Anda di halaman 1dari 26

Kegiatan Pembelajaran 1.TAN.KD01.001.

01 (Menerapkan Prosedur K3 (Keselamatan


dan Kesehatan Kerja) pada Budidaya Tanaman Kedelai

A. Tujuan Belajaran
Dengan mempelajari modul ini dan sumber belajar yang lain serta peralatan yang
memadai, maka peserta diklat mampu menerapkan dan melaksanakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dan Dasar-dasar Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura
pada paket keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Pencapaian indikator kompetensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada paket
keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura adalah ;
1. Menjelaskan teknik identifikasi dan menyiapkan kebutuhan alat bahan pada
kegiatan penanaman pada penerapan K3 budidaya tanaman kedelai
2. Menjelaskan teknik perlakuan penerapan K3 pada budidaya tanaman kedelai
3. Menjelaskan teknik pelaporan proses dan hasil penerapan K3 pada budidaya
tanaman kedelai

C. Uraian Materi
1. Mengidentifikasi dan menyiapkan kebutuhan alat dan untuk penerapan K3 pada
budidaya tanaman kedelai
1.1 Peraturan K3 yang berlaku dijelaskan kembali sesuai dengan kebutuhan
Dalam era keterbukaan sekarang ini masalah perlindungan tenaga kerja akan
menghadapi tantangan yang semakin berat berupa derasnya arus tuntutan
tentang penerapan hak dasar pekerja di tempat kerja. Untuk itu pemerintah
telah mengantisipasi hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi ILO,
delapan diantaranya adalah konvensi yang berkaitan dengan hak-hak dasar.
Perlindungan terhadap pekerja dilakukan dengan mengarahkan pada
pemenuhan hak-hak dasar yang meliputi perlindungan upah, jaminan sosial
tenaga kerja, waktu kerja dan waktu istirahat, perlindungan tenaga kerja
wanita, anak dan orang muda, TKI yang bekerja di luar negeri dan terjaminnya
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi
pekerja yang merupakan komponen dari hak azasi manusia (HAM). K3
bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan demi kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional; menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di
tempat kerja; dan memelihara serta menggunakan sumber-sumber produksi
secara aman dan efisien. Kebijakan perlindungan tenaga kerja bertujuan untuk
mewujudkan ketenangan bekerja dan berusaha, sehingga tercipta hubungan
industrial yang serasi antara pekerja dan pengusaha, yang pada gilirannya
akan meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

Pasal 86 Bab X Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga


kerjaan antara lain menyatakan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak
untuk memperoleh perlindungan atas K3; untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya K3; dan perlindungan sebagaimana dimaksud
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penjelasan Pasal 86, ayat (2) menyatakan “upaya K3 dimaksudkan untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan
rehabilitasi.

Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja mengatur


ketentuan-ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang
mencakup segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa.
Perlindungan K3 dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan para tenaga kerja, sehingga akan tercipta
produktivitas kerja yang optimal. Karena dengan tingkat keselamatan dan
kesehatan kerja yang tinggi, kejadian-kejadian yang menjadi sebab sakit, cacat
dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil mungkin, sehingga
pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari. Tingkat keselamatan dan
kesehatan kerja yang tinggi juga akan menciptakan kondisi yang mendukung
kenyamanan serta kegairahan kerja, sehingga akan tercipta tenaga kerja
dengan tingkat efisiensi dan produktivitas kerja yang tinggi.
Upaya pelaksanaan K3 haruslah dilakukan berdasarkan peraturan perundang-
undangan, yaitu pelaksanaan ketentuan-ketentuan K3 yang diwajibkan;
standarisasi atau pembuatan dan penetapan standard-standar K3;
pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang
K3; penelitian aspek teknis K3; riset medik K3 dan lain-lain dengan disertai
aktivitas nyata sehari-hari di tempat kerja.

K3 merupakan panggilan bagi semua pihak baik pemerintah, pengusaha


beserta organisasinya, pekerja/karyawan, dunia pendidikan, kalangan
organisasi profesi, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), individu dan seluruh
kalangan masyarakat yang perduli terhadap K3. Untuk itu semua pihak
diharapkan berperan secara proaktif dalam upaya pelaksanaan K3 sesuai
dengan hak, kewajiban dan tanggung-jawabnya masing-masing.

Akhir-akhir ini terlihat adanya perkembangan yang cukup menggembirakan di


bidang K3 di Indonesia. Banyaknya universitas yang menyelenggarakan
program studi tentang K3 dan perusahaan yang menerapkan sistem
manajemen K3, merupakan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa K3
sekarang ini sudah dipandang sebagai salah satu kebutuhan penting dan
bukan lagi merupakan kewajiban semata. Pada saat sekarang ini di Indonesia
juga telah tumbuh dan berkembang ilmu Hiperkes baik secara keilmuan
maupun dalam prakteknya. Hiperkes merupakan perpaduan komponen-
komponen medis dan teknis yang diterapkan melaui upaya-upaya preventif dan
kuratif. Tumbuh dan berkembangnya Hiperkes ini didasarkan atas kesadaran
betapa pentingnya ilmu Hiperkes beserta prakteknya dalam menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Program Hiperkes di perusahaan
dilaksanakan melalui pelayanan medis baik kedokteran promotif, kedokteran
preventif, kedokteran kuratif dan kedokteran rehabilitatif; upaya perlindungan
pekerja dari pengaruh buruk pekerjaan dan/atau lingkungan kerja terhadap
kesehatan dan keselamatannya; dan melakukan upaya yang memungkinkan
terciptanya kesesuaian/keserasian antara pekerja dengan pekerjaan dan
lingkungan kerja melalui penerapan prinsip-prinsip ergonomi.
Akan tetapi perkembangan tersebut ternyata masih belum diikuti upaya yang
nyata dalam penerapannya di lapangan. Hal tersebut dikarenakan sampai
sekarang masih terdapat sejumlah masalah inti dalam K3 yang memerlukan
penanganan serius agar program K3 tidak berjalan di tempat dan potensi K3
tidak dapat diberdayakan dengan dengan optimal. Pembenahan yang perlu
dilakukan antara lain meliputi pembaruan (amandemen) Undang-undang
Nomor 1 tahun 1970 terhadap pasal-pasal yang dinilai sudah tidak relevan lagi,
serta pembuatan skala prioritas terhadap pelaksanaan program K3 dan
pemberdayaan potensi K3 di lapangan.

Sasaran pembangunan sektor ketenagakerjaan di Indonesia saat ini diarahkan


pada peningkatan kualitas, profesionalisme, daya saing, dan kompetensi
tenaga kerja yang ditujukan pada peningkatan kemandirian, kewirausahaan,
etos kerja dan disiplin dalam upaya menciptakan efisiensi dan produktivitas
kerja yang tinggi.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat besar peranannya dalam upaya
meningkatkan produktivitas perusahaan terutama dalam mencegah timbulnya
korban manusia dan segala kerugian akibat kecelakaan kerja. Namun pada
pelaksanaannya K3 memerlukan peran serta dari berbagai pihak yang terkait
secara sungguh-sungguh dan komprehensif agar dapat mencapai hasil yang
optimal.

Menurut Labib (2012: 1) peraturan K3 di Indonesia telah ada sejak


pemerintahan Hindia Belanda, peraturan K3 yang berlaku pada saat itu
adalah Veiligheids Reglement. Setelah kemerdekaan dan diberlakukannya
Undang-Undang Dasar 1945, maka beberapa peraturan termasuk peraturan
keselamatan telah dicabut dan diganti. Peraturan yang mengatur tentang K3
adalah Undang-Undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970.Ketentuan-
ketentuan penerapan K3 yang dijelaskan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun
1970 adalah:
a) tempat kerja yang menggunakan mesin,pesawat, perkakas,
b) tempat kerja pembangunan perbaikan, perawatan,pembersihan atau
pembongkaran gedung,
c) tempat usaha pertanian,perkebunan, pekerjaan hutan,
d) pekerjaan usaha pertambangan danpengelolahan emas, perak, logam,
serta biji logam lainnya, dan
e) tempat pengangkutan barang, binatang, dan manusia baik di daratan,
melalui terowongan, permukaan air, dalam air dan di udara.

Sesuai dengan Undang-Undang tersebut, maka tempat yang telah disebutkan


harus dilakukan pelaksanaan prosedur K3. Lahirnya Undang-undang
keselamatan kerja sebagaimana yang kita kenal dengan UU K3 tidak lepas dari
sejarah pahit perjuangan bangsa. Dalam literatur hukum perburuhan yang ada,
riwayat hubungan perburuhan di Indonesia diawali dengan suatu masa yang
sangat suram yakni zaman perbudakan, rodi dan poenali sanksi.

Penerapan konsep K3 muncul sejak manusia mengenal suatu pekerjaan.


Keselamatan kerja bertujuan dalam melakukan pekerjaan agar diperoleh suatu
cara yang mudah dan menjamin keselamatan dari gangguan alam, binatang
maupun gangguan dari manusia lainnya. Masalah K3 juga merupakan bagian
dari suatu upaya perencanaan dan pengendalian proyek sebagaimana halnya
dengan biaya, perencanaa, pengadaan sertakualitas. Hal itu saling mempunyai
keterkaitan yang sangat erat (Barrie, 1995:365). Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi mengemukakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
mengalami beberapa perkembangan,antara lain:

Dimulai dari perkembangan desain peralatan yang aman dan nyaman


digunakan untuk si pengguna pada zaman manusia batu dan goa ketika
membuat peralatan berburu seperti kapak dan sebagainya. Pada fase ini
berkembang safety engineering.

Perkembangan selanjutnya diikuti dengan perkembangan kesehatan kerjadan


sanitasi lingkungan.

Selanjutnya terjadi pergeseran-pergeseran konsep K3 mulai dari factor


manusia sampai kepada elaborasi faktor manusia dalam sistem manajemen
terpadu. Pada era ini mulai berkembang pola koordinasi antar unit terkait
safety, health dan environment, sehingga munculah konsep “integratedHSE
management system”.

Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa K3 ternyata mempunyai ruang


lingkup yang lebih luas lagi tidak hanya terbatas di dalam dunia industri.

1.2 Alat yang diperlukan disiapkan sesuai dengan kebutuhan

Keselamatan kerja merupakan prioritas penting bagi pekerja profesional saat


bekerja Seluruh perusahaan memastikan bahwa pekerja mereka mengikuti
prosedur keamanan
Untuk mencapai keamanan maksimal, langkah awal memastikan bahwa
seluruh pekerja memakai peralatan pelindung pribadi mereka dibuat untuk
berbagai macam jenis pekerjaan yang dilakukan .

Berikut ini adalah peralatan dasar pelindung diri


1) Menggunakan Pakaian Kerja /Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung adalah alat yang melindungi tubuh anggota awak dari
bahan-bahan berbahaya
2) Topi/ helm
Bagian paling penting bagi tubuh manusia adalah kepala. Perlu
perlindungan terbaik helm plastik keras elastis.
3) Sarung Tangan
Berbagai jenis sarung tangan disediakan , sarung tangan ini digunakan
dalam kegiatan penanamn hal ini menjadi keharusan untuk lindungi tangan
dari bahan atau alat berbahaya.
4) Masker
Kan karbon yang melibatkan partikel berbahaya dan menor yang berbahaya
bagi tubuh manusia jika terhirup secara langsung, untuk menghindari
masker wajah digunakan sebagai perisai dari partikel berbahaya.

GAMBAR NAMA ALAT JENIS BAHAN / MATERIAL DAN FUNGSI


GAMBAR NAMA ALAT MATERIAL FUNGSI

Pelindung badan dari


tumpahan bahan kimia
Jas Katun dan
dan api sebelum
laboratorium bahan sintetik
mengenai kulit
pemakainya

Memproteksi diri dari


Karet atau
Apron cairan yang bersifat
plastik
korosif dan mengiritasi
Dipakai ketika
menangani bahan kimia
Material yang
yang bersifat
Jumpsuits dapat didaur
karsinogenik dalam
ulang
jumlah yang sangat
banyak

Melindungi mata dan


Kacamata wajah dari kecelakaan
Plastik atau
pelindung sebagai akibat dari
kaca antipecah
atau googles tumpahan bahan kimia,
uap kimia, dan radiasi

Melindungi muka secara


sempurna termasuk
mata pada waktu
Proteksi
- menangani asam, basa
wajah
dan terutama bahan-
bahan atau percobaan
yang eksplosif

Membersihkan udara
dengan cara menyaring
Respirator atau menyerap
pemurni - kontaminan dengan
udara toksinitas rendah
sebelum memasuki
sistim pernafasan

Melindungi tangan dari


karakteristik bahaya
bahan kimia, memberi
perlindungan dari
Karet, kulit,
Sarung peralatan gelas yang
dan
tangan pecah atau rusak,
pengisolasi
permukaan benda yang
kasar atau tajam, dan
material yang panas
atau dingin.
Melindungi kaki dari
Pelindung kemungkinan tumpahan
-
kaki bahan kimia korosif atau
beracun

Melindungi pernafasan
terhadap gas, uap, debu,
Respirator atau udara yang
dengan filter - terkontaminasi di tempat
dan kanister kerja yang dapat bersifat
racun, korosi ataupun
rangsangan

Melindungi debu atau


partikel-partikel yang
Masker Kain
lebih besar yang masuk
ke dalam pernafasan

Diperlukan untuk bekerja


dalam ruang yang
mungkin berkadar
oksigen rendah seperti
ruang tertutup, ruang
Respirator
Udara tekan terpolusi berat, adanya
dengan
atau udara dan gas aspiksian (Nitrogen,
pemasok
oksigen cair metana, dan karbon
udara
dioksida) atau aspiksian
kimia (ammonia,karbon
monoksida, dan asam
sianida) pada kosentrasi
tinggi
1.3 Bahan yang di butuhkan disiapkan sesuai dengan kebutuhan
Klasifikasi bahan berbahaya berdasarkan PBB
Klas Penjelasan
Klas I (Eksplosif) Dapat terurai pada suhu dan tekanan tertentu dan
mengeluarkan gas kecepatan tinggi dan merusak
sekeliling
Klas II (Cairan mudah
1. Gas mudah terbakar
terbakar) 2. Gas tidak mudah terbakar
3. Gas beracun
Klas III (Bahan 1. Cairan : F.P <23oC
mudah
terbakar) 2. Cairan : F.P >23oC
( F.P = flash point)
Klas IV (Bahan mudah
1. Zat padat mudah terbakar
terbakar selain
2. Zat yang mudah terbakar dengan sendirinya
klas II dan III) 3. Zat yang bila bereaksi dengan air dapat
mengeluarkan gas mudah terbakar
Klas V (Zat 1. Oksidator bahan anorganik
pengoksidasi)2. Peroksida organik
Klas VI (Zat racun) 1. Zat beracun
2. Zat menyebabkan infeksi
Klas VII (Zat radioaktif) Aktifitas : 0.002 microcury/g
Klas VIII (Zat korosif) Bereaksi dan merusak

2. Melakukan penerapan K3 pada budidaya tanaman kedelai


2.1. Proses pelaksanaan K3 dilakukan sesuai prosedur
1) Menjelaskan prosedur K3
2) Menerapkan prosedur kerja dengan aman dan tertip
3) Menjelaskan isu-isu yang harus diperhatikan pihak pengusaha/perusahaan
dengan tenaga kerja
4) Meginformasikan laporan kepada pihak yang terkait dengan segera jika
timbul masalah
5) Melaporkan kejadian yang mencurigakan secara tertulis/lisan
Agar setiap tenaga kerja mendapat perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan, maka setiap unsure yang ada di dalam
organisasi/instansi/perusahaan perlu mengetahui dan melaksanakan prosedur
K3. Prosedur K3 ini merupakan tahap atau proses suatu kegitan untuk
menyelesaikan aktivitas atau metode (cara) langkah demi langkah secara
pasti dalam pekerjaan dengan memperhatikan keselamatan, kesehatan, dan
keamanan (K3).

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam suatu organisasi / instansi /


perusahaan / yayasan, yaitu :
1) Tenaga kerja Adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di
dalam maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2) Pengusaha adalah :
a) Orang, persekutuan, atau badan hokum yang menyalurkan suatu
perusahaan milik sendiri.
b) Orang, persekutuan atau badan hokum yang secara berdiri sendiri
menjelaskan perusahaan bukan miliknya
c) Orang, persekutuan, atau badan hokum yang berada di Indonesia
dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia

Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang memperkerjakan tenaga


kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun
Negara.
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka
bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya, baik darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air, maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hokum
Republik Indonesia.
Pihak pengusha atau perusahaan melakukan prosedur bekerja dengan aman
dan tertib dengan cara :
1) Menetapkan standar K3
2) Menetapkan tata tertip yang harus dipatuhi
3) Menetapkan peraturan-peraturan
4) Mensosialisasikan peraturan dan perundang-undangan k3 ini kepada
seluruh tenaga kerja
5) Memonitor pelaksanaan peraturan-peraturan

Beberapa factor penyebab timbulnya kecelakaan kerja, antara lain :


1) Factor nasip dari para tenaga kerja
2) Factor lingkungan fisik tenaga kerja, seperti mesin, gedung, ruang,
peralatan
3) Factor kelaalaian manusia
4) Factor ketidakserasian kombinasi factor-faktor produksi yang dikelola dalam
perusahaan.

Cara mengantisipasi kecelakaan kerja


1) Memerapkam prosedur bekerja sesuai dengan SOP (Standard Operational
Procedure)
a) Seluruh unsur yang ada harus mengetahui sarana, peraturan
kesehatan dan prosedur kemanan organisasi
b) Seluruh staf bekerja sesuai dengan tugas atau kewajibannya
c) Tenaga kerja yang tidak dapat melakasanakan kewajiban harus
melapor kepada pihak yang berwenang agar ada antisipasi jika
timbul masalah.
2) Melaksanakan prosedur dengan memerhatikan K3, yaitu seluruh unsur
yang ada (pimpinan, karyawan mempunyai “tugas perawatan” yang
berkaitan dengan masalah K3.
a) Pimpinan atau pengusaha harus menyiapkan dan menyediakan :
(1). Kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan bagi
karyawan/tenaga kerja di tempat kerja.
(2) Akses yang aman di tempat kerja
(3) Informasi, pelatihan, dan supervise
b) Karyawan atau tenaga kerja harus :
(1) Bekerja sama dengan pimpinan dna tenaga kerja yang lain secara
baik.
(2) Bekerja dan menggunakan peraltan dengan aman
(3) Memerhatikan keselamatan dan kesehatan orang lain di tempat
kerja
(4) Bekerja sesuai dengan peraturan atau prosedur kerja.
(5) Menginformasikan laporan kepada pihak yang terkait dengan
segera
c) Secara langsung, datang ke tempat yang dimintai pertolongan
d) Secara tidak langsung, dengan menggunakan media komunikasi,
seperti telepon, handphone, internet, pesan SOS, e-mail, surat.
3) Melaporkan kejadian yang mencurigakan secara tertulis/lisan
Jika terjadi hal-hal yang tidak seperti biasanya, ganjil, atau aneh, segera
laporkan kepada pihak yang berwenag (atasan atau kepolisian), baik
secara tertulis maupun secara lisan.

CONTOH KASUS
1. Kasus kecelakaan kerja di darat
Kasus :
 Bau pestisida di ruangan lab hama penyakit yang disebabkan oleh
bocornya salah satu kemasan obat
 bau gas tercium di sebuah supermarket di Jakarta, yang menyebabkan
karyawan pinggsan.

Cara Penyelesaian :
 teknisi lab harus selalu mengecek persediaan pestisida secara berkala untuk
mengetahui keutuhan dari kemasan
 bagian keamanan seharusnya selalu mengecek secara rutin semua ventilasi
dan mengantisipasi adanya kebocoran gas
2. Kasus Kecelakaan kerja di permukaan air dan di dalam air
Kasus :
Seorang ilmuwan, ahli biologi, dan peneliti mengadakan ekspedisi penjelajahan ke
dalam laut untuk menyelidiki perihal ikan paus dan ikan hiu. Ternyata tanpa diduga
dia diserang oleh ikan hiu sehingga kehilangan tangannya sampai putus.

Cara Penyelesaian :
Keadaan di dalam air/laut memang sangat tidak terduga dan ganas. Jangan karena
merasa ahli dan berpengalaman, mengabaikan factor keselamatan. Oleh karena itu,
peneliti harus menggunakn sarana pengaman yang lengkap dan pengawalan.

1. Kasus kecelakaan Kerja di udara


Kasus :
Helicopter superpuma yang sedang diperbaiki di lapangan terbang Pondok Cabe,
Banten mengalami kecelakaan. Padahal pesawat itu hanya terbang di atas
permukaan tanah sekitar satu meter lalu jatuh. Baling-balingnya menimpa dan
menewaskan dua orang teknisinya dan pilotnya luka.

Cara Penyelesaian :
Kecelakaan sering terjadi secara tidak terduga. Para teknisi seharusnya tidak
berada di dekat pesawat terbang utnuk ,emgantisipasi jika ada lecelakaan. Selain
itu, semua peralatan pengaman harus dipersiapkan.

Sumber :
Honiatri, Euis. Dkk.2010. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, Keamanan Kerja
dan lingkungan hidup (K3LH). Bandung : Armico

2.2. Penggunaan alat dilakukan sesuai prosedur


Kesadaran para pekerja akan penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam
bekerja ternyata masih sangat rendah. Berdasarkan temuan dari survei yang
penulis lakukan sejak tahun 2004 sampai saat ini banyak sekali ditemukan
kesalahan dan kekurangan dalam menggunakan APD di
berbagai perusahaan baik lokal maupun yang berskala international. Ada dua
faktor utama yang melatar belakangi masalah ini yaitu rendahnya tanggung
jawab management terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja dan
rendahnya tingkat kesadaran para pekerja dalam menggunakan APD.

Dalam berbagai survey yang dilakukan juga di temukan banyak perusahaan


yang sudah menyediakan APD yang sangat baik buat para pekerja, bahkan
ada beberapa perusahaan yang menyediakan APD secara berlebihan
atau over spec bagi para pekerja. Namun masalah yang dihadapi oleh pihak
manajemen adalah rendahnya tingkat kesadaran para pekerja dalam
menggunakan APD secara benar selama bekerja. Banyak pekerja yang main
kucing-kucingan dengan supervisor atau manager dalam menggunakan APD.
Dalam beberapa diskusi dengan para pekerja dan berdasarkan observasi
penulis ditemukan beberapa alasan akan rendahnya kesadaran para pekerja
akan penggunaan APD, yaitu:
1. Ketidak nyamanan dalam penggunaan APD selama bekerja. Ini merupakan
alasan yang paling banyak dikemukakan oleh para pekerja. Ketidak
nyamanan disini diantaranya adalah panas, berat, berkeringat atau lembab,
sakit, pusing, sesak dan sebagainya.
2. Merasa bahwa pekerjaan tersebut tidak berbahaya atau berdampak pada
kesehatannya. Terutama bagi para pekerja yang sudah bertahun-tahun
melakukan pekerjaan tersebut.
3. Kesalah pahaman terhadap fungsi APD akibat kurangnya pengetahuan
akan fungsi dan kegunaan APD.
4. APD menggangu kelacaran dan kecepatan pekerjaan.
5. Susah menggunakan dan merawat APD.

2.3. Alat yang mendukung pelaksanaan K3 dipakai sesuai petunjuk


a. Keamanan Kerja
Unsur-unsur alat yang dapat mendukung dalam pelaksanaan untuk K3
terbagi dalam dua kelompok, yaitu yang bersifat material dan material, yang
bersifat material adalah sebagai berikut:
1) Baju kerja

2) Helm

3) Kaca mata

4) Sarung tangan

5) Sepatu

Sedangkan unsur – unsur alat yang dapat mendukung dalam pelaksanaan


untuk K3 yang bersifat nonmaterial adalah sebagai berikut:
1) Buku petunjuk penggunaan alat

2) Rambu-rambu dan isyarat bahaya.


3) Himbauan-himbauan

4) Petugas keamanan

Tujuan Keselamatan Kerja :


· Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja.
· Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman
dan effisien.
· Menjamin proses produksi berjalan secara aman

b. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan
kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit.
Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I
pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani,
rohani, dan kemasyarakatan.
c. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya
selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja
merupakan salah sau faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak
ada seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan.
Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan lingkungan
dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah
dijelaskan diatas.
2) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
3) Teliti dalam bekerja
4) Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan
(Suma’mur).Sasaran Segala tempat kerja (darat, di dalam tanah,
permukaan dan dalam air, udara) :

· Industri

· Pertanian

· Purtambangan

· Perhubungan

· Pekerjaan umum

· Jas

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan


keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu
dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat
kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya
sumber-sumber bahaya.
Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi kecelakaan yang disebabkan
oleh :
1) Mesin

2) Alat angkutan

3) Peralatan kerja yang lain

4) Bahan kimia

5) Lingkungan kerja

6) Penyebab yang lain

3. Melaporkan proses dan hasil penerapan K3 pada budidaya tanaman kedelai


3.1 Data Proses dan hasil penerapan K3 dihimpun secara sistematis

Dalam pelaksanaan K3, semua proses kegiatan yang dilaksanakan di lapangan


perlu adanya pencatatan yang kontinyu, sehingga semua kegiatan dan kejadian
dalam setiap pelaksanaan proses terekam dan bisa dikendalikan.
Pengendalian yang bersifat urgen, maka pengendali bisa dilaksanakan secara
langsung tidak bisa ditunda, akan tetapi pengendalian yang terekam dalam
catatan atau jurnal yang bersifat pengendaliannya bisa ditangguhkan maka
perlu catatan yang terpisah.

Di bawah ini salah satu contoh format untuk melaporkan proses dan hasil
penerapan K3;
CONTOH FORMAT PENGISIAN PROSES DAN HASIL PENERAPAN K3

No Proses Kegiatan Pelaksanaan K3 Sifat Pengendalian K3 yang kemungkinan timbul

Biasa Sedang Penting

1. Persiapan lahan  Menggunakan sepatu √  Kaki terkena benda tajam,


boot yang dimungkinkan dari
lahan dan dari alat yang
digunakan
 Pakaian lapangan √  Kulit terbakar oleh sinar
matahari
 Tergores oleh benda tajam
 Masuk angin
 Pelindung kepala √  Terkena benda tumpul
yang mengakibatkan benjol
 Rambut kotor karena debu
 Penggunaan masker √  Masuknya debu melalui
mulut dan hidung
2. Pengolahan .............................................. ............ ............ ............ ................................................
lahan dengan ..
menggunakan
traktor .............................................. ............ ............ ............ ................................................
..

.............................................. ............ ............ ............ ................................................


..

.............................................. ............ ............ ............ ................................................


..

3. Dst... .............................................. ............ ............ ............ ................................................


..
Format di atas merupakan salah satu bentuk pembuatan catatan kegiatan dalam bentuk
form, format ini akan megetahui setiap proses kegiatan yang dilakukan dan hasislnya
bisa dilaporkan kepada atasan langsung guna jadikan sebagai refferensi bagi suatu
perusahaan tersebut dalam menentukan bentuk kegiatan K3 dalam perusahaan, dan
sebagai bahan acuan untuk dikembangkan dalam proses berikutnya.

3.2 Laporan penerapann yang telah tersusun secara cermat dalam bentuk tertulis
disampaikan kepada atasan

Pelaporan, pencatatan, penyelidikan dan pemberitahuan penyakit dan kecelakaan


kerja

Ketentuan Umum
Pelaporan, pencatatan, pemberitahuan dan penyelidikan tentang kecelakaan dan
penyakit akibat kerja harus dikerjakan untuk:
1) menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang kecelakaan dan penyakit
akibat kerja pada tingkat perusahaan dan nasional;
2) mengidentifikasi permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja utama yang
timbul dari kegiatan kehutanan:
3) menentukan prioritas tindakan:
4) meningkatkan cara efektif yang berkaitan dengan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja:
5) memantau keefektifan yang diambil untuk menjamin tingkat kepuasan
keselamatan dan kesehatan kerja.
6) Para pekerja dan wakil mereka harus diberi informasi yang tepat oleh
pengusaha mengenai pengaturan untuk pelaporan, pencatatan dan
pemberitahuan informasi tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Kejadian-kejadian untuk pelaporan dan pemberitahuanHal yang harus dilaporkan


dan diberitahukan, yaitu:
1) semua kecelakaan fatal.
2) kecelakaan kerja yang menyebabkan hilangnya waktu kerja, selain dari
kerugian tidak bermakna.
3) semua penyakit akibat kerja yang termasuk dalam daftar nasional atau yang
tercakup oleh definisi penyakit yang mempengaruhi setiap orang, apakah yang
dipekerjakan atau usaha mandiri.
4) Untuk maksud manajemen keselamatan dan kesehatan kerja internal,
pencatatan pada tingkat perusahaan diperluas dari syarat-syarat yang
ditetapkan di atas yang meliputi kecelakaan selama perjalanan pulang pergi,
kecelakaan dan kejadian berbahaya yang tidak menyebabkan hilangnya waktu
kerja.
5) Praktek pelaporan, pencatatan, pemberitahuan dan penyelidikan
6) Pelaporan, pencatatan, pemberitahuan dan penyelidikan tentang kecelakaan
dan penyakit akibat kerja harus mengikuti prosedur standar untuk memastikan
pengumpulan informasi yang dapat dipercaya.Semua kecelakaan dan penyakit
akibat kerja harus dilaporkan secara tertulis dengan menggunakan suatu
format standar. Informasi mengenai kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
harus diberitakan dan format standar pemberitahuan yang disarankan harus
ditetapkan oleh hukum dan peraturan nasional. Penggolongan jenis informasi
spesifik yang harus digunakan untuk pencatatan dan pemberitahuan pada
tingkat perusahaan dan nasional harus mematuhi versi terbaru dari standar
internasional yang diadopsi, khususnya mengenai kegiatan ekonomi (ISIC),
jabatan (ISCO), ketenagakerjaan (ICSE) dan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja (lihat acuan dan bacaan lebih lanjut di bagian belakang buku).
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus diberitahukan kepada yang disyaratkan
oleh hukum dan peraturan, antara lain kepada:
1) keluarga korban kecelakaan, yang harus diberitahukan secepat mungkin.
2) otoritas yang kompeten.
3) otoritas ganti-rugi yang sesuai (sebagai contoh jaminan sosial atau penjamin
asuransi).
4) badan/instansi yang menyusun statistik keselamatan dan kesehatan kerja kerja
nasional.
5) badan/instansi lain yang terkait.

D. Aktivitas pembelajaran
1. Penguasaan konsep
 Anda akan melakukan kegiatan memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
 Apa yang anda lakukan dalam memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
 Setelah memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
 Prosedur apa yang harus diikuti dalam memahami Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
 Penggunaan alat dan bahan untuk mendokumentasikan untuk memahami
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, jelaskan.

2. Mengenal Fakta
 Melakukan observasi, peserta melakukan observasi, dalam kegiatan memahami
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, kegiatan dikoordinir oleh widyaiswara.
 Observasi dilakukan secara berkelompok pada tempat yang berbeda
 Observasi dilakukan untuk memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
 Dari hasil observasi ini selanjutnya merumuskan memahami Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
 Kegiatan mengenal fakta ini dapat dilakukan sekaligus untuk kompetensi dasar
memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

3. Merefleksikan.
Setelah peserta diklat melakukan penguasaan konsep dan mengenal fakta, selanjutnya
peserta diklat melakukan refleksi bagaimana anda akan memahami Kesehatan dan
Keselamatan Kerja berdasarkan konsep dan hasil observasi di hutan.

4. Melakukan analisis dan sintesis


 Analisis daya dukung, peserta diklat melakukan kegiatan analisis terhadap daya
dukung yang tersedia di tempat praktek untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya
dalam memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja secara berkelompok.
 Sintesis, peserta diklat melakukan kegiatan sintesis terhadap hasil refleksi
memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan hasil analisis terhadap tingkat
kesesuaian daya dukung, peserta diklat melakukan rekontruksi/modifikasi terhadap
hasil refleksi dalam kegiatan memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

5. Menyusun dan Melaksanakan Rencana Kerja


 Peserta diklat secara berkelompok menyusun/membuat alternatif-alternatif rencana
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, rencana kerja/proposal memuat metode
persiapan yang akan dilaksanakan, kriteria keberhasilan, waktu pencapaian dan
jadwal kegiatan, serta pembagian tugas kelompok.
 Pengambilan keputusan/menetapkan rencana kerja
 Secara berkelompok peserta diklat mengambil keputusan/menetapkan alternatif
rencana Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang akan dilaksanakan dengan
memperhatikan daya dukung dan persyaratan teknis dalam memahami Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Apabila ada kesulitan peserta dapat mendiskusikan dengan
fasilitator.
 Penetapan peran masing-masing individu dalam kelompok. Kelompok menyusun
pembagian tugas dan menentukan peran setiap anggota masyarakat.
 Proses pengamatan dan pencatatan, peserta diklat melakukan pengamatan dan
pencacatan data kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dilaksanakan.
Lembar pengamatan disiapkan peserta diklat setelah mendapat persetujuan
fasilitator.
 Evaluasi dan diskusi terhadap hasil kegiatan. Peserta diklat melaksanakan evaluasi
terhadap pelaksanaan kegiatan dan pencapaian standar kerja yang telah ditetapkan
dalam perencanaan
 Peserta diklat melakukan diskusi terhadap hasil kegiatan dan hasilnya dibandingkan
dengan rancangan kerja dan konsep-konsep yang telah dirumuskan sebelumnya.
 Proses penyusunan kesimpulan dan memberikan umpan balik. Peserta secara
berkelompok menyusun umpan balik / rekomendasi terhadap metode Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Perumusan umpan balik ini juga harus mempertimbangkan
dasar teori, fakta dan kondisi hasil kerja.

E. Latiahan/Kasus/Tugas
a. Menjelaskan konsep dan peraturan K3 dalam kegiatan agribisnis tanaman pangan
b. Menjelaskan prosedur K3 dalam kegiatan agribisnis tanaman pangan

F. Rangkuman
Kesehatan Kerja di Perusahaan
Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam Ilmu Higiene beserta prakteknya dengan
mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kwalitatif dan kwantitatif
dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan
untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan,
agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja
serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan setinggi-tingginya.
Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya
yang bertujuan, agar pekerja / masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya, baik fisik maupun sosial.
Kebersihan adalah modal utama dalam suatu kegiatan pengolahan yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu produk yang bermutu tinggi dan higienitas.

Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta cara cara
melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja bersasaran di segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air di dalam air, maupun di udara.
Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko bahayanya adalah
penerapan teknologi terutama teknologi yang lebih maju dan modern.
Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja, keselamatan kerja adalah
dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada
umumnya. Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi dan
produktivitas.
Keselamatan kerja harus ditanamkan sejak anak kecil dan menjadi kebiasaan hidup yang
dipraktekkan sehari-hari.

Umpan balik
Peserta pelatihan setelah mempelajari modul pelatihan ini diminta untuk memberikan
tanggapan terhadap materi didalam modul ini dan juga diminta menganalisis materi-materi
yang dapat diimplementasikan di sekolah. Adapun kegiatan umpan balik yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut:

 Apa saja yang telah saya lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini?
 Bagaimana pikiran/perasaan saya tentang materi kegiatan belajar ini?
 Apa saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini tetapi
belum ditulis di materi ini?
 Materi apa yang ingin saya tambahkan?
 Bagaimana kelebihan dan kekurangan materi materi kegiatan ini?
 Manfaat apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?
 Berapa persen kira-kira materi kegiatan ini dapat saya kuasai?
 Apa yang akan saya lakukan?

G. Kunci Jawaban Latihan


1) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah keselamatan dan kesehatan yang
berhubungan erat dengan mesin, peralatan kerja, bahan dan proses pengolahan,
landasan kerja serta lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sasaran program
K3 adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, maupun
di dalam air. Tempat-tempat kerja tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti
pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum jasa dan lain-lain.
2) Setiap perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
 Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem
manajemen K3
 Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3
 Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran
K3
 Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan
perbaikandan pencegahan
 Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem K3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.
H. Langkah Kerja
LK 1

NO KUK Langkah Kerja

1.1 Mengidentifikas pertauran yang  Kumpulan bahan dan reffferensi yang


menjelaskan K3 berkaitan dengan peraturan dan
perundang-undangan K3
 Refferensi bisa dari internet, modul, dan
peraturan perundang-undangan
1.2 Mengidentifikasi Alat yang  Identifikasilah alat dan bahan yang
diperlukan K3 sesuai jenis bahan deperlukan K3 pada kegiatan budidaya
dan fungsinya tanaman pangan dan hortikultura
 Refferensi bisa dari internet, modul, dan
peraturan perundang-undangan
1.3 Mengidentifikasi bahan yang  Identifikasilah bahan yang dibutuhkan
dibutuhkan sesuai klasifikasi dan klasifikasikan sesuai bahan dan
bahan yang berbahaya unsur K3 pada kegiatan budidaya
tanaman pangan dan hortikultura
 Refferensi bisa dari internet, modul,
SOP, dan peraturan perundang-
undangan
LK 2 :

2.1 Mengidentifikasi proses  Proses pelaksanaan budidaya dan


pelaksnaan K3 penerapan K3 diidentifikasi sesuai
Standar Operasional Prosedur
 Refferensi bisa dari internet, modul,
SOP, dan peraturan perundang-
undangan
2.2 penggunaan alat sesuai prosedur  Siapkan alat untuk proses kegiatan
kerja sesuai prosedur kerja pada penanaman

2.3 penggunaan alat dilakukan  Gunakan alat untuk proses kegiatan


sesuai petunjuk sesuai prosedur dan petunjuk kerja
pada penanaman
LK 3

3.1 membuat laporan hasil proses  Menyusun laporan kegiatan dalam


dan penerapan K3 proses pekerjaan dan penerapan K3
 Format bisa dilihat di modul K3
3.2 melaporkan hasil proses dan  Hasil laporan yang dibuat format untuk
penerapan K3 dilaporkan

Anda mungkin juga menyukai