Anda di halaman 1dari 27

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN

SOP TBM dan SOP TM Tanaman Karet

Disusun oleh :

1. Yamandita Adzkia (150610180107)


2. Yusuf Yusdinar Sobarsah (150610180037)
3. Sonia Az Zahra (150610180052)
4. Ninda Dwi Melinda. (150610180055)
5. Hani Sukmawati. (150610180058)
6. Natasya Nashalia Putri (150610180080)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21, Hegarmanah, Jatinangor, Kabupaten Sumedang,
Jawa Barat 45363
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30
tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai
15 – 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5
sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan
tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin.
Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.).
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat
ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada
awal musim hujan.
Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup
luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang
menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat
digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet. Tanaman karet
memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5 tahun) dan sudah
mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat
disadap selama 15 sampai 20 tahun.
Pertanian karet (Hevea brasiliensis) memainkan peranan cukup penting
bagi perekonomian negara Indonesia. Karet merupakan salah satu hasil
perkebunan terkemuka di Indonesia yang banyak menunjang perekonomian sebagai bahan yang
diekspor, sumber devisa negara, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Tanaman karet berasal dari negara Brazil, tanaman tersebut merupakan tanaman
yang memiliki umur panjang dan memberikan hasil yang cukup menjanjikan sehingga
banyak diminati oleh masyarakat khususnya kalangan menengah ke atas (Nazarudin
dkk, 1992).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana SOP TBM pada tanaman karet?

2. Bagaimana SOP TM pada tanaman karet?

C. Tujuan

1. Mengetahui SOP TBM pada tanaman karet

2. Mengetahui SOP TM pada tanaman karet


BAB II

PEMBAHASAN

1. SOP TBM Tanaman Karet

Hevea Brasiliensis atau tanaman karet merupakan pohon kayu tropis yang masuk
kedalam genus hevea dari familia Euphorbiaceae yang berasal dari hutan amazon.
Tanaman karet termasuk kedalam tanaman perkebunan yang bisa disadap getahnya
pertama kali saat sudah berumur lima tahun. Dalam pembudidayaan tanaman karet ada
yang disebut dengan tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan.
Pengertian dari tanaman belum menghasilkan sendiri adalah tanaman sejak mulai
ditanam sampai saat panen. Ada beberapa pengelolaan untuk mendapatkan tanaman
karet yang baik, salah satunya dengan cara penyulaman. Cara ini bertujuan untuk
mengganti tanaman yang pertumbuhannya tidak normal dengan bibit yang baru, waktu
terbaik saat melakukan penyulaman adalah saat hujan atau saat tanam tahun berikutnya.
Pemeriksaan dilakukan selama tiga bulan setelah ditanam interval selama satu hingga
dua minggu untuk memastikan kondisi dari tanaman karet. Jika ditemukan tanaman karet
yang mengalami pertumbuhan tidak baik maka dilakukan proses penyulaman dengan
bibit yang seumur. Oleh karena itu, saat penanaman tanaman karet diperlukan bibit
sulaman sebanyak 10% dan dilakukan paling lambat sampai umur dua tahun. Selain
penyulaman, ada faktor tanah yang mempengaruhi kondisi tumbuh tanaman karet.
Persiapan lahan untuk penanaman tanaman karet sangat perlu diperhatikan. Cara yang
perlu digunakan untuk mempersiapkan lahan adalah dengan menggunakan tanaman
penutup tanah atau LCC (Legume Cover Crop). LCC adalah tanaman penutup tanah
dengan tujuan unutk melindungi tanah dari erosi, memperbaiki struktur fisik dan sifat
tanah, sebagai sumber bahan organic serta mengurangi penyiangan intensif. Tanaman
yang sering digunakan adalah tanaman kacang (Mucuna Bracteata) yang diadaptasi dari
India. Tanaman kacang ini dapat membantu penambahan bahan organic yang tinggi dan
adanya Nitrogen yang dapat menyuburkan tanah. Penanaman Mucuna
bracteata sejumlah 1 baris di gawangan karet dengan jarak 3 sampai 4 meter. Pembibitan
dilakukan dalam polybag berukuran 10 cm x 15 cm, dan setelah itu dilakukan penanaman
di lahan.
Penunasan TBM Karet

Penunasan adalah membuang tunas palsu dan tunas cabang. Tunas palsu adalah
tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak dijumpai pada stum mata
tidur, sedangkan pada bibitan dalam polibeg tunas palsu tersebut relatif kecil. Tunas
palsu perlu dibuang supaya tanaman dalam satu blok dapat tumbuh seragam. Tunas palsu
dapat menghambat tumbuhnya mata okulasi dan bahkan dapat menyebabkan mata
okulasi tidak dapat tumbuh sama sekali. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan
sebelum tunas berkayu.

Pembuangan tunas cabang perlu dilakukan untuk mendapatkan bidang sadap


yang baik yaitu berbentuk bulat, lurus dan tegak dengan tinggi 2,5 - 3 meter. Tunas-tunas
cabang yang tumbuh pada ketinggian 2,5 - 3 meter diatas tanah dibiarkan untuk
membentuk percabangan. Pembuangan tunas harus dilakukan secepat mungkin jangan
menunggu sampai berkayu selain sulit dipotong, juga akan merusak bidang sadap kalau
pemotongannya tidak hati-hati. Penunasan dilakukan menggunakan pisau tajam dengan
rotasi hingga 12 kali per tahun. Pemotongan dilakukan sedekat mungkin dengan batang.

Induksi Percabangan TBM Karet

Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang tumbuhnya meninggi
tanpa membentuk cabang. Tanaman dengan pertumbuhan seperti ini pertumbuhan
batangnya lambat sehingga terlambat mencapai matang sadap, selain itu bagian ujungnya
mudah dibengkokan oleh angin, akibatnya akan tumbuh tunas cabang secara
menyebelah, sehingga tajuk yang terbentuk menjadi tidak simetris. Keadaan cabang
seperti ini akan sangat berbahaya karena cabang mudah patah bila diterpa angin kencang.
Beberapa klon yang pada awal pertumbuhannya cenderung meninggi dan lambat
bercabang, diantaranya adalah klon GT 1 dan RRIM 600. Induksi percabangan selain
untuk memodifikasi bentuk tajuk tanaman juga bertujuan untuk mempercepat
pertumbuhan lilit batang tanaman.
Ketinggian cabang yang dikehendaki umumnya 2.5-3 m dari pertautan okulasi.
Bagi klon-klon yang pertumbuhan cabangnya lambat dan baru terbentuk di atas
ketinggian tiga meter, perlu dilakukan perangsangan untuk mempercepat pembentukan
cabang agar tajuk tanaman lebih cepat terbentuk. Terdapat beberapa metode induksi
percabangan namun metode yang sering dilakukan yaitu : (a). Clipping (b).
Penyanggulan/folding, (c) pemenggalan batang (topping).
a. Clipping
Sebagian helaian daun pada payung teratas yang cukup tua (berumur 1,5–2 tahun)
dipotong hingga tangkai daun, sehingga hanya menyisakan 3-4 helaian daun yang
letaknya paling ujung saja. Dua-tiga minggu kemudian tunas cabang akan tumbuh.
Pelihara cabang yang bertingkat, agar tanaman lebih kuat terhadap angin kencang
dan serangan jamur upas. Cara pengguguran daun ini kurang efisien, sebab cabang
yang terbentuk hanya sedikit sekali dan tingkat keberhasilannya hanya 55% saja.

b. Penyanggulan/folding
Daun payung teratas yang sudah tua pada tanaman berumur 1,5 – 2 tahun diikat
dengan tali atau karet menyerupai sanggul. Apabila tunas cabang mulai tumbuh
ikatan harus dilepas. Jika tidak dilepas akan menyebabkan kematian pada daun
payung teratas.

c. Pemenggalan batang/Topping
Pemenggalan ini dilakukan pada waktu tanaman muda berumur 2–3 tahun, dimana
pada waktu tersebut tanaman sudah mencapai tinggi kurang lebih 5 meter.
Pemenggalannya dilakukan pada waktu awal musim hujan. Tanaman-tanaman yang
dapat dipenggal adalah tanaman dimana pada tinggi kurang lebih tiga meter tersebut
batangnya sudah berwarna coklat. Alat-alat yang digunakan dalam pemenggalan
adalah gergaji kayu, dan sebaiknya digunakan gergaji tarik. Arah irisan gergaji harus
miring, tidak boleh mendatar. Luka tanaman karet dipenggal pada tinggi yang
diinginkan tersebut, 2–4 minggu kemudian tunas-tunas mulai tumbuh, biasanya
lebih dari 10 tunas. Untuk itu perlu dilakukan penjarangan tunas.
Pembentukan cabang dengan cara pemenggalan batang dapat berhasil dengan
baik dan cukup efisien. Namun kelemahannya adalah mudah terserang penyakit
jamur upas dan tidak tahan terhadap angin, karena cabang tertumpuk pada bekas
penggalan. Untuk menekan kerusakan akibat angin dan serangan jamur upas,
sebaiknya cabang dijarangkan menjadi tiga buah cabang saja agar tajuk yang
terbentuk dapat tumbuh dengan kuat dan kokoh. Upaya lebih lanjut untuk
mengurangi kerusakan akibat angin dapat dilakukan pemenggalan kembali pada saat
tanaman sudah memasuki fase menghasilkan (TM).

Pengendalian gulma TBM Karet


Gulma merupakan bagian dari OPT, disamping hama dan penyakit tumbuhan. Yang
membedakan antara hama, penyakit tumbuhan dengan gulma yaitu hama dan penyakit
tumbuhan menimbulkan kerugian yang spektakuler dalam waktu yang singkat,
sedangkan gulma menimbulkan kerugian yang bersifat secara perlahan – lahan selama
gulma tersebut masih ada dan berinteraksi dengan tanaman.

Kerugian yang disebabkan oleh gulma terjadi melalui proses persaingan atau
kompetisi antara gulma dan tanaman dalam memperoleh sarana tumbuh, seperti hara, air,
cahaya, CO2, dan ruang tumbuh. Selain persaingan, kerugian tanaman dapat terjadi
karena proses aleopati, yaitu proses 0penekanan pertumbuhan tanaman akibat senyawa
yang dikeluarkan oleh gulma. Gangguan gulma bersifat kasat mata dan perlahan yang
jika tidak diatasi dapat menimbulkan gagal panen.

Terdapat klasifikasi gulma berdasarkan penggunaan Herbisida, yaitu :

a. Gulma golongan Rumputan (grasses)


Semua jenis gulma termasuk dalam family poaceae atau gramineae adalah
kelompok rumputan. Gulma ini ditandai dengan ciri tulang daun sejajar, dengan
tulang daun utama berbentuk pita dan terletak berselang – seling pada ruas
batang. Batang berbentuk silindris, beruas, dan berongga. Serta memiliki akar
serabut.

b. Gulma golongan Tekian (sedges)


Gulma ini termasuk dalam family cyperaceae. Gulma ini memiliki ciri letak
daun berjejal pada pangkal batang, bentuk daun seperti pita, tangkai bunga tidak
beruas, dan berbentuk silindris segi empat atau segitiga.

Cyperus iria L

c. Gulma golongan Berdaun Lebar (broadleaves)


Gulma ini banyak dijumpai di lapangan dan paling beragam jenisnya. Cirinya
sangat beragam bergantung famili. Namun secara umum bentuk daunnya
lonjong, bulat, menjari, atau berbentuk hati. Umumnya berakar tunggang,
batang bercabang, berkayu, atau sekulen. Bungan majemuk dan tunggal serta
beberapa gulma yang termasuk dalam jenis paku – pakuan memiliki perakaran
yang serabut.

Pengendalian Gulma pada Tahap Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)


Terdapat dua cara, yaitu :
a. Pengendalian Secara Mekanik
Pengendalian gulma di kebun yang belum menghasilkan, dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu :
1. Penanaman tanaman penutup tanah kacangan (LCC)
Penanaman tanaman penutup tanah kacangan (LCC) dilakukan setelah
pengairan, diupayakan satu tahun sebelum penanaman karet atau paling
lambat bersamaan dengan penanaman karet yang sebelum pengairan
terdapat proses pengolahan tanah/pembukaan lahan. PTK ditanam 1,5 –
2,0 meter dari barisan tanaman dalam 4 baris.
Kacangan yang digunakan adalah campuran konvensional yaitu
centrosema pubesncens, calpogonium mucunoides, dan pueraria
javanica dengan perbandingan 2:2:1. Penanaman dilakukan dengan
menugal sedalam ± 5cm. Dalam satu lubang diisi 3-5 butir biji ,
kemudian ditutup dengan tanah. Jarak dalam barisan 40 – 50 cm atau
dideder sepanjang larikan.
Dari beberapa jenis LCC, saat ini Mucana bracteata merupakan jenis
yang paling banyak digunakan karena memiliki beberapa keunggulan,
yaitu: pertumbuhannya cepat, produksi biomassa tinggi, tahan terhadap
naungan, tahan terhadap kekeringan, menekan pertumbuhan gulma, dan
tidak disukai ternak. Pemeliharaan LCC sebaiknya dilakukan secara
berkala sejak LCC ditanam.

2. Pemeliharaan piringan atau jalur tanaman


Piringan tanaman dengan jari-jari 0,5-1,0 m agar selalu bersih dari
gulma atau penutup tanah oleh gulma maksimum 30%. Pengendalian
gulma dapat dilakukan secara manual atau kimiawi. Penyiangan manual
yaitu dengan mencabut atau menggunakan kored/cangkul, dilakukan
sebulan sekali atau tergantung pada perkembangan gulma. Arah
penyiangan dibuat silih berganti . penyiangan I menjauhi batang
sedangkan penyiangan II menuju batang. Berlaku juga pada penyiangan
jalur tanaman untuk menghindarkan terjadinya pencekungan tanah
sekeliling pangkal batang.

b. Pengendalian secara kimia


Pengendalian secara kimiawi yakni dengan menggunakan berbagai herbisida.
Herbisida yang digunakan yaitu berisi 60 liter air, penyemprotan dilakukan 2
kali berselang 2 minggu, penyemprotan selanjutnya disesuaikan dengan
perkembangan gulma. Menjelang tanaman mulai menghasilkan, kebun yang
penyiangannya hanya pada piringan diubah menjadi penyiangan jalur atau
disebut jalan panen selebar 1 meter.

Terdapat beberapa jenis gulma pada tahap TBM, diantaranya; Ageratum sp,
Asystasia intrusa, Axonopus compressus, Cyperus rotundus, Calopaganium sp,
dll.

2. SOP TM Tanaman Karet

Tanaman Menghasilkan (TM) adalah tanaman yang sudah siap panen/sadap dan
berproduksi sampai memasuki masa peremajaan (± 25 tahun);
Manajemen Tajuk Pada TM Karet

Pada tanaman menghasilkan (TM), manajemen tajuk ditujukan untuk mengurangi


kerusakan akibat angin. Kerusakan akibat terjangan angin merupakan masalah yang
penting di perkebunan karet terutama di wilayah-wilayah yang merupakan daerah jalur
lintasan angin. Kerugian yang ditimbulkan sangat besar, selain hilangnya produksi pada
tiap pohon yang tumbang/patah, penurunan populasi seringkali memaksa pekebun me-
replanting areal tanaman karetnya lebih awal dari yang telah diproyeksikan sehingga
keuntungan sangat kecil atau bahkan tidak dapat menutupi biaya investasi awal.
Tanaman karet, seperti halnya tanaman keras atau berkayu lainnya memiliki kemampuan
memperkecil permukaan kontak dengan angin (steramlining) dan lengkung (bending)
yang rendah sehingga mudah patah bila diterjang angin yang kuat (Karyudi et al., 2003).
Manajemen tajuk pada TM dapat ditempuh dengan cara pemenggalan (topping).
Topping dapat dilakukan pada 2 tahun setelah sadap (TM 2) kurang lebih 7 m di atas
permukaan tanah. Topping dilakukan pada saat produksi turun dan tidak diperbolehkan
dilakukan pada saat produksi puncak. Manfaat topping terlihat dari percabangan yang
relatif seragam dan kerapatan populasi yang terus dapat dipertahankan sampai tanaman
tua.

Pengendalian Gulma Pada TM Karet

Pada tanaman yang telah menghasilkan pengendalian dilakukan secara stripan


dengan lebar stripan 1,5 m setiap sisinya. Alat yang digunakan dapat berupa knapsack
hand sprayer atau dengan alat micron herbi. Herbisida yang digunakan adalah
Glyphosate dan 2,4 D Amine dengan konsentrasi 0,4 %. Gulma Mikania micrantha
dikendalikan dengan penyemprotan 2,4 D Amine 0,4 % dengan dosis 300 liter/Ha.
Gulma Mikania dikendalikan sampai dengan umur tanaman 10 tahun. Alang-alang
(Imperata cylindrica) adalah gulma yang sangat merugikan bagi pertanaman karet. Bila
alang-alang tumbuh dalam kelompok-kelompok kecil, maka dikendalikan dengan
wiping. Wiping dilakukan dengan mengoleskan herbsida Glyphosate ke bagian tajuk
alang-alang. Bila alang-alang tumbuh dalam bentuk hamparan, maka dikendalikan
dengan penyemprotan menggunakan Glyphosate 1% dengan dosis 600 liter/ Ha. Gulma
alang-alang dikendalikan sampai dengan 6 tahun sebelum replanting. Gulma pakis
dikendalikan dengan penyemprotan Glyphosate dan 2,4 D Amine 0,8% dengan dosis 300
liter/Ha. Dalam penerapan herbisida untuk mengendalikan gulma perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a) Cuaca (diperlukan 6 jam kering setelah penyemprotan)
b) Stadia gulma (gulma masih muda/hijau dan belum berbiji)
c) Pengendalian gulma harus selesai sebelum periode pemupukan
d) Pemilihan herbisida dan alat harus tepaT

Pemupukan TM karet
Pemupukan merupakan kegiatan memberikan sejumlah unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Efektivitas pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk
yang dapat diserap tanaman, dan efisiensi pemupukan berkaitan dengan biaya
yang dikeluarkan dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Keberhasilan atau
efektivitaspemupukan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dosis pupuk, jenis
pupuk, waktu dan frekuensi pemupukan, cara pemupukan, lokasi/tempat penaburan
pupuk, dan pengendalian gulma, serta lama efektivitas suatu pupuk sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan dari aspek ekonomi
lama efektivitas tersebut sangat berpengaruh terhadap biaya tambahan yang perlu
dikeluarkan oleh pengusaha perkebunan (Wachjar dan Kadarisman 2007; Wijaya
dan Hidayati 2012).
Pemupukan pada tanaman yang telah menghasilkan mempunyai dua tujuan yaitu
untuk meningkatkan hasil dan mempertahankan serta memperbaiki kesekatan dan
kesuburan pertumbuha tanaman pokok.
Jenis pupuk untuk tanaman yang telah menghasilkan menggunakan jenis pupuk
majemuk slow realese khusus tanaman karet, terdiri dari 18% unsur N, 6% unsur P, 16%
unsur K, 4% unsur CaO, 2% unsur MgO, dan 1% unsur TE (Cu+Zn). Menurut
Poeloengan et al. (2003) pupuk majemuk mempunyai keunggulan dibandingkan dengan
pupuk tunggal, yaitu lebih praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan, dan
aplikasi di lapangan karena satu jenis pupuk majemuk mengandung seluruh atau sebagian
besar hara yang dibutuhkan tanaman.
Program pemupukan perlu disesuaikan dengan keadaan iklim setempat, terutama
pada curah hujannya. Jika dosis pupuk lebih besar dari 300 g/p/th, pemberian pupuk agar
dipecah menjadi dua kali masing-masing setengah dosis saat pemakaiannya.

Pengendalian hama penyakit tanaman


Sebagaimana halnya tanaman perkebunan lainnya, tanaman karet tak luput dari
gangguan hama dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit ini harus ditangani dengan
baik agar tanaman tumbuh subur dan produktivitasnya optimal.
A. Hama
Beberapa jenis hewan menjadi hama tanaman karet dari fase pembibitan,
penanaman, hingga fase berproduksi.
1. Tikus.
Tikus (Rattus sp.) menjadi hama tanaman karet pada fase perkecambahan dan
pesemaian. Pada waktu perkecambahan tikus memakan biji-biji yang sedang
dikecambahkan dan saat penyemaian memakan daun-daun bibit yang masih muda.
Langkah pencegahan bisa dilakukan dengan melindungi tempat perkecambahan
agar tikus tidak dapat masuk ke dalamnya. Dalam hal ini tempat perkecambahan yang
berupa kotak bisa ditutup dengan kawat kasa dan tempat perkecam-bahan di atas tanah
dipasang pagar plastik.
2. Belalang.
Belalang menjadi hama bagi tanaman karet pada fase penyemaian dengan cara
memakan daun daun yang masih muda. Serangga ini tergolong sangat rakus. Jika daun
muda habis, mereka tak segan-segan memakan daun-daun tua, bahkan tangkainya.
Mengendalikan serangan belalang bisa secara kimiawi dengan menyemprotkan
insektisida Thiodan dengan dosis 1,5 ml/liter air. Penyemprotan dilakukan 1 - 2 minggu
sekali tergantung pada intensitas serangannya.
3. Siput.
Siput (Achatina fulicd) menjadi hama karena memakan daun-daun karet di areal
pembibitan dengan gejala daun patah-patah. Di daun-daun yang patah ini terdapat alur
jalan berwarna keperakan mengkilap yang merupakan jejak siput.
Pengendalian secara mekanis bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan siput-
siput yang bersembunyi di tempat teduh dan membakar atau menguburnya. Sementara
itu, secara kimiawi dengan membuat umpan dari campuran dedak, kapur, semen, dan
Meradex dengan perbandingan 16:5:3:2. Campuran ini dilembabkan dulu dengan cara
diberi air sedikit kemudian diletakkan di areal pembibitan. Siput yang memakan umpan
ini akan mati.
4. Uret Tanah.
Uret tanah merupakan fase larva dari beberapa jenis kumbang,
seperti Helotrichia serrata, Helotrichia rufajlava, Helotrichiafessa, Anomala varians,
Leucopholis sp., Exopholis sp., dan Lepidiota sp. Bentuk uret tanah ini seperti huruf “C”
dengan warna putih hingga kuning pucat. Uret tanah menjadi hama yang sangat
merugikan karena memakan bagian tanaman karet yang berada di dalam tanah, terutama
tanaman karet yang masih berada di pembibitan.
Mencegah serangan hama ini bisa dilakukan dengan menaburkan Furadan 3 G
sesuai dengan dosis yang danjurkan pada saat menyiapkan areal pembibitan. Sementara
itu, pengendaliannya bisa secara mekanis atau kimiawi. Secara mekanis dengan
mengumpulkan uret-uret tersebut dan membakarnya. Secara kimiawi dengan
menaburkan Furadan 3 G, Diazinon 10 G, atau Basudin 10 G di sekitar pohon karet.
Dosis yang dipakai sekitar 10 gram/pohon.
5. Rayap.
Rayap yang menjadi hama bagi tanaman karet, terutama spesies Microtermes
inspiratus dan Captotermes curvignathus. Rayap-rayap tersebut menggerogoti bibit
yang baru saja ditanam di lahan, dari ujung stum sampai perakaran, sehingga
menimbulkan kerusakan yang sangat berat.
Pengendaliannya bisa dengan kultur teknis, mekanis, dan kimiawi. Secara kultur
teknis ujung stum sampai sedikit di atas mata dibungkus plastik agar rayap tidak
memakannya. Secara mekanis dilakukan dengan menancapkan umpan berupa 2 - 3
batang singkong dengan jarak 20 - 30 cm dari bibit, sehingga rayap lebih suka memakan
umpan tersebut daripada bibit karet yang lebih keras.
Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan dengan menyemprotkan insektisida
pembasmi rayap, seperti Furadan 3 G dengan dosis 10 gram ditaburkan di sekitar batang
karet. Bisa juga menggunakan Agrolene 26 WP atau Lindamul 250 EC dengan dosis dan
frekuensi pemakaian bisa dibaca di kemasannya.
6. Kutu.
Kutu tanaman yang menjadi hama bagi tanaman karet adalah Saissetia nigra,
Laccifer greeni, Laccifer lacca, Ferrisiana virgata, dan Planococcus citri yang masing-
masing memiliki ciri berbeda. Saissetia berbentuk perisai dengan warna cokelat muda
sampai kehitaman. Laccifer berwarna putih lilin dengan kulit keras dan hidup
berkelompok. Ferrisiana berwarna kuning muda sampai kuning tua dengan badan
tertutup lilin tebal. Sementara itu, Planococcus berwarna cokelat gelap dan badannya
tertutup semacam lilin halus mengilap. Kutu tersebut menjadi hama bagi tanaman karet
dengan cara menusuk pucuk batang dan daun muda untuk mengisap cairan yang ada di
dalamnya. Bagian tanaman yang diserang berwarna kuning dan akhirnya mengering,
sehingga pertum-buhan tanaman terhambat.
Hama lain yang sering merusak tanaman karet, khususnya yang berada di pinggir
hutan antara lain: Babi hutan, Rusa, Kijang, Tapir, Monyet, Tupai dan Gajah.
7. Hama bubuk pada tanaman karet
Penyebab utama terjadinya serangan hama bubuk dari serangan patogen
Fusarium pada batang tanaman karet. Fusarium merupakan parasit luka yang
menyerang dan masuk ke dalam jaringan tanaman jika ada luka di kulit tanaman,
sehingga menyebabkan pelemahan dan pembusukkan jaringan kulit. Kulit yang busuk
tidak akan menghasilkan lateks. Infeksi awal yang terjadi terlambat terdeteksi dan
diidentifikasi sehingga menyebar dan meluas. Penyebaran/penularan penyakit dari
pohon sakit ke pohon sehat lainnya dapat terjadi melalui pisau sadap. Untuk mencegah
meluasnya serangan penyakit Fusarium dan hama bubuk, maka perlu diambil tindakan
sebagai berikut:
1) Mencegah meluasnya dan terjadinya serangan penyakit pada batang tanaman karet
agar tidak terjadi serangan hama bubuk.
2) Pengendalian penyakit batang Fusarium dapat dilakukan dengan cara pelumasan
fungisida
3) Tanaman yang mendapat serangan hama bubuk sebaiknya penyadapan diteruskan
pada bidang yang sehat dengan interval sadap yang diturunkan. Hal ini bertujuan
untuk mencegah/mengisolasi meluasnya serangan pada kulit yang masih sehat,
dengan catatan pisau sadap sebelum digunakan terlebih dahulu didisinfektan dengan
alkohol 70%, formalin 1%, atau chlorox.
Cara pengobatan
Bagian kulit yang mengering/mati dikerok hingga ke bagian jaringan kulit
yang sehat. Setelah dikerok, segera lumas dengan larutan insektisida dan keesokkan
harinya dilumas dengan larutan fungsida. Aplikasi insektisida maupun fungisida
dilakukan sebanyak 4-5 kali, atau sampai tidak terjadi infeksi baru lagi.
B. Penyakit Pada Tanaman Karet

Kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit pada tanaman karet umumnya lebih
besar dibandingkan dengan serangan hama. Selain karena kerusakan akibat serangan
penyakit, kerugian lain ialah besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk
menanggulanginya. Maka dari itu upaya pencegahan harus di perhatikan penuh serta
pengamatan dini secara terus menerus sangat penting. Penyakit pada tanaman karet
dengan kerugian besar disebabkan oleh cendawan. Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri dan virus tidak begitu besar. Penyakit tanaman karet menyerang dari wilayah
akar, batang, bidang sadap, hingga daun.
1. Penyakit yang menyerang akar
 Penyakit akar putih
Disebut penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang
terlihat miselia jamur berbentuk benang berwarna putih dan menempel kuat dan
sulit dilepas. Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan
berwarna coklat. Penyebab penyakit akar putih adalah cendawan (rigidoporus
lignosus) yang membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan
tunggul tanaman. Badan buah cendawan ini berwarna jingga kekuningan
dengan lubang lubang kecil di bagian bawah tempat spora. Jika badan buah
kering akan berwarna coklat. Gejala penyakit akar putih ini adalah :
 Daun daun tanaman menjadi pucat kuning dengan tepi ujungnya terlipat ke
dalam. Daun daun ini akan gugur dan rantingnya mati.
 Tanaman yang terserang membentuk daun daun muda, bungan dan buah lebih
awal.
 Pada akar tampak benang benang jamur putih dan agak tebal.
Penyakit akar putih merupakan jenis penyakit yang berbahaya bagi
perkebunan karet. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian pada tanaman
dengan intensitas yang sangat tinggi. Serangan sering di jumpai pada tanaman
karet yang berumur 2-4 tahun.tanah bertekstur tanah gembur dan berpasir yang
paling banyak menyerang ditemui pada perkebunan karet.Pengendalian
penyakit akar putih ini ialah:
 Penyingiran dan pembakaran sisa sisa tunggul tanaman lama di areal
perkebunan.
 Menanam tanaman penutup (cover croop) terutama kacang kacangan. Tanaman
ini membantu mempercepat penguraian akar akar tanaman yang tersisa.
 Menanam bibit karet yang bebas bibit penyakit akar putih.
 Membenamkan belerang untuk melindungi tanaman baru jika ditanam pada
lahan bekas perkebunan karet.
 Jangan menanam ubi jalar dan ubi kayu di sela tanaman karet karena tanaman
ini sebagai inang penyakit tanaman putih.
 Membongkar tanaman sakit yang sudah parah. Dan di bekas galian harus di
bubuhi belerang sebanyak 200 gram.
 Penyakit akar merah
Penyebab penyakit akar merah adalah ganoderma pseudoperrum.bentuk
badan buah jamur berbentuk topidan tersusun pada pangkal batang
tanaman.permukaan badan atas berwarna merah coklat, dan permukaan
bawahnya berwarna putih kelabupenuh lubang keciltempat spora. Badan
buahnya mengeras dan pengeriput. Gejala penyakit ini adalah warna daun
berubah menjadi hijau pucat suram, kemudian menguning dan akirnya gugur.
Perakaranya di liputi benang benang jamur berwarna merah muda sampai
merah tua. Dalam keadaan kering micelia jamur berubah warna menjadi putih,
jika di basahi akan kembali berwarna merah.
Micellia jamur jamur ini sangat menempel erat pada akar dan mengikat
tanah sehingga membentuk semacam kerak. Akar tanaman yang sakit akan
membusuk dan berwarna jingga kehitaman. Bila ditekan akan mengeluarkan
cairan. Penyakit akar merah merupakan penyakit berbahaya pada tanaman
karet. Penyakit ini sering dijumpai pada tanaman yang dewasa dan tua.
Seranganya sangat lambat sehingga gejalanya baru nampak setelah tanaman
terinfeksi lama dan akan mengalami kematian setelah 5 tahun terserang jamur
ini.
Penularanya penyakit ini umumnya dengan cara persinggungan akar
yang sakit dan sehat. Tetapi bisa juga dengan cara diterbangkan angin.
Pengendalian penyakit ini sama dengan pengendalian penyakit akar putih yaitu:
 Pemeriksaan dilakukan selama 6 atau 12 bulan sekali terutama untuk tanaman
yang berumur di bawah 5 tahun.
 Pengendalian harus segera dilakukan bila terjadi pucat atau kuning dan akiar
terdapat micellia merah.
 Tanaman yang sudah di kendalikan penyakitnya haruslah di perinksa lagi untuk
memastikan penyakit benar benar terkendalikan.
Penyakit akar lain : Penyakit akar coklat (phellinus noxius), Penyakit
leher akar (Ustulina maxima), Penyakit akar kerbau ( sphaerostilbe repens)
Untuk serangan penyakit ini tidak sampai mematikan Cuma hanya saja tanaman
terganggu dalam pertumbuhanya.
2. Penyakit Batang pada Tanaman Karet
 Penyakit Busuk Pangkal Batang.
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Botrydiplodia theobromae. Buah badan
yang spesifik dapat menghasilkan spora yang banyakdalam kulit batang yang
terserangpenularan biasanya terjadioleh angin dan air hujan. Umumnya tanaman yang
terserang adalah tanaman muda yang baru akan disadap. Dari hasil penelitian di peroleh
bahwa serangan pada tanaman yang berumur 3 tahun adalah 30 %. Tanaman yang
berumur 4 tahun 66 %. Tetapi tanamn yang sudah berumur 5 tahun keatas cendrung
tidak terserang. Serangan penyakit ini dimulai setelah musim kemarau panjang, tanamn
kekurangan air, kondisi tanaman kurang sehat, atau luka karena terkena alat pertanian.
Kelembapan tinggi akibat hujan dan suhu udarayang rendah akan memacu
perkembangan spora cendawan ini.
Gejala awal sulit di ketahui, dibutuhkan kecermatan. Pada “kaki gajah” tampak
kulitnya kering dah pecah pecah sedangkan kayu bagian atas masih baik dan utuh.
Lambat laun bagian kulit menjadi hitam dan bagian kayu akan rusak, akirnya kerusakan
menjalar ke bagian atas di ikuti rusaknya bagian kayu. Akirnya tanaman mudah patah
karena tidak mampu menahan tajuk. Pengendalian penyakit ini ada banyak hal, antara
lain:
 Pemberian pungisida harus tepat terutama padatanamn yang tingkat seranganya
di bawah tahapan kerusakan lanjut.
 Pemupukan diberi pada dosis dan waktu yang tepat.
 Tanaman yang sakit harus segerak di musnahkan dan di ganti denan tanamn
yang baru.

 Jamur Upas
Penyebab penyakit ini ialah jamur upasia salmonicolor. Jamur ini memiliki empat
tingkatan perkembangan. Mula-mula terbentuk lapisan jamur tipis dan berwarna putih
pada permukaan kulit (tingkat sarang laba laba) kemudian jamur ini membentuk
sekumpulan benang jamur (tingkat bongkol). Pada perkembangan selanjutnya
membentuk lapisan kerak berwarna merah muda ( tingkat kortisium), pada tingkatan ini
jamur sudah masuk dalam lapisan kayu. Akhirnya jamur membentuk lapisan tebal
berwarna merah tua (tingkat nekator).
Penyakit jamur upas menyerang percabangan atau batang tanaman sehingga
mengakibatkancabang dan tajuk mudah patah atau mati. Seranganya sering di jumpai
pada tanaman muda antara 3-7 tahun. Kebun di daerah kelembabanya yang tinggi dan
memiliki curah hujan yang tinggi yang mudah terserang penyakit jamur upas. Penularan
penyakit ini ialah dengan cara penyebaran angin. Jamur upas sangat banyak
memproduksi spora pada lapisan kerak berwarna merah lapiran tebal berwarna merar
tuapada kulit yang terserang. Bila bagian itu diketok akan mengeluarkan spora yang
bertaburan.
Gejala penyakit ini adalah pada pangkal atau bagian atas percabangan tampak
benang benang berwarna putih sutera. sekumpulan benang ini membentuk lapisan kerak
berwarna merah yang akirnya berubah menjadi lapisan tebal berwarna merah tua. Bagian
tanaman yang terserang akan mengeluarkan cairan lateks berwarna coklat kehitaman
yang keluar seperti terluka. Jika di biarkan tanaman yang terserang akan membusuk dan
berubah menjadi kehitaman, mengering, dan terkelupas. Bagian kayu bawah kulit
menjadi rusak dan menghitam. Jika terjadi serangan pada percabangan tanaman akan
mati dan mudah patah jika terkena angin. Pengendalian penyakit:
 Penanaman tanaman yang tahan terhadap penyakit jamur upas, seperti; GT 1,
PR 255, PR 300, PR 107.
 Penanaman sesuai anjuran dan sesuai keadaan di daerah tersebut.
 Pengendalian dilakukan secepat mungkin saat tingkat sarang laba laba.
 Tanaman yang sudah mati haru segera di musnahkan dan tunggul di taburi
pungisida.
 Jika percabangan sudah terkena, maka kulit harus di kupas dan dilumuri
pungisida.

 Kanker bercak

Penyebab penyakit ini ialah jamur phytopthora palmivora. Jamur ini


mempunyai bennag benang warna putih yang tidak jelas bila dilihat dengan kasat mata.
Kerusakan karna penyakit kanker bercak ialah kerusakan pada kulit luar bidang sadap
atau kulit percabangan sehingga tanaman akan tumbuh tidak normal dan akirnya mati.
Serangan banyak terjadi di daerah yang kelembapanya tinggi dan beriklim basah.
Penyebaran spora bisa lewat angin, arus air, percikan air, dan vektor.
Gejala penyakit ini ika di lihat dari awal sulit untuk terdeteksi langsung, karena
serangan di mulai dari bawah kulit. Bila kulit atau cabang di kerok akan terlihat
berwarna coklat kemerahan atau berbau busuk.Bagian batang yang terserang biasanya
pecah dan mengeluarkan latek, dan akan di kerumuni serangga penggerek batang.
Pengendalianya:
 Penanaman tahan penyakit sperti GT 1
 Jarak tanam datur sesuai daerah dan anjuran.
 Sanistasi
 Kulit yang membusuk di potong sampai ke bagian yang sehat.

Penyakit batang yang sering dijumpai antara lain : Black stripe, Kanker batang,
Nekrosis kulit. Klon-klon yang rentan penyakit Black stripe. Pengendalian serangan
penyakit black stripe dengan aplikasi 2 % Difolatan. Pengendalian penyakit nekrosis
kulit dengan pemberian 0,5% Antimucin 2 hari sekali 4-6 kali rotasi.
3. Penyakit Bidang Sadap
 Kanker garis
Penyebab penyakit ini di sebabkan oleh cendawan phytophthora palmivora.
Yang juga penyebab kanker bercak. penyakit ini mengakibatkan kerusakan berupa
benjolan benjolan atau cekungan cekungan pada bidang sadap lama sehingga untuk
penyadapan kulit berikutnya sulit untuk dilakukan.
Kanker garis sering dijumpai pada pada kebun-kebun yang tingkat
kelembapanya tinggi, kebung yang beriklm basah, terutama bidang sadap terlalu dekat
dengan tanah. Penyebaran penyakit ini melalui spora yang terbawa oleh angin, hujan,
percikan air, pada pohon yang bidang sadap rendah mudah tertular penyakit ini. Gejala
penyakit ini adalah awal terserang ditandai dengan adanya selaput tipis warna putih dan
tidak begitu jelas menutupi alur sadap akan tampak garis garis tampak berwarna coklat
atau kehitaman. Garis ini akan berkembang dan berpadu satu sama lain yang
membentuk jalur hitam dan tampak seperti retakan pada kulit pulihan.
Terkadang di bawah kulit pulihan terdapat gumpalan lateks akibat dari
pecahnya kulit. Dari bagian ini akan keluar lateks yang berwarna coklat dan berbau
busuk. Busuknya bidang sadap akan mengakibatkan menghambat pemulihan kulit.
Pengendalian penyakit
 Menanam varietas tahan penyakit, seperti: PR 300 dan PR 303. Tidak
dianjurkan menggunakan bibit PR 107, PR 261, LBC 1320, atau WR 101 untuk
di daerah beriklim basah. Karena ini mudah terserang penyakit.
 Jarak tanamn di sesuaikan dengan keadaan dan anjuran.
 Sanistasi
 Pemupukan sesuai dosis
 Penyadapan jangan terlalu dalam.
 Hindari penyadapan dekat dengan tanah.
 Pengendalian dengan fungisida. 8. Bila ada bagian yang membusuk koreklah
bagian tersebut dan dilumasi dengan pungisida.
 Sebelum penyadapan, dianjurkan untuk melumasi pisau dengan Difolatan 4 F
sebanyak 1%.

 Mouldy rot.
Penyebab adalah cendawan Ceratocystis fimbriata, jamur ini membentuk benang
hifa yangmembentuk lapisan yang berwarna kelabu. Pada bagian yang terserang. Spora
banyak dihasilkan oleh bagian tanamn yang sakit dan dapat bertahan hidup dalam
keadaan kering.
Mouldy menyababkan luka luka pada bidang sadap sehingga pemulihan kulit
terganggu, akibatnya bidang sadap bergelombang dan sulit penyadapan berikutnya.
Bahkan adakalanya bidang sadap akan rusak sama sekali sehingga tidak bisa di sadap
lagi. Serangan mouldy rot biasanya pada saat musim penghujan dan daerah daerah
berkelembapan tinggi, beriklim basah, dan bisadng sadap dekat dengan permukaan
tanah.
Penularan penyakit ini melalui spora yang di terbangkan oleh angin, air hujan,
dan bisa melalui pisau bidang sadap pada saat penyadapan pohon yang sakit. Penyebaran
lewat angin bisa melewati jarak yang jauh, karna spora bisa di sebarkan oleh angin.
Gejala penyakit ini adalah mula mula tampak selaput tipis berwarna putih pada
alur bidang sadap. Selaput ini kemudian berkembang membentuk lapisan seperti beledu
berwarna kelabusejajar dengan alur sadap. Bila lapisan kelabu ini di kerok akan tampak
bintik bintik berwarna coklat atau hitam. Serangan ini akan meluas sampai ke kambium
bahkan masuk sampai ke dalam kayu. Jika bagian yang sakit tampak membusuk akan
berwarna hitam kecoklatan maka serangan sudah parah, bekas serangan akan
memebentuk kecungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Pengendalian
penyakit ini adalah sebagai berikut :
 Penggunaan bibit tahan penyakit
 Pengaturan jarak tanam
 Sanistasi
 Pemupukan yang sesuai anjuran
 Penyadapan jangan terlalu dalam dan sering.
 Tanaman yang sakit harus di kendalikan.
 Setiap kali penyadapan, pisau sebelum penyadapan harus di celupkan ke
difolatan 4F 1% dan 80 W 1 %.
 Brown bast.
Penyebab penyakit ini disebabkan oleh karena penyadapan yang selalu sering
apalagi penyadapan yang di ransang lateks. Tanaman yang tumbuhnya subur, yang
berasal drai biji, dan tanaman yang masih membentuk daun baru tanaman yang seperti
ini yang saring terserang. Penyakit ini berbahaya bagi pertumbuhan karet karena
menurunkan produksi lateks yang cukup berarti. Alur sadap bisa menjadi kering sehingga
lateks tidak bisa mengalir. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian bagi tanaman karet
dan juga tidak menular.
Gejala peyakit brown bast gejala awal ditandai dengan tidak mengalir lateks dari
sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian seluruh sadap menjadi kering dan tidak
mengeluarkan lateks. Bagian yang kering berubah warna menjadi coklat karena bagian
ini berbentuk gum (blendok). Kulit tampak pecah pecah, dan pada batang terjadi
pembengkakan atau tonjolan. Pengendalian penyakit ini adalah sebagai berikut:
 Penyadapan jangan terlalu sering dan peragsang lateks.
 Jika karet sudah banyak yang menurut air lateksnya karena sudah terkena
penyakit ini, usahakan kurangi penyadapan dan cpt pengendalian. Dan
atau diistirahatkan sampai sembuh.
4. Penyakit daun.
 Penyakit embun tepung
Penyakit embun tepung adalah jamur Oidium haveae sehingga penyakit ini
disebut Oidium. Jamur ini memiliki benang benang berwarna putihyang merupakan
tempat menghasilkan spora. Sporanya seperti tepung halus mudah diterbangkan oleh
angin dan mudah tercuci di atas permukaan daun oleh air hujan.
Penyakit ini sangat merugikan bagi pertanian karet karena daun muda
berguguran. Akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat, produksi lateks
menurun, dan produksi biji merosot. Serangan paling hebat akan terjadi bila cuaca
kering diselingi hujan yang singkat di malam hariatau di pagi hari pada saat tanaman
sedang membentuk daun daun muda. Serangan akan lebih besar terjadi di kebun pada
ketinggian 300 m dari permukaan laut. Penularan penyakit ini memalui spora yang
diterbangkan oleh angib atau embun, dapat mencapai jarak yang jauh.
Gejala penyakit ini adalah daun muda berwarna hitam, lemas, keriput, dan
seperti lendir. Di bawah permukaan daun terdapat bercak bercak bundar berwarna putih
seperti tepung halus yang terjadi dari benang benang hifa dan spora jamur.pada
serangan lanjut daun dan tangkai akan gugur. Helaian daun yang tua bercak kuning,
tetapi hanya beberapa helai gugur. Serangan pada bunga menyebabkan bunga gugur.
Pengendalian penyakit ini adalah
 Menanam varietas yang tahan terhadap penyakit.
 Tanaman yang terserang sebaiknya diberi pupuk N dengan dosis tinggi. Sebaiknya 2
kali dosis anjuran pada saat daun daun baru mulai terbentuk.
 Klon yang peka di okulasi dengan tanaman yang tahan penyakit.
 Pemberian serbuk belerang seminggu sekali selama lima minggu, dilakukan pada saat
10 % pohon tersebut membentuk daun baru dan mulai terserang penyakit embun
tepung.
 Penyakit Colletotrichum
Penyebab penyakit ini adalah cendawan colletotrichum gloeosporides. Spora
banyak dihasilkan pada bercak bercak-bercak daun. Dalam cuaca lembab atau hujan.
Benang benang hifa kurang jelas jika dilihat dengan kasat mata. Cendawan ini
mengakibatkan daun tanaman karet gugur sehingga pertumbuhan tanaman cendrung
terhambat. Serangan penyakit sering terjadi saat tanaman masih berbentuk daun muda
pada musim hujan. Dan juga tanaman yang di daerah tinggi dan curah hujan yang tinggi
seranganya sangat hebat. Penularan penyakit ini melalui spora yang di terbangkan oleh
angin atau hujan.
Penyebaran spora biasanya pada malam hari, pada cuaca lembab dan pada saat
hujan. Gejala penyakit ini adalah daun muda tampak lemas berwarna hitam, keriput,
bagian ujungnya mati dan menggulung, dan akirnya gugur. Daun tua tampak bercak
bercak coklat atau hitam kemudian menjadi lubang, mengeriput dan sebagian ujungnya
mati. Pucuk, ranting, dan buah gejalanya seperti pada daun. Pengendalian penyakit ini
adalah
 Penanaman tanaman yang tahan penyakit
 Pemberian pupuk yang ekstra,
 Pengokulasian dengan tanaman yang tahan.
 Daun digugurkan lebih awal dengan penyemprotan dengan asam kakodilik.
 Penggunaan fungisida.
 Penyakit Phytophtora
Gejala Gejala awal tampak pada buah yang berwarna hitam dan membusuk. Daun
buah, serangan akan menular hingga ke daun tangkainya sehingga dalam beberapa
minggu kemudian daun dan tangkain gugur. Penyebabnya adalah cendawan
Phytophthora botriosa atau Phytophthora palmivora. Pengendalian :
 Klon yaang peka terhadap penyakit ini jangan di tananami,didaearh yang
sering terserang penyakit ini. Seperti PB 86, PRIM 600, Tjir 1 atau PR
107.
 Perlindungan tanaman dari seranga cendawan Phytophthora botriosa atau
Phytophthora palmivora. Dilakukan penyemprotan dengan fungisida.
 Penyakit Corynespora
Gejala Daun muda tampak bercak hitam seperti menyirip kemudian lemas, pucat,
dan ujungnya mati serta menggulung. Daun tua juga tampak berbercak hitam dan
menyirip, tetapi lebih jelas. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Corynespora
cassiicola. Pengendalian
 Klon yang peka terhadap penyakit ini jangan di tananami,didaearh yang sering
terserang penyakit ini. Seperti PPn 2058, PPN 2444, PPN 2447, dan lain-lain.
 Tanaman yang terserang sebaiknya diberi pupuk nitrogen dengan dosis yang tinggi (dua
kali dosis anjuran) pada saat daun-daun baru mulai terbentuk.
 Klon yang peka pucuknya diokulasi dengan klon yang tahan untuk mendapatkan klon
baru yang lebih tahan terhadap penyakit ini.
 Penyakit ini bisa ditekan penyebabnya dengan bahan kimia Mankozeb dan Tridemorf
untuk tanamanyang belum menghasilkan.
 Penyakit Helminthosporium
Gejala Mula-mula daun muda menjadi hitam dan menggulung kemudian gugur.
Daun yang dewasa berbinti-bintik cokelat lambat laun membesar dan berbentuk
bundar.Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Helminthosporium
hevea.Pengendalian
 Persemaian atau pembibitan dibuat ditanah yang subur dan tidak
berpasir agar tanaman bisa tumbuh dengan baik dan tidak mudah
kekeringan.
 Persemaian diberi naungan agar penyinaran langsung dapat di cegah.
 Pemupukan harus dengan dosis yang tepat, tidak terlalu banyak
nitrogen.
 Tanaman harus dilindungi dengan fungisida Dithane M-45 0,25 atau
Daconil 0,2%.fungisida harus diberikan sebyak empat kali dengan
selang seminggu dimulai daun-daun baru terbentuk
DAFTAR PUSTAKA

Sulistiani, Hani. Kurnia, Muludi. 2018. Penerapan Metode Certainty Factor dalam Mendeteksi
Tanaman Karet. Diambil dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPTK/article/view/13021/8482.

Astuti, Murdwi. Pedoman Budidaya Karet (Hevea Brasiliensis) yang Baik. Diambil dari
http://tanhun.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1505357153.pdf.

Stevanus, Charlos Togi. Risal Ardika. Jamin. 2018. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Cover
Crop Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Karet.

Nurul Fadli. 2018. “ Pengendalian Gulma pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis (L)) “.
Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.
https://www.slideshare.net/NURULFADLI3/pengendalian-gulma-karet-nurul-fadli-
1620242016-1
Aqwal Mufti. 2018. ”Pemeliharaan TBM dan TM Karet”
https://www.academia.edu/9873856/Pemeliharaan_TBM_dan_TM_Karet. Diakses pada
tanggal 29 Februari 2020. Universitas Jenderal Soedirman.

Zaini, A, Juraemi, Rusdiansyah, dan Saleh, M. 2017. Pengembangan Karet : Studi Kasus di
Kutai Timur. Mulawarman University Press Samarinda.
https://faperta.unmul.ac.id/web/wp-content/uploads/2018/08/Zaini-dkk-2017-Pengembangan-
Karet-_-Studi-Kasus-di-Kutai-Timur.pdf

Tistama, R., Sumarmadji, Siswanto. 2006. Kejadian kering alur sadap (kas) dan teknik
pemulihannya pada tanaman karet. Prosiding Lokakarya Budidaya Tanaman Karet. Pusat
penelitian Karet.

Gumayanti, Fitri, dan Suwarto. 2016. Pemupukan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell
Arg.) Menghasilkan di Kebun Sembawa, Sumatera Selatan. Diakses pada tanggal 1 Maret
2020. Universitas Tanjung Pura .
Suhandi, Logi. 2014. Penyakit Karet Lengkap dan Pengendalianya. Diakses pada tanggal 1
Maret 2020. Universitas Tanjung Pura .
https://www.kompasiana.com/logi/54f6ea4aa3331119158b476d/penyakit-karet-lengkap-
dan-pengendalianya

Anda mungkin juga menyukai