Disusun Oleh :
Muhammad Lathief
134190129
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk melengkapi praktikum Teknologi Benih
pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Resmi
Praktikum Teknologi Benih tepat pada waktunya. Laporan Resmi ini ditulis
sebagai salah satu syarat dalam kurikulum Jurusan Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Ungkapan
terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan dengan segala keikhlasan
dan kerendahan hati kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Budiarto, M.P, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
2. Ibu Ir. Ellen Rosyelina Sasmita., M.P, selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
3. Ibu Ir. Lagiman, M. Si, selaku Kepala Laboratorium Pemuliaan
Tanaman dan Teknologi Benih.
Muhammad Lathief
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
LATAR BELAKANG .................................................................................... viii
ACARA 1 PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH .................... 1
A. Tujuan .................................................................................. 1
F. Pembahasan ......................................................................... 5
G. Kesimpulan .......................................................................... 7
A. Tujuan .................................................................................. 9
F. Pembahasan ......................................................................... 14
G. Kesimpulan .......................................................................... 17
A. Tujuan .................................................................................. 18
iv
B. Tinjauan Pustaka ................................................................ 18
F. Pembahasan ......................................................................... 20
G. Kesimpulan .......................................................................... 23
A. Tujuan .................................................................................. 24
F. Pembahasan ......................................................................... 27
G. Kesimpulan .......................................................................... 29
A. Tujuan .................................................................................. 30
F. Pembahasan ......................................................................... 33
G. Kesimpulan .......................................................................... 35
v
A. Tujuan .................................................................................. 36
F. Pembahasan ......................................................................... 40
G. Kesimpulan .......................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................................... 45
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Uji Viabilitas Tidak Langsung (DHL) ............... 33
vii
LATAR BELAKANG
Sumber perbanyakan tanaman salah satunya adalah benih, Secara
agronomis benih didefinisikan sebagai biji tanaman yang diperlukan untuk
keperluan dan pengembangan usaha tani, memiliki fungsi agronomis atau
merupakan komponen agronomis. Secara biologi benih merupakan biji tumbuhan
yang digunakan untuk alat perkembangbiakan tanaman.
Benih merupakan cikal bakal dari suatu kehidupan tanaman yang harus
memiliki mutu genetik, fisiologis, dan fisik yang baik. Namun untuk memahami
benih itu apa dan bagaimana memperoleh mutu benih yang baik tidaklah mudah.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses untuk memperoleh mutu benih yang
baik, yaitu faktor internal (faktor yang ada di dalam benih) dan faktor eksternal
(faktor di luar benih atau lingkungan). Konsep perbenihan dan implementasi di
lapangan pada beberapa komoditas di Indonesia belum berjalan dengan baik,
sehingga masih perlu penyempurnaan. Dalam konsep perbenihan yang menjadi
fokus utama meliputi beberapa aspek, yaitu produksi, pengolahan benih,
penyimpanan benih, analisis mutu benih, penanganan benih, distribusi, dan
pemasaran benih. Permasalahan dalam usaha perbenihan mencakup masalah
teknis dan nonteknis. Permasalahan nonteknis antara lain kondisi lingkungan
masyarakat dan kebijakan perbenihan pemerintah yang kurang mendukung lebih
besar perannya dibanding dengan masalah teknis. Di samping itu juga
pengertian/pemahaman benih masih kurang, informasi tentang teknologi benih
juga masih sangat sedikit, sosialisasi tentang tata cara permohonan ijin pemasukan
dan pengeluaran benih dari dan ke luar negeri jarang dilakukan, dan sosialisasi
pentingnya sertifikasi mutu benih masih sangat kurang.
Benih yang merupakan cikal bakal dari tanaman, serta penentu dari
keberhasilan usaha pertanian. Maka diperlukan benih yang bermutu baik. Untuk
mengetahui bagaimana cara mendapatkan benih yang bermutu maka diperlukan
perangkat pengolahan benih. Perangkat tersebut adal di dalam teknologi benih.
Teknologi benih merupakan usaha untuk memproduksi benih, analisa mutu benih,
penyimpanan benih, pemasaran dan pengedaran benih yang tersertifikasi.
viii
ACARA I
PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH
A. TUJUAN
Mengetahui cara penyimpanan dan perlakuan benih,
pengaruhnya terhadap mutu benih.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Hoerussalem et al., (2017), Perlakuan benih
merupakan metode yang digunakan untuk membatasi penyeberapan
pathogen pada benih. Perlakuan benih dapat berupa pencelupan
(dipping) menggunakan bakterisi atau bahan lain yang dilanjutkan
dengan pengeringan untuk membebaskan bakteri tersebut dari benih
tanaman. Perlakuan benih (seed treatment) bertujuan untuk
melindungi bagian tanaman yang akan dijadikan benih dalam bentuk
biji, pucuk, setek, sulur, atau umbi dari serangan hama dan patogen.
Perlakuan benih dapat dilakukan secara fisik, kimia, atau biologi
untuk mengendalikan serangga hama, patogen atau gangguan lainnya
yang terbawa benih (Sharma et al., 2015).
Penyimpanan benih adalah suatu kegiatan atau perlakuan yang
dilakukan untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode
simpan yang sepanjang mungkin (Indriani, 2016). Tujuan utama
penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas (daya
hidup) benih dalam periode simpan selama mungkin (Nugrahaeni et
al., 2017).
Menurut Siswanto et al., (2013) serbuk gergaji mampu
mempertahankan kadar air benih sehingga tidak menurunkan daya
kecambah benih saat ditanam. Hingga saat ini media yang biasa
digunakan yaitu sebuk gergaji karena serbuk gergaji mempunyai sifat
lambat lapuk sehingga media ini sangat baik untuk menyimpan air
dan dapat mempertahankan kelembaban di sekitar benih.
1
2
b. Fungisida
c. Serbuk gergaji
d. Pasir
2. Alat
a. Plastik pembungkus bening
b. Bak perkecambahan
c. Label
D. CARA KERJA
1. Penyimpanan benih rekalsitran dengan 2 metode :
a. Membersihkan benih sejumlah 20 biji, menyimpan benih dengan
dan tanpa serbuk gergaji.
b. Menyimpan benih dengan dan tanpa fungisida. Fungisida yang
digunakan adalah fungisida Dithane 5 g/l, lama menyimpan 0-1,5
bulan.
2. Penyimpanan benih ortodok dengan 2 metode :
a. Menyimpan benih sejumlah 20 biji dalam kantung plastic beraerasi
dalam suhu kamar dan ruang AC (di dalam kulkas).
b. Menyimpan benih sejumlah 20 biji dalam kantung plastic dengan
dan tanpa fungisida. Merendam benih dalam larutan Dithane 5 g/l
selama 10 menit.
3. Mencatat serangan cendawan dan menghitung daya kecambah vigor
sebelum dan sesudah penyimpanan. Uji perkecambahan benih
rekalsitran dan benih ortodoks menggunakan bak plastic berisi pasir
selama 1 bulan untuk benih rekalsitran dan selama 1 minggu untuk
benih ortodok.
E. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Perlakuan dan Penyimpanan Benih Orthodox
Benih berjamur Daya kecambah
Perlakuan (%) (%)
Sb Sd Sb Sd
4
Ruang AC
I 0 0 100 100
II 0 0 100 100
Fungisida
III 0 0 - 95
Rerata 0 0 100 35
I 0 0 100 0
Tanpa II 0 0 100 75
fungisida III 0 0 - 25
Rerata 0 0 0 100 0 0
I 0 0 0 100 0 0
Tanpa II 0 0 0 100 0 0
fungisida III 0 0 0 100 - 0
Rerata 0 0 0 100 0 0
Rerata Total 0 0 0 100 0 0
Tanpa Serbuk gergaji
Fungisida I 0 0 0 20 0 0
5
II 0 0 0 100 0 0
III 0 0 0 40 - 60
Rerata 0 0 0 53,33 0 20
I 0 0 0 100 0 0
Tanpa II 0 0 0 100 0 0
fungisida III 0 0 0 100 - 0
Rerata 0 0 0 100 0 0
Rerata Total 0 0 0 76,65 0 40
Sumber : Prakrikum Teknologi Benih 2021
F. Pembahasan
Perlakuan benih (seed treatment) bertujuan untuk melindungi
bagian tanaman yang akan dijadikan benih dalam bentuk biji, pucuk,
setek, sulur, atau umbi dari serangan hama dan patogen. Perlakuan
benih dapat dilakukan secara fisik, kimia, atau biologi untuk
mengendalikan serangga hama, pathogen atau gangguan lainnya yang
terbawa benih. Penyimpanan benih adalah suatu kegiatan atau
perlakuan yang dilakukan untuk mempertahankan viabilitas benih
dalam periode simpan yang sepanjang mungkin.
Benih yang digunakan adalah benih rekalsitran dan benih
orthodoks. Benih rekalsitran dikategorikan sebagai benih yang tidak
toleran pengeringan, tidak dapat disimpan dalam jangka waktu lama
dan berkadar air tinggi (>30%). Benih ortodoks adalah benih yang
dapat disimpan lama, kadar air dapat diturunkan sampai di bawah
10%, dan dapat disimpan pada suhu dan kelembaban rendah.
Viabilitasnya dapat diperpanjang dengan menurunkan kelembaban
dan suhu penyimpanan.
Pelaksanaan praktikum perlakuan dan penyimpanan benih
berupa : Benih ortodoks diberi perlakuan perendaman fungisida dan
tanpa perendaman fungsisida, yang selanjutnya disimpan pada ruang
ber AC/kulkas dan ruang bersuhu kamar. Benih rekalsitran yang
diberi perlakuan perendaman fungisida dan tanpa perendaman, yang
selanjutnya akan disimpan menggunakan media surbuk gergaji dan
6
tanpa media serbuk gergaji. Benih ortodoks dan rekalsitran yang telah
melewati penyimpanan akan ditanam dan dilihat perkecambahannya.
Perlakuan yang lain adalah kontrol, yaitu benih ortodoks maupun
benih rekalsitran langsung ditanam pada media tanah/pasir.
Hasil pengamatan pada perlakuan dan penyimpanan benih
ortodoks pada table 1.1, menunjukkan perbandingan antara benih
yang diberi perlakuan ruang ber AC/kulkas dengan pelakuan ruang
kamar. Pada pengamatan perlakuan dan penyimpanan ruang ber
AC/kulkas (fungisida dan tanpa fungisida) dan ruang kamar
(fungisida dan tanpa fungisida), tidak ditemukan benih yang berjamur
sehingga bernilai 0%. Pengamatan daya kecambah pada benih
ortodoks yang diberi perlakuan ruang ber AC/kulkas dan ruang
kamar, menunjukkan rata-rata presentase total daya kecambah lebih
tinggi pada perlakuan ruang AC yaitu 90,83%. Sedangkan benih
yang diberi perlakuan ruang kamar rata-rata presentase daya
kecambah total menunjukkan 34,165%.
Perlakuan yang diletakkan di ruang ber AC/kulkas
menunjukkan nilai yang lebih baik dengan rata-rata daya kecambah
sebesar 98% dan 83 %, hal ini dikarenakan pada suhu yang rendah
respirasi benih berjalan dengan lambat sehingga viabilitas dan vigor
benih bertahan lama. Hal ini berdasarkan penelitian Palupi et al.,
(2011), penyimpanan di ruang ber AC ini dengan kelembapan antara
60-80% dan suhu antara 18-20o C), dapat mempertahankan viabilitas
dan vigor benih cabai rawit, lebih baik dibanding di ruang tanpa AC
dengan kelembapan antara 50-90% dan suhu 28-32o C).
Hasil pengamatan pada perlakuan dan peyimpanan benih
rekalsitran pada table 1.2, menunjukkan perbandingan antara benih
yang diberi perlakuan penyimpanan dengan serbuk gergaji dan
penyimpanan tanpa serbuk gergaji. Pengamatan perlakuan dan
penyimpanan benih dengan serbuk gergaji (fungisida dan tanpa
fungisida), keseluruhan benih berjamur atau 100% benih berjamur.
7
G. Kesimpulan
1. Perlakuan perendaman fungisida terhadap benih berfungsi untuk
mencegah tumbuhnya jamur selama penyimpanan benih. Hal ini
karena pemakaian fungisida yang bersifat racun dan mencegah
tumbuhnya fungi pada benih yang disimpan.
2. Perlakuan penyimpanan benih ortodoks dilakukan pada ruang ber
AC/kulkas dan ruang kamar. Penyimpanan benih rekalsitran dilakukan
dengan menggunakan serbuk gergaji dan tidak menggunakan serbuk
gergaji.
8
A. Tujuan
1. Mengetahui ciri-ciri normal dan abnormal dari berbagai jenis spesies
kecambah.
2. Mengetahui macam-macam media untuk perkecambahan benih dan
metode yang dapat dipakai.
3. Menghitung daya kecambah masing-masing spesies benih pada media
berbeda.
B. Tinjauan Pustaka
Perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya radikula
dan plumula dari benih/biji. Secara visual dan morfologis suatu benih
yang berkecambah ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula
dari biji (Kaya, 2013). Pengujian daya berkecambah pada prinsipnya
adalah menguji sejumlah benih dan menentukan persentase dari
jumlah benih tersebut yang dapat tumbuh atau mampu berkecambah
secara normal pada jangka waktu yang telah ditentukan. Lingkungan
perkecambahan harus dibuat optimal untuk mendukung
perkecambahan. Pengujian daya berkecambah hendaknya dilakukan
terhadap benih murni yaitu benih-benih yang telah teruji atau dari
kelompok benih dengan kemurnian yang terjamin. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan substrat kertas dan pasir (Elfiani,
2015).
Menurut Katahadimaja dan Erlinda (2013), kriteria kecambah
dibagi menjadi dua, yaitu kecambah normal dan abnormal. Kriteria
kecambah normal, yaitu :
1. Akar primer tumbuh dengan kuat dengan akar-akar sekunder.
Sedangkan akar seminal sekunder yang tumbuh dengan kuat, 2-3 akar.
9
10
2. Alat
a. Alat pengecambah benih
b. Gunting
c. Karet
D. Cara kerja
1. Membasahi 2 lembar kertas buram lalu meletakkannya ke atas plastik.
2. Memanam benih sebanyak 20 benih di atas kertas buram yang sudah
dibasahi dengan diberi jarak.
3. Menutup benih yang sudah ditaman dengan 2 lembar kertas buram
yang sudah dibasahi lalu menggulung dan ditali dengan karet.
4. Meletakkan benih yang sudah ditanam ke dalam alat pengecambah
benih.
E. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Tipe Perkecambahan
Yang diamati Kacang hijau Jagung Kacang tanah
Tipe perkecambahan epigeal hipogeal epigeal
Bagian I muncul radikula radikula radikula
Saat muncul (hari) Hari ke -2 Hari ke -4 Hari ke 2
3 6 1. Kotiledon
6
2. Hipokotil
2 1
1
3. Epikotil
Jagung
4 4. Akar
5
5 1 1
4 2 primer
5. Akar
13
sekunder
6. Daun
pertama
Normal Abnormal
Benih Mati Ket
Tanah Pasir Tanah Pasir
1. Kotiledon
5 2. Hipokotil
1
3. Akar
primer
Kacang 3
4 6 - - 4. Akar
tanah 1
2 sekunder
5. Daun
pertama
6. Epikotil
Petridish
Benih Mati Ket
Normal Abnormal
2 1 1. Kotiledon
Kacang 1 1
2. Hipokotil
hijau 3. Akar
-
4 primer
3 1 4. Akar
sekunder
Sumber : Praktikum Teknologi Benih 2021.
Tabel 2.3 Daya Kecambah
N Rata-
Media N (I) AB M N %N
(II) rata
Kacang hijau
Petridish
1 19 0 1 0 19 95
Kertas 2 0 0 20 0 0 0 65 %
merang 3 18 0 2 0 18 90
4 15 0 5 0 15 75
Jagung
14
UKDp
1 19 0 0 1 19 95
2 18 0 2 0 18 90 88,33%
3 16 0 0 4 16 80
Jagung
UKDdp
1 18 1 0 1 19 95
2 9 1 2 8 10 50 78.33%
3 16 2 4 2 18 90
Kacang tanah
1 12 0 4 4 12 60
Pasir 2 20 0 0 0 20 100 70%
3 10 0 5 5 10 50
Kacang tanah
1 15 0 0 5 15 75
Tanah 2 12 0 0 8 12 60 75%
3 18 0 0 2 18 90
Sumber : Praktikum Teknologi Benih 2021
F. Pembahasan
Perkecambahan adalah peristiwa muncul dan berkembangnya
radikula dan plumula dari sebuah benih. Pengujian daya berkecambah
pada prinsipnya adalah menguji sejumlah benih dan menentukan
persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat tumbuh atau mampu
berkecambah secara normal pada jangka waktu yang telah ditentukan.
Lingkungan perkecambahan harus dibuat optimal untuk mendukung
perkecambahan.
Praktikum kali ini menggunakan benih tanaman jagung. Benih
tanaman jagung termasuk ke dalam perkecambahan hipogeal yaitu
dimana munculnya radikula diikuti dengan pemanjangan plumula,
hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah, sedangkan
kotiledon tetap berada di dalam kulit benih di bawah permukaan
tanah.
Pengujian daya kecambah diperlukan pula substrat sebagai
media tumbuh benih. Substrat yang digunakan adalah substratum
15
G. Kesimpulan
1. Benih yang normal adalah benih yang plumula dan radikulannya
tumbuh dengan sempurna, sedangkan benih yang abnormal sebaliknya.
2. Substrat yang digunakan atau media yang digunakan berupa
substratum kertas, pasir dan tanah. Metode yang digunakan adalah
UDK (Uji Diatas Kertas), UKDp ( Uji Kertas Digulung dalam Plastik),
UKDdp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik Didirikan.
3. Penghitungan daya kecambah dengan cara jumlah benih yang normal
dibagi dengan jumlah keseluruhan benih yang dikecambahkan
kemudian dikalikan dengan 100%.
ACARA III
UJI MUTU FISIK BENIH
A. Tujuan
1. Mengetahui cara pengujian kadar air benih.
2. Mengetahui mutu benih melalui kadar air benih.
B. Tinjauan Pustaka
Mutu benih dibedakan menjadi tiga yaitu mutu fisik, mutu
fisiologis dan mutu genetis. Mutu fisik dan fisiologis benih-benih
tanaman hutan umumnya lebih mudah dimengerti dibandingkan
dengan mutu genetis. Mutu fisik dan fisiologis benih menggambarkan
kemampuan benih untuk disimpan dan tumbuh sebagai kecambah
normal.Kemurnian benih merupakan salah satu ukuran mutu fisik
benih dan benih murni adalah benih yang tidak tercampur dengan
kotoran yang terbawa ataupun benih-benih yang tidak utuh. benih
murni adalah benih utuh dan potongan benih yang besarnya lebih dari
setengah benih utuh (Ningsih et al., 2015).
Kedelai (Glycine max [L.] Merril) adalah salah satu
komoditas pangan yang sangat populer dan dibutuhkan di Indonesia.
Kedelai sebagian besar dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dalam
bentuk pangan olahan berupa tahu, tempe, dan kecap. Kedelai dikenal
sebagai benih berkadar lemak dan protein tinggi sehingga benih
kedelai di daerah tropis seperti Indonesia ini mengalami kemunduran
yang cepat. Keberhasilan penyimpanan benih kedelai selain
penerapan suhu ruang simpan yang direndahkan, juga diperlukan
teknologi pengukuran daya simpan dugaan (DSD) dengan
menggunakan daya simpan relatif (DSR) (Pramono et al., 2020).
Kacang tanah merupakan komoditas yang potensial untuk
dikembangkan di Indonesia setelah kedelai dan kacang hijau. Kacang
tanah dapat menjadi sumber protein nabati, bahan baku industry
18
19
D. Cara Kerja
1. Secara langsung
a. Menimbang 10 gr benih (berat basah).
20
E. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Penentuan Kadar Air
Metode
Grain Moisture
Grain Moisture
Benih Meter
Gravimetri Meter
Model: GMK-
Model: JV006
303RS
F. Pembahasan
Mutu benih terdiri atas empat komponen yaitu: mutu fisik,
mutu fisiologis, mutu genetik, dan mutu kesehatan benih. Benih yang
bermutu fisik tinggi terlihat dari penampilan fisiknya yang bersih,
cerah, bernas, dan berukuran seragam. Mutu fisiologis benih
21
tingkat akurasi pengukuran kadar air benih kedelai yang baik terdapat
pada metode gravimetric dengan nilai 11,43%. Pengukuran kadar air
pada benih kedelai telah sesuai dengan measuring range (rentang
pengukuran) alat grain moisture meter model GMK-303RS dan
model JV006, yaitu pada rentang 8,5-21,5% dan 8,9-30,4%.
Nilai kadar air pada benih kacang tanah menggunakan metode
gravimetric menunjukkan angka 7,84%, pada penggunaan metode
grain moisture meter model GMK-303RS menunjukkan angka
13,4%, dan pada penggunaan metode grain moisture meter model
JV006 menunjukkan angka 7,4%. Perbedaan yang signifikan terlihat
dari ketiga metode yang digunakan. Menurut Purwaningsih (2014),
Kadar air yang aman untuk mencegah kontaminasi jamur pada
kacang tana adala ≤ %. Berdasarkan sumber tersebut, tingkat
akurasi yang baik pada pengukuran kadar air benih kacang tanah
terdapat pada metode gravimetric dan metode grain moisture meter
model JV006 secara berturut-turut 7,84% dan 7,4%. Pengukuran
kadar air pada benih kacang tanah telah sesuai dengan measuring
range (rentang pengukuran) alat grain moisture meter model GMK-
303RS dan model JV006, yaitu pada rentang 5,4-18,9%.
Perbedaan kadar air benih terlihat signifikan antara benih
kedelai dengan berat basah 3,5 gram dan berat kering 3,1 gram dan
benih kacang tanah dengan berat basah 5,1 gram dan berat kering 4,7
gram. Hal ini bertentangan dengan pernyataan Indartono (2011),
benih ukuran besar lebih cepat menyerap air sehingga kadar airnya
lebih besar daripada benih ukuran sedang dan kecil. Benih kedelai
yang lebih kecil menunjukan kadar air yang lebih tinggi dibanding
dengan benih kacang tanah yang berukuran besar. Hal ini terjadi
karena faktor pembawa pada benih yang digunakan untuk pengujian
kadar air yang kurang baik.
Pengujian kadar air dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Kelebihan pengujian secara tidak langsung dengan alat
23
grain moisture tester yaitu efisien waktu karena alat bersifat digital,
serta tidak membutuhkan sampel dalam jumlah yang banyak dan
kelemahannya, terkadang hasil pengukuran satu jenis benih yang
sama berbeda kadar airnya, sehingga moisture tester ini cenderung
kurang teliti. Sedangkan kelebihan dari pengujian secara langsung
yaitu kevalidannya lebih tinggi, metode praktis dan tingkat ketelitian
cukup tinggi, dapat digunakan untuk menguji kadar air semua jenis
benih dan pengujian dengan beberapa ulangan dengan jenis benih
yang sama hasilnya relatif seragam dan kelemahannya, waktu yang
dibutuhkan lebih lama karena ada langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk dapat memperoleh kadar air benih.
G. Kesimpulan
1. Pengukuran kadar air dapat dilakuan secara langsung dan tidak
langsung. Metode secara tidak langsung dapat melalui metode
gravimetric, yang dilakukan dengan pengovenan dengan suhu tinggi
konstan - , selama jam. Metode secara langsung
menggunakan alat Grain Moiture Meter dengan 2 model yaitu model
GMK-303RS dan JV006.
2. Benih kedelai yang bermutu baik kadar airnya berada pada kisaran
11% atau tidak lebih dari 11%. Benih kacang tanah yang bermutu baik
kadar airnya kurang dari atau sama dengan 10%. Mutu benih
berdasarkan kadar air berbeda beda setiap jenis benih yang ada.
ACARA IV
DORMANSI BENIH
A. Tujuan
1. Mengetahui penyebab dormansi benih.
2. Mengatasi dormansi pada benih.
B. Tinjauan Pustaka
Dormansi merupakan suatu kondisi dimana benih hidup tidak
berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan
walaupun faktor lingkungan optimum untuk perkecambahannya
(Widajati et al., 2013). Tipe dormansi benih berbeda antara semua
jenis benih. Dormansi dapat terbagi ke dalam dormansi embrio,
dormansi kulit benih, dan kombinasi keduanya (Hidayat, 2017).
Penyebab dormansi yang sangat meluas adalah pada beberapa jenis
tanam-an benih yang memiliki organ tambahan berupa struktur
penutup benih berkulit keras. Kulit benih yang keras ini biasanya
menyebabkan dormansi melalui satu dari tiga cara, seperti kulit yang
keras dapat menyebabkan impermeabel terhadap air, gas atau
mungkin secara mekanik menekan perkembangan embrio (Uyatami et
al., 2016).
Perlakuan untuk mematahkan dormansi pada benih, harus
diketahui terlebih dahulu macam dormansi dan penyebabnya pada
benih. Ada berbagai cara perlakuan pendahuluan yang dapat
diklasifikasikan yaitu pengurangan ketebalan kulit atau skrafikasi,
perendaman dalam air, perlakuan dengan zat kimia, penyimpanan
benih dalam kondisi lembab dengan suhu dingin dan hangat atau
disebut stratifikasi berbagai perlakuan lain (Uyatami et al., 2016).
Perlakuan pemanasan yaitu dengan merendam benih ke dalam air
panas pada suhu dan waktu yang berbeda, tujuannya adalah
memberikan kesempatan kulit benih menjadi lunak sehingga kulit
24
25
D. Cara Kerja
1. Perlakuan mematahkan dormansi benih padi meliputi :
a. Merendam benih dalam larutan KNO3 3% selama 12 jam.
b. Menjemur benih padi di bawah sinar matahari selama 5 hari.
2. Perlakuan mematahkan dormansi benih sengon/lamtoro meliputi :
a. Menipiskan kulit benih lamtoro menggunakan amplas.
b. Merendam benih lamtoro dengan air panas.
3. Menguji perkecambahan yang sudah diberi perlakuan dengan media
pasir atau kertas. Kemudian menghitung presentase daya kecambah.
4. Mencatat jumlah benih yang berkecambah dan menghitung presentase
daya kecambah.
E. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Dormansi Benih Lamtoro
Benih
Daya kecambah
lamtoro
Rerata (%)
ulangan
Perlakuan
I II III
Kontrol 5 5 - 3,33
Amplas 75 100 100 91,7
Air panas 0 75 0 25
Sumber : Praktikum Teknologi Benih 2021
27
F. Pembahasan
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami
organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu
keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan
demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau
lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis,
keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi. Ada berbagai cara perlakuan
pendahuluan yang dapat diklasifikasikan yaitu pengurangan ketebalan
kulit atau skrafikasi, perendaman dalam air, perlakuan dengan zat
kimia.
Praktikum ini dilakukan dengan beberapa perlakuan pada
benih lamtoro dan benih padi. Pada benih lamtoro diberi perlakuan
pengamplasan, perendaman benih di air panas dan kontrol. Pada
benih padi diberi perlakuan penjemuran, perendaman dilarutan KNO3
dan kontrol. Dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap benih dan
perlakuan.
Hasil pengamatan dormansi benih lamtoro pada tabel 4.1,
menunjukkan presentase yang berbeda disetiap perlakuan. Hasil
pengamatan rata-rata presentase daya kecambah dormansi benih
lamtoro pada perlakuan kontrol 3,33%, pada perlakuan pengamplasan
91,7%, dan pada perendaman air panas 25%. Hasil tersebut dapat
dilihat presentase daya kecambah tertinggi pada perlakuan
pengamplasan yaitu 91,7%. Daya kecambah perlakuan pengamplasan
lebih tinggi menurut Romdyah et al., (2017) Perlakuan skarifikasi
28
G. Kesimpulan
1. Penyebab dormansi ada 2, yaitu dormansi fisik yang terjadi karena
adanya pembatas pada luar biji, dapat berupa kulit yang sangat keras
dan tidak dapat ditembus oleh air dan dormansi fisiologi yang terjadi
karena embrio yang belum dewasa atau belum sempurna.
2. Pemecahan dormansi dapat dilakukan secara mekanik, fisik, dan
kimia. Pada pemecahan dormansi benih lamtoro dilakukan skarifikasi
yaitu pengamplasan kulit benih lamtoro dan pada benih padi dilakukan
dengan penjemuran dan perendaman dengan larutan KNO3. Pematahan
dormansi dipengaruhi oleh after ripening dan immaturity embrio dari
benih.
ACARA V
UJI VIABILITAS
A. Tujuan
1. Membandingkan daya tumbuh/daya kecambah benih dari uji viabilitas
benih secara langsung dan tidak langsung.
2. Menaksir viabilitas benih dengan metode daya hantar listrik.
B. Tinjauan Pustaka
Viabilitas adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan
oleh proses pertumbuhan benih (Tefa, 2017). Viabilitas benih adalah
daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme
dengan gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga
merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih. Pada
umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh menjadi kecambah normal (Ridha et al., 2017).
Fakto-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama
penyimpanan meliputi, faktor internal yaitu kadar air, sifat genetik,
viabilitas awal dan faktor eksternal yaitu suhu dan kelembaban ruang
simpan, kemasan, mikroorganisme, dan manusia (Paramita et al.,
2018). Penurunan viabilitas benih kedelai secara cepat terutama
disebabkan oleh tingginya kandungan protein dan kondisi lingkungan
tropis dengan kelembaban yang tinggi (Hasbianto, 2012). Benih akan
mengalami kemunduran yang kecepatannya dipengaruhi oleh faktor
genetik, mutu awal benih (daya berkecambah, indeks kecepatan
berkecambah), kadar air benih, dan suhu ruang simpan (Jasmi, 2017).
Pengunjian benih secara langsung merupakan metode untuk
mengetahui viabilitas benih umumnya dilakukan melalui uji
perkecambahan, namun cara ini membutuhkan waktu relatif lama,
apalagi bila benih tersebut memiliki sifat dormansi yang kuat. selama
jangka waktu pengujian tersebut, dapat saja terjadi penurunan
30
31
c. Conductivitymeter
d. Alat pengecambah benih
D. Cara Kerja
1. Uji Perkecambahan menggunakan metode UAKm (Uji Antar Kertas,
dimiringkan :
a. Membagi kertas merang menjadi ½ dengan cara melipat.
b. Melembapkan kertas merang sebanyak 2 lembar dengan air.
c. Menanam benih jagung baik lama maupun baru sebanyak 25 benih
ke atas kertas merang.
d. Menutup benih yang ditanamn dengan cara melipat kertas merang
pada lipatan yang ada.
e. Melipat kembali pada pinggir keertas merang sepanjang 1,5 cm.
f. Mengamati pada hari ke-5 dan ke-7 pada jumlah kecambah normal.
2. Uji Daya Hantar Listrik
a. Merendam benih dalam aquades dengan perbandingan volume 1 :
3 selama 24 jam.
b. Mengukur air rendaman benih dengan conductivitymeter untuk
mengetahui daya hantar listrik (DHL).
c. Melihat nilai DHL pada alat, jika nilai DHL tinggi berarti mutu
benih rendah.
E. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Uji Viabilitas Langsung (UAKm)
Langsung (UAKm)
Viabilitas
Benih Jagung Baru N% Benih Jagung Lama N%
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 20 0
7 25 0
8 - 20
Rata-rata 6,24 2,5
Sumber : Praktikum Teknologi Benih 2021
33
Benih baru
9,6 μS ,9 μS , μS
(Kontrol)
Benih lama , μS , μS 8, μS
F. Pembahasan
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat
ditunjukkan melalui gejala metabolisme dengan gejala pertumbuhan,
selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter
viabilitas potensial benih. Benih akan mengalami kemunduran yang
kecepatannya dipengaruhi oleh faktor genetik, mutu awal benih (daya
berkecambah, indeks kecepatan berkecambah), kadar air benih, dan
suhu ruang simpan.
Praktikum kali ini pengujian viabilitas benih menggunakan 2
metode yaitu metode langsung UAKm (Uji Antar Kertas
Dimiringkan) dan metode tidak langsung yaitu uji DHL (Daya Hantar
Listrik). Pada perlakuan metode UAKm benih yang digunakan adalah
benih jagung baru dan benih jagung lama, masing masing sebanyak
25 buah. Pada perlakuan uji DHL menggunakan benih jagung, padi,
dan kacang hijau.
Hasil dari pengamatan perlakuan dengan metode UAKm
terlihat pada tabel 5.1. Metode dilakukan dengan 8 kali ulangan,
dengan benih jagung baru dan benih jagung lama. Hasil presentase
rerata nilai viabilitas pada metode UAKm jagung baru sebesar 6,42%,
sedangkan hasil presentase rerata nilai viabilitas pada metode UAKm
jagung lama sebesar 2,5%. Hasil tersebut menunjukkan presentase
34
rerata pada metode UAKm jagung baru lebih lebih tinggi disbanding
dengan metode UAKm jagung lama. Menurut Koes (2009), Pada
umumnya semakin lama benih disimpan maka viabilitasnya akan
semakin menurun. Mundurnya viabilitas benih merupakan proses
yang berjalan bertingkat dan kumulatif akibat perubahan yang
diberikan kepada benih. Jagung lama lebih rendah nilai reratanya
dikarenakan viabilitasnya menurun karena lama penyimpanan.
Hasil dari pengamatan perlakuan dengan metode DHL terlihat
pada tabel 5.2. Metode ini dilakukan dengan menguji benih lama dan
benih baru (kontrol) pada komoditas jagung, padi, dan kacang hijau.
Hasil pengukuran DHL komoditas jagung (benih baru (kontrol) dan
benih lama) menunjukkan 9,6µS dan 1,2µS, hal ini tidak sesuai
dengan teori yang ada dimana seharusnya benih lama memiliki nilai
DHL yang lebih tinggi karena telah lama disimpan. Saenong (1986)
juga menyatakan bahwa semakin tinggi nilai DHL semakin menurun
viabilitas benih. Nilai yang tinggi pada uji DHL benih baru terjadi
karena terjadi kerusakan membrane sel pada benih, membrane sel
rusak bisa terjadi karena suhu yang terlalu tinggi mengenai benih
sehingga benih rusak dan bisa juga karena kadar air yang terlalu
tinggi pada benih dapat menyebabkan membrane benih baru rusak.
Pada pengujian DHL komoditas padi (benih baru(kontrol) dan benih
lama) hasil pengukuran menunjukkan 0,9µS dan 2,4µS, hal ini sesuai
dengan teori yang ada, lama penyimpanan menyebabkan membrane
sel menjadi rusak sehingga terjadi kebocoran yang menyebabkan
penurunan vigor benih cepat selama perendaman elektrolit ikut
terlepas, sehingga menyebabkan nilai DHL benih tinggi.
Hasil pengukuran DHL komoditas kacang hijau (benih
baru(kontrol) dan benih lama) menunjukkan 4,4µS dan 8,1µS, hal ini
sesuai dengan teori yang ada. Semakin lama penyimpanan benih,
maka akan terjadi kebocoran membrane yang menyebabkan elektrolit
terlepas sehingga nilai DHL menjadi tinggi. Sehingga viabilitas mutu
35
benih menjadi menurun. Hal ini juga dipengaruhi dengan vigor awal
benih, kadar air benih, lingkungan penyimpanan dan lama
penyimpanan.
Uji viabilitas dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Uji viabilitas benih secara langsung mempunyai keuntungan yaitu
pelaksanaannya tidak memerlukan biaya yang besar. Alat yang
digunakan pada uji viabilitas langsung mudah untuk didapatkan.
Kekurangan uji viabilitas secara langsung adalah tingkat keakurasian
hasil yang rendah. Uji viabilitas benih secara tidak langsung
mempunyai keuntungan yaitu nilai hasil uji memiliki tingkat akurasi
yang tinggi, sehingga mendekati benar. Kekurangan uji viabilitas
benih secara tidak langsung adalah perlatan yang digunakan lebih
mahal dibanding dengan uji viabilitas benih secara langsung.
G. Kesimpulan
1. Uji viabilitas menggunakan 2 metode yaitu secara langsung dengan
metode UAKm (Uji Antar Kertas Dimiringkan) dan secara tidak
langsung dengan metode DHL (Daya Hantar Listrik). Dari kedua
metode tersebut metode DHL lebih cepat pelaksanaannya
dibandingkan dengan metode UAKm serta keakurasian penghitungan
lebih akurasi menggunakan metode DHL.
2. Uji Daya Hantar Listrik (DHL), dilakukan dengan cara merendam
benih ke dalam aquades dengan perbandingan volume 1:3 selama 24
jam. Semakin tinggi nilai DHL semakin menurun viabilitas benih.
ACARA VI
UJI VIGOR
A. Tujuan
1. Mengetahui berbagai jenis uji vigor.
2. Mengetahui presentase kekuatan tumbuh dan kecepatan tumbuh benih.
B. Tinjauan Pustaka
vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi lapang
dan lingkungan suboptimum. Nilai indeks vigor adalah nilai yang
dapat mewakili kecepatan perkecambahan benih yang
mengindikasikan benih tersebut vigor. Vigor benih tinggi memiliki
kekuatan tumbuh yang tinggi serta daya simpan yang tinggi (Farida et
al., 2017). Menurut Subantoro 2013 benih yang vigor mempunyai
ciri-ciri :
1. Mempunyai kecepatan berkecambah yang tinggi,
2. Mempunyai keseragaman perkecambahan, pertumbuhan, dan
perkembangan yang baik pada lingkungan yang berbeda,
3. Mempunyai kemampuan untuk muncul pada tanah yang crusted,
4. Mempunyai kemampuan berkecambah dan muncul pada lingkungan
suhu dingin, basah, berpenyakit dan tidak sesuai (understress
condition,
5. Kecambah mampu berkembang normal,
6. Parameter penampilan dan hasil tanaman,
7. Storability yang baik pada keadaan yang tidak optimal.
Kekuatan tumbuh benih adalah kemampuan benih untuk
berkecambah normal dalam kondisi lingkungan yang kurang
menguntungan sehingga diharapkan dapat tumbuh secara normal
meskipun lingkungan pada kondisi sub optimum. Penilaian kekuatan
tumbuh benih digolongkan atas kecambah kuat, kurang kuat, abnormal
dan mati. Untuk memudahkan penilaian kelompok kecambah yang dinilai
36
37
b. Kertas filter
2. Alat
a. Pasir
b. Bak plastik perkecambahan.
D. Langkah Kerja
1. Uji Kecepatan Tumbuh
a. Mengecambahkan benih kedelai lama dan baru di bak plastik
perkecambahan yang berisi pasir.
b. Menghitung kecambah normal setiap hari sampai hari ke-7.
2. Uji NaCl
a. Merendam substrat kertas merang dalam larutan garam.
b. Menanam Benih jagung lama dan baru ditanam di dalam substrat
sebanyak 25 butir (3 ulangan).
c. Melakukan penilaian berdasarkan persen kecambah kuat, dihitung
pada saat 4 x 24 jam (hari keempat), dan sebagai pembanding
membuat perlakuan kontrol (substrat hanya dibasahi dengan air).
3. Kekuatan Tumbuh dengan Uji PP
a. Mengisi separuh bak plastik dengan media pasir lembab.
b. Menanam benih di atasnya, kemudian menututup dengan kertas
filter.
c. Mengisi separuh bagian lagi dari bak plastik dengan pasir lembab.
d. Mengamati jumlah kecambah normal pada hari ke-7.
E. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Kecepata Tumbuh
Benih berkecambah normal
Hari ke
lama baru
0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
2 0 0 0 0
3 4 4 8 0
4 7 5 7 6
5 5 6 4 13
6 2 3 1 2
39
7 2 2 1 4
Sumber : Praktikum Teknologi Benih 2021.
Tabel 6.2 Perhitungan Kecepatan Tumbuh
IV CG Hit I
I II I II I II
F. Pembahasan
Vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi
lapang dan lingkungan suboptimum. Nilai indeks vigor adalah nilai yang
dapat mewakili kecepatan perkecambahan benih yang mengindikasikan
benih tersebut vigor. Vigor benih tinggi memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi serta daya simpan yang tinggi. Vigor merupakan sejumlah sifat-
sifat benih yang mengindikasikan pertumbuhan dan perkembangan
kecambah yang normal, cepat dan seragam pada kisaran kondisi lapang
yang optimum maupun sub optimum.
Pengujian vigor pada praktikum kali ini menggunakan 3
metode yang berbeda yaitu uji kekuatan tumbuh, uji larutan NaCl dan
uji PP (kertas filter). Hasil pengamatan perhitungan uji kecepatan
tumbuh terlihat pada tabel 6.2, yaitu indeks vigor (IV) sebesar 4,63,
germination (CG) sebesar 21,62 dan hitungan pertama (first counting)
sebesar 40%, sedangkan benih jagung baru yaitu indeks vigor (IV)
sebesar 5,26, germination (CG) sebesar 22,04 dan hitungan pertama
(first counting) sebesar 68%. Data tersebut menunjukka bahwa
kekuatan tumbuh paling baik dimiliki oleh benih baru hal ini
dikarenakan semakin lama penyimpanan, maka benih akan
mengalami kemunduran yang berujung kerusakan pada benih
sehingga vigor benih rendah.
Tabel 6.3 menunjukkan hasil pengamatan pada perlakuan
merode uji NaCl, rerata setiap perlakuan yaitu benih baru rata-rata
perkecambahan kuat sebesar 94%, kurang kuat 6%, abnormal 0% dan
mati 0%, sedangkan pada benih lama NaCl memiliki rata-rata kuat
sebesar 40%, kurang kuat 16%, abnormal 22% dan mati 22%. Pada
benih baru perlakuan kontrol rata-rata perkecambahan kuat sebesar
0%, kurang kuat 0%, abnormal 40% dan mati 60%. Sedangkan pada
benih lama kontrol memiliki rata-rata kuat sebesar 0%, kurang kuat
0%, abnormal 0% dan mati 100 %.
Dari data tersebut benih baru menunjukkan presentase daya
41
G. Kesimpulan
1. Uji vigor pada praktikum kali ini mengggunakan Uji Kekuatan
Tumbuh, Uji NaCl dan Uji PP.
2. Perhitungan presentase kekuatan tumbuh dapat dihitung melalui
metode indeks vigor (IV), coefisien germination (CG), dan hitungan
pertama (first counting). Sedangakn uji NaCl dihitung menggunakan
pengamatan perkecambahan kuat, kurang kuat, abnormal, dan mati.
Pada uji PP yang dihitung kecambah normal yang mampu menembus
kertas filter.
DAFTAR PUSTAKA
Elfiani dan Jakoni. 2015. Pengujian Daya Berkecambah Benih Dan Evaluasi
Struktur Kecambah Benih. Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXX
Nomor 1 hal. 45–52.
Fitri, L. 2019. Pengujian Beberapa Media Perkecambahan Untuk Penentuan
Viabilitas Dan Vigor Benih Andalas (Morus macroura Miq). Skripsi.
Universitas Andalas.
Farida, Zahrotun et al., 2017. Uji Vigor Dan Viabilitas Benih Dua Klon Karet
(Hevea brasiliensis Muell Arg.) Pada Beberapa Periode Penyimpanan.
Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 3.
Harahap, Dr. Fauziyah. 2012. Fisiologi Tumbuhan. Medan : UNIMED PRESS.
Hardiwinoto, S., Nurjanto, H.H., Nugroho, A.W., dan Widiyatno. 2011. Pengaruh
komposisi dan bahan media terhadap pertumbuhan semai pinus (Pinus
merkusii). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 8(1), 9-18.
Hidayat, Taufiq dan Marjani. 2017. Teknik Pematahan Dormansi untuk
Meningkatkan Daya Berkecambah Dua Aksesi Benih Yute (Corchorus
olitorius L.). Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 9(2),
73-81.
Haslimursyadah et al., 2020. Penggunaan Kalium Nitrat Dalam Pematahan
Dormansi Fisiologis setelah Pematangan Pada Beberapa Galur Padi
Mutan Organik Spesifik Lokal Aceh. Jurnal Kultivasi Vol. 19.
Indriana, Rakhmi K. 2016. Pengaruh Waktu Penyimpanan Benih Dan Konsentrasi
Larutan Asam Sulfat Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih Jarak
(Jatropha Curcas Linn) Di Persemaian. Jurnal Siliwangi Vol. 2. No. 1.
ISTA. (2010). International Rules for Seed Testing Edition 2010. Switzerland:
International Seed Testing Association.
Kaya, Marthen E. dan H. Rehatta. 2013. Pengaruh Perlakuan Pencelupan Dan
Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes
falcataria L.). Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman Agrologi Vol. 2, No. 1
Hal. 10-16.
42
43
Safira, P. Nadia et al., 2017. Peningkatan Komponen Hasil Dan Mutu Benih
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Melalui Pemupukan Bokashi Dan
P. Jurnal Agroteknologi, Vol. 11 No. 01.
Subantoro, Renan dan Rossi P. 2013. Pengaruh Berbagai Metode Pengujian Vigor
Terhadap Pertumbuhan Benih Kedelai. Jurnal Mediagro. Vol 9. No. 1
Hal. 48-60.
Sharma, K.K., U.S. Singh, P. Sharma, A. Kumar, and L. Sharma. 2015. Seed
treatments for sustainable agriculture-A review. Journal of Applied and
Natural Science 7.
Siahaan, F. Artauli. 2017. Pengaruh Kondisi Dan Periode Simpan Terhadap
Perkecambahan Benih Kesambi (Schleichera oleosa (Lour.) Merr).
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol.5 No.1 Hal. 1-11.
Tefa, Anna dan Savana Cendana. 2017. Uji Viabilitas dan Vigor Benih Padi
(Oryza sativa, L.) selama Penyimpanan pada Tingkat Kadar Air yang
Berbeda. Jurnal Pertanian Konservasi Lahan Kering 2 (3) 48-50.
Uyatmi, Yesi et al., 2016. Pematahan Dormansi Benih Kebiul (Caesalphinia
bonduc L.) dengan Berbagai Metode. Akta Agrosia Vol. 19 No. 2 hlm
147 – 156.
Widajati, E., E. Murniati, E.R. Palupi, T. Kartika, M.R. Suhartanto, A. Qodir.
2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor (ID): IPB Press.
Yuniarti, N. Megawati dan Budi L. 2017. Pengaruh Metode Perkecambahan Dan
Substrat Kertas Terhadap Viabilitas Benih Eucalyptus pellita F. Mull.
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 6(1), 13-19.
Zainal, A. et al., 2018. Fenologi Perkecambahan Jengkol (Pithecellobium jiringa).
Prosiding Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI).
Zanzibar, Muhammad. 2016. Pendugaan Viabilitas Benih Tanaman Hutan
Secara Cepatprinsip, Metode, Dan Aplikasi. Jakarta : Penebar Swadaya.
LAMPIRAN
FAKULTAS PERTANIAN UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
JURUSAN AGROTEKNOLOGI LAB. PEMULIAAN TANAMAN
PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
(Muhammad Lathief)
LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok :G
TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Lathief /134190129
ACARA I
PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH
Benih Ortodok :
Benih berjamur Daya kecambah
Perlakuan (%) (%)
Sb Sd Sb Sd
Ruang AC
I 0 0 100 100
Fungisida II 0 0 100 100
III 0 0 - 95
Rerata 0 0 100 98,33
I 0 0 100 100
Tanpa fungisida II 0 0 100 100
III 0 0 - 50
Rerata 0 0 100 83,33
Rerata Total 0 0 100 90,83
Ruang Kamar
I 0 0 100 0
Fungisida II 0 0 100 85
III 0 0 - 20
Rerata 0 0 100 35
I 0 0 100 0
Tanpa fungisida II 0 0 100 75
III 0 0 - 25
Rerata 0 0 100 33,33
Rerata Total 0 0 100 34,165
Ket : Sb : Sebelum, Sd : Sesudah
Mengetahui,
Asisten Prak.
LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok :G
TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Lathief /134190129
ACARA I
PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH
Benih Rekalsitran :
Benih Benih berjamur Daya
Perlakuan berkecambah (%) (%) kecambah (%)
Sb Sd Sb Sd Sb Sd
Serbuk gergaji
I 0 0 0 100 0 0
Fungisida II 0 0 0 100 0 0
III 0 0 0 100 0 0
Rerata 0 0 0 100 0 0
I 0 0 0 100 0 0
Tanpa
II 0 0 0 100 0 0
fungisida
III 0 0 0 100 0 0
Rerata 0 0 0 100 0 0
Rerata Total 0 0 0 100 0 0
Tanpa Serbuk gergaji
I 0 0 0 20 0 0
Fungisida II 0 0 0 100 0 0
III 0 0 0 40 0 60
Rerata 0 0 0 53,33 0 20
I 0 0 0 100 0 0
Tanpa
II 0 0 0 100 0 0
fungisida
III 0 0 0 100 0 0
Rerata 0 0 0 100 0 0
Rerata Total 0 0 0 76,65 0 40
Ket : Sb : Sebelum, Sd : Sesudah
Mengetahui,
Asisten Prak.
DOKUMENTASI HASIL PENGAMATAN
Benih Ortodok
Uji Penyimpanan Uji Perkecambahan
Perlakuan Tidak Tidak
Berjamur Berkecambah
berjamur Berkecambah
Ruang AC
Fungisida
Tanpa
Fungisida
Ruang Kamar
Fungisida
Tanpa
Fungisida
Benih Rekalsitran
Fungisida
Tanpa
Fungisida
Fungisida
Tanpa
Fungisida
DOKUMENTASI
Gambar 1.3 Hasil Tanaman Benih Gambar 1.4 Hasil Tanaman Kontrol
Orthodoks Ruang AC Tanpa
Fungisidaa
FAKULTAS PERTANIAN UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
JURUSAN AGROTEKNOLOGI LAB. PEMULIAAN TANAMAN
PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
(Muhammad Lathief)
LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok :G
TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Lathief /134190129
ACARA II
PERKECAMBAHAN BENIH
I. Tipe Perkecambahan
Yang diamati Kacang hijau Jagung Kacang tanah
Tipe perkecambahan Epigeal Hipogeal epigeal
Bagian I muncul Radikula Radikula radikula
Saat muncul (hari) Hari ke -2 Hari ke -4 Hari ke 2
3 6 1. Kotiledon
6 2. Hipokotil
2 1 3. Epikotil
1 4. Akar
Jagung primer
4
5 5. Akar
5 1 1
4 2 sekunder
6. Daun
pertama
Normal Abnormal
Benih Mati Ket
Tanah Pasir Tanah Pasir
1. Kotiledon
5 2. Hipokotil
1 3. Akar
Kacang primer
- - 4. Akar
tanah
3
sekunder
4 6 5. Daun
1 pertama
2
6. Epikotil
Benih Petridish Mati Ket
Normal Abnormal
2
Kacang 1 1. Kotiledon
11
1 2. Hipokotil
hijau
1 3. Akar
- primer
4. Akar
3 4 sekunder
1
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
(Muhammad Lathief)
LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok :G
TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Lathief /134190129
ACARA III
UJI MUTU FISIK BENIH
: 11,43 %
Berat basah kacang tanah : 5,1 gram
Berat kering kacang tanah : 4,7 gram
: 7,84 %
DOKUMENTASI
Gambar 3.1 Penimbangan Benih Kedelai Gambar 3.2 Grain Moisture Meter
Model: GMK-303RS
Gambar 3.3 Grain Moisture Meter Model: Gambar 3.4 Oven/ Alat Pengering Benih
JV006
FAKULTAS PERTANIAN UPN “VETERAN” YOGYAKARTA JURUSAN
AGROTEKNOLOGI LAB. PEMULIAAN TANAMAN PRAKTIKUM ILMU DAN
TEKNOLOGI BENIH
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
(Muhammad Lathief)
LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok :G
TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Lathief /1341901269
ACARA IV
DORMANSI BENIH
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
(Muhammad Lathief)
LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok :G
TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Lathief/134190129
ACARA V
UJI VIABILITAS
Benih baru
9,6 μS 0,9 μS 4,4 μS
(Kontrol)
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
(Muhammad Lathief)
LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok :G
TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Lathief/134190129
ACARA VI
UJI VIGOR
Kecepatan Tumbuh
Benih berkecambah normal
Hari ke
lama baru
0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
2 0 0 0 0
3 4 4 8 0
4 7 5 7 6
5 5 6 4 13
6 2 3 1 2
7 2 2 1 4
1. Benih Lama
a. Ulangan 1
IV =
= 4,70
b. Ulangan 2
IV =
= 4,56
2. Benih Baru
a. Ulangan 1
IV =
= 0,78
b. Ulangan 2
IV =
=5
Coeficient Germination (CG)
1. Benih Lama
a. Ulangan 1
CG =
= 21,97 %
b. Ulangan 2
CG =
= 21,27 %
2. Benih Baru
a. Ulangan 1
CG =
= 24,705 %
b. Ulangan 2
CG =
= 19,38
Hitungan Pertama (FC)
X 100 %
Ai = Jumlah kecambah pertama pada pengamata hari tertentu
Aii= Jumlah kecambah kedua pada pengamata hari tertentu
A = Total benih dikecambahkan
1. Benih Lama
a. Ulangan 1
Hit I = X 100 %
= X 100 %
= 44 %
b. Ulangan 2
Hit I = X 100 %
= X 100 %
= 36 %
2. Benih Baru
a. Ulangan 1
Hit I = X 100 %
= X 100 %
= 60 %
b. Ulangan 2
Hit I = X 100 %
= X 100 %
= 76 %