Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

UMUR BATANG BAWAH TANAMAN DAN ENTRES MEMPENGARUHI


KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK TANAMAN KAKAO

YOHANES ALVARES T. BHEGA


042180019

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan( PKL)

Disetujui Oleh:

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

  Antonius Elang, S.Agr Yuyun Wahyuni, STP.,MP.


NIDN.0821068301

Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agroteknologi

Hendrikus Darwin Beja, S.P.,M.Si. Mario Malado, S.P.,MP.


NIDN.0825028101 NIDN.

DistujuiTanggal…………………………2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala berkat karunia-Nya
sehinga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dengan judul
“UMUR BATANG BAWAH TANAMAN DAN ENTRES MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK KAKAO” dikantor Dinas Pertanian dan Perkebunan
Laboratorium Lapangan Propinsi Nusa Tengara Timur ini dengan lancar dan tepat waktu.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat pengalaman yang luar biasa.
Berbagai kesulitan seringkali penulis temukan, mengingat keterbatasan pengetahuan,
kemampuan, pengalaman, dan waktu dalam penyusunan laporan ini. Namun, berkat bimbingan,
pengarahan, dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya laporan ini dapat di selesaikan. Atas
tersusunnya Laporan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Angelinus Vincentinus, M.Si, selaku Rektor Universitas Nusa Nipa Maumere
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas
Nusa Nipa Maumere.
2. Bapak Henderikus Darwin Beja, S.P.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian serta sebagai
Dosen Pembimbing selama kegiatan Praktek Kerja Lapang. Universitas Nusa Nipa yang telah
memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan praktek kerja
lapangan.
3. Bapak Mario Malado, S.P.,Mp. selaku Ketua Program Studi Agroteknologi
4. Ibu Yuliana M. Wai Odo, STP dan Bapak Antonius Elang, S.Agr serta kepengurusan lainya
yang telah membimbing dan mengajarkan saya selama satu bulan Praktek Kerja Lapangan,
terima kasih yang sebesar – besarnya.
5. Teman-teman semester VII Tahun Akademik 2021/2022 serta semua pihak yang telah
mendukung dengan caranya asing-masing.
Penulis menyadari laporan praktek kerja lapangan ini tidak luput dari berbagai kekurangan .
Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga laporan
paraktek kerja laporan dapat memberikan manfaat di bidang pertanian

Maumere, September 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
LEMBARAN PENGESAHAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 LatarBelakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
2.1 Klasifikasidan Morfologi Tanaman Kakao...............................................................3
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao...............................................................................7
2.2.1 Tanah....................................................................................................................7
2.2.2 Iklim.....................................................................................................................8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................................13
3.1Tempat dan Waktu.....................................................................................................13
3.2 Alat dan Bahan...........................................................................................................13
3.3 Gambaran umum lokasi kegiatan............................................................................13
3.4 Pelaksanaan kegiatan................................................................................................17
BAB IV HASIL DAN .....................................................................................................20
4.1 Hasil.............................................................................................................................20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................23
5.1 Kesimpulan........................................................................................................23
5.2 Saran..................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................24
LAMPIRAN......................................................................................................................26

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sambung pucuk kakao adalah teknik perbanyakan vegetative-generatif dengan cara
menyambung pucuk yang berasal suatu tanaman induk (batang atas) dengan tanaman induk
lainnya (batang bawah). Kedua tanaman tersebut akan digunakan batang untuk bahan
perbanyakan tanaman baru yang diinginkan. Batang atas biasanya memberikan hasil tanaman
baru sesuai dengan sifat induknya. Karena itu, pilih batang atas dari tanaman induk yang
berkualitas dan hasil buahnya unggul. Sementara itu, peran batang bawah sebagai tempat tumbuh
dan mengambil makan dari tanah, sehingga pilih batang bawah yang memiliki kemampuan
adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi tanah (Gunawan, 2014).
Teknik sambung pucuk adalah cara menyambungkan batang bawah dan batang atas agar
supaya produksi lebih dipercepat dengan cara ini tanaman akan berproduksi hanya jangka waktu
dua tahun, batang bawah berumur enam bulan disisakan 15 cm dan dicoget menyerupai huruf M,
sedangkan batang atas dari pucuk panjang 3 cm daunnya dipangkas dan dicoget menyerupai
huruf V setelah itu batang atas dimasukan kebatang bawah lalu diikat dengan tali plastik lalu
ditutup dengan plastik dan diikat bagian bawahnya, hal ini dilakukan untuk mengurangi
penguapan dan percepatan penyambungan jaringan sel dibiarkan selama dua minggu dan dibuka
dibiarkan untuk tumbuh selanjutnya selama enam bulan bibit untuk bisa ditanam dilapangan
(Siregar dkk., 2011).
Sambung pucuk (Top Grafting) adalah salah satu metode dalam peremajam tanaman secara
vegetative dengan menanam klon yang unggul. Biasanya dilakukan pada bibit yang berumur tiga
bulan,hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan bibit baru yang mempunyai keunggulan :
produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit serta mudah dalam perwata. Entres yang
digunakan berwarna hijau kecoklatan dengan 3-5 mata tunas, bagian bawah entres dipotong
miring 3-5 cm. Entres di masukkan kedalam tapak sambung dengan membuka lidah torehan
pendek mengarah kekulit. Entres lalu ditutup dengan plastik sampai tertutup seluruhnya,dan
diikat dengan tali agar hujan tidak masuk kedalam bidang sambungan (Gunawan, 2014).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka pada kegiatan praktek kerja lapangan yang
dilaksanakan di Dinas Pertanian dan Perkebunan Laboratorium Lapangan Sikka, penulis

1
mengambil judul tentang ‟ UMUR BATANG BAWAH TANAMAN DAN ENTRES
MEMPENGARUHI KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK TANAMAN KAKAO”
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Tujuan umum dari praktek kerja lapang (PKL) sebagai berikut:
1. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam dunia kerja yang
dilaksanakan di perusahaan/instansi
2. Meningkatkan keterampilannya pada bidang masing-masing sebagai bekal bekrja
setelah lulus dari perguruan tinggi
3. Melatih mahasiswa lebih kritis terhadap perbedaan yang diperoleh dilapangan
dengan teori yang diperoleh dalam perkuliahan. Mampu untuk menerapkan dan
mengembangkan keterampilan yang di peroleh di Universitas Nusa Nipa Indonsia
1.3 Manfaat PKL
1. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung tahap – tahap pembuataan sambung
pucuk kakao
2. Untuk Meningkatkan pengentahuan dan keterampilan serta pengalaman kerja bagi
penulis Untuk Menumbuhkan sikap kerja mahasiswa yang berkarakter

2
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi Tanaman Kakao
Kakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis marga Theobroma, suku sterculiaceae
yang diusahakan secara komersial. Menurut tjitrosoepomo ( 1988 ) sistematika tanaman sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Kelas : Dicotyledoneae (Berkeping dua )
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.

Menurut Wood & Lass ( 1975 ), kakao dibagi tiga kelompok besar, yaitu criollo,
forastero, dan sebagaian sifat criollo telah disebutkan diatas. Sifat lainnya adalah
pertumbuhannya kurang kuat, daya hasil lebih rendah daripada forastero, relative gampang
terserang hama dan penyakit perumukaan kulit buah criollo kasar, berbenjol-benjol dan alur-
alurnya jelas. Kulit ini tebal tetapi lunak sehingga mudah dipecah.
Kadar lemak dalam biji lebih rendah daripada forastero tetapi ukuran bijinya besar, bulat,
dan memberikan cita rasa khas yang baik. Dalam tataniaga criollo termasuk kelompok kakao
mulia ( fine flavoured ) sementara itu kakao forastero termasuk kelompok kakao lindak ( bulk )
kelompok kakao trinitario merupakan hibrida criollo dengan forastero. Sifat morfologi dan
fisiologinya sangat beragam demikian juga daya dan mutu hasilnya. Dalam tataniaga kelompok
trinitario dapat masuk kedalam kakao mulia dan lindak, tergantung pada mutu bijinya.

2.2 Morfologi Tanaman Kakao


1 Morfologi Akar
Kakao adalah tanman dengan surface root feeder, artinya sebagian besar akar
lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman
tanah (jeluk) 0-30 cm.menurut Himme (cit. Smyth, 1960), 56% akar lateral tumbuh

3
pada jeluk 0-10 cm, 265 pada jeluk 11-20 cm, 14% pada jeluk 21-30 cm, dan hanya
4 % tumbuh pada jeluk diatas 30 cm dari permukaan tanah. Jangkauan jelajah akar
lateral dinyatakan jauh diluar proyeksi tajuk. Ujungnya membentuk cabang-cabang
kecil yang susunanya ruwet

2 Morfologi Batang
Tanaman kakao memiliki dua jenis tunas vegetatif, karenanya tanaman kakao
disebut memiliki sifat dimorfisme. Tunas ortotrop atau tunas air (choupon)
merupakan tunas yang arah tumbuhnya ke atas, sedangkan tunas ortotrop atau tunas
kipas merupakan tunas yang tumbuhnya ke samping.
Tanaman kakao berumur 3 tahun yang dibudidayakan tingginya mencapai 3
meter, dan akan terus tumbuh hingga 7 meter pada umur sekitar 12 tahun. Namun
hal ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti intensitas cahaya dan
naungan. Hal unik yang hanya ditemukan pada batang tanaman kakao dan tidak
pada tanaman lain adalah tanaman ini akan membentuk jorket (jorquette) setelah
tinggginya mencapai 1,5 m.
Jadi jorket merupakan tempat peralihan percabangan dari dari cabang ortotrop
ke percabangan plagiotrop dan jorket hanya ditemukan pada tanaman kakao yang
berasal dari biji. Jorket-jorket ini akan membentuk sudut 600.
3 Daun tanaman kakao  bentuknya bulat memanjang, dan meruncing pda kedua
ujungnya. Tepi daun Morfologi Daun tanaman kakao rata dan jika daun sudah tua
warnanya menjadi hijau tua dan mengkilap pada bagian atas.Yang unik dari daun
tanaman kakao adalah, helai daunnya memiliki dua buah persendian yaitu yang
terletak di pangkal tangkai daun dan di ujung tangkai daun. Dengan demikian, daun
tanaman kakao dapat menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Helai
daun dewasa panjangnya mencapai 30 cm sedangkan lebarnya 10 cm.
Panjang tangkai daunnya pun berbeda-beda, daun yang tumbuh pada cabang atau
tunas ortotrop, memiliki tangkai daun dengan panjang 7,5-10 cm. Sedangkan untuk
daun yang tumbuh pada tunas plagiotrop hanya memiliki panjang 2,5 cm saja.

4
2. Morfologi Bunga
Bunga tanaman kakao tumbuh di bekas ketiak daun (kauliflori). Bunga tanaman
kakao sendiri memiliki 5 kelopak, 5 mahkota, 10 tangkai sari, dan 5 daun buah.
Warna bunga kakao sebenarnya sangat cantik yaitu putih, ungu, atau kemerahan
berbeda-beda disetiap kultivarnya. Panjang mahkota bunganya tak lebih dari 8 mm,
tangkai bunganya pun kecil hanya sekitar 1-1,5 cm.
3. Morfologi Buah
Buah kakao yang saat muda berwarna hijau muda atau agak putih ketika sudah tua
atau matang maka akan berubah menjadi kuning, sedangkan buah yang ketika masih
muda berwarna merah maka warnanya berubah menjadi oranye ketika sudah matang.
Pada umumnya buah akan matang pada umur 6 bulan.  Ukurannya pun bermacam-
macam tergantung pada kultivar serta faktor lain yang mendukung perkembangan
buah. Biji kakao berwaarna agak kecoklatan, dan diselubungi oleh daging buah
(pulpa) tipis yang warnanya putih dan rasanya agak asam, daging buah ini sendiri
dipercaya mengandung zat penghambat perkecambahan, namun demikian jika buah
terlambat dipanen dan daging buahnya mongering, biji kakao akan berkecambah
didalam buah.
4. Morfologi Akar
Akar Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian akar
lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman
tanah 0-30 cm. Akar lateral tumbuh pada kedalaman 0-10 cm, 26% pada kedalaman
11-20 cm, 14 % pada kedalaman 21-30 cm, dan hanya 4% tumbuh pada kedalaman
lebih dari 30 cm dari permukaan tanah. Jangkauan jelajah akar lateral dinyatakan jauh
di luar proyeksi tajuk ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya
rumit (Lukito, 2010). Akar kakao adalah akar tunggang. Pertumbuhan akar kakao
bisa sampai 8 m ke arah samping dan 15 m ke arah bawah. Kakao yang diperbanyak
secara vegetatif pada awal penumbuhannya tidak menumbuhkan akar tunggang,
melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman
tersebut menumbuhkan dua akar yang menyerupai akar tunggang (Siregar et al.,
1989)

5
2.3 Varietas Tanaman Kakao
Pada jaman dahulu, tepatnya pada masa peradaban Suku Maya, kakao menjadi
persembahan dalam ritual untuk para dewa, meskipun saat itu sebenarnya dalam bentuk
minuman. Kakao baru bisa diolah menjadi makanan beberapa abad setelahnya. Meskipun
awalnya berawal dari daerah Amazon, saat ini produsen terbesar kakao berada di Afrika
Barat, khususnya Ghana, Nigeria, dan Pantai Gading. Wilayah utama produsen kakao
lainnya berada di Amerika Selatan, serta Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Kakao di
Asia merupakan tanaman yang relatif baru, tapi perkembangannya cukup pesat. Bahkan
menurut data yang dirilis FAO, tahun 2017 lalu, Indonesia sempat menjadi produsen kakao
nomor tiga dunia.
Selain dipengaruhi oleh proses pengolahannya, citarasa kakao bervariasi tergantung
pada varietas kakao yang diolah. Ada tiga varietas utama kakao di dunia, yaitu Criollo,
Forastero, dan Trinitario. Masing-masing varietas ini memiliki karakteristik yang berbeda.
1. Criollo
Criollo, atau kakao mulia, berasal dari Amerika Tengah dan Selatan, serta
Kepulauan Karibia dan Sri Lanka. Kakao varietas ini umumnya menghasilkan
biji kakao dengan kualitas tinggi, tapi produktivitasnya rendah. Kontribusinya
terhadap produksi kakao dunia hanya sekitar 5%. Selain karena produktivitasnya
yang rendah, kerentanannya terhadap penyakit juga menurunkan minat petani
untuk membudidayakan kakao jenis ini. Namun demikian, kakao jenis ini diklaim
memiliki cita rasa yang paling enak daripada varietas kakao lainnya. Kakao
Criollo menghasilkan sekitar 20 – 30 buah (pod), lebih sedikit dibandingkan
varietas lainnya yang bisa menghasilkan lebih dari 30 buah. Biji kakao Criollo
memiliki warna putih hingga pink.
Di Indonesia, kakao jenis ini lebih banyak dibudidayakan oleh perkebunan besar
negara, khususnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Criollo mampu hidup di
ketinggian sekitar 500 – 600 meter di atas permukaan laut, meski tidak sebaik
dua varietas lainnya.
2. Forastero
Forastero disebut juga dengan istilah kakao lindak. Varietas Forastero berasal

6
dari wilayah Amazon. Namun saat ini lebih banyak dibudidayakan di Afrika,
Ekuador, dan Brazil. Produktivitas kakao jenis ini lebih tinggi dibandingkan
Criollo.Bahkan produksinya mencapai 80% total produksi global.
Forastero memiliki biji berwarna ungu dan rasanya cenderung pahit. Namun
demikian, varietas ini lebih banyak dibudidayakan daripada Criollo karena
produktivitasnya tinggi dan lebih tahan terhadap penyakit.
Varietas kakao ini banyak dibudidayakan oleh petani kakao di Sulawesi,
khususnya di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.
Menurut peneliti dari BPTP Yogyakarta, varietas Forastero mampu hidup dengan
baik di ketinggian sekitar 300 – 650 meter di atas permukaan laut.
3. Trinitario
Trinitario merupakan hasil persilangan antara Criollo dan Forastero. Menurut
sejarah, kakao Trinitario ditemukan secara tidak sengaja di Pulau Trinidad.
Varietas ini memiliki aroma Criollo, namun produktivitas dan ketahanannya
terhadap penyakit diturunkan oleh Forastero. Karena berasal dari dua induk yang
karakteristiknya sangat berbeda, karakteristik buah dan biji kakao Trinitario juga
sangat bervariasi. Dibandingkan dua varietas lainnya, Trinitario hidup lebih baik
pada ketinggian sekitar 150 – 200 meter di atas permukaan laut. Saat ini, kakao
varietas ini bisa ditemukan dimana kakao Criollo pernah tumbuh, seperti
Amerika Tengah, Kepulauan Karibia, Asia Tengah, dan beberapa wilayah di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. 
2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao
1. Tanah
Tanah merupakan komponen hidup dari tanaman yang sangat penting. Dalam
kehidupan tanaman fungsi tanah yang utama adalah memberikan unsur hara, baik sebagai
medium pertukaran maupun sebagai tempat memberikan air, juga sebagai tempat
berpegang dan bertopang untuk tumbuh tegak bagi tanaman (Harjadi, 2006).
Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang mempunyai
kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk membantu
pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang gembur juga sistem
drainase yang baik. pH tanah yang ideal berkisar antara 6 – 7 (Soehardjo et al., 2009).

7
Menurut Situmorang (2003) tanah mempunyai hubungan erat dengan sistem
perakaran tanaman kakao, karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal dan hampir
80% dari akar tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari permukaan tanah, sehingga
untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakao menghendaki struktur tanah
yang gembur agar perkembangan akar tidak terhambat. Selanjutnya Tjasadiharja (2000)
berpendapat, perkembangan akar yang baik menentukan jumlah dan distribusi akar yang
kemudian berfungsi sebagai organ penyerapan hara dari tanah. Tanaman kakao
menghendaki permukaan air tanah yang dalam. Permukaan air tanah yang dangkal
menyebabkan dangkalnya perakaran sehingga tumbuhnya tanaman kurang kuatIklim
2. Lingkungan
yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis, dengan demikian curah
hujan, suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin merupakan faktor pembatas
penyebaran tanaman kakao Siregar et al., (2009). Tanaman kakao dapat tumbuh dengan
baik pada ketinggian 0 – 600 meter diatas permukaan laut, dengan penyebaran meliputi
20˚ LU dan 20˚ LS. Daerah yang ideal untuk pertumbuhannya berkisar antara 10˚ LU dan
10˚ LS (Suyoto dan Djamin, 2003).
Tanaman kakao dalam pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan
persediaan air yang cukup. Air ini diperoleh dari dalam tanah yang berasal dari air hujan
atau air siraman. Curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kakao berkisar
antara 1.500 – 2.000 mm setiap tahun, dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun.
Curah hujan 1.354 mm/tahun dianggap cukup jika hujan merata sepanjang tahun dengan
musim kering tidak lebih dari 3 bulan (Suyoto dan Djamin, 2003).
Siregar et al., (2009) menyatakan suhu yang ideal untuk pertumbuhan tanaman
kakao adalah sekitar 25 - 27˚ C dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar. Rata-rata
suhu minimum adalah 13 - 21˚ C dan rata-rata suhu maksimum adalah 30 - 32˚ C.
Berdasarkan kesesuaian terhadap suhu tersebut maka tanaman kakao secara komersial
sangat baik dikembangkan di daerah tropis. Untuk terjaminnya keseimbangan
metabolisme maka kelembaban yang dikehendaki tanaman kakao adalah 80% sesuai
dengan iklim tropis (Syamsulbahri. 2006
Siregar dkk (2009) menyatakan pada penanaman tanaman kakao intensitas cahaya
ternyata lebih penting artinya dalam mempengaruhi pertumbuhan kakao dari pada unsur

8
hara dan air. Di samping pengaruh langsung terhadap potosintesis, intensitas cahaya juga
berpengaruh terhadap proses trasparasi dan degrasi klorofil daun. Selanjutnya menurut
Suyoto dan Djamin (2003), intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman kakao
berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kebutuhan tanaman terhadap intensitas cahaya
matahari bervariasi, tergantung pada fase pertumbuhan dan umur tanaman. Intensitas
cahaya yang ideal bagi tanaman kakao adalah antara 50 – 70%.

2.5 Teknik Budidaya


A. Persiapan Bahan Tanam (Benih)
Medium pembibitan terdiri atas lapis olah, pasir, dan pupuk kandang
a. Kantong plastik (polibag) ukuran 20 x 30cm, diberi lubang drainase sebanya
lubang/kantong diameter lubang 1,0cm
b. Bedengan pembibitan dibuat di bawah naungan dari lamtoro, gliricida sp. Kelapa
atau naungan buatan (atap) yamg dibuat dari daun kelapa.

Kriteria bibit
1. Umur minimum 3 bulan
2. Tinggi minimum 20 cm
3. Jumlah daun minimum 6 lembar
4. Tidak terdapat kotiledon
A. Persiapan Lahan
1 Petani tidak diperkanankan menebang hutan atau membakar hutan untuk
membuka kebun baru
2 Petani harus membuat area penyangga antara kebun dengan hutan
pelindung,sumber mata air dan pemumikman
3 Petani sebaiknya menanam tanaman alami ( native species) sebagai tanaman
pembatas kebun atau tanaman pagar (buffer zone).
a. Pengajiran ( jarak tanam)
Perlu untuk menentukan keteraturan pertanaman guna mempermudah
pemeliharaan ajir dibuat dari bambu atau kayu dengan panjang 50 cm
dengan ujung runcing. Secara umun ada 3 tahapan pengajiran yaitu ajir untuk

9
lubang tanam, ajir untuk tanaman kakao, dan ajir untuk penyulaman pohon
pelindung. Arah larikan kakao pada lahan datar sedapat mungkin lurus utara-
selatan, pada lahan miring searah kontur. Penancapan ajir untuk tanaman
kakao pada jarak 5 cm (kanan atau kiri) dari titik pusat lubang tanah
b. Pembuatan lubang tanam
1 Jarak tanam kakao 3m x 3m.
2 Ukuran lubang tanam 60cm x 60cm x 60cm.
3 Lubang tanam jangan dibuat pada lubang bekas tanaman yang
dibongkar.
4 Lubang tanam dibuat 3 bulan sebelun tanam.
5 Kompos atau pupuk kandang yang sudah matang dimasukan kedalam
lubang tanam.
c. Penanaman
1 Perlu dipastikan bahwa pohon pelindung telah berfungsi dengan baik
2 Bibit sudah memenuhi kriteria untuk ditanam.
3 Bibit tidak bertunas.
4 Dilakukan pada awal musim hujan.
5 Diusahakan media didalam polibag tidak pecah.
d. Pemeliharaan
1 Pemupukan
Tanaman kakao mudah memerlukan perawatan yang lebih intensif
dibandingkan tanaman dewasa. Penyediaan nutrisi atau unsur hara yang
cukup menjadi hal yang penting.Pemupukan anorganik dilakukan pada saat
cukup air yaitu awal atau akhir musim penghujan.
2 Pemangkasan
Kakao merupakan tanaman yang perlu dipangkas dalam perawatanya
agar tanaman tidak kehilangan nutrisi pada vase vegetatif maupun
generatif sehingga mampu menghasilkan produksi yang tinggi ( buah
yang banyak) serta mengurangi intensitas serangan hama dan penyakit.
Tujuan dilakukan pemangkasan:
a. Membentuk kerangka dasar tanaman yang seimbang

10
b. Mengatur penyinaran matahari
c. Mendorong pembentukan daun baru
d. Merangsang pembungaan dan pembentukan buah
e. Membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki
f. Mengurangi resiko serangan hama dan penyakit
g. Mempermudah pelaksanaan pemeliharaan tanaman Mengatur
kelembaban kebun
Pemangkasan bentuk yaitu tanaman dipangkas pada saat berumur 8-12 bulan (tanaman
muda) dan pada saat berumur 18-24 bulan (tanaman remaja).
Cara pemangksan
1 Pangkas cabang-cabang primer yang tidak layak dan sisakan 3-4 cabang yang memiliki
kondisi sehat dengan pertumbuhan yang merata ke segala arah.
2 Buang cabang-cabang sekunder yang terlalu dekat dengan jorket (sekitar 30-60cm).
3 Cabang-cabang sekunder yang tumbuh dari cabang primer diatur berselang-seling dan
jarak dari jorket 30-40cm. Ujung cabang prumer dipotong (topping) pada jarak 80-
120cm dari jorket.
4 Cabang yang dibuang adalah cabang kecil (cabang cacing), cabang menggantung,
cabang sakit dan cabang patah, kering yang mati.
5 Membuang semua tunas air Bersamaan dengan pangkas pemeliharaan, buah yang sakit
dan gulma picisan diturunkan.
6 Sanitasi
a. Dilakukan untuk menekan populasi hama PBK dengan memutus siklus hidup
serangga, hama dan memetik buah-buah yang terserang
b. Dilakukan dengan cara membenamkan kulit buah sehabis panen dan buah-buah yang
terserang peyakit busuk buah
7 Pengendalian hama dan penyakit tanman kakao
Pengendalian hama dan penyakit pada tanman kakao dilakukan dengan sanitasi lahan,
tanaman yang terserang dipangkas dan dibenamkan.hama dan penyakit yang sering
menyerang tanaman kakao adalah:
a. Hama
 Penggerek buah kakao (PBK) conopomorpha cramerella

11
 Kepik penghisap buah kakao, hellopeltis sp., pseudodoniella typical dan
Amblypelta theobromae
 Ulat kilan, Hyposidra talaca walk
 Penggerek batang, zeuzera coffeae Nietn dan glenea sp
 ikus, Rattus-rattus sp
 Babi hutan
b. Penyakit
 Busuk buah, phytophthora pallmivora
 Kanker batang, phytophthora pallmivora
 Antraknose colletotrichum, colletotrichum gloeosporioides penz
 VSD (Vascular Streak Dieback) oncobasidium theobromae
 Jamur upas, corticium salmonicolor, upasia salmonicolor
 Penyakit akar
 Penyakit kelayuan pentil (cherelle wilt)
B. Panen dan pasca panen
Panen dilakukan dengan cara memetik buah yang masak dengan memotong tangkai
buahnya dengan menyisakan sepertiga bagian tangkai buah. Buah kakao yang dipetik
berumur 5-6 bulan sejak berbunga, dan berwarna kuning atau merah. Buah kakao
yang dipetik kemudian dimasukkan ke dalam karung kemudian dilakukan pemecahan
buah untuk mengumpulkan bijinya. Hasilnya bisa dioalah dengan melakukan
fermentasi, pengeringan, dan sortasi

12
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktek kerja lapangan dilaksanakan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, UPT
Perbenihan Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan, Laboratorium Lapangan
Sikka, Provinsi NTT selama satu bulan dimulai dari tanggal 27 juli sampai tanggal 27
Agustus 2021.
3.2 Alat dan Bahan
A. Perbanyakan massal trichoderma sp
Konfor, Dandang 20 kg, Karpet lantai, Plastic mika, Ember/baksom, Centong kayu,
Saringan halus, Hard sprayer, 5 kg Beras, 5 kg dedak padi, Stater F2, Air bersih, Minyak
tanah, Alcohol 70%, Sabun atau deterjen, Karet gelang, karung, tempat nasi, plastic gula.
B. Teknik pembuatan sambung pucuk, persiapan lubang tanam, sanitasi dan pasca panen.
Gunting, sekop, kater, cangkul, linggis, ember, gayung, jolok, gerobak, karung, plastic es,
tali raffia,

3.3. Kondisi Umum Perusahaan


A. Sejarah
Laboratorium Lapangan ( LL ) Sikka didirikan pada tahun 2008 dan nama pada waktu
itu Laboratorium GERNAS Kakao. Setelah mengalami perubahan baik nama maupun
pengelolaaan saat ini secara fungsional LL berada di bawah UPT Pengelolaan Kebun
Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Provinsi Nusa Tenggara Timur. LL Sikka adalah lembaga yang memperoleh mandat
untuk melakukan Pengelolaan terhadap Hama dan Penyakit tanaman serta Perbanyakan
dan Penyebaran Agens Pengendali Hayati (APH) dari golongan Jamur untuk
mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman khususnya tanaman perkebunan. Tugas
dan tanggungjawad ini diberikan, sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian
dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran 2016 Nomor :
521.3/UPT.PKDLH/122.C/2/2016, tanggal 4 Februari 2016 tentang Penetapan Pelaksana
serta Tugas dan Tanggung Jawab Tim Pelaksana Laboratorium Lapangan (LL) Sikka.

13
B. Lokasi
Laboratorium Lapangan (LL) Sikka terletak di RT. 003, RW. 009, Kelurahan Kota Uneng
Kecamatan Alok Kabupaten Sikka pada dataran rendah yang berjarak kurang lebih satu
kilometer dari Kota Maumere serta berada pada ketinggian kurang lebih 1 m dpl.
Lokasi Laboratorium Lapangan (LL) Sikka terstruktur mulai dari wilayah perkantoran,
kebun percobaan dan kebun produksi, serta wilayah asrama (penginapan).
C. Struktur organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun Anggaran 2016 Nomor : 521.3/UPT.PKDLH/122.C/2/2016,
tanggal 4 Februari 2016 tentang Penetapan Pelaksana serta Tugas dan Tanggung Jawab
Tim Pelaksana Laboratorium Lapangan (LL) Sikka, maka Tugas Pokok dan Fungsi
Laboratorium Lapangan (LL) Sikka dan Uraian Tugas Pelaksana Laboratorium dijabarkan
sebagai berikut:
1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Laboratorium Lapangan (LL) Sikka Tugas Pokok :
Membantu mengembangkan metode Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) Organisme
Penganggu Tanaman (OPT) Perkebunan.
Fungsi :
1 Mengadakan identifikasi, inventarisasi dan penetapan status hama, penyakit, gulma
penting di Provinsi Nusa Tenggara Timur
2 Mengadakan uji lapangan pengembangan metode pengamatan, pengelolaan hama,
penyakit dan gulma serta membantu mengevaluasinya di tingkat Provinsi.
3 Membina dan mengawasi secara langsung operasional pengendalian (Operasional
BTP
4 Membina dan mengawasi secara langsung operasional pengembangan dan
pengendalian secara hayati
5 Melakukan uji penentuan ambang toleransi dan kerugian ekonomi akibat serangan
hama, penyakit dan gulma untuk daerah setempat.
6 Mengembangkan metode pengelolaan hama, penyakit dan gulma secara terpadu dan
memanfaatkan data/iklim cuaca setempat untuk menyusun metode pengelolaan yang
sesuai.

14
7 Mengembangkan sistim pelaporan pengamatan hama, penyakit dan gulma.
8 Mengumpulkan informasi tentang penggunaan pestisida dan masalah yang
ditimbulkanya.
9 Menyiapkan dan menyebarkan bahan informasi teknologi tepat guna, bahan kursus
atau latihan.
10 Menyelanggarakan latihan dan kursus bagi petugas dan kontak tani atau regu
proteksi.
11 Memberi pedoman teknis pelaksanaan tugas UPPT, memonitor laporannya setiap
bulan tertuama mengenai perkembangan populasi OPT.
12 Menyampaikan laporan bulanan kepada Kepala Dinas c.q. Sub Dinas/Bidang yang
menangani Perlindungan Tanaman.
1.2 Tenaga Perangkat LL Sikka
NO Nama dan NIP Masa kerja di Pengalaman Keterangan
Pelaksana Laboratorium Pengembangbiakan
jamur AH/APH
1. Yuliana M. Wai 11 Tahun 10 Tahun SI tek. Pengolahan
Odo, STP hasil
NIP. 19771011
200812 2 001

2. Antonius Elang, 9 Tahun 7 Tahun SI Agroteknologi


S.Agr
NIP.19790219
200701 1 009

3. Baltin Saverius 9 Tahun 7 Tahun S1 Tek Pengolahan


Soke, STP Hasil

4. Evarista Gadu, SP 4 Tahun 3 Tahun S1 Hama Penyakit


Tanaman

15
 Pelaksana Teknis
Tugas Pokok :
Mengembangkan dan menerapkan Teknologi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) dan Musuh Alami (MA) spesifik lokasi .
Uraian Tugas :
Bidang Agensia Hayati (APH)
1 Mengadakan inventarisasi musuh alami sebagai Agens Pengendali Hayati.
2 Mengembangkan metode pembiakan menuju optimalisasi penggunaan musuh alami secara
actificial/buatan dan alamia.
3 Mengembangkan teknik penyebaran menuju optimalisasi penggunaan musuh alami sebagai
Agensia Pengendali OPT
4 Membimbing dan melatih petugas/petani dalam membiakkan dan menyebarkan musuh
alami serta metode evaluasinya.
5 Mengadakan pengumpulan/pemeliharaan, perbanyakan dan pelepasan Agensia Hayati serta
mengevaluasi hasil pelaporan/penyebaran musuh alami.
6 Menyediakan informasi tentang perbanyakan, penyebaran, monitoring dan evaluasi
Pengendalian Hayati.
7 Membuat Laporan kegiatan bulanan Kepada Kepala Dinas melalui Laboratorium Lapangan
(LL).
8 Melakukan tugas-tugas lain yang di berikan oleh atasan langsung.
Bidang Hama dan Penyakit Tanaman
1 Mengadakan identifikasi dan inventarisasi OPT dan penetapan Status OPT penting.
2 Mengadakan uji lapang pengembangan metode pengelolaan OPT dan mengevaluasinya.
3 Menentukan uji penentuan ambang toleransi dan uji penilaian kehilangan hasil akibat
serangan OPT.
4 Mengembangkan metode Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Hama Terpadu.
5 Membuat/menyediakan informasi teknologi tepat guna pengelolaan OPT.
6 Mengumpulkan informasi tentang penggunaan pestisida dan masalah yang ditimbulkanya.
7 Menyelenggarakan latihan dan kursus bagi Petugas, Kontak Tani/Regu Proteksi.

16
8 Membuat Laporan pengamatan OPT dan Laporan bulanan kapada Kepala Dinas melaui
Laboratorium Lapangan (LL)
9 Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan langsung.
Rincian Tugas Pelayanan Teknis OPT/MA
1 Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja :
a Mengumpulkan data dasar (data : penggunaan lahan, keadaan pertanaman, keadaan
OPT/MA, saranan pengelolaan OPT/MA, klimatologi, petani, wilayah kerja) dan data
operasional.
b Mengelola data dasar dan data operasional.
2 Menyiapkan tempat, alat, dan bahan pengamatan, peramalan dan pengelolaan OPT/MA :
3 Melakukan pengambilan sampel/contoh tanaman/media pembawa OPT/MA
4 Membuat koleksi OPT/MA
5 Melakukan pengamatan lapangan
6 Mengumpulkan data hasil pengamatan, peramalan dan pengelolaan OPT/MA
7 Membuat Peta daerah penyebaran OPT/MA
8 Mengidentifikasi sampel/spsimen.
9 Melakukan analisis kehilangan dan kerugian hasil.
10 Menyusun konsep petunjuk teknis/petunjuk pelaksanaan pengamatan, peramalan dan
pengelolaan OPT/MAMenyusun, membuat dan menyebarkan
11 bahan informasi teknologi tepat guna.
12 Membantu petugas, petani, kelompok tani mengidentifikasi gejala serangan, OPT dan
musuh alami, luas dan intensitas serangan OPT.
13 Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan langsung

3.4. Prosedur Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan


HARI
NO. & KEGIATAN
TANGGAL
1. Selasa, 27 juli 2021 Pembukaan, pengenalan, penyusunan jadwal
kegiatan
2. Rabu, 28 juli 2021  Sterilisasi ruang persiapan perbanyakan massal

17
Trichoderma sp.
 Persiapan bahan dan alat untuk perbanyakan
massal trichoderma sp.
 Pembekalan materi perbanyakan massal
trichoderma sp.
3. Kamis, 29 juli 2021 Proses perbanyakan massal trichoderma sp
4. Jumad, 30 juli 2021 Jumad bersih ( pembersihan lingkungan kantor)
 Pengamatan hari pertama perbanyakan massal
trichoderma

5. Senin,02-03 agustus Persiapan bahan tanam kakao


2021  Perbanyakan kakao secara vegetative ( sambung
pucuk)
6. Rabu, 04 agustus Persiapan lubang tanam untuk penyulaman
2021 kakao
7. Kamis 05 agustus Pembuatan lubang tanam kakao
2021
8. Jumad, 06 agustus Jumad bersih
2021
9. Senin, 09 agustus Penanaman, penyiraman, sanitasdi tanaman
2021 kakao
 Pengamatan trichoderma hari ke-2
10. Selasa, 10 agustus Penyiraman tanaman kakao
2021  Panen kakao
11. Rabu, 11 agustus L I B U R NASIONAL
2021
12. Kamis, 12 agustus Panen kakao
2021
13. Jumad, 13 agustus Jumad bersih
2021  Diskusi

18
14. Senin, 16 agustus Panen trichoderma sp. kedalam kantong plastic
2021 gula
15 Selasa, 17 agustus L I B U R H U T RI
2021
16 Rabu, 18 agustus Libur
2021
17 Kamis, 19 agustus Pengamatan sambung pucuk
2021  Kunjungan dosen faperta
18 Jumad,20 agustus Jumad bersih
2021  Aplikasi trichoderma sp. terhadap penyakit
pytopthora palmivora
19. Senin, 23-27 Pembuatan Laporan PKL

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perbanyakan Massal Trichoderma Sp
 Bahan
 5 kg Beras
 5 kg dedak padi
 Stater F2
 Air bersih
 Minyak tanah
 Alcohol 70%
 Sabun atau deterjen
 Karet gelang
 Alat :
 Konfor
 Dandang 20 kg
 Karpet lantai
 Plastic mika
 Ember/baksom
 Centong kayu
 Saringan halus
 Hard sprayer
 Cara kerja :
1. Rendam beras dengan air dingin selama 18-24 jam
2. Bentangkan karpert lantai dan sterilkan dengan alcohol. Kemudian tuangkan dedak
di karpet dan lembabkan dedak dengan air dingin
3. Campurkan beras dan dedak aduk hingga rata/homogen, masukan kedalam kantong
plastic atau karung kemudian masukan kedalam dandang untuk dikukus

20
4. Kukus atau steril media (dedak dan beras) selama ¾ jam atau sampai biji beras
menjadi setengah matang
5. Dinginkan media beras dan dedak dengan cara menghamparkan diatas karpet
6. Buat suspense trichoderma sp.(200 g) trichoderma sp. Di tambah air steril 3 liter
kemudian diaduk dan disaring lalu masukan kedalam hand sprayer
7. Semprotkan suspense kemedia yang telah dingin/hangat kukuh sambil di aduk agar
spora jamur menyebar merata pada media
8. Ratakan biakan setebal ± 2 cm dan ditutupi dengan plastic mika
9. Setelah 24 jam biakan dibalik/diaduk lalu diratakan dan ditutup kembali
10. Biakan dipanen setelah 80-100% media ditumbuhi jamur dengan warna koloni
putih/putih kehijauan, hijau daun (± 7 – 14 hari)
11. Kemas biakan dalam kanttong plastic sebanyak 300 gr perkantong kemudian clem
mulut kantong atau diikat menggunakan karet gelang

4.2 Perbanyakan Vegetative ( Sambung Pucuk Kakao)

1. Dilakukan pada bibit umur 3 bulan


2. Entris diambil dari klon-klon unggul misalnya ICR 03,04, SCAVINA 06.
3. Entris berupa cabang-cabang plagiotrop yang sehat tidak bertunas (flush), warna hijau
kecolaktan, diameter ± 1 cm.
4. Batang bawah dipotong datar, disisakan 3 lembar daun.
5. Untuk satu sambungan diambil tiga mata tunas entris.
6. Pangkal entris disayat miring pada kedua sisi sehingga runcing seperti huruf v
7. Entres disisipkan pada ujung batang bawah yang dibelah, pertautan diikat tali dan entris
ditutup kantong plastik.
8. Diamati setelah 10-15 hari.
9. Pada sambungan jadi tunas dibiarkan tumbuh sepanjang ± 2 cm kemudian tutup entris
dibuka, tanpa melepas tali ikatan pertautan. Tali ikatan pertautan dibuka setelah tunas baru
berumur 3 bulan.
10. Bibit siap ditanam ke lapangan setelah berumur 7 bulan.

4.3 Pengaplikasi Trichoderma Sp. Terhadap Penyakit Phytopthora Palmivora

21
a Penyakit Kanker Batang, phytophthora pamivora (Butl.) Butl.
Gejala serangan
 Kulit batang agak berlekuk dan berwarna lebih gelap atau kehitam-hitaman.
 Sering terdapat cairan kemerahan yang kemudian tampak seperti lapisan karat
 Ikat lapisan kulit luar dibersikan maka tampak lapisan dibawahnya membusuk
dan berwarna merah anggur
Penyebaran
 Penyebaran penyakit kanker batang sama dengan penyebaran penyakit busuk buah.
 Penyakit kanker batang dapat terjadi karena patogen yang menginfeksi buah
menjalar melalui tangkai buah mencapai batang.
 Penyakit berkembang pada kebun dengan kelembaban dan curah hujan yang
tinggi, atau sering tergenang air.
Pengendalian
 Kulit batang yang membusuk dikupas sampai batas kulit yang sehat.
 Luka kupasan selanjutnya dioles atau disemprot dengan fungisida trichoderma sp
(Biologi), dan secara kimia fungisida tembaga misal copper Sandoz,dll.
Komsentrasi 5% formulasi.
 Apabila serangan pada kulit batang sudah hampir melingkar, maka tanaman
diptotong atau dibongkar.
b Aplikasi pemberian trichoderma sp pada tanaman kakao yaitu:
1. 1 kg stater f2 trichoderma sp dihancurkan menggunakan tangan (diremas-remas),
kemudian dicampurkan diair steril 1500 ml. Diaduk hingga merata.
2. Saring ampas trichoderma sp dengan menggunakan saringan kasar dan halus.
3. Campurkan cairan trichoderma yang sudah disaring ke dalam sprayer yang berisi air
5 liter.
4. Aduk hingga tercampur rata.
5. Siap untuk diaplikasikan ke tanaman kakao.
Cara menyemprot :
Cara menyemprot, dilakukan untuk aplikasi trichoderma sp. Semprotkan cairan
trihoderma sp dengan mengunakkan spayer ke sekitar perakaran dan batang tanaman
kakao yang terserang penyakit phytophthora palmivora.

22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam melakukan sambung pucuk, hal yang perlu diperhatikan adalah umur
batang bawah tanaman dan entres
5.2 Saran
1 Bagi Universitas
a Menjalin hubungan baik dengan instansi pemerintahan atau perusahan agar
mempermudah mahasiswa melakukan kegiatan PKL
b. Memberikan sosialisasi kepada mahasiswa sebelum melakukan kegiat
2 Bagi Mahasiswa
Melaksanakan pekerjaan yang diberikan dengan tanggung jawab

23
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulus, C.J., Mims, C.W. 1979. Introductory Mycology.Third Editon.John Wiley & Sons,
Inc. USA.
Chairani, 2010.Uji Antagonis Trichoderma sp. Terdapat penyakit Jamur Akar Putih
(Rigidoporus lignosus) Pada Media Padat Di Laboratorium.Jurnal.Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP) Medan.

Carpenter MA, Ridgway HJ, Stringer AM, Hay AJ, Stewart A. 2008. Characterisation of a
Trichoderma hamatum monooxygenase gene involved in antagonistic activity against
fungal plant pathogens[pranala nonaktif permanen]. Curr Genet 53:193-205.

Gusnawaty, 2014.Karakterisasi Morfologis Trichoderma sp. Indegenus.Jurnal.Agroteknos.sabtu,


21 agustus 2021.

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/88634/MENGENAL-TRICHODERMA-sp/, sabtu, 21
agustus 2021

https://pupuklahan.blogspot.com/2018/09/4-cara-aplikasi-dan-manfaat trichoderma-sebagai-
jamur-antagonis-pada-tanaman-hortikultura.html

https://pupuklahan.blogspot.com/2018/09/4-cara-aplikasi-dan-manfaat trichoderma-sebagai-
jamur-antagonis-pada-tanaman-hortikultura.html

Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional, 2009. Buku Panduan Teknis
Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.), Hal, 1-74.

Laporan Laboratorium Lapangan (LL) Sikka Dinas Pertanian Dan Perkebunan Maumere,
November 2014. Hasil Uji Lapangan Hellopeltis sp. Pada Buah Fentil Kakao Dikebun
Petani Desa Bloro, Kec. Nita (Kajian Metode PHT)

Laporan Pengamatan Laboratorium lapangan kupang, 1999/1998

Prawoto A. Adi, dkk. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) hal. 38-
40, 62-91

24
Potensi Trichoderma harszianum (T38) dan Trichoderma pseudokoningii (T39) sebagai
antagonis terhadap Ganoderma sp. enyebab penyakit akar pada pohon sengon
(Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Rosalie, D. & D. Guest. 2008. Phytophthora
pallmivora Butler (Butler) University Of Sydney.

Raharjo, P. 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Etres Kakao Terhadap Penyambungan Bibit
Kakao. Prosiding Kakao 2008. Denpasar 28-29 Oktober 2008. 317-332

Sambung Pucuk Kakao ( Theobroma cacao L. ) Dengan Batang Bawah Yang Mempunyai
Jumlah Daun Berbeda. Jurnal Penelitian. Program Studi Agronomi. Universitas Andalas.
Padang Limbongan, Jermia, Djufry dan Fadjry, 2013

Susanto, F. X. 1995. Budidaya dan Hasi Tanaman Kakao. Kanisius. Yogyakarta. 45 hal.

Urailal, C., AM, Kalay., E, Kaya., dan A, Siregar. 2012. Pemafaatan Kompos Ela Sagu, Sekam,
dan Dedak sebagai Media Perbanyakan Agens Hayati Trichoderma harzianum Rifai.
Jurnal Agrologia. 1(1), 21-30.

25
LAMPIRAN
KEGIATAN PERBANYAKAN MASSAL TRICHODERMA SP. dan APLIKASI
TRICHODERMA SP, DENGAN PENYAMBUNGAN SAMBUK PUCUK PADA TANAMAN
KAKAO

Ket : persiapan alat dan bahan

Ket : sterilisasi tempat dan tuangan dedak kekarpet

26
Ket : lembabkan dedak padi dengan air dingin

Ket : penyaringan beras yang direndam selama satu malam

Ket : pencampuran media (beras dan dedak) dan di remas- remas sampai dedak dan beras tidak
menggumpal

27
Ket :pencampuran media dedak dan beras siap diisi di dalam karung.

Ket : pengisian dedak dan beras di karung di masukan kedalam dandang 20 kg dan siap di masak
sampai 3 jam.

Ket : pendinginan media beras dan dedak dengan menghmaprkan media kekarpet yang sudah di
steril

28
Ket : media stater f2

Ket : media stater f2di campurkan dengan air dan di remas-remas hingga jamurnya terlarut
kedalam air.

Ket : percikan larutan jamur trichoderma pada media dedak dan beras yang sudah di dinginkan

29
Ket : hasil pertumbuh trichoderma sp

Ket : panen trichoderma dan isi kedalam kemasan kantong plastik gula

Ket : alat dan bahn untuk sambung pucuk pada tanaman kakao

30
]
Ket : pembuatan sambung pucuk tanaman kakao dan hasil pertumbuhan tanaman kakao

31

Anda mungkin juga menyukai