Anda di halaman 1dari 12

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Selada (Lactuca sativa L)

Selada (Lactuca sativa L) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Compositae
(Sunarjono, 2014). Sebagian besar selada dimakan dalam keadaan mentah. Selada merupakan
sayuran yang populer karena memiliki warna, tekstur, serta aroma yang menyegarkan tampilan
makanan. Tanaman ini merupakan tanaman setahun yang dapat di budidayakan di daerah
lembab, dingin, dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada dataran tinggi yang beriklim lembab
produktivitas selada cukup baik. Di daerah pegunungan tanaman selada dapat membentuk
bulatan krop yang besar sedangkan pada daerah dataran rendah, daun selada berbentuk krop kecil
dan berbunga (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Klasifikasi Selada :

Kedudukan selada dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Super Divisi : Spermathophyta Divisi :

Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales Famili : Asteraceae

Genus : Lactuca

Species : Lactuca sativa L (Saparinto, 2013).

1. Budidaya Tanaman
Terdapat dua kelompok besar budidaya selada (Lactuca Sativa) yang berkembang
di Indonesia. Pertama, selada daun bentuk korp-nya bulat lepas, daunnya hijau
mengembang. Kedua, selada korp (heading lettuce) bentuk korp-nya bulat atau lonjong
dan korp-nya padat.
Dari dua jenis diatas yang paling banyak dibudidayakan adalah tipe selada daun,
bentuk daunnya bergelombang cenderung berkerut-kerut, atau populer dengan nama
selada keriting. Selada keriting toleran ditanam di daerah tropis dan panas sekalipun.
Jenis selada keriting bahkan bisa tumbuh dengan subur di dataran rendah dan panas
seperti Jakarta.

Pada dasarnya suhu optimal bagi budidaya selada kriting berkisar antara 15-25C
dengan ketinggian 900 meter hingga 1.200 meter dari permukaan laut. Jenis tanah yang
disukai selada kriting adalah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih
mengandung humus. Meskipun demikian, selada keriting masih toleran terhadap tanah
yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai.
Pemilihan benih dan penyemaian

Selada diperbanyak diri dengan biji. Biji atau benih selada diperoleh dengan
menumbuhkan tanaman selada hingga berbunga dan berbuah. Setelah tua baru diambil
bijinya. Apabila benih dibeli dari toko, varietas yang populer saat ini antara lain penn
great lakes, imperial dan New york. Kebutuhan benih selada per satu hektar lahan adalah
250 gram. Untuk mendapatkan hasil optimal, benih selada keriting sebaiknya disemai
terlebih dahulu sebelum ditanam di hamparan lahan yang luas.

Ada berbagai jenis media penyemaian untuk budidaya selada, diantaranya dalam
polybag, daun pisang, sistem tray, tanah tercetak atau di atas bedengan. Pada kesempatan
kali ini yang akan kami uraikan adalah media tanam di atas bedengan.

Siapkan bedengan dengan lebar satu meter dan tinggi sekitar 15 cm, panjang
bedengan disesuaikan dengan kebutuhan. Posisi bedengan harus ditempat terbuka dan
jauh dari gangguan binatang. Campurkan pupuk kandang, tanah dan arang sekam dengan
perbandingan 1:1:1. Pupuk kandang yang digunakan harus sudah betul-betul matang
untuk menghindari tumbuhnya mikroorganisme yangn tidak diharapkan. Kegunaan
pupuk kandang untuk memperkaya unsur hara dan nutrisi. Arang sekam diperlukan untuk
menggemburkan tanah agar pencabutan bibit tidak merusak akar tanaman. Apabila tanah
terlalu asam, berikan juga kapur pertanian atau dolomit secukupnya. Derajat keasaman
yang ideal untuk budidaya selada adalah pH 5 sampai 6,8.
Siram media penyemaian dengan air untuk memberikan kelembaban pada benih
yang akan ditabur. Usahakan jangan sampai basah menggenang karena bisa membusukan
tanaman. Tebarkan benih selada secara merata diatas bedengan. Padat penebaran benih
adalah 100 gram per 10 meter persegi bedeng semai. Apabila penyemaian dilakukan pada
musim kemarau, ada baiknya berikan mulsa berupa rumput, jerami atau daun kering
diatasnya. Hal tersebut berguna untuk mengurangi penguapan akibat terik matahari.

Buatlah naungan diatas bedengan tersebut. Gunanya, pada musim hujan untuk
melindungi bibit yang baru tumbuh dari limpahan air hujan secara langsung. Pada musim
kemarau, untuk menaungi bibt dari sengata matahari yang terlalu terik. Tutupan bedengan
bisa menggunakan paranet, karung plastik atau plastik bening. Upayakan membuat
tutupan yang bisa ditutup buka, sehingga pada pagi dan sore hari tutup bisa dibuka agar
mendapat penyinaran maksimal. Dan, pada siang hari bisa ditutup untuk melindungi dari
sengatan matahari.

Perawatan pada tahap penyemaian ini adalah penyiraman rutin, penyiangan gulma
dan pengawasan hama dan penyakit. Dalam budidaya selada keriting organik tidak
diperkenankan penyemprotan pestisida sintetis. Apa bila ada hama bisa diusir dengan
menutup penyemaian, apabila terserang penyakit bisa diberikan pupuk kandang tambahan
dan penyemprotan pestisida nabati bila diperlukan. Bibit selada keriting bisa dipindahkan
setelah berdaun 4-5 helai atau berumur 3-4 minggu sejak benih ditebar.
Pengolahan lahan untuk budidaya selada keriting tergantung pada jenis, struktur
dan tekstur tanahnya. Apabila tanah yang akan dipakai sangat keras, lakukan
penggarpuan terlebih dahulu, setelah itu baru dilakukan penggemburan dengan cara
dicangkul. Kemudian bentuk bedengan dengan ukuran lebar 1 meter tinggi 15 cm dan
panjang kurang lebih 10 meter atau tergantung kondisi lahan. Agar bedengan tetap
kering, terutama di lahan-lahan basah seperti bekas sawah, tanah untuk bedengan
ditinggikan 20 cm, dikiri dan kanan bedengan dibuat gang untuk saluran drainase. Lebar
bedengan tidak diperkenankan terlalu lebar untuk memudahkan pemeliharaan.

Budidaya selada keriting memerlukan lingkungan keasaman yang netral dengan


pH ideal 5-6,8. Apabila kondisi tanah asam sebaiknya dilakukan proses penetralan
terlebih dahulu dengan kapur. Sedangkan bila tanah terlalu basa netralkan dengan
belerang atau gipsum. Misalnya, untuk menetralkan tanah yang memiliki pH 5,5
diperlukan kapur sebanyak 0,1 kg per meter persegi sehingga derajat keasaman naik
menjadi pH 6,5. Sebaliknya untuk menurunkan pH tanah bisa diberikan belerang atau
gipsum sebanyak 0,6 kg per meter persegi.

Untuk memperkaya humus tanah dicampur dengan pupuk kandang yang telah
matang atau pupuk kompos. Jumlah pupuk kandang yang disarankan untuk kotoran ayam
adalah 20 ton per hektar. Kalau kita menggunakan pupuk kompos, jumlah kompos yang
disarankan sebanyak 2 kg per meter persegi. Pemberian pupuk organik bertujuan untuk
menggemburkan lahan dan mempertinggi aktifitas mikroorganisme didalam tanah.
Setelah tanah dicampur dengan pupuk kandang atau kompos, diamkan selama 2 hari,
kemudian haluskan kembali tanah dengan pencangkulan.

Setelah lahan siap pindahkan bibit selada keriting dari tempat penyemaian. Dalam
memindahkan tanaman, sebaiknya angkat dengan tanah yang menyangga zona perakaran.
Penanaman dilakukan dengan cara ditugal atau dilubangi dengan tangan saja. Besar dan
dalam lubang tanam disesuaikan dengan perakaran bibit selada keriting yang akan
dipindahkan. Atur jarak tanam sebesar 10 x 15 cm.

2. Perawatan budidaya selada

Perawatan yang dilakukan dalam budidaya selada kriting diantaranya penyiraman,


pemupukan dan penyiangan. Penyiraman dilakukan sesuai dengan cuaca yang ada. Jika
tidak ada hujan lakukan 2 kali penyiraman dalam satu hari setiap pagi dan sore.
Penyiraman bisa dilakukan pada siang hari namun dengan intensitas air yang cukup
banyak untuk menghindari layu mendadak pada tanaman.

Setelah bibit yang ditanam berumur 2 minggu, apabila tanaman kurang subur
yang ditandai dengan warna hijau yang pudar, berikan tambahan pupuk kandang
sebanyak 2 ton per hektar. Pupuk kandang yang digunakan hendaknya yang mengandung
unsur nitrogen tinggi seperti kotoran ayam. Pada umur tanaman mencapai 20 hari sejak
semprotkan pupuk cair organik dengan dosis 3 liter per hektar.

Meskipun siklus panennya cepat, penyiangan tetap diperlukan karena tanaman


selada kriting ini memiliki akar yang dangkal sehingga daya saingnya sangat rendah
dibanding tanaman pengganggu. Untuk itu perlu ada penyiangan yang teratur dengan cara
mencabut tanaman pengganggu. Dalam budidaya selada keriting biasanya diperlukan
minimal satu kali penyiangan gulma selama masa budidaya.
Cara penyiangan gulma sedkit berbeda pada musim kemarau dan penghujan. Pada musim
kemarau gulma dicabut atau dipotong, kemudian dibiarkan di permukaan tanah. Gunanya
sebagai tambahan pupuk hijau dan membentuk mulsa untuk mengurangi penguapan.
Sehingga air untuk penyiraman bisa dihemat. Pada musim hujan, gulma harus dicabut
dan bedengan harus bersih dari hijauan. Hal ini untuk menghindari tumbuhnya jamuir
dan penyakit di sekitar tanaman selada akibat kelembaban yang tinggi.
Pengendalian hama dan penyakit

Hama dan penyakit yang biasa menyerang budidaya selada keriting adalah sebagai
berikut:
Jangel (Bradybaena similaris ferussac), bentuknya seperti siput berukuran 2 cm.
Hama ini menyerang tanaman di segala umur. Biasa bersembunyi pada pangkal
daun bagian dalam. Serangan hama ini membuat daun berlubang.
Tangek (Parmalion pupilaris humb), bentuknya mirip dengan jangel namun tidak
memiliki siput. Akibat serangannya sama membuat lubang pada daun. Hama ini
lebih banyak menyerang di musim kemarau dibanding musim hujan.
Busuk lunak (soft rot), penyebabnya bakteri Erwinia Carotovora. Penyakit ini
menyerang bagian daun. Serangan dimulai dari tepi daun, warna daun menjadi
coklat kemudian layu. Selain bisa menyerang tanaman yang masih ditanam,
penyakit ini juga bisa menyerang selada yang siap diangkut ke pasar.
Busuk pangkal daun, penyebabnya Felicularia Filamentosa. Penyakit ini
menyerang pangkal daun, serangan biasa terjadi menjelang panen.

Dalam budidaya selada keriting organik, tidak diperbolehkan menyemprot hama


dan penyakit dengan pestisida sintetis. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
dengan memperhatikan pemupukan, kebersihan kebun, rotasi tanaman dan kalau terpaksa
lakukan penyemprotan dengan pestisida nabati.

Penyiraman teratur dan pemupukan yang tepat terbukti efektif mengendalikan


hama. Namun, pengendalian hama yang paling efektif adalah dengan melakukan
budidaya tanaman sehat, mengatur kebersihan lingkungan seperti menjaga irigasi dan
drainase serta menjamin kecukupan nustrisi bagi tanaman terutama untuk kekebalan
tubuh tanaman itu sendiri seperti unsur kalium. Unsur kalium bisa didapatkan dengan
menambahkan bahan-bahan daun bambu pada saat pembuatan kompos.
Panen budidaya selada

Budidaya selada keriting bisa dipanen 20-30 hari setelah bibit ditanam. Jadi, bila dihitung
mulai dari penyemaian sampai panen, kira-kira dibutuhkan 40-60 hari. Produktiivitas
tanaman selada keriting bisa mencapai 15-20 ton per hektar.

Panen dilakukan dengan mencabut tanaman sampai keakar-akarnya. Setelah


dipanen, bagian akar selada kriting dicuci dan daun-daun yang rusak dibuang.
Kelompokkan daun selada keriting berdasarkan ukuran. Pengerjaan pasca panen harus
dilakukan dengan cepat dan segera karena tanaman selada keriting tak tahan panas dan
penguapan. Apabila pengangkutan ke pasar ada jeda waktu yang lama, simpanlah sayuran
tersebut di tempat yang lembab dekat dengan air atau secara rutin diciprati air.

2.2. Analisis Pendapatan Usaha Tani

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua pengertian,
yaitu ;
a. pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani
selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran
hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat
pemungutan hasil,
b. pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun
dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi
biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan
pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total
dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai
penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut
(Ahmadi, 2001). Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan
tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu
keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).
Menurut Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan
usahatani:
Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman.
Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks pertanaman
Pilihan dan kombinasi,
Intensitas perusahaan pertanaman
Efisiensi tenaga kerja.

Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang


dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan
biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut :
= Y. Py Xi.Pxi BTT
Keterangan :
= Pendapatan (Rp)
Y = Hasil produksi (Kg)
Py = Harga hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,.,n)
Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)
TT = Biaya tetap total (Rp)

2.2.1. Penerimaan

Revenue yang dimaksud disini adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan output.
Ada beberapa konsep Revenue yang penting untuk analisa perilaku produsen :

1. Total Revenue (TR) yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya.
Total Revenue adalah output kali harga jual output.

2. Avarege Revenue (AR) yaitu penerimaan produsen per unit output yang ia jual.
3. Marginal Revenue (NR) yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh penjualan
tambahan 1 unit output.

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual,
pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:
TR = Y.Py
Keterangan:
TR = total penerimaan (Rp)
Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani (Rp)
Py = Harga Y ( Rp )

Kebijakan pertanian yang dilakukan oleh pemerintah guna meningkatkan produksi dan
mendukung kegiatan agroindustri khususnya tembakau. Kebijakan tersebut merupakan campur
tangan pemerintah yang mempengaruhi tingkat dan stabilitas harga input output yang dapat
mempengaruhi biaya dan penerimaan usaha tani serta pengolahan. Kebijakan pemerintah berupa
pemberian subsidi terhadap input produksi, perlindungan dan pengendalian harga akan
mendukung kegiatan proses produksi yang meningkat. Dengan demikian kebijakan itu dapat
berdampak pada produsen, konsumen, pedagang perantara maupun pengolah hasil pertanian.
Dampak kebijakan pemerintah berpengaruh positif dan negatif terhadap masing-masing pelaku
ekonomi. Pengaruh kebijakan juga dapat meningkatkan dan menurunkan produktivitas usaha tani
(Soetriono, 2003).

Faktor-faktor penerimaan tersebut, lebih-lebih bila ditinjau secara mikro, akan


berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kerja. Tenaga kerja yang terampil dan tekun akan bisa
berproduksi lebih besar (dan lebih baik) dari pada tenaga kerja yang kurang tekun dan kurang
terampil. Karena ketekunan dan keterampilan, produktivitas akan meningkat. Untuk
meningkatkan ketekunan tenaga kerja perlu adanya disiplin kerja yang ketat (Suprapti, 2000).

2.2.2. Biaya
Pembiayaan berarti mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan transaksi-
transaksi dalam arus barang dari sektor produsen sampai konsumen. Pembiayaan dalam
pemasaran sangat penting karena adanya perbedaan waktu antara penjualan dari produsen dan
pembelian dari konsumen. Waktu yang diperlukan ini kadang-kadang sangat lama, karena itu
pembiayaan sangatn penting karena produsen ingin menerima pembayaran langsung saat ini
menyerahkan hasil produksinya. Saat inilah terlihat peranan dari perbankan dalam memberikan
kredit. Pembiayaan dan penanggungan resiko merupakan fungsi umum dan penyerta dari semua
kegiatan pemasaran (Endang, 2000).

Ongkos produksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu ongkos explisit dan ongkos
implisit. ongkos explisit adalah pengeluaran-pengeluaran produsen untuk faktor-faktor produksi
yang harus dibeli dari pihak luar. Onghkos implisit adalah perkiraan pengeluaran dari
penggunaan faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh produsen, misalnya seperti bunga modal
sendiri, gaji pemilik perusahaan yang menjadi pengelola perusahaan dan sebagainya. Selanjutnya
ongkos produksi dibedakan juga menjadi ongkos pribadi (private cost) dan ongkos sosial (social
cost) (Hartoyo, 2000).

Biaya usaha tani diklasifikasikan menjadi dua yaitu:


A. Biaya tetap ( fixed cost )
Biaya tetap adalah Biaya yang dikeluarkan tidak habis terpakai dalam satu kali priode
produksi atau Biaya yang dikeluarkan yang bisa dipakai berulang-ulang dalam proses produksi
dan Biaya yang dikeluarkan yang tidak mempengaruhi besar kecilnya tingkat produksi.Contoh :
Cangkul, Parang, Handsprayer, Sewa Lahan, Pajak Lahan, Iuran Air Irigasi.

Nilai Baru Nilai Sisa


Rumus Penyusutan =
Umur Ekonomis

B. Biaya tidak tetap (variable cost )

Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi Total biaya
produksi adalah penjumlahan dari biaya tetap (TT fixed cost ) dengan biaya tidak tetap (variable
cost )
Ongkos total (TC) adalah keseluruhan jumlah ongkos produksi yang dikeluarkan untuk
menghasilkan jumlah produk.

TC = TFC + TVC

Keterangan:
TC = Total Biaya (Rp)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Biaya Variabel (Rp)
Ongkos Tetap Total (TFC) adalah keseluruhan ongkos yang dikeluarkan untuk
memperoleh faktor produksi yang tidak dapat berubah jumlahnya misalnya membeli mesin,
mendirikan bangunan pabrik dan sebagainya. Ongkos Berubah Total (TVC) adalah keseluruhan
ongkos yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat berubah
(Hartoyo, 2000).

Biaya produksi akan selalu muncul dalam setiap kegiatan ekonomi dimana usahanya
selalu berkaitan dengan produksi. Kemunculannyaitu sangat berkaitan dengan diperlukannya
input. Pada kaitannya biaya (cost) itu adalah sejumlah uang tertentu yang telah diputuskan guna
pembelian atau pembayaran input yang telah diperlukan, sehingga tersedianya sejumlah uang
atau biaya itu benar-benar telah diperlukan sedemikian rupa agar produksi dapat berlangsung
(Soedarmanto, 1991).

2.2.3. Pendapatan

Pendapatan pokok berasal dari sumber mata pencaharian pokok. Kriteria untuk
mengukur mata pencaharian pokok (Hartoyo, 2000), adalah :

1. Jumlah pendapatan dari sumber tersebut palingn besar dibandingkan dengan pendapatan
dari sumber yang lain.

2. Korban waktu untuk memperoleh pendapatan dari sumber tersebut paling besar.

3. Pendapatan dari sumber tersebut sifatnya lebih kontinyu biala dibandingkan dengan
sumber yang lain.
Pendapatan petani berasal dari usahatani dan luar usaha tani. Usaha tani merupakan
sumber utama pendapatan petani namun demikian dalam kenyataannya petani dalam upayanya
mengoptimalkan pengelolaan usaha taninya berhadapan dengan berbagai masalah yaitu
kekurangan modal, jumlah tenaga kerja keluarga, tidak dikuasainya teknik budidaya maupun
adanya gangguan hama penyakit hingga pemasaran hasil pertanian. Modal yang dimiliki petani
relatif sedikit untuk mengelola usaha taninya. Rendahnya modal tersebut akan menyebabkan
produktivitas usaha taninya menjadi rendah (Saragih, 1993).

Dalam menaksir pendapatan kotor semua komponen produk harus dinilai berdasarkan
harga pasar. Tanaman dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga pasar.
Perhitungan pendapatan harus juga mencakup semua perubahan nilai tanaman dilapangan antara
permulaan dan akhir tahun pembukuan. Perubahan semacam itu sangat penting terutama untuk
tanaman tembakau. Meskipun demikian pada umumnya perubahan ini diabaikan karena
penilaiannya sangat sukar. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total
sumber daya yang digunakan dalam usaha tani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau
per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas operasi usaha tani (Soekartawi,
1996).

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya sehingga dapat
ditulis dengan rumus :
Pd = TR TC
Keterangan :
Pd = Pendapatan usaha tani (Rp)
TR = Total Penerimaan ( Rp )
TC = Total Biaya (Rp )
( Soekartawi, 1989).

2.2.4. Efisiensi
Bila efisiensi teknis dan efisiensi harga tercapai disebut efisiensi ekonomi. Suatu
kelompok usahatani dikatakan mempunyai efisiensi ekonomi yang tinggi dari kelompok usaha
tani lainnya apabila kelompok usah tani tersebut mempunyai kemampuan tinggi dalam hal
memaksimumkan keuntungan. Efisiensi ekonomi adalah besaran yang menunjukkan
perbandingan antara keuntungan sebenarnya dengan keuntungan maksimum (Hartono, 1992).

Sesuai dengan hukum kenaikan hasil berkurang bahwa usaha tani dikatakan efisien pada
saat kurva produk rata-rata mencapai maksimum sampai dengan kurva produk total mencapi
maksimum (Saragih, 1993).

Kerangka efisiensi dalm ekonomi ada 3 jenis; efisiensi teknis, efisiensi harga, dan
efisiensi ekonomi.suatu kelompok usahatani dikatakan secara teknis lebih efisien dari kelompok
usahatani lain apabila kelompok usaha tani tersebut dengan menggunakan faktor produksi yang
sama memberikan hasil yang lebih tinggi (Sulistyowati, 2005).

Dalam analisis ekonomi, efisiensi bertindak sebagai alat ukur untuk mengukur atau
mengetahui keuntungan dari usaha.
R/C ratio = TR/TC
Keterangan:
R/C ratio = Perbandingan antara penerimaan dan biaya,
TR = Total penerimaan/Total Revenue (Rp th-1).
TC = Biaya Total/Total Cost (Rp th-1).
Keputusan:
1. Jika R/C Ratio > 1, usaha yang dilakukan secara ekonomi dikatakan efisien, ini berarti
usaha tersebut menguntungkan.
2. R/C-Ratio = 1 = Impas (tidak rugi dan tidak untung)

3. Jika R/C Ratio < 1, usaha yang dilakukan secara ekonomi dikatakan tidak efisien, ini
berarti usaha tersebut tidak menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai