Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Balai

4.1.1 Letak Geografis

Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Punten berada di Desa Sidomulyo, Kota


Batu, Jawa Timur. IPB Punten merupakan salah satu unit Pelaksana Teknis dari
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah IPB
Punten adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Desa Punten
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Batu
3. Sebelah Timur : Desa Bumiaji
4. Sebelah Barat : Desa Gunungsari
4.1.2 Struktur Organisasi
Menurut peraturan Gubernur Jawa Timur No. 31 tahun 2001, dapat
diketahui mengenai struktur organisasi di Instalasi Perikanan Budidaya Punten
dapat dilihat dari gambar nomor 1 di bawah ini :

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi

4.3.1 Tugas dan Fungsi


Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Punten memiliki tugas dan fungsi dalam
pencapaian kerjanya, sebagai berikut :
a. Tugas
1. Melaksanakan seleksi terhadap jenis-jenis ikan air tawar khususnya Karper
Punten untuk jenis induk ikan unggul dan pengendalian mutu benih.
2. Penghasil ikan untuk keperluan petani ikan dan penebaran di perairan umum.
3. Tempat pelaksanaan adaptasi teknik-teknik pembenihan/pemeliharaan ikan
air tawar yang baik.
4. Tempat penyuluhan di bidang perikanan.
b. Fungsi
1. Pelaksanaan distribusi pembenihan dan budidaya air tawar.
2. Pelaksanaan kegiatan dan kaji terap teknologi pembenihan dan budidaya air
tawar kepada petugas teknis lapang.
3. Pelaksanaan pengujian secara laboratories kesehatan ikan dan lingkungan.
4. Pelaksanaan dan fasilitasi standarisasi mutu benih dan hasil budidaya air
tawar.
5. Pelaksanaan ketatausahaan, rumah tangga dan tugas-tugas lain yang diberikan
oleh kepala dinas.
4.2 Sarana dan Prasarana
4.2.1 Sarana
A. Kolam
Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Punten memiliki kolam yang terdiri dari
kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan, kolam pendederan, kolam
pembesaran dan bak fiber. Kolam-kolam ini berada pada indoor, semiindoor dan
outdoor di IPB Punten, dimana kolam indoor terdiri dari bak uji, pemeliharaan
larva dan kolam pemeliharaan benih. Pada semiindoor terdapat kolam untuk pasar
benih yang dijual di IPB Punten, pemeliharaan benih dan untuk outdoor terdapat
kolam untuk pemeliharaan indukan, pemijahan, kolam koleksi induk asli IPB
Punten, pembesaran dan pendederan. Seperti pada gambar nomor 2 kolam
pemijahan outdoor.
Gambar 2. Kolam Pemijahan di IPB Punten

B. Sumber Air
Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Punten memiliki sumber air yang alirkan dari
DAM Sungai Brantas yang merupakan sumber mata air yang cukup besar. Proses
sumber air dialirkan dari saluran primer atau khusus yang selanjutnya akan
ditampung dalam tandon sebelum dialirkan ke setiap kolam di IPB Punten.
Manajemen kualitas air sangat diperlukan berhubung kondisi air yang jernih dan
kekurangan zat hara. Pada gambar nomor 3 menunjukan kondisi DAM Sungai
Brantas.

Gambar 3. Sumber Air Sungai Brantas di IPB Punten

4.2.2 Prasarana
A. Bangunan Kantor
Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Punten memiliki luas kantor 360 m 2 yang
sampai saat ini digunakan sebagai ruang kerja bagi staff IPB Punten. Terdapat 2
lantai pada kantor IPB Punten yang dilengkapi ruang kamar mandi, ruang tamu,
dapur, laboratorium dan peralatan-peralatan lainnya yang disediakan IPB Punten.
Setiap ruangan memiliki ventilasi yang berfungsi sebagai sirkulasi udara dan
untuk penerangan setiap ruangan menggunakan lampu dan cahaya matahari yang
masuk melalui jendela kaca. Pada gambar 4 merupakan bentuk bangunan kantor
tampak depan.

Gambar 4. Bangunan kantor IPB Punten

A. Laboratorium
Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Punten memiliki laboratorium yang
lengkap dimana perlengkapan di laboratorium tersebut sudah dapat digunakan
sebagai tempat untuk melaksanakan penelitian dan kegiatan lain yang
berhubungan dengan kegiatan di IPB Punten.
B. Komunikasi dan Informasi
Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Punten menggunakan Bahasa yang biasa
digunakan para pekerja maupun staff IPB Punten seperti Bahasa Indonesia dan
Bahasa Jawa. Informasi yang didapat secara online tentunya harus menggunakan
jaringan internet seperti wifi/internet yang telah disediakan IPB Punten.
4.3 Teknik Pembenihan
4.3.1 Seleksi Induk
Seleksi induk bertujuan untuk memilih tingkat kematangan gonad setiap
jenis kelamin dan fekunditas atau kemampuan menghasilkan telur. Dengan kata
lain, seleksi induk adalah memilih induk ikan yang unggul dan telah siap untuk
dipijahkan. Beberapa hal yang digunakan sebagai pertimbangan untuk melakukan
seleksi induk adalah ukuran berat ikan, umur ikan dan tingkat kematangan gonad
(Drarijah, 2001).
A. induk jantan B. induk betina

Gambar 5. Indukan Mas Punten matang gonad

Induk betina ikan mas yang akan dikawinkan memiliki berat masing-masing
yaitu 3,6 kg/ekor. Sebelum di timbang,. Apabila distripping perut indukan ikan
mas atau ditekan dari arah belakang ke depan, maka mengeluarkan cairan telur
yang berwarna kekuningan. Begitu pula dengan indukan jantan, apabila
distripping maka akan mengeluarkan cairan putih (sperma). Menurut Saputra
(2011), induk betina matang kelamin ditandai dengan gerakan yang lamban, perut
membesar atau buncit kearah belakang, jika di raba terasa lunak, lubang anus agak
menonjol atau membengkak, dan bila dilakukan pemijatan perlahan kearah anus
maka akan keluar cairan kuning kemerahan. Untuk induk jantan, gerakan lincah,
bandan ramping, jika diurut kearah anus maka akan mengeluarkan cairan sperma
berwarna putih. Hasil seleksi induk yang dilakukan di lapangan sudah sesuai
dengan pendapat Saputra.
4.3.2 Persiapan Kolam
Kegiatan persiapan kolam dilakukan dengan pengurasan dan pembersihan
kolam. Setelah dibersihkan, empat atau enam hapa diletakan di kolam dan diatur
dengan memberi jarak antara hapa yang satu dengan hapa yang lain agar tidak
berdempetan dan air di isi setinggi 45cm. Penggunaan hapa sendiri yaitu sebagai
media atau tempat indukan jantan dan indukan betina ikan mas dapat kawin dan
sebagai media bagi telur yang telah dibuahi. Kemudian, indukan-indukan baik
jantan maupun betina yang telah diseleksi di letakkan dalam kolam yang telah
disediakan hapa dan pengisian air dengan perbandingan 3:1 dimana jumlah bobot
tubuh ketiga ekor induk jantan hampir sama dengan bobot tubuh seekor induk
betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mantau dkk (2004) bahwa dalam
persiapan pemijahan, perbandingan bobot tubuh induk jantan dan betina ikan mas
adalah 1:1 (kg/m2), artinya untuk satu ekor induk betina berbobot dua kg/ekor
maka jumlah induk jantan adalah tiga ekor dengan bobot 762 g/ekor.
A. pemasangan B. pengisian air C. pelepasan induk
kakaban yang telah diseleksi

Gambar 5. Persiapan Kolam Kegiatan Pembenihan Ikan Mas Punten

4.3.3 Pemijahan
Proses pemijahan yang dilakukan yaitu pemijahan secara tradisional dimana
idnuk yang sudah diseleksi dan dimasukkan kedalam wadah pemijahan pada pagi
hari jam 09.00, bertujuan agar induk tidak mengalami stres kuat karena panas.
Metode yang digunakan di lapangan adalah pemijahan secara massal dengan
perbandingan induk yaitu 3:1 untuk indukan jantan tiga ekor yang bobotnya
hampir sama dengan bobot tubuh seekor induk betina mas yakni bobot indukan
betina 3,5 kg. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto dan Rochdianto (1997)
Induk ikan Mas yang dimasukkan ke dalam bak pemijahan berbanding 2 : 1 atau 6
ekor jantan dan 1 ekor betina. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1:1
berdasarkan berat. Seekor induk betina seberat 5 kg dalam sebuah tempat
pemijahan harus dipijahkan bersama induk jantan dengan berat yang sama
meskipun jumlahnya ada 6-7 ekor.

Gambar 6. Penimbangan induk betina Ikan Mas Punten


4.3.4 Pemeliharaan Telur
Pemeliharaan telur dilakukan dengan mengontrol suhu 25 o-30o C dan pH
6,7-8,0. Pengamatan telur dilakukan selama tiga hari dengan penetasan telur di
dalam aquarium berukuran 15cm x 15cm dengan jumlah telur 1000 butir. Pada
saat pemeliharaan telur di akuarium ada beberapa telur yang mati kemudian
ditumbuhi jamur dan terserang patogen. Menurut Yatim (1990) dan Effendi
(1997), salah satu faktor kualitas air yang penting dalam mempengaruhi
pembelahan sel (penetasan sel) adalah suhu medium. Suhu optimal pada
penetasan telur ikan mas adalah 26oC-28oC. Menurut Kordi, (2010) Telur ikan
yang terserang jamur tampak ditumbuhi sekumpulan mycelium jamur yang
menyerupai gumpalan benang-benag halus berwarna putih. Telur yang telah
terserang jamur adalah telur-telur yang tidak dibuahi atau yang berkualitas buruk.
Jamur yang biasanya menyerang telur ikan
adalah Saprolegnia dan Achlya (Jangkaru, 2006).

A. telur ikan mas B. hari pertama C. hari kedua


Gambar 7. Pemeliharaan Telur Ikan Mas Punten

4.3.3 Daya Tetas (Hatching rate)


Hatching rate atau daya tetas telur dilakukan untuk mengetahui derajat
penetasan telur. Waktu yang dibutuhkan untuk penetasan telur ikan mas Punten 2-
3 hari. Suhu yang didapatkan sekitar 19oC-22oC, faktor suhu tersebut karna
keadaan IPB Punten yang memiliki suhu udara sekitar 18 oC-28oC dan suhu air
berkisar 16oC-23oC. Pada saat telur menetas, ijuk atau hapa di angkat dan di
pisahkan agar larva tidak ikut ke ijuk atau hapa tersebut. Nilai Hatching rate atau
daya tetas telur yang didapat dari jumlah indukan betina 17 dan jumlah indukan
jantan 50 dengan perbandingan 1:3, didapatkan nilai Hatching rate atau daya tetas
telurnya 70%. Larva yang telah menetas tidak diberi pakan tambahan karna masih
memiliki kuning telur atau egg yolk.

4.3.4 Pemeliharaan Larva


Larva yang baru menetas tidak diberi makan karna masih memiliki makanan
cadangan (kuning telur). Kakaban yang di sediakan di dalam bak pemijahan di
keluarkan kembali dari dalam bak pemijahan dan kemudian di bersihkan. Hapa
atau bak pemijahan di bersihkan dengan menggunakan sikat yang tujuannya
adalah supaya sirkulasi air yang baru mudah untuk masuk kedalam hapa. Setelah
3 hari cadangan makanan ( kuning telur ) yang menempel pada larva ikan akan
habis. Dan di hari ke 4 larva ikan diberikan pakan telur yang sudah di rebus dan
kemudian di ambil kuning telur dan digosok dengan menggunakan saringan teh,
lalu suspensi kuning telur tersebut dimasukkan kedalam sprayer yang di campur
dengan air. Semprotkan suspense kuning telur dengan sprayer secara merata ke
dalam happa setiap 2 jam sekali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djarijah (2001)
Telur-telur hasil pemijahan tersebut akan menetas setelah 3-4 hari kemudian.
Larva-larva yang baru menetas tersebut tidak langsung diberi pakan tambahan
karena masih ada kandungan kuning telurnya. Daya tetas telur bisa dipengaruhi
dari lingkungan medianya.

A. larva berumur 6 B. kuning telur


hari untuk pakan
tambahan
Gambar 8. Pemeliharaan Larva Ikan Mas Punten

4.3.7 Pendederan
Pada saat panen ukuran ikan sudah mencapai 3 cm. Pemeliharaan ikan pada
pendederan II, III, dan ke IV masing–masing dilakukan selama 1 bulan. Padat
penebaran benih ikan pada pendederan kedua adalah 50–75 ekor/m². Dan
kedalaman airnya 50–75 cm. Pada saat panen ukuran ikan sudah mencapai 5 cm.
Padat penebaran benih ikan pada pendederan ketiga adalah 25–50 ekor/m² dan
kedalaman air 80–100 cm. Pada saat panen, ukuran ikan sudah mencapai 8 cm.
Padat penebaran benih ikan pada pendederan keempat adalah 3–5 ekor/m² dan
kedalaman airnya 80–120 cm. Pada saat panen ukuran ikan sudah mencapai 12
cm. Pendederan sebaiknya dilakukan pada kolam intensif dan terkontrol. Menurut
Cahyono (2000) pendederan dilakukan empat kali. Pendederan pertama dilakukan
dari benih ikan yang baru menetas (berukuran panjang sekitar 1 mm). Lama
pendedran pertama adalah 3 minggu, padat penebaran 150–250 ekor/m²,
kedalaman air 40–50 cm dan airnya tenang.

A. kolam B. kolam
pendederan I pendederan II
Gambar 9. Pendederan Larva Ikan Mas Punten

4.3.8 Manajemen Kualitas Air


Air yang digunakan sebagai media pemeliharaan induk, larva serta benih
ikan mas di UPT PBAT Umbulan menggunakan air dari mata air umbulan yang
dialirkan langsung menuju kolam melalui saluran air. tidak ada perlakuan khusus
dalam pengelolaan air yang masuk, hanya dipasang beberapa besi pada saluran
masuk pertama sebagai penghalang sampah agar tidak masuk ke dalam kolam.
Menurut SNI (1999), nilai suhu yang cocok untuk budidaya ikan mas adalah 25-
30 o C, sehingga perlu dilakukan pengaturan debit air, agar suhu mengurangi
fluktuasi suhu dan tetap mampu menstabilkan ketinggian air di kisaran 30 cm.
A. pengukuran DO B. pengukuran pH C. pengukuran Suhu

Gambar 10. Kualitas Air Larva Ikan Mas Punten

4.3.9 Hama dan Penyakit


Pengendalian hama dan penyakit merupakan suatu upaya untuk
menghindarkan larva atau benih ikan mas terserang hama dan penyakit. Pada
kolam pemeliharaan larva, hama yang biasa menyerang adalah katak dan
kecebong (anak katak). Katak dan kecebong tersebut akan memakan pakan ikan
mas. Penanggulangan dilakukan secara fisik dengan menangkap indukan katak
menggunakan jaring kemudian dibuang, agar tidak bertelur pada kolam
pemeliharaan larva. Pada masa pemeliharaan larva ini sering muncul hama
dikarenakan lokasi kolam pemeliharaan larva terdapat pada ruang terbuka.
Pengelolaan kolam sangat mempengaruhi kelulushidupan dan kualitas ikan yang
dipelihara, terutama mengenai perairan kolam, perairan kolam yang tidak sesuai
menimbulkan berbagai macam penyakit ikan (Handajani & Widodo, 2010).

Anda mungkin juga menyukai