Disusun oleh :
Fulki Fahmi (20180210056)
Rahmat Akbar (20180210066)
Niko Chandra (20180210085)
Aruni Nadhilah Trivanni (20180210084)
Didapatkan dari hasil observasi di pasar buah dan sayur Gamping bahwa Ibu Surtini selaku
penjual sayuran kangkung mendapatkan sayuran tersebut dari hasil panen petani di daerah Wates.
Petani Wates membudidayakan kangkung, sehabis dipetik langsung di distribusikan menggunakan
mobil pick up sekitar 1 kwintal dalam keadaan kangkung tersebut diikat. Kangkung tersebut
sampai di pasar Gamping sekitar pukul 02.00 – 04.00 WIB. Tanaman kangkung yang di jual oleh
ibu Surtini sesuai dengan keadaan panen para petani di daerah Wates. Pemanenan yang dilakukan
petani di sore hari akan lebih bagus jika pemanenan dilakukan pada pagi atau siang hari. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari cepat layu pada tanaman sebelum sampai ke tempat ibu
Surtini. Ketika para petani mengalami panen yang melimpah, maka harga jual semakin murah.
Sayur kangkung yang sudah diikat akan siap dijual ke konsumen dengan harga biasanya
Rp.5000/ikat.
D. Pasca Panen
Panen kangkung dilakukan 2-3 minggu sekali dan setiap kali habis panen, biasanya akan
terbentuk cabang-cabang baru. Setelah 5 kali panen atau 10-11 kali panen maka produksi
kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika sudah terlihat berbunga,
sisakan ± 2 m2 untuk dikembangkan terus menjadi biji yang kira-kira memakan waktu kurang
lebih 40 hari sampai dapat dikeringkan.
Pasca panen kangkung dilakukan mulai dari pengumpulan potongan kangkung setelah
dipanen, penyortiran dan grading, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Kegiatan pasca
panen kangkung secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengumpulan, seluruh batang kangkung yang sudah dipotong atau dicabut lalu
dikumpulkan pada tempat teduh yang ada naungannya dan diberi alas. Tempat khusus dan
strategis seperti gudang penyimpanan hasil, dipinggir kebun/ lahan yang teduh dapat juga
dipergunakan.
2) Pembersihan, bersihkan tiap batang dari kotoran yang melekat pada daun, tangkai dan
batang serta akar dari tanah yang menempel, sisakan tangkai daun sesuai kebutuhan.
3) Pencucian, lakukan pencucian batang kangkung terpilih dengan air bersih yang mengalir,
atau cara lain dengan memasukkan batang kangkung tersebut kedalam bak pencuci
kemudian disemprot dengan air bersih baru. Pencucian dimaksudkan juga untuk
mengurangi residu pestisida yang masih terbawa pada tanaman kangkung.
4) Penirisan, kangkung yang sudah dicuci lalu ditiriskan agar air yang tersisa dapat turun
dengan baik, dapat menggunakan rak- rak penirisan.
5) Penyortiran dan grading, kumpulan kangkung terpilih tersebut dipisahkan antara batang
dengan daun yang sehat, daun utuh dan warna hijau dari daun serta batang yang rusak,
busuk, dan cacat secara tersendiri. Kangkung hasil grading dikumpulkan dan kemudian
disatukan sebanyak 15-20 batang kangkung dalam satu ikatan. Kemudian kangkung
terpilih dan baik diklasifikasikan atau di grading berdasarkan ukuran dan bentuknya yang
seragam atau sesuai SNI kangkung. SNI kangkung No. 7387-2009 menyatakan batas
maksimum cemaran logam berat yang diperbolehkan dalam sayuran adalah 0,5 μg/g untuk
timbal dan 0,2 μg/g untuk kadmium.
6) Penyimpanan, kangkung dimasukkan kedalam wadah dan disimpan dalam ruangan dengan
suhu dingin dan berventilasi atau cukup sirkulasi udaranya. Dalam penyimpanan (sebelum
dipasarkan), agar tidak cepat layu, kangkung yang telah diikat celupkan dalam air tawar
bersih dan tiriskan dengan menggunakan anjang-anjang.
7) Pengemasan dan pengangkutan, kangkung diikat menjadi ikatan-ikatan dengan berat
tertentu, sehingga mudah dan praktis untuk diangkut dan disimpan. Ikatan kangkung siap
diangkut menuju pasar dengan menggunakan alat angkut yang tersedia di pelaku usaha.
Kemasan kangkung untuk tujuan pasar swalayan dan Supermarket bahkan Hypermarket di
kota -kota besar, biasanya kangkung dikemas menggunakan kantong plastik dengan
berbagai ukuran berat sesuai pesanan, misalnya 100 gram, 200 gram.
E. Indeks Kematangan
Indeks kemasakan pada sayur hijau adalah dengan daun yang berwarna hijau yang siap
untuk dipanen, ketika tanaman sudah mencapai ukuran yang sesuai untuk dipasarkan. Sayuran
kangkung dapat dipanen setelah tanaman berumur 2 bulan dengan mencabut seluruh tanaman,
memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah atau dengan memetik daun satu per
satu (Margiyanto, 2007). Sayuran dapat dijual dengan tanaman yang lebih tua, daun yang besar,
dan sayur dapat dipotong serta dapat dibeli dalam jumlah yang banyak. Sayuran kangkung harus
disiapkan untuk menghilangkan kerusakan pada daun tua dan memiliki diameter minimal dengan
diameter 6 inch (Gast, 1994).
Kasus pascapanen yang dihadapi oleh Ibu Surtini adalah memperoleh produk (sayur
kangkung) kurang segar dari petani sehingga kurang memuaskan bagi konsumen. Waktu
pemanenan juga mempengaruhi sehingga diperoleh waktu yang tepat yaitu pada sore hari agar
meminimalisir terjadinya kelayuan pada kangkung. Hal tersebut dapat diatasi dengan pemanenan
pada waktu yang tepat (masak fisiologis) namun apabila tempat pengiriman jauh maka pemanenan
disesuikan keinginan konsumen yaitu dengan cara setelah dipanen maka kangkung dilakukan
penyimpanan di almari es yang lebih baik bertahan 2-3 hari. Pengemasan sayur kangkung harus
diperhatikan juga agar saat pengiriman dapat mengurangi keruskan yang tarjadi. Pengemasan
kangkung dapat mengunakan kertas atau plastik yang menutupi bagian yang rentan kerusakan
yaitu pada daun kangkung.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai hasil observasi maka dapat disimpulkan diantaranya: