B. Sumber Air
Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Punten memiliki sumber air yang alirkan dari
DAM Sungai Brantas yang merupakan sumber mata air yang cukup besar. Proses
sumber air dialirkan dari saluran primer atau khusus yang selanjutnya akan
ditampung dalam tandon sebelum dialirkan ke setiap kolam di IPB Punten.
Manajemen kualitas air sangat diperlukan berhubung kondisi air yang jernih dan
kekurangan zat hara. Pada gambar nomor 3 menunjukan kondisi DAM Sungai
Brantas.
4.2.2 Prasarana
A. Bangunan Kantor
Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Punten memiliki luas kantor 360 m 2 yang
sampai saat ini digunakan sebagai ruang kerja bagi staff IPB Punten. Terdapat 2
lantai pada kantor IPB Punten yang dilengkapi ruang kamar mandi, ruang tamu,
dapur, laboratorium dan peralatan-peralatan lainnya yang disediakan IPB Punten.
Setiap ruangan memiliki ventilasi yang berfungsi sebagai sirkulasi udara dan
untuk penerangan setiap ruangan menggunakan lampu dan cahaya matahari yang
masuk melalui jendela kaca. Pada gambar 4 merupakan bentuk bangunan kantor
tampak depan.
A. Laboratorium
Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Punten memiliki laboratorium yang
lengkap dimana perlengkapan di laboratorium tersebut sudah dapat digunakan
sebagai tempat untuk melaksanakan penelitian dan kegiatan lain yang
berhubungan dengan kegiatan di IPB Punten.
B. Komunikasi dan Informasi
Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Punten menggunakan Bahasa yang biasa
digunakan para pekerja maupun staff IPB Punten seperti Bahasa Indonesia dan
Bahasa Jawa. Informasi yang didapat secara online tentunya harus menggunakan
jaringan internet seperti wifi/internet yang telah disediakan IPB Punten.
4.3 Teknik Pembenihan
4.3.1 Seleksi Induk
Seleksi induk bertujuan untuk memilih tingkat kematangan gonad setiap
jenis kelamin dan fekunditas atau kemampuan menghasilkan telur. Dengan kata
lain, seleksi induk adalah memilih induk ikan yang unggul dan telah siap untuk
dipijahkan. Beberapa hal yang digunakan sebagai pertimbangan untuk melakukan
seleksi induk adalah ukuran berat ikan, umur ikan dan tingkat kematangan gonad
(Drarijah, 2001).
A. induk jantan B. induk betina
Induk betina ikan mas yang akan dikawinkan memiliki berat masing-masing
yaitu 3,6 kg/ekor. Sebelum di timbang,. Apabila distripping perut indukan ikan
mas atau ditekan dari arah belakang ke depan, maka mengeluarkan cairan telur
yang berwarna kekuningan. Begitu pula dengan indukan jantan, apabila
distripping maka akan mengeluarkan cairan putih (sperma). Menurut Saputra
(2011), induk betina matang kelamin ditandai dengan gerakan yang lamban, perut
membesar atau buncit kearah belakang, jika di raba terasa lunak, lubang anus agak
menonjol atau membengkak, dan bila dilakukan pemijatan perlahan kearah anus
maka akan keluar cairan kuning kemerahan. Untuk induk jantan, gerakan lincah,
bandan ramping, jika diurut kearah anus maka akan mengeluarkan cairan sperma
berwarna putih. Hasil seleksi induk yang dilakukan di lapangan sudah sesuai
dengan pendapat Saputra.
4.3.2 Persiapan Kolam
Kegiatan persiapan kolam dilakukan dengan pengurasan dan pembersihan
kolam. Setelah dibersihkan, empat atau enam hapa diletakan di kolam dan diatur
dengan memberi jarak antara hapa yang satu dengan hapa yang lain agar tidak
berdempetan dan air di isi setinggi 45cm. Penggunaan hapa sendiri yaitu sebagai
media atau tempat indukan jantan dan indukan betina ikan mas dapat kawin dan
sebagai media bagi telur yang telah dibuahi. Kemudian, indukan-indukan baik
jantan maupun betina yang telah diseleksi di letakkan dalam kolam yang telah
disediakan hapa dan pengisian air dengan perbandingan 3:1 dimana jumlah bobot
tubuh ketiga ekor induk jantan hampir sama dengan bobot tubuh seekor induk
betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mantau dkk (2004) bahwa dalam
persiapan pemijahan, perbandingan bobot tubuh induk jantan dan betina ikan mas
adalah 1:1 (kg/m2), artinya untuk satu ekor induk betina berbobot dua kg/ekor
maka jumlah induk jantan adalah tiga ekor dengan bobot 762 g/ekor.
A. pemasangan B. pengisian air C. pelepasan induk
kakaban yang telah diseleksi
4.3.3 Pemijahan
Proses pemijahan yang dilakukan yaitu pemijahan secara tradisional dimana
idnuk yang sudah diseleksi dan dimasukkan kedalam wadah pemijahan pada pagi
hari jam 09.00, bertujuan agar induk tidak mengalami stres kuat karena panas.
Metode yang digunakan di lapangan adalah pemijahan secara massal dengan
perbandingan induk yaitu 3:1 untuk indukan jantan tiga ekor yang bobotnya
hampir sama dengan bobot tubuh seekor induk betina mas yakni bobot indukan
betina 3,5 kg. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto dan Rochdianto (1997)
Induk ikan Mas yang dimasukkan ke dalam bak pemijahan berbanding 2 : 1 atau 6
ekor jantan dan 1 ekor betina. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1:1
berdasarkan berat. Seekor induk betina seberat 5 kg dalam sebuah tempat
pemijahan harus dipijahkan bersama induk jantan dengan berat yang sama
meskipun jumlahnya ada 6-7 ekor.
4.3.7 Pendederan
Pada saat panen ukuran ikan sudah mencapai 3 cm. Pemeliharaan ikan pada
pendederan II, III, dan ke IV masing–masing dilakukan selama 1 bulan. Padat
penebaran benih ikan pada pendederan kedua adalah 50–75 ekor/m². Dan
kedalaman airnya 50–75 cm. Pada saat panen ukuran ikan sudah mencapai 5 cm.
Padat penebaran benih ikan pada pendederan ketiga adalah 25–50 ekor/m² dan
kedalaman air 80–100 cm. Pada saat panen, ukuran ikan sudah mencapai 8 cm.
Padat penebaran benih ikan pada pendederan keempat adalah 3–5 ekor/m² dan
kedalaman airnya 80–120 cm. Pada saat panen ukuran ikan sudah mencapai 12
cm. Pendederan sebaiknya dilakukan pada kolam intensif dan terkontrol. Menurut
Cahyono (2000) pendederan dilakukan empat kali. Pendederan pertama dilakukan
dari benih ikan yang baru menetas (berukuran panjang sekitar 1 mm). Lama
pendedran pertama adalah 3 minggu, padat penebaran 150–250 ekor/m²,
kedalaman air 40–50 cm dan airnya tenang.
A. kolam B. kolam
pendederan I pendederan II
Gambar 9. Pendederan Larva Ikan Mas Punten