Anda di halaman 1dari 8

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN

KANGKUNG (Ipomoea aquatica Forsk.)

Disusun oleh :
Fulki Fahmi (20180210056)
Rahmat Akbar (20180210066)
Niko Chandra (20180210085)
Aruni Nadhilah Trivanni (20180210084)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
I. HASIL OBSERVASI

Komoditas Tanaman Kangkung

Waktu Observasi : 03.00 WIB

Tempat Observasi : Pasar Buah dan Sayur Gamping

Alamat Observasi : Jl. Wates Km.5, Gamping, Sleman, Yogyakarta

Hari/Tanggal : Sabtu, 02 November 2019

Nama Penjual : Ibu Surtini

Didapatkan dari hasil observasi di pasar buah dan sayur Gamping bahwa Ibu Surtini selaku
penjual sayuran kangkung mendapatkan sayuran tersebut dari hasil panen petani di daerah Wates.
Petani Wates membudidayakan kangkung, sehabis dipetik langsung di distribusikan menggunakan
mobil pick up sekitar 1 kwintal dalam keadaan kangkung tersebut diikat. Kangkung tersebut
sampai di pasar Gamping sekitar pukul 02.00 – 04.00 WIB. Tanaman kangkung yang di jual oleh
ibu Surtini sesuai dengan keadaan panen para petani di daerah Wates. Pemanenan yang dilakukan
petani di sore hari akan lebih bagus jika pemanenan dilakukan pada pagi atau siang hari. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari cepat layu pada tanaman sebelum sampai ke tempat ibu
Surtini. Ketika para petani mengalami panen yang melimpah, maka harga jual semakin murah.
Sayur kangkung yang sudah diikat akan siap dijual ke konsumen dengan harga biasanya
Rp.5000/ikat.

II. ANALISIS KASUS


Pada observasi tersebut, didapatkan kasus bahwa sayuran kangkung sudah tidak segar atau
juga bisa sudah mengalami kelayuan pada batang dan daun. Berdasarkan kasus tersebut,
disebutkan juga beberapa perlakuan selama distribusi dari petani ke pedagang tersebut dengan
menggunakan mobil pick up, kangkung diikat kuat, tanpa adanya. Apabila dilihat dari cara
distribusi tersebut, kangkung mengalami kelayuan saat distribusi ke pedagang.
III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.)


Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) adalah tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran
dan ditanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar. Kangkung banyak terdapat
di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama
di kawasan berair. Dibandingkan dengan jenis sayuran yang lain, sayuran daun memiliki daya
simpan yang relatif pendek. Pada suhu kamar, penyimpanan lebih dari 1 hari menjadikan sayuran
daun tampak layu dan kuning. Berikut tips menyimpan sayuran daun dalam almari es agar lebih
awet: Mencuci sebelum disimpan, Membuang bagian yang busuk dan berpenyakit, Memotong
sayuran, Memasukan dalam wadah berlubang. Wadah yang digunakan bisa dari plastik yang
berlubang atau wadah lain yang memungkinkan aerasi udara selama penyimpanan. Sayuran,
walaupun sudah dipanen/ terlepas dari pohonnya, masih mengalami pernafasan selama
penyimpanan. Dengan wadah berlubang memungkinkan sayuran masih bisa bernafas, dan CO2
bisa dikeluarkan lewat lubang yang ada. Penyimpanan sayuran dalam wadah tertutup rapat, akan
menjadikan kondisi panas karena produksi CO2, sehingga sayuran cepat busuk. Sebaliknya
penyimpanan tidak dalam wadah / plastik, atau dibiarkan terbuka menjadikan sayuran banyak
kehilangan air sehingga cepat layu (Ambarwati, 2004).
Kangkung selepas panen dilakukan pembersihan pada daun, batang dan akar, setelah itu
dilakukan sortasi untuk membedakan kangkung bermutu baik dan bermutu kurang baik. Sortasi
dilakukan berdasarkan ukuran dan karakteristik fisik sayur. Pengemasan dilakukan dengan hati-
hati, dapat dilakukan dengan pengemasan dengan plastik, atau dengan keranjang sayur serta seperti
pada pemasaran sayur di supermarket yang hanya diikat dengan tali atau plastik. Akan tetapi hal
itu dapat memperbesar gesekan hingga membuat sayuran mudah rusak (Haryanto et.al 2007).
B. Penentuan Waktu Panen
Penentuan waktu panen pada tanaman kangkung ditandai dengan beberapa ciri, antara lain:
a) Tanaman kangkung sudah berumur 1 (satu) bulan sejak benih ditebarkan, untuk beberapa
varietas ditandai dengan umur panen yang berbeda seperti pada varietas kangkung darat
biasanya pada umur 12 hari sudah mulai dipangkas. Beberapa varietas ideal dipanen pada 27 -
30 hari setelah panen. Panen kangkung darat dilakukan pada umur 27 hari.
b) Ukuran panjang batang tanaman kangkung rata-rata sudah mencapai 20-25 cm tergantung
varietasnya.
C. Cara Panen
Cara pemanenan kangkung air hampir sama dengan kangkung darat. Cara memanen,
pangkas batangnya dengan menyisakan sekitar 2-5 cm di atas permukaan tanah atau meninggalkan
2-3 buku tua. Panen dilakukan pada sore hari. Panenan dilakukan dengan cara memotong
kangkung yang siap panen dengan ciri batang besar dan berdaun lebar. Dengan menggunakan alat
pemotong. Pemungutan hasil kangkung darat dapat pula dilakukan dengan cara mencabutnya
sampai akar, kemudian dicuci dalam air. Selama dilakukan proses panen, lahan penanaman harus
tetap basah tapi tidak berair, atau dalam keadaan lembab.

D. Pasca Panen
Panen kangkung dilakukan 2-3 minggu sekali dan setiap kali habis panen, biasanya akan
terbentuk cabang-cabang baru. Setelah 5 kali panen atau 10-11 kali panen maka produksi
kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika sudah terlihat berbunga,
sisakan ± 2 m2 untuk dikembangkan terus menjadi biji yang kira-kira memakan waktu kurang
lebih 40 hari sampai dapat dikeringkan.

Pasca panen kangkung dilakukan mulai dari pengumpulan potongan kangkung setelah
dipanen, penyortiran dan grading, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Kegiatan pasca
panen kangkung secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengumpulan, seluruh batang kangkung yang sudah dipotong atau dicabut lalu
dikumpulkan pada tempat teduh yang ada naungannya dan diberi alas. Tempat khusus dan
strategis seperti gudang penyimpanan hasil, dipinggir kebun/ lahan yang teduh dapat juga
dipergunakan.
2) Pembersihan, bersihkan tiap batang dari kotoran yang melekat pada daun, tangkai dan
batang serta akar dari tanah yang menempel, sisakan tangkai daun sesuai kebutuhan.
3) Pencucian, lakukan pencucian batang kangkung terpilih dengan air bersih yang mengalir,
atau cara lain dengan memasukkan batang kangkung tersebut kedalam bak pencuci
kemudian disemprot dengan air bersih baru. Pencucian dimaksudkan juga untuk
mengurangi residu pestisida yang masih terbawa pada tanaman kangkung.
4) Penirisan, kangkung yang sudah dicuci lalu ditiriskan agar air yang tersisa dapat turun
dengan baik, dapat menggunakan rak- rak penirisan.
5) Penyortiran dan grading, kumpulan kangkung terpilih tersebut dipisahkan antara batang
dengan daun yang sehat, daun utuh dan warna hijau dari daun serta batang yang rusak,
busuk, dan cacat secara tersendiri. Kangkung hasil grading dikumpulkan dan kemudian
disatukan sebanyak 15-20 batang kangkung dalam satu ikatan. Kemudian kangkung
terpilih dan baik diklasifikasikan atau di grading berdasarkan ukuran dan bentuknya yang
seragam atau sesuai SNI kangkung. SNI kangkung No. 7387-2009 menyatakan batas
maksimum cemaran logam berat yang diperbolehkan dalam sayuran adalah 0,5 μg/g untuk
timbal dan 0,2 μg/g untuk kadmium.
6) Penyimpanan, kangkung dimasukkan kedalam wadah dan disimpan dalam ruangan dengan
suhu dingin dan berventilasi atau cukup sirkulasi udaranya. Dalam penyimpanan (sebelum
dipasarkan), agar tidak cepat layu, kangkung yang telah diikat celupkan dalam air tawar
bersih dan tiriskan dengan menggunakan anjang-anjang.
7) Pengemasan dan pengangkutan, kangkung diikat menjadi ikatan-ikatan dengan berat
tertentu, sehingga mudah dan praktis untuk diangkut dan disimpan. Ikatan kangkung siap
diangkut menuju pasar dengan menggunakan alat angkut yang tersedia di pelaku usaha.
Kemasan kangkung untuk tujuan pasar swalayan dan Supermarket bahkan Hypermarket di
kota -kota besar, biasanya kangkung dikemas menggunakan kantong plastik dengan
berbagai ukuran berat sesuai pesanan, misalnya 100 gram, 200 gram.

Pertanaman kangkung secara komersial menghasilkan sekitar 15 ton/ha sepanjang


beberapa panenan berturut-turut atau sekitar 160 kg/tahun/10 m2. Hal yang perlu mendapatkan
perhatian adalah kegiatan pemenuhan terhadap tindakan grading yang mempunyai tujuan untuk
memberikan nilai lebih atau harga lebih tinggi untuk kualitas yang lebih baik. Standar yang
digunakan untuk pemilahan/ kriteria dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan
pasar. Standardisasi merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut
kemasannya yang dibuat untuk kelancaran pemasaran. Oleh karena itu dapat dimulai dengan
membiasakan bekerja dengan menetapkan kriteria mutu yang akan diacu guna memenuhi
kebutuhan pasarnya.

E. Indeks Kematangan
Indeks kemasakan pada sayur hijau adalah dengan daun yang berwarna hijau yang siap
untuk dipanen, ketika tanaman sudah mencapai ukuran yang sesuai untuk dipasarkan. Sayuran
kangkung dapat dipanen setelah tanaman berumur 2 bulan dengan mencabut seluruh tanaman,
memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah atau dengan memetik daun satu per
satu (Margiyanto, 2007). Sayuran dapat dijual dengan tanaman yang lebih tua, daun yang besar,
dan sayur dapat dipotong serta dapat dibeli dalam jumlah yang banyak. Sayuran kangkung harus
disiapkan untuk menghilangkan kerusakan pada daun tua dan memiliki diameter minimal dengan
diameter 6 inch (Gast, 1994).

F. Kerusakan Tanaman Kangkung


Tanaman kangkung mudah sekali rusak terutama mengalami pelayuan apabila cara panen
dan penanganan pascapanen tidak baik. Sayuran daun apabila dipanen terlalu awal dapat lebih
lama hijau namun mutunya jelek sebaliknya, penundaan waktu panen akan meningkatkan
kepekaan sayur terhadap pembusukan. Kangkung yang dipetik pada saat matahari terik akan
mempercepat pelayuan sebagai akibat menguapnya air dari dalam sel daun sehingga sel menjadi
lemas atau hilang ketegarannya. Pada bagian dalam jaringan sayuran terdapat susunan jaringan
yang menyerupai gelembung halus yang penuh dengan sari makanan yang banyak mengandung
air. Jika jaringan tersebut terkena tekanan pada dinding selnya maka cairannya akan keluar dan
sayuran akan mengering, keras, dan kaku. Sayuran lalu menjadi layu dan bersamaan dengan itu
tekstur dan vitaminnya ikut musnah. Karena sayuran banyak mengandung air, maka sayuran yang
berdaun akan lebih mudah rusak karena luas permukaannya yang besar sehingga terjadi proses
epavorasi yang menyebabkan transpirasi menjadi lebih tinggi (Sumoprastowo, 2004).
VI. PENYELESAIAN KASUS

Kasus pascapanen yang dihadapi oleh Ibu Surtini adalah memperoleh produk (sayur
kangkung) kurang segar dari petani sehingga kurang memuaskan bagi konsumen. Waktu
pemanenan juga mempengaruhi sehingga diperoleh waktu yang tepat yaitu pada sore hari agar
meminimalisir terjadinya kelayuan pada kangkung. Hal tersebut dapat diatasi dengan pemanenan
pada waktu yang tepat (masak fisiologis) namun apabila tempat pengiriman jauh maka pemanenan
disesuikan keinginan konsumen yaitu dengan cara setelah dipanen maka kangkung dilakukan
penyimpanan di almari es yang lebih baik bertahan 2-3 hari. Pengemasan sayur kangkung harus
diperhatikan juga agar saat pengiriman dapat mengurangi keruskan yang tarjadi. Pengemasan
kangkung dapat mengunakan kertas atau plastik yang menutupi bagian yang rentan kerusakan
yaitu pada daun kangkung.

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai hasil observasi maka dapat disimpulkan diantaranya:

1. Pemanenan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kegiatan operasional


hortikultura dan produk lainya, dan seringkali merupakan bagian termahal dari kegiatan
produksi. Secara sederhana istilah pemanenan diartikan sebagai upaya memisahkan bagian
tanaman yang memiliki nilai ekonomis dari tanman induknya.
2. Waktu pemanenan sangat ditentukan oleh jenis atau varietas tanaman, hari tanaman atau
hari berbunga, dan kondisi lingkungan selama musim tanaman, selain itu, beberapa kriteria
fisiologi juga telah digunakan menentukan saat penen, seperti kekerasan,dan warna
3. Pememanena secara manual merupakan metode terbaik bila dipandang dari sudut kualitas
buah, karena pemenenan dapat dilakukan secara selektif terhadap buah-buah yang sudah
memasuki fase matang fisiologis
4. Penaganan pasca panen umumnya meliputi pekerjaan: Grading (pengkelasan) atau
standarisasi,pengemasan dan pelebelan, penyimpanan dan pengangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. 2004. Budidaya Tanaman Sayuran. F. Pertanian. UGM Press.


Yogyakarta.Margiyanto, E. 2007. Hortikultura. Cahaya Tani: Bantul.
Gardner, F.B.R. Pearce dan R.L Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta.
Rukmana, Rahmat. 1994. Seri Budidaya Kangkung. Kanisius. Yogyakarta.
Nazaruddin, 1993, Komoditi Ekspor Pertanian, Jakarta, Penebar Swadaya.
Sumoprastowo, 2004.Memilih dan Menyimpan SayurMayur, BuahBuahan, dan Bahan
Makanan.Jakarta.Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai