sumber daya yang


ada agar pekerjaan atau kegiatan yang akan dilakukan berjalan sesuai rencana dan

bisa mencapai tujuan, di sini kami melakukan survey lokasi terlebih dahulu agar

kami mengetahui kondisi di lapangan dimana akan dilaksanakan pada tanggal 27

Oktober 2018, target utama dari program/kegiatan ini adalah ibu-ibu yang ada di

jalan Garuda Sakti KM 3.

Setelah itu pada tanggal 31 Oktober 2018 dilanjutkan dengan sosialisasi

tentang cara membuat keset kaki dari kain perca sesuai dengan perencanaan di

atas. Kami akan menampilan video yang menjelaskan bagaimana cara untuk

membuat keset kaki dari kain perca tersebut kemudian langsung di praktekkan

dengan ibu-ibu yang menjadi sasaran dari program tersebut.

Tanggal Kegiatan
27 Oktober Survey Lokasi di perumahan Garuda Sakti km 7,
dilanjutkan dengan perkenalan antara mahasiswa
dengan ibu-ibu perumahan tersebut.
31 Oktober Pengarahan dan menampilkan video pembuatan
keset kaki dengan kain perca, yang dilanjutkan
dengan cara pembuatannya langsung. Alat dan bahan
disediakan oleh kelompok pemberdaya, berikut
rinciannya:
-kain perca
-gunting
-benang
-jarum jahit
03 November Lanjutan pelatihanpembuatan keset, juga sekaligus
meninjau sudah seberapa bisa ibu-ibu tersebut dalam
membuat keset dari kain perca.
10 November Evaluasi dilakukan dengan melihat hasil keset yang
telah dibuat oleh ibu-ibu perumahan tersebut, juga
sekaligus penutup perjumpaan dengan keompok
pemberdayaan.

Pelatihan pemberdayaan kesetari kain perca, nantinya oleh kelmpok akan

dilaksanakan dengan beberapa metode seperti:


 Tanya jawab

Metode tanya jawab merupakan suatu cara dimana pemateri pada

umumnya berusaha menanyakan apakah audience telah mengetahui tentang

sesuatu atau hal yang akan diajarkan

 Diskusi

Diskusi dapat digunakan sebagai media untuk membahas bersama tentang

pembuatan keset, dimulai dari apakah ibu-ibu pernah membuatn keset dari kain

perca, bentuk atau motif seperti apa yang telah dibuat, berapa kemampuan per

orang dalam membuat keset, dan pertanyaan lainnya. Digunakannya metode

diskusi karena dirasa dapat merangsang pikiran serta berbagai pemikiran dan jenis

pandangan baru. Serta dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap

warga belajar lainnya.

 Demonstrasi

Metode pembelajaran demonstrasi yaitu cara penyajian pelajaran dengan

memperagakan atau mempertunjukkan kepada warga belajar suatu proses, situasi,

atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan, yang

sering disertai penjelasan lisan. Dalam menjelaskannya kami memilih bentuk

komunikasi visual yakni melalui tutorial video, dengan pertimbangan bahwa

dengan melihat video ibu-ibu tersebut dapat lebih mengerti dan juga melalui video

bentuk dan motif dari keset tersebut dapat bervariasi. Tidak hanya video, kami

juga memperagakan langsung bersama dengan ibu-ibu, kelompok pemberdayaan

juga sudah membuat contohnya terlebih dahulu sebelum kegiatan pelatihan.

2.4. Pengawasan (Controling)


Untuk mengawasi apakah gerakan dari pelatihan pembedayaan ini sudah

sesuai dengan rencana atau belum maka kami akan melakukan pengawasan setiap

perjumpaan pelatihan, seperti melihat kerapian jahitan keset, dan motif pembuatan

keset.

2.5. Evaluasi

Hasil yang dilihat dalam pembuatan keset dari kain perca tidak jauh

berbeda seperti dalam kegiatan pengawasan, kemudan evaluasi lainnya seperti:

1. Berapa jumlah keset yang mampu di buat oleh masing-masing ibu rumah

tangga.

2. Adanya pelatihan pembuatan keset dari kain perca dapat mengisi waktu

luang ibu-ibu dengan kegiatan kreatif dan bermanfaat.

3. Hasil kegiatan pemberdayan nantinya diharapkan dapat meningkatkan

pendapatnn ekonomi rumah tangga, dengan cara menjualnya ke pasar.

Anda mungkin juga menyukai