Disusun Oleh:
Anjelina Theresia Br Simbolon (133190004)
Jovanka Fitriani A. P. (133190012)
Silman Waliyya Albar (133190025)
Mega Utami (133190033)
Galang Restu Y. (133190064)
Septiana Nur W. (133190082)
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAH
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk melengkapi mata kuliah Praktikum
Biokimia Tanah pada Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah–Nyalah penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Biokimia Tanah. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memenuhi
mata kuliah Praktikum Biokimia Tanah. Selain itu juga bertujuan untuk
menambah wawasan khususnya pada penyusun dan umumnya pada pembaca.
Dalam kesempatan kali ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan laporan ini
khususnya kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Yanisworo WR, M.Si selaku Dosen Mata Kuliah Biokimia Tanah
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
2. Purwantiningrum selaku Asisten Praktikum yang banyak membantu
penyusun dalam meyelesaikan laporan praktikum.
3. Teman-teman Ilmu Tanah angkatan 2019 yang telah memberikan masukan
serta dukungan.
4. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penyusun berharap kritik dan saran untuk
kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penyusun berharap semoga dapat bermanfaat
bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB IV ANALISIS SERAT (SELULOSA DAN LIGNIN) ................. 20
A. Tujuan Praktikum ................................................................. 20
B. Tinjauan Pustaka .................................................................. 20
C. Prinsip Kerja ........................................................................ 21
D. Hasil Pengamatan ................................................................. 23
E. Pembahasan.......................................................................... 26
F. Kesimpulan .......................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................. 30
BAB V PENETAPAN KOMPONEN BAHAN ORGANIK (ASAM
HUMAT).................................................................................... 31
A. Tujuan Praktikum ................................................................. 31
B. Tinjauan Pustaka .................................................................. 31
C. Prinsip Kerja ........................................................................ 33
D. Hasil Pengamatan ................................................................. 34
E. Pembahasan.......................................................................... 34
F. Kesimpulan .......................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA................................................................. 38
BAB VI PENGUJIAN BAHAN ORGANIK PENCEMAR DALAM
TANAH ................................................................................... 39
A. Tujuan Praktikum ................................................................. 39
B. Tinjauan Pustaka .................................................................. 39
C. Prinsip Kerja ........................................................................ 41
D. Hasil Pengamatan ................................................................. 43
E. Pembahasan.......................................................................... 45
F. Kesimpulan .......................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA................................................................. 50
v
BAB VII PENETAPAN BAHAN ORGANIK DALAM AIR
(BERDASARKAN NILAI BOD) ........................................... 52
A. Tujuan Praktikum ................................................................ 52
B. Tinjauan Pustaka ................................................................. 52
C. Prinsip Kerja ....................................................................... 54
D. Hasil Pengamatan ................................................................ 55
E. Pembahasan......................................................................... 56
F. Kesimpulan ......................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA................................................................. 58
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
Gambar 5.7 Memanaskan dalam Penangas 80°C Selama 30 menit
Gambar 5.8 Membiarkan Satu Malam untuk Menyempurnakan Pengendapan
Gel Asam Humat
Gambar 6.1 Tanah Bengkel A
Gambar 6.2 Tanah Bengkel B
Gambar 6.3 Alat dan Bahan
Gambar 6.4 Mengayak Pasir
Gambar 6.5 Pasir Bersih
Gambar 6.6 Larutan Sabun Cui Pakaian 1%
Gambar 6.7 Air
Gambar 6.8 Larutan Sabun Cuci Piring 1%
Gambar 6.9 Blanko Bengkel A
Gambar 6.10 Blanko Bengkel B
Gambar 6.11 Bengkel A (Larutan Sabun Cuci Pakaian 1%)
Gambar 6.12 Bengkel B (Larutan Sabun Cuci Pakaian 1%
Gambar 7.1 Botol Winkler yang Sudah diisi Sampel
Gambar 7.2 Sampel Air diberi Larutan MnSO₄
Gambar 7.3 Sampel Air diberi Larutan NaOH-KI
Gambar 7.4 Mengambil 100 ml Larutan ke Erlenmeyer
Gambar 7.5 Menambahkan 2 ml larutan H2SO4
Gambar 7.6 Jadikan satu di Erlenmeyer
Gambar 7.7 Titrasi pertama
Gambar 7.8 Setelah diberi amilum kemudian menitrasi kembali
Gambar 7.9 Hasil setelah titrasi kedua
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Biokimia merupakan salah satu dasar ilmu dari ilmu kimia. Biokimia
ini berasal dari kata Yunani bios ”kehidupan” dan chemis “kimia” yang sering
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dasar kimia kehidupan. Atau juga bisa
disebut satu ilmu yang mempelajari reaksi. Biokimia merupakan ilmu yang
mempelajari tentang reaksi-reaksi kimia atau interaksi molekul dalam sel hidup.
Jika dikaitkan dengan bidang pertanian, khususnya mengenai tanaman, berarti
ilmu yang mempelajari tentang reaksi-reaksi kimia atau interaksi molekul yang
terjadi pada tanaman, sedangkan jika dikaitkan dengan ilmu tanah, biokimia tanah
berarti ilmu yang mempelajari tentang reaksi-reaksi kimia atau interaksi molekul
dalam sel hidup yang berada dalam tanah. Biokimia adalah ilmu yang
berhubungan dengan berbagai molekul di dalam sel atau organisme hidup
sekaligus dengan reaksi kimianya. Biokimiawan mempelajari molekul dan reaksi
kimia terkatalisis oleh enzim yang berlangsung dalam semua organisme. Biokimia
merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi komponen selular, seperti
protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya. Saat ini
biokimia lebih terfokus secara khusus pada kimia reaksi termediasi enzim dan
sifat-sifat protein. Saat ini, biokimia metabolisme sel telah banyak dipelajari.
Bidang lain dalam biokimia di antaranya sandi genetik (DNA, RNA), sintesis
protein, angkutan membran sel, dan transduksi sinyal.
Tujuan mempelajari biokimia adalah untuk mempelajari hal kimia yang
mendasari fenomena biologis. Dalam bahasannya, biokimia menyajikan proses
bagaimana makhluk hidup itu melangsungkan kehidupannya dan bertahan hidup
dengan proses kimia yang terjadi dalam tubuh. Makhluk hidup itu bernafas,
bergerak, bereproduksi, makan dan minum dan juga dapat melakukan berbagai
aktivitas lainnya. Bagaimana makhluk hidup dapat melakukan proses itu
sedangkan benda mati tidak. Makhluk hidup tersusun atas substansi hidup yang
disebut protoplasma sedangkan benda mati tidak. Proses yang paling
membedakan organisme dengan benda mati adalah kemampuan reproduksi. Untuk
1
2
semua makhluk hidup, sel merupakan pusat kegiatan dan sel merupakan kesatuan
dasar untuk bereproduksi.
Biokimia mendeskripsikan stuktur, organisasi, dan fungsi dalam molekul
makhluk hidup. Adapun prinsip ilmu biokimia adalah mempelajari stuktur kimia
dari komponen mahluk hidup dan hubungan antara struktur kimia dengan fungsi
biologis, mempelajari metabolisme yaitu keseluruhan reaksi kimia dalam mahluk
hidup, mempelajari proses kimia dan substansi yang menyimpan dan
mengirimkan informasi biologis, serta molekul genetis (sifat keturunan).
Manfaat Biokimia dalam Bidang Pertanian
1. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk pertanian.
2. Pengetahuan tentang reaksi-reaksi yang terjadi dalam tanaman.
3. Mengenal tumbuhan berdasarkan tipe fotosintesis
4. Keterkaitan Biokimia dengan Ilmu Lain
5. Pengetahuan tentang mekanisme resistensi organisme pengganggu
tanaman.
Penerapan biokimia dalam kehidupan sehari-hari terdapat pada berbagai
bidang, misalnya dalam bidang kesehatan, gizi pangan, metabolisme makhluk
hidup, respirasi, dan pengomposan. Biokimia juga banyak diterapkan dalam
bidang pertanian, salah satunya terdapat dalam penggunaan pestisida. Pada
umumnya pestisida bekerja dengan jalan menghambat enzim yang bekerja pada
hama atau organisme tertentu. Dalam hal ini biokimia berperan dalam meneliti
mekanisme kerja pestisida tersebut sehingga dapat meningkatkan selektivitasnya
dan dengan demikian dapat dicegah dampak negatif terhadap lingkungan hidup
yang dapat ditimbulkannya. Jadi, biokimia juga merupakan komponeri penting
dalam pengetahuan tentang lingkungan hidup. Selain itu, biokimia juga dapat
diterapkan pada pengujian air sungai yang tercemar oleh limbah pabrik ataupun
limbah rumah tangga dan pengujian tanah yang tercemar oleh bahan organik
pencemar.
BAB II
KONSEP PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat larutan senyawa dengan konsentrasi
yang berbeda.
2. Mahasiswa terampil melakukan pengenceran larutan.
B. Tinjauan Pustaka
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau
lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau
padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil
solute relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah
larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut.
Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut
(Baroroh, 2004).
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan
larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk
menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan
berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang
digunakan untuk menentukan kepekaan larutan adalah molaritas,
molalitas, normalitas, persen massa, persen volume, persen berat per
volume (Baroroh, 2004).
Tujuan untuk mengetahui cara pelarutan atau pengenceran yaitu
agar kita bisa mendapatkan konsentrasi suatu zat yang kita inginkan.
Selain itu, apabila kita akan mengidentifikasi suatu zat, ada beberapa zat
yang hanya bisa bereaksi dalam bentuk cair nya sehingga harus dilarutkan
terlebih dahulu.
3
4
C. Prinsip Kerja
1. Alat dan bahan
a. Alat
1) Gelas minum (sebagai wadah, pengganti beaker glass)
2) Alat pengukur volume
3) Alat pengukur berat
b. Bahan
1) Gula pasir (Sukrosa)
2) Garam dapur
3) Asam cuka
4) Vixal
5) Bayclin
6) Air/akuades
2. Cara Kerja
Pembuatan Larutan
a) Menyiapkan wadah (gelas minum yang sudah diberi tanda untuk
volume tertentu)
b) Mengambil/menimbang bahan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan
c) Memasukkan bahan ke dalam wadah
d) Menambahkan aquades sampai batas volume dan mengaduk
hingga homogen
e) Menyimpan larutan dalam botol dan memberi label dengan tulisan
yang jelas. (Label memuat nama larutan dan tanggal di buat)
Pengenceran Larutan
a) Menyiapkan wadah (gelas minum yang sudah diberi tanda untuk
volume tertentu).
b) Mengambil larutan pekat dengan volume tertentu menggunakan
pipet atau alat lainnya
c) Memasukkan larutan pekat ke dalam wadah (gelas minum yang
sudah diberi tanda untuk volume tertentu)
6
D. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Pembuatan Larutan
No Nama Rumus Jumlah yang Total Konsentrasi
bahan Kimia ditimbang (g) volume
larutan (ml)
Gula 34,20 100 1M
1. C12H22O11
pasir
10,00 100 10%
5,85 100 1M
2. Garam NaCl
dapur
10,00 100 10%
Sumber : Praktikum Biokimia Tanah (2020)
Perhitungan:
Gula Pasir Garam
gr 1000 gr 1000
M= × M= ×
Mr v Mr v
gr 1000 gr 1000
1M = × 1M = ×
342 0,1 58,5 0,1
gr = 34,20 gr = 5,85
𝑔𝑟 𝑔𝑟
10% = × 100% 10% = 100 × 100%
100
gr = 10gr gr = 10gr
7
Vixal
2 (12%) HCl 20 80 2,40
Bayclin
3 (5,25%) NaClO 20 80 1,05
Perhitungan:
Vixal Bayclin Asam Cuka
V1 . N1 = V2 . N2 V1 . N1 = V2 . N2 V1 . N1 = V2 . N2
20 . 12 = 100 . N2 20 . 5,25 = 100 . N2 20. 25 = 100 . N2
N2 = 240/100 N2 = 105/100 N2 = 500/100
E. Pembahasan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau
lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau
padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil
solute relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah
larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut.
Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut.
8
F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pembuatan larutan dengan konsentrasi 1M yakni dengan mengambil
gula pasir sebesar 34,2gram serta 5,85 garam dapur dengan
penambahan air 100 ml lalu diaduk hingga larut. Selain itu untuk
mendapatkan konsentrasi 10% masing-masing bahan ditambahkan 10
gram dan menambahkan 100 ml air kemudian diaduk hingga larut.
2. Pengenceran larutan dilakukan menggunakan rumus umum yakni V1
N1 = V2 N2 kemudian diaduk hingga larut. Pada pengenceran bahan
vixal dari konsentrasi 12% menjadi 2,40%. Pengenceran bahan bayclin
dari konsentrasi 5,25% menjadi 1,05%. Sedangkan pada pengenceran
bahan asam cuka dari kosentrasi 25% menjadi 5,00%. Pada praktikun
pengenceran larutan ini diperoleh bahwa kosentrasi akhir akan lebih
rendah daripada konsentrasi awal larutan.
10
DAFTAR PUSTAKA
A. Tujuan
1. Mengetahui cara analisis amilum
2. Menentukan kadar amilum beberapa bahan pertanian
B. Tinjauan Pustaka
Karbohidrat merupakan salah satu makromolekul yang berperan
penting bagi makhluk hidup. Secara definisi, karbohidrat adalah
polihidroksialdehida, polihidroksiketon, atau zat yang dapat menghasilkan
senyawa itu jika dihidrolisis. Karbohidrat tersusun atas unsur-unsur
karbon, oksigen, dan hidrogen. Karbohidrat memiliki fungsi sebagai
sumber energi utama, cadangan makanan, dan zat pembangun struktur
jaringan tubuh. Karbohidrat dapat diubah menjadi ATP melalui
metabolisme dalam sel dan energi ATP tersebut digunakan untuk
beraktivitas. Beberapa jenis karbohidrat dijadikan sebagai cadangan
makanan, seperti pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan dan
manusia. Selain itu, karbohidrat juga digunakan sebagai zat penyusun
struktur jaringan tertentu, seperti selulosa dan kitin yang menyusun
jaringantumbuhan (Purawisastra dan Sahara 2010).
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam,
yaitu sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-
bijian (Poedjiadi, A. 2009). Amilum merupakan suatu senyawa organik
yang tersebar luas pada kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari
dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk
fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang
permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar
tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering
biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Gunawan,2004).
Amilum atau pati adalah suatu polisakarida cadangan (reserve
11
12
C. Prinsip Kerja
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Wadah gelas
2) Plastik
3) Alat penakar volum
4) Alat penakar berat
5) Penangas air
6) Sendok
b. Bahan
1) Larutan gula pasir (untuk kontrol negatif), larutan pati kanji,
larutan tepung pisang mentah, larutan tepung pisang matang.
2) Larutan Iodine/betadin
3) Air
4) Vixal
2. Cara Kerja
a. Membuat larutan standart pati
1) Menimbang tepung kanji sebanyak 2 gram
2) Menambahkan sekitar 100 ml air, memanaskan sebentar
sehingga terbentuk gel/larutan kental dan bening.
3) Menambah air hingga total larutan 200 ml (kadar pati = 1%)
4) Mengambil 0 sendok makan larutan pati + 10 sendok makan
aquades (konsentrasi 0%).
Mengambil 2 sendok makan larutan pati + 8 sendok makan
aquades (konsentrasi 0,2%)
Mengambil 4 sendok makan larutan pati + 6 sendok makan
aquades (konsentrasi 0,4%).
Mengambil 6 sendok makan larutan pati + 4 sendok makan
aquades (konsentrasi 0,6%)
Mengambil 8 sendok makan larutan pati + 2 sendok makan
aquades (konsentrasi 0,8%).
14
D. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Larutan Standart Pati
Konsentrasi Jumlah Iod Yang
No Warna Harkat
(%) Ditambahkan (Tetes)
Orange
1 0,0 3 0
Kecoklatan
2 0,2 3 Biru +2
3 0,4 3 Biru +4
4 0,6 3 Biru +6
5 0,8 3 Biru +8
6 1,0 3 Biru +10
Keterangan: Beri harkat +10 untuk warna yang paling pekat
Sumber: Praktikum Biokimia Tanah (2020)
E. Pembahasan
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam,
yaitu sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-
bijian. Amilum atau pati merupakan sumber karbohidrat pangan yang
sangat penting bagi manusia. Hidrolisis pati adalah proses pemecahan
molekul amilum menjadi bagian-bagian penyusun amilum yang lebih
sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa dan glukosa. Pada
pengamatan ini dilakukan uji kandungan kadar pati dengan membuat
larutan standart pati, larutan tepung pisang dan hidroisis pati menggunakan
asam. Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah metode
iodine menggunakan betadine.
Berdasarkan hasil pengamatan larutan standart pati menggunakan 6
sampel larutan tepung kanji dengan konsentrasi yang berbeda. Pada
sampel pertama dengan 0,0% ditambahkan 3 tetes larutan iodin
menghasilkan warna orange kecoklatan dengan harkat 0. Pada sampel
kedua dengan konsentrasi 0,2% ditambahkan 3 tetes larutan iodin
menghasilkan warna biru dengan harkat +2. Pada sampel ketiga dengan
konsentrasi 0,4% ditambahkan 3 tetes larutan iodin menghasilkan warna
biru dengan harkat +4. Pada sampel keempat dengan konsentrasi 0,6%
ditambahkan 3 tetes larutan iodin menghasilkan warna biru dengan harkat
+6. Pada sampel kelima dengan konsentrasi 0,8% ditambahkan 3 tetes
17
larutan iodin menghasilkan warna biru dengan harkat +8. Pada sampel
kelima dengan konsentrasi 1,0% ditambahkan 3 tetes larutan iodin
menghasilkan warna biru dengan harkat +10. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar harkatnya yang
ditandai dengan semakin pekatnya warna biru pada larutan. Artinya
semakin pekat warna biru pada larutan smakin tinggi kandungan pati pada
larutan.
Berdasarkan hasil pengamatan kadar pati tepung pisang yang
menggunakan 3 sampel larutan yaitu larutan tepung pisang mentah, larutan
tepung pisang setengah matang dan larutan tepung pisang matang.
Dihasilkan warna dan harkat yang berbeda. Pada larutan tepung pisang
mentah ditambahkan 3 tetes iodin menghasilkan warna biru dengan harkat
+6 dengan perkiraan kadar 60%. Pada larutan tepung pisang setengah
matang ditambahkan 3 tetes iodin menghasilkan warna biru dengan harkat
+4 dengan perkiraan kadar 40%. Pada larutan tepung pisang mentah
ditambahkan 3 tetes iodin menghasilkan warna biru dengan harkat +2
dengan perkiraan kadar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar pati
tertinggi dimiliki oleh larutan tepung pisang mentah dan yang paling
rendah dimiliki oleh larutan tepung pisang matang. Hal ini dikarenakan
pisang yang semakin matang memiliki kadar pati yang sedikit. Pernyataan
ini didukung oleh teori Winarno (2008) yang menyatakan kandungan pati
yang terbesar terdapat pada buah-buahan yang belum ranum (matang),
kandungan patinya mencapai 70% dari berat keringnya. Pada saat buah
menjadi ranum, maka sebagian pati akan diubah menjadi sukrosa sehingga
kadar patinya menurun. Pada waktu kadar pati menurun, kandungan
sukrosa akan naik, dan sukrosa yang terbentuk akan dipecah menjadi
glukosa dan fruktosa.
Berdasarkan hasil pengamatan pada hidrolisis pati menggunakan
asam menggunakan empat sampel larutan yang menghasilkan warna dan
harkat yang berbeda. Pada larutan pertama kadar awal pati 1% dihidrolisis
selama 30 menit menghasilkan warma biru dan harkat +4, perkiraan kadar
18
setelah dihidrolisis adalah 0.4%. Pada larutan kedua kadar awal pati 1%
dihidrolisis selama 45 menit menghasilkan warna ungu dan harkat +2,
perkiraan kadar setelah dihidrolisis adalah 0,2%. Pada larutan ketiga kadar
awal pati 1% dihidrolisis selama 60 menit menghasilkan warna orange
kecoklatan dan harkat +1, perkiraan kadar setelah dihidrolisis adalah 0,1%.
Pada larutan keempat (kontrol) kadar awal pati 1% menghasillkan warna
biru dan harkat +8, perkiraan kadar setelah dihidrolisis adalah 0,8%. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin lama pati dipanaskan maka semakin
terhidrolisis menjadi glukosa, akibatnya kadar pati semakin sedikit.
F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Analisis amilum dapat dilakukan dengan metode iodine. Dimana pada
saat penambahan iodine akan menghasilkan perubahan warna biru
pada larutan. Semakin pekat warna biru yang dihasilkan semakin
banyak kadar pati yang dimiliki larutan tersebut.
2. Kadar pati pada bahan pertanian yaitu pisang adalah pada pisang
mentah 60%, pada pisang setengah matang 40% dan pada pisang
matang 20%
19
DAFTAR PUSTAKA
A. Tujuan
Menganalisis kadar serat (selulosa dan lignin) beberapa bahan
pertanian berdasarkan pada kecepatannya terombak
B. Tinjauan Pustaka
Analisis serat dilakukan untuk membuktikan perbedaan
karakteristik dari macam serat seperti selulosa dan lignin. Selulosa adalah
senyawa seperti serabut, liat, tidak larut dalam air, dan ditemukan di dalam
dinding sel pelindung tumbuhan terutama pada tangkai batang, dahan dan
semua bahagian berkayu dari jaringan tumbuhan. Sedangkan lignin adalah
material yang paling kuat di dalam biomassa. Lignin sangat resisten
terhadap degradasi, baik secara biologi, enzimatis, maupun kimia (Daulay,
2009). Analisis serat juga dilakukan dengan berbagai alasan yang
mendasar yaitu untuk mengetahui pengaruh perlakuan fermentasi terhadap
kandungan kadar selulosa, hemiselulosa dan lignin (Halili, 2014).
Beberapa kelompok mikroba dari jamur dan bakteri mampu
menghasilkan ensim selulase. Bahan organik yang mengandung selulosa
merupakan substrat bagi pertumbuhan bakteri selulolitik, sehingga
dimungkinkan bakteri selulolitik juga terdapat pada kompos yang
memiliki kandungan selulosa yang tinggi. Bakteri selulolitik secara alami
terdapat pada lahan pertanian, hutan, kompos, tanaman yang telah
melapuk, atau pada serasah daun (David et al., 2012).
Struktur lignin pada kayu daun lebar memiliki komposisi yang
lebih kompleks dibandingkan kayu daun jarum. Jenis kayu daun lebar
disusun oleh unit siringil dan guaiasil dengan perbandingan tertentu,
sedangkan lignin kayu daun jarum didominasi oleh unit guaiasil dengan
sedikit tambahan p-hidroksiphenil (Agustina, 2009).
20
21
C. Pinsip Kerja
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kantong plastik
2) Wadah plastik/ember
b. Bahan
1) Daun tanaman
2) Ranting tanaman (daun dan ranting berasal dari tanaman yang
sama)
3) Jerami padi
22
D. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Inkubasi Tiap Minggu
Jenis Pengamatan
Waktu Inkubasi
No Jenis Bahan Uap Sisa
(minggu) Suhu Warna
air bahan
1 Daun ++ ++
2 Ranting ++++ +++
3 Jerami ++ ++
4 Kontrol Daun 1 ++ +++
5 Kontrol Ranting +++ ++
6 Kontrol Jerami ++ ++++
1 Daun +++ ++
2 Ranting +++ +++
3 Jerami 2 ++ ++
4 Kontrol Daun ++ +++
5 Kontrol Ranting +++ +++
6 Kontrol Jerami ++ ++
1 Daun ++ +
2 Ranting ++ ++
3 Jerami + +
3
4 Kontrol Daun + +
5 Kontrol Ranting ++ +
6 Kontrol Jerami + +
1 Daun + + ++++ ++
2 Ranting ++ + ++++ ++
4
3 Jerami + + +++ ++
4 Kontrol Daun + + +++ +++
5 Kontrol Ranting + + ++ ++++
6 Kontrol Jerami + + ++ ++++
Sumber : Praktikum Biokimia Tanah (2020)
24
Jenis Pengamatan
Waktu
No Jenis Bahan Inkubasi
Rata- Rata- Sisa
(minggu) Suhu Uap air Warna
Rata Rata bahan
3 Jerami ++ +++ ++ - ++ ++ ++ ++ - ++
1
4 Kontrol Daun ++ ++ ++ - ++ +++ +++ +++ - +++
2 Ranting ++++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ +++
3 Jerami ++ ++ ++ +++ ++ ++ ++ ++ + ++
2
4 Kontrol Daun ++ +++ ++ ++ ++ ++++ ++ +++ ++ +++
5 Kontrol Ranting +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ +++ +++
6 Kontrol Jerami ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ + ++
25
1 Daun +++ ++ + - ++ + + + - +
2 Ranting +++ ++ ++ - ++ ++ ++ + - ++
3 Jerami ++ + + - + ++ + + - +
3
4 Kontrol Daun ++ + + - + + + + - +
6 Kontrol Jerami ++ + + - + + + + - +
1 Daun ++ ++ + + + + + + + + ++++ ++
2 Ranting ++ ++ ++ + ++ + + + + + ++++ ++
3 Jerami ++ ++ + + + + + + + + +++ ++
4
4 Kontrol Daun + + + + + + + + + + +++ +++
E. Pembahasan
Pada praktikum analisis serat dilakukan untuk membuktikan
perbedaan karakteristik dari macam serat seperti selulosa dan lignin pada
setiap bahan pertanian yang diujikan dengan praktikum analisis serat
(selulosa dan lignin). Sampel pertanian seperti daun, ranting, dan jerami
padi masing-masing dipotong sekitar 3 cm, kemudian ditambahkan air
sampai kandungan air mencapai 60% (bila dikepal dengan tangan, maka
air tidak keluar dan bila kepalan dilepas maka adonan akan mekar).
Kemudian bahan yang telah dipotong dan diberi air tersebut diambil
sebanyak sepuluh genggam lalu dicampur dengan pupuk kandang dan
larutan gula pasir. Setelah dicampur kemudian dimasukkan kedalam
plastik kemudian diikat rapat dan diberi lubang dengan ditusuk
menggunakan lidi berjarak kurang lebih 2 cm setiap lubangnya kemudian
di inkubasi selama sebulan dan diamati setiap dua hari sekali.
Pada sampel daun minggu pertama dan minggu keempat
menunjukan suhu rata-rata yang lebih rendah dibanding suhu pada sampel
ranting sedangkan pada minggu kedua dan minggu ketiga suhu pada
sampel daun dan ranting relatif sama. Hal tersebut dapat terjadi karena
faktor suhu ditempat praktikum yang agak dingin dan faktor dari posisi
plastik yang saling berhimpitan sehingga suhunya sedikit berubah
sehingga yang seharusnya suhu dari daun yang lebih tinggi menjadi sedikit
berubah. Pada setiap minggu sampel daun dan sampel jerami
menghasilkan uap air yang relatif sama dan selalu lebih rendah
dibandingkan sampel batang selain pada minggu keempat karena semua
sampel menunjukan uap air yang sama. Hal itu bisa terjadi karena daun
dan jerami yang memiliki kecepatan perombakan yang hampir sama. Pada
ketiga sampel tersebut selalu menghasilkan warna yang meningkat seiiring
minggu selain pada sampel jerami pada minggu keempat yang warnanya
relatif sama dengan pada waktu minggu ketiga. Hal itu sesuai karena
semakin lama waktunya maka warna akan semakin gelap. Pada sampel
daun, ranting, dan jerami selalu menghasilkan sisa bahan yang relatif sama
27
pada setiap minggunya selain pada sampel daun pada minggu pertama
yang sedikit berbeda dengan sampel lainnya.
Pada sampel ranting minggu pertama dan minggu keempat
menunjukan suhu rata-rata yang lebih tinggi dibanding suhu pada sampel
daun dan sampel jerami sedangkan pada minggu kedua dan minggu ketiga
suhu pada sampel ranting dan daun relatif sama tetapi suhunya lebih tinggi
dibanding sampel jerami. Hal tersebut dapat terjadi karena faktor suhu
ditempat praktikum yang agak dingin dan faktor dari posisi plastik yang
saling berhimpitan sehingga suhunya sedikit berubah dari semestinya.
Pada tiga minggu pertama sampel ranting selalu menghasilkan uap air
yang lebih banyak dibandingkan sampel lainnya karena ranting pohon
yang kurang bisa menahan air sehingga air lebih cepat menguap
dibandingkan sampel lainnya karena pada tiga minggu pertama sering
ditambahkan air ketika pengamatan karena hampir kering sedangkan pada
minggu keempat uap air yang dihasilkan sama dengan dua sampel lainnya.
Pada ketiga sampel tersebut selalu menghasilkan warna yang meningkat
setiap minggu selain pada sampel jerami pada minggu keempat yang
warnanya relatif sama dengan pada waktu minggu ketiga. Hal itu sesuai
karena semakin lama waktunya maka warna akan semakin gelap. Pada
sampel ranting dan jerami selalu menghasilkan sisa bahan yang relatif
sama pada setiap minggunya.
Pada sampel jerami minggu pertama dan minggu keempat
menunjukan suhu rata-rata yang sama dengan sampel daun namun selalu
lebih rendah dibanding suhu pada sampel ranting. Hal tersebut dapat
terjadi karena faktor suhu ditempat praktikum yang agak dingin dan faktor
dari posisi plastik yang saling berhimpitan sehingga suhunya sedikit
berubah dari semestinya. Pada setiap minggu sampel jerami menunjukan
uap air yang selalu sama dengan sampel daun namun pada tiga minggu
pertama selalu lebih sedikit dari uap air pada sampel batang. Hal tersebut
terjadi karena jerami yang jarang ditambahkan air karena jarang terlihat
kering dibandingkan sampel ranting. Pada ketiga sampel tersebut selalu
28
F. Kesimpulan
Menurut praktikum perombakan yang paling cepat terjadi yaitu
pada sampel daun dibandingkan sampel lainnya karena daun memiliki
kandungan selulosa yang paling tinggi dibanding sampel lainnya dan
kandungan lignin yang lebih rendah dibanding sampel lainnya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D. 2009. Kadar Lignin dan Tipe Monomer Penyusun Lignin Pada Kayu
Akasia. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Anindyawati, Trisanti. 2010. Potensi Selulase Dalam Mendegradasi Lignoselulosa
Limbah Pertanian Untuk Pupuk Organik. Pusat Penelitian
BioteknologiLIPI. Bogor
Daulay, L.R. 2009. Adhesi Penguat Serbuk Pulp Tandan Kosong Sawit
Tersesterifikasi Dengan Matriks Komposit Polietilena: Disertasi. Medan:
Universitas Sumatera Utara
David et al. 2012. Hidrolisis Selulosa Bagas dengan Enzim Selulase dari Bekicot
(Achatina fulica) untuk Produksi Etanol dengan Zymomonas mobilis A3.
Tesis. Jurusan Magister Kimia. Institut Teknologi Sepuluh November.
Surabaya.
Halili, Ardiantho. 2014. Kandungan Selulosa, Hemiselulosa Dan Lignin Pakan
Lengkap Berbahan Jerami Padi, Daun Gamal Dan Urea Mineral Molases
Liquid. Makassar: Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Pause, Ismail. 2019. Anlisis Lignin, Selulosa dan Hemiselulosa Jerami Jagung
Hasil Difermentasi Thricodherma Viride dengan Masa Inkubasi yang
Berbeda. Jambura Journal of Animal Science Volume 1 No. 2.
BAB V
PENETAPAN KOMPONEN BAHAN ORGANIK (ASAM HUMAT)
A. Tujuan
1. Mengetahui cara analisis Humat dan Fulvat
2. Menentukann kadar humat dan fulvat beberapa bahan bahan pertanian
secara kualitatif
B. Tinjauan Pustaka
Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa
organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik
berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa anorganik hasil mineralisasi,
termasuk mikroba heterotrofik dan ototrofik yang terlibat (Hanafiah,2005).
Bahan organik tanah dibagi menjadi dua kelompok, yakni bahan yang
terhumifikasi (humat) dan bahan yang tidak terhumifikasi (non humat). Humat
sering dikenal sebagai humus, yang merupakan hasil akhir proses dekomposisi
bahan organik, bersifat stabil dan tahan terhadap biodegrades. Humus terdiri
dari 2 senyawa utama yaitu substansi non humus (misal: lipid, asam amonia,
karbohidrat) dan substansi humus (merupakan senyawa amorf dengan berat
molekul tinggi, warna coklat sampai hitam).
Zat aktif dalam humus yang berperan terhadap kesuburan tanah adalah
senyawa Asam Humat (Humic Acid) dan Asam Fulvat (Fulvic Acid).
Senyawa- senyawa tersebut adalah zat organik yang stabil dan merupakan
hasil akhir dari proses dekomposisi bahan organik. Asam Humat dan Asam
Fulvat berbeda dengan zat organik yang terkandung dalam bahan organik lain
seperti kompos dan pupuk kandang yang umumnya berupa zat organik yang
mudah terurai oleh mikroba tanah dan akhirnya akan habis. Subtansi humus
mempunyai kontribusi dalam pertukaran anion dan kation, kompleks atau
khelat beberapa ion logam, berperan sebagai pH buffer. Berdasarkan
kelarutannya dalam alkali dan asam, humus dibagi dalam tiga fraksi utama
yaitu humin, asam humat, dan asam fulfat (Kusnaedi, 2010).
31
32
Humin adalah bagian dari senyawa humat yang tidak dapat larut baik di
dalam larutan basa kuat-asam kuat maupun dalam asam lemah-basa lemah,
atau tidak larut dalam air pada setiap pH. Kompleks humin dianggap sebagai
molekul yang paling besar dari senyawa humus karena rentang berat
molekulnya mencapai 100,000 hingga 10,000,000. Sedangkan sifat kimia dan
fisika humin belum banyak diketahui. Karakteristik humin adalah berwarna
coklat gelap, tidak larut dalam asam dan basa, dan sangat resisten akan
serangan mikroba. Tidak dapat diekstrak oleh asam maupun basa
(Darmayanto, 2009).
Asam fulvat berasal dari kata fulvus yang berarti kuning, warna dari
asam fulvat adalah kuning terang hingga mendekati coklat. Asam fulvat
merupakan senyawa asam organik alami yang berasal dari humus, larut dalam
air, sering ditemukan dalam air permukaan dengan berat molekular yang
rendah yaitu antara rentang 1000 hingga 10.000. Asam ini larut dalam air pada
berbagai kondisi pH dan sangat rentan terhadap serangan mikroba. Asam-
asam fulvat mengandung atom oksigen dua kali lebih banyak dari pada asam
humat. Karena banyaknya gugus carboksil (COOH) dan hidroksil (COH)
sehingga secara kimia asam fulvat lebih reaktif dibandingkan senyawa-
senyawa humus lainnya (Darmayanto, 2009).
Asam humat atau humus dapat didefinisikan sebagai hasil akhir
dekomposisi bahan organik oleh organisme secara aerobik. Asam ini
mempunyai berat molekul 10.000 hingga 100.000 g/mol. Senyawa ini
dibentuk oleh polimerisasi asam fulvat melalui rantai ester, larut dalam basa
tapi tidak larut dalam asam (pH < 2) terjadi presipitasi. Asam humat
merupakan senyawa organik yang sangat kompleks, yang secara umum
memiliki ikatan aromatik panjang dan non-biodegradable yang merupakan
hasil oksidasi dari senyawa lignin (gugus fenolik). Asam humat bersifat
heterogen yang memiliki komponen aromatik dan alifatik serta mengandung
tiga gugus fungsi utama yaitu karboksil (-COOH), alkohol fenolik (-OH), dan
metoksi karbonil (C=O). Dalam molekul asam humat juga terdapat ikatan
hidrogen aktif yang banyak sehingga molekul ini sangat reaktif secara kimia.
33
Sifat lain dari asam humat adalah sebagai bahan kelator alami yang membawa
mineral (Darmayanto, 2009).
Pemisahan asam humat dan asam fulvat dari senyawa humat dilakukan
dengan cara ekstraksi asam basa yang didasarkan atas kelarutan asam humat
dalam alkali/basa dan mengendap dalam asam, sedangkan asam fulvat dapat
larut dalam alkali maupun asam. Asam fulvat dapat diperkirakan berdasarkan
tingkat kekeruhan/kejernihan cairan. Semakin jernih berarti kandungan asam
fulvatnya semakin rendah dan sebaliknya, sedangkan asam humat dapat
diperkirakan berdasarkan jumlah endapannya. Prosedur yang paling umum
digunakan untuk ekstraksi asam humat adalah dengan NaOH 0,1 N (Mulyadi,
2008).
C. Prinsip Kerja
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Wadah gelas
2) Pipet
3) Corong
4) Kertas saring
5) Pemanas
b. Bahan
1) H2SO4
2) NaOH 0,1 N
3) NaOH 0,05 N
4) Bahan yang akan diuji: pupuk kandang, kompos, buah
2. Cara Kerja
a. Mengeringanginkan kemudian menghaluskan bahan yang akan diuji
b. Menimbang masing-masing 0,5gram bahan yang akan diuji (membuat 2
ulangan
c. Memasukkan kedalam wadah gelas, menambahkan 25 ml NaOH 0,1 N
d. Menutup dengan plastik dan memberi karet
34
D. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Penetapan Komponen Bahan Organik (Asam
Humat)
No Bahan Warna Larutan dan Harkat Jumlah Endapan
yang diuji Harkat setelah ditambah Setelah ditambah H2SO4
NaOH
1 Pupuk Coklat pekat kehitaman Bening kecoklatan
Kompos +++ ++
2 Pupuk Coklat Bening kekuningan
Kandang ++ +++
Sumber : Praktikum Biokimia Tanah (2020)
E. Pembahasan
Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa
organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik
berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa anorganik hasil mineralisasi,
termasuk mikroba heterotrofik dan ototrofik yang terlibat. Bahan organik
tanah dibagi menjadi dua kelompok, yakni bahan yang terhumifikasi (humat)
35
dan bahan yang tidak terhumifikasi (non humat). Humat sering dikenal
sebagai humus, yang merupakan hasil akhir proses dekomposisi bahan
organik, bersifat stabil dan tahan terhadap biodegrades. Berdasarkan
kelarutannya dalam alkali dan asam, humus dibagi dalam tiga fraksi utama
yaitu humin, asam humat, dan asam fulvat. Pemisahan asam humat dan asam
fulvat dari senyawa humat dilakukan dengan cara ekstraksi asam basa yang
didasarkan atas kelarutan asam humat dalam alkali/basa dan mengendap
dalam asam, sedangkan asam fulvat dapat larut dalam alkali maupun asam.
NaOH merupakan ekstraktan yang paling efektif untuk memisahkan
bahan humat dalam tanah secara kuantitatif. Berdasarkan hasil pengamatan
dapat diperoleh bahwa pada pupuk kompos yang telah dilarutkan dengan
larutan NaOH 0,1 N akan menghasilkan sebuah larutan yang berwarna coklat
pekat kehitaman dan terdapat endapan dengan harkat banyak. Sedangkan pada
pupuk kandang yang telah dilarutkan dengan larutan NaOH 0,1 N akan
menghasilkan sebuah larutan yang berwarna coklat keruh dan terdapat
endapan dengan harkat sedang. Pada kedua larutan tersebut terdapat endapan
dengan jumlah dan warna yang berbeda, yang menunjukkan kandungan humin
pada kedua larutan tersebut berbeda pula. Bagian yang tidak terlarut atau
endapan-endapan yang terbentuk merupakan humin, sehingga dapat diketahui
bahwa kandungan humin pada pupuk kompos lebih tinggi daripada pupuk
kandang.
Pada saat pupuk kandang ditambahkan dengan larutan NaOH 0,1 N
akan menghasilkan sebuah larutan yang mengandung lebih banyak bagian
yang terlarut daripada bagian yang mengendap. Bagian yang terlarut tersebut
merupakan asam humat dan asam fulvat, sehingga kandungan asam humat dan
asam fulvat pada pupuk kandang lebih tinggi daripada pupuk kompos.
Pemisahan asam humat dan asam fulvat dilakukan dengan menurunkan pH
menjadi pH 2,0 sampai dengan pH 3,0 dengan menambahkan larutan H 2SO4
pekat yan merupakan asam kuat. Asam fulvat dapat larut dalam larutan asam,
sedangkan asam humat tidak dapat larut dalam larutan asam dan akan
membentuk endapan. Asam fulvat dapat diperkirakan berdasarkan tingkat
36
F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Menganalisis Humat dan Fulvat dilakukan dengan cara ekstraksi dengan
reagen NaOH dan H2SO4 yang didasarkan atas kelarutannya. Humat dapat
larut dalam alkali/basa dan mengendap dalam asam, sedangkan Fulvat
dapat larut dalam alkali maupun asam dan dapat diperkirakan berdasarkan
tingkat kekeruhan/kejernihan cairan.
2. Pupuk kompos memiliki kadar Humat lebih rendah daripada pupuk pupuk
kandang, sedangkan pupuk kandang memiliki kadar Fulvat lebih rendah
daripada pupuk kompos.
38
DAFTAR PUSTAKA
A. Tujuan
Menguji cemaran bahan organik berupa minyak bumi dalam tanah
menggunakan surfaktan
B. Tinjauan Pustaka
Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik
ialah suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom
karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau
fosfor (Siswoyo, 2009). Senyawa organik terlibat dalam tiap segi
kehidupan manusia, diantaranya berwujud bahan makanan, bahan
sandang, obat-obatan, kosmetik, dan berbagai jenis plastik. Dalam
tubuhpun terdapat sejumlah senyawa organik dengan fungsi yang beragam
pula. Senyawa organik hanya mewakili satu jenis senyawa kimia, yaitu
yang mengandung satu atom karbon atau lebih (Estevanus dan Bijaksana,
2007).
Minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang terbentuk
berjuta-juta tahun yang lalu, sebagai dekomposisi bahan-bahan organik
dari hewan dan tumbuhan. Minyak bumi memliki bentuk berupa cairan
kental berwarna hitam yang terdapat di dalam cekungan-cekungan kerak
bumi dan merupakan campuran yang komplek dari senyawa-senyawa
hidrokarbon dan bukan hidrokarbon (Marsaoli, 2004). Minyak bumi
merupakan campuran kompleks bahan organik dan anorganik. Bahan
organik mendominasi campuran kompleks tersebut dan umumnya
merupakan senyawa hidrokarbon seperti alkana jenuh, alkana bercabang,
alkena, naftena (homo-lingkar dan hetero-lingkar), aromatik,
naftenoaromatik, damar (resin), aspal, serta bahan organik dengan
berbagai macam gugus fungsional (functional groups) seperti karboksilat
dan eter (Abha dan Singh, 2012).
39
40
tekstil, industri minyak bumi dan farmasi. Molekul surfaktan terdiri dari
gugus hidrofobik (ekor) dan gugus hidrofilik (kepala). Sifat hidrofilik dan
hidrofobik dalam satu molekul menyebabkan surfaktan dapat berikatan
dengan komponen baik bersifat hidrofobik maupun hidrofilik. Interaksi
gugus hidrofobik dan gugus hidrofilik dengan fluida, menyebabkan
surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan antar fase (Reningtyas
dan Mahreni, 2015). Surfaktan luas digunakan di berbagai bidang karena
surfaktan memilki kemampuan untuk mempengaruhi sifat permukaan
suatu bahan, diantaranya untuk enhanced oil recovery (EOR) (Ahmed M.
Elazzazy et al, 2015).
C. Prinsip Kerja
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Wadah gelas
2) Alat pengukur volume
3) Pengaduk
b. Bahan
1) Tanah di sekitar bengkel yang terpapar minyak bumi, dua
tempat misal bengkel A dan B
2) Larutan sabun cuci piring 1%
3) Larutan sabun cuci pakaian 1%
2. Cara Kerja
a. Membuat 1% larutan sabun: 10ml larutan sabun ditambah air
sehingga menjadi 1L
b. Mengaduk hingga homogen
c. Membuat seri pengenceran masing-masing tanah yang tercemar
minyak dengan menambahkan pasir yang sudah dicuci hingga
bersih
d. Pengenceran yang digunakan sebagai berikut:
3 sendok tanah tercemar + 0 sendok pasir (tanpa pengenceran)
42
D. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Pengujian Bahan Organik Pencemar Dalam
Tanah Bengkel A
Hasil Pengamatan
Pengenceran
No Sampel Tanah Kadar
(kali) Warna minyak
Tanpa +++
+
Pengenceran
1,5 + ++
1 Blanko
3 + ++
Kontrol Negatif - _
Tanpa ++
++
Pengenceran
1,5 ++ ++
Sabun cuci
2
pakaian 3 ++ +
Putih _
Kontrol Negatif
keruh
Tanpa ++
++
Pengenceran
1,5 ++ ++
3 Sabun cuci piring
3 ++ +
Putih _
Kontrol Negatif
keruh
Sumber: Praktikum Biokimia Tanah (2020)
44
Tanpa +++
+
Pengenceran
1,5 + ++
1 Blanko
3 + ++
Kontrol Negatif - _
Tanpa ++
++
Pengenceran
1,5 ++ ++
Sabun cuci
2
pakaian 3 ++ +
Putih _
Kontrol Negatif
keruh
Tanpa ++
++
Pengenceran
1,5 ++ +
3 Sabun cuci piring
3 ++ +
Putih _
Kontrol Negatif
keruh
Sumber : Praktikum Biokimia Tanah (2020)
Keterangan:
Warna
+++ = Sangat keruh
++ = Keruh
+ = Agak keruh
- = Jernih
45
Kadar minyak
+++ = Minyak banyak
++ = Minyak sedang
+ = Minyak sedikit
- = Tidak ada minyak
E. Pembahasan
Minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang terbentuk
berjuta-juta tahun yang lalu sebagai dekomposisi bahan-bahan organik dari
hewan dan tumbuhan. Keberadaan minyak bumi dalam tanah dapat
diketahui secara langsung dengan memperhatikan warna tanah tersebut,
tanah yang terkontaminasi minyak bumi memiliki warna yang cenderung
gelap. Selain itu, keberadaan minyak bumi dalam tanah dapat diketahui
secara tidak langsung dengan menganalisanya setelah diekstrak
menggunakan surfaktan.
Surfaktan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sabun
cuci piring dan sabun cuci pakaian. Sabun cuci piring merek Palapa
memiliki kandungan bahan aktif sebesar 18% (Natrium Alkilbenzena
Sulfonat dan Natrium Lauril Eter Sulfat) . Sabun cuci pakaian merek Rinso
memiliki kandungan bahan aktif yaitu 22% Natrium Akilbenzena
Sulfonat, 10% Natrium Fosfat dan 30% Natrium Karbonat.
Hasil pengamatan sampel yang sudah didiamkan selama 24 jam
pada blanko bengkel A dan bengkel B tanpa pengenceran, pengenceran 1,5
kali dan pengenceran 3 kali sama-sama memiliki warna air yang agak
keruh, sedangkan untuk kontrol negatifnya sama-sama memiliki warna air
yang jernih. Pada blanko bengkel A dan bengkel B tanpa pengenceran
sama-sama terdapat banyak minyak, sedangkan yang diencerkan 1,5 kali
dan diencerkan 3 kali sama-sama terdapat minyak dalam jumlah yang
sedang. Untuk konrol negatif blanko sama-sama tidak ditemukan minyak
di dalamnya. Secara teori hasil pengamatan tersebut sudah sesuai, yaitu air
akan menjadi lebih jernih setelah didiamkan selama 24 jam daripada
46
tercemar minyak bumi yang dicampurkan sabun cuci pakaian akan mudah
untuk diidentifikasi.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
cemaran bahan organik berupa minyak bumi paling banyak terdapat pada
tanah Bengkel A dan Bengkel B tanpa pengenceran sedangkan untuk
cemaran minyak bumi yang paling sedikit terdapat pada tanah Bengkel A
dan Bengkel B yang diberi perlakuan pengenceran tiga kali dan diberi
larutan sabun cuci piring 1%. Hal itu disebabkan karena larutan sabun cuci
piring mengandung surfaktan yang mampu merombak minyak dengan
baik.
50
DAFTAR PUSTAKA
Kirk, J. L., Beaudette, L. A., Hart, M., Moutoglis, P., Klironomos, J. N., dan Lee,
H. 2004. Methods of studying soil microbial diversity. Journal Microbiol
Methods 58 (1): 169–188.
51
A. Tujuan
1. Mengetahui cara analisis BOD
2. Menentukan jumlah BOD beberapa sampel air
B. Tinjauan Pustaka
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk semua
makluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air tersebut harus dilindungi
agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup
lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan
secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang
dan generasi yang akan datang (Nugroho, 2008). Salah satu sumber air
yang banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya yaitu sungai. Sungai merupakan ekosistem yang
sangat penting bagi manusia. Sungai juga menyediakan air bagi manusia
untuk berbagai kegiatan seperti pertanian, industri maupun domestik
(Siahaan dkk., 2011). Air sungai yang keluar dari mata air biasanya
mempunyai kualitas yang sangat baik. Namun dalam proses pengaliran air
tersebut akan menerima berbagai macam bahan pencemar yang
mengakibatkan air sungai menjadi tercemar (Sofia dkk., 2010).
Kualitas air sungai di Indonesia sebagian besar dalam kondisi
tercemar, terutama setelah melewati daerah pemukiman, dan pertanian
(Simon dan Hidayat, 2008). Meningkatnya aktivitas rumah tangga,
pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan dampak
terhadap kondisi kualitas air sungai terutama aktivitas rumah tangga yang
memberikan masukan bahan pencemar dengan konsentrasi Biological
Oxygen Demand (BOD) terbesar ke air sungai (Priyambada dkk., 2008).
Air Sungai dikatakan terjadi penurunan kualitas air, jika air tersebut tidak
52
53
dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan Na0H - KI, sehingga akan terjadi
endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atau HCl maka endapan
yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul
iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang
dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji)
(Salmin, 2005).
C. Prinsip Kerja
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Botol plastik (volume 600ml) untuk mengambil sampel
2) Botol BOD/Botol Winkler dengan volume antara 250-300ml
b. Bahan
1) Air sumur
2) Air sungai
3) Air limbah organik (limbah pabrik tahu, pabrik tempe, dll)
2. Cara Kerja
a. Mengambil sampel air dari ke tiga sumber terebut di atas,
menggunakan botol sampai penuh dan ditutup rapat.
b. Membandingkan sifat fisiknya, misal: warna dan kekeruhan.
c. Memasukkan limbah ke botol Winkler 250 mL hingga tidak ada
gelembung udara.
d. Menginkubasikan selama 5 hari
e. Menganalisis BOD
f. Mencatat tentang lokasi pengambilan sampel, kondisi cuaca:
kemarau atau penghujan
g. Mencari informasi tentang sumber pencemarannya
55
D. Hasil Pengamatan
Tabel 7.1 Hasil Pengamatan Penetapan Bahan Organik Dalam Air
(Berdasarkan Nilai BOD)
No Sampel Air Warna Kekeruhan
Air Biasa Bening Tidak Keruh
Air Biasa + MnSO₄ 40% + Keruh Terbentuk
Orange
NaOH-KI Endapan
Menambahkan 2ml H₂SO₄ Keruh Endapan
Coklat tua
1. pekat Terbentuk lagi
Larutan
Menitrasi dengan Na₂S₂O Sedikit Keruh
kuning muda
Menambahkan 1ml amilum Biru tua Gelap
Menitrasi dengan Na2SO3 Bening Tidak keruh
Air Limbah Kuning Keruh
Air Limbah + MnSO₄ 40% Keruh Terbentuk
Orange
+ NaOH-KI Endapan
Menambahkan 2ml H₂SO₄ Keruh Endapan
Orange
pekat Terbentuk lagi
2.
Larutan
Menitrasi dengan Na₂S₂O Sedikit Keruh
kuning muda
Menambahkan 1 ml Larutan
Sedikit Keruh
amilum kuning muda
Menitrasi dengan Na2SO3 - -
Sumber : Praktikum Biokimia Tanah (2020)
= 19,68 ppm
= (0 ml x 0,025 x 8 x 1000)/250 ml
= 0 ppm
56
E. Pembahasan
Biological Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen biologis
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air
lingkungan untuk memecah, mendegradasi atau mengoksidasi limbah
organik yang terdapat di air lingkungan. Menggunakan metode titrasi
dengan cara Winkler secara umum banyak digunakan untuk menentukan
kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri.
Praktikum ini ditunjukkan untuk menentukan nilai Dissolved
Oxygen (DO) yaitu menyatakan kandungan oksigen yang terlarut di dalam
air yang dikukur dalam satuan ppm atau mg/L. Kemampuan air dalam
melarutkan oksigen sangat tergantung pada suhu air, tekanan gas oksigen
dan kemurnian air. DO dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk pernapasan,
proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, DO juga
dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam
proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari
proses aerasi dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut (Salmin, 2000).
Proses menggunakan metode titrasi winkler dengan memasukkan
air sampel ke botol winkler dan menutupnya dengan rapat agar tidak ada
gelembung didalamnya yang dapat mempengaruhi kadar oksigen
didalamnya. Kemudian menambahkan 2 ml MnSO₄ 40% berfungsi untuk
mengikat oksigen menjadi Mn(OH)₂ sehingga akan teroksidasi menjadi
MnO2 berhidrat. Selanjutnya menambahkan larutan NaOH-KI
menghasilkan warna orange, dan larutan terjadi gumpalan. Larutan
kemudian diambil 100ml untuk dipindahkan kedalam erlenmeyer, larutan
yang ada di botol winkler diberi 2 ml H₂SO₄ pekat sehingga terjadi
endapan berwarna coklat tua. Kemudian sampel dijadikan satu di
erlenmeyer untuk dititrasi pertama dengan menggunakan natrium tiosulfat
(Na₂S₂O₃) hingga larutan berwarna kuning kemudian menambahkan 1
57
ml amilum (kanji) hingga berwarna biru tua dan menitrasi kedua sampai
warna biru tua menjadi bening.
Setelah melakukan praktikum dapat diketahui nilai DO pada air
biasa sebesar 19,68 ppm. Nilai tersebut menandakan bahwa oksigen
terlarut sangat tinggi didalam air biasa. Menurut (Rivai dalam Patty, 2014)
mengatakan bahwa pada umumnya kandungan oksigen sebesar 5 ppm
̊ masih baik untuk kehidupan ikan-
dengan suhu air berkisar antara 20-30 C
ikan, bahkan apabila dalam perairan tidak terdapat senyawa-senyawa yang
bersifat toksik (tidak tercemar) kandungan oksigen sebesar 2 ppm sudah
cukup untuk mendukung kehidupan organisme perairan (Swingle dalam
Salmin, 2005). Sedangkan untuk sampel air limbah diketahui nilai DO
sebesar 0 ppm, karena kadar oksigen dalam sampel air limbah telah habis
sehingga tidak melewati proses titrasi. Kadar oksigen habis
memungkinkan mikroba melakukan aktivitasnya sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan organisme yang ada didalamnya.
Analisa yang digunakan pada praktikum ini berupa analisa
kualitatif. Analisa kualitatif dilihat dari perubahan yang ditimbulkan oleh
suatu senyawa saat bereaksi atau diperlakukan khusus. Sehingga analisa
ini berdasarkan pengamatan ditimbulkan dengan perubahan warna, suhu,
struktur.
F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Menganalisis BOD dapat dilakukan dengan metode Winkler.
2. Berdasarkan perhitungan pada analisa BOD dapat diketahui nilai DO
air biasa sebesar 19,68 ppm dan air limbah sebesar 0 ppm.
58
DAFTAR PUSTAKA
Atima, W. (2015). BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku
Mutu Air Limbah. Jurnal Biologi Science dan Education, 83-93.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
Medan: USU Press.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Kementrian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia, Jakarta.
Nugroho, S.P. 2008. “Analisis Kualitas Air Danau Kaskade Sebagai Sumber
Imbuhan Waduk Resapan di Kampus UI Depok”. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia, 10. 99-105.
Patty, S. I. (2014). Characteristics of Phosphate, Nitrate and Dissolved Oxygen in
Gangga and Siladen Island Waters, North Sulawesi. Jurnal Ilmiah Platax,
2(2), 74–84.
Priyambada, I. B., Oktiawan W, dan R.P.E Suprapto. 2008. “Analisa Pengaruh
Perbedaan Fungsi Tata Guna Lahan Terhadap Beban Pencemaran BOD
Sungai (Studi Kasus Sungai Serayu Jawa Tengah)”. Jurnal Presipitasi, 5.
55-62.
Salmin. 2000. Kadar oksigen terlarut di perairan Sungai Dadap, Goba, Muara
Karang dan Teluk Banten. LIPI. 42-46.
Salmin. (2005). Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Jakarta: LIPI. Halaman 23.
Siahaan, R., A. Indawan, D. Soedharma, dan L.B. Prasetyo. 2011. “Kualitas Air
Sungai Cisadane, Jawa Barat – Banten”. Jurnal Ilmiah Sains, 11. 268-273.
59
Simon, S.B. dan R. Hidayat. 2008. Pengendalian Pencemaran Sumber Air Dengan
Ekoteknologi (Wetland Buatan)”. Jurnal Sumber Daya Air, 4. 111-
124.Sofia, Y., Tontowi, dan S. Rahayu. 2010. “Penelitian Pengolahan Air
Sungai Yang Tercemar Oleh Bahan Organik”. Jurnal Sumber Daya Air, 6.
145-160.
Sunu, P. (2001). Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001.
Jakarta: PT. Grasindo. Halaman 12-13, 98-99, 118-121, 140-143.
LAMPIRAN
BAB II
KONSEP PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
Gambar 2.1 Alat dan Bahan Gambar 2.2 Larutan Gula dan
Garam
Gambar 3.3 Tepung Pisang Mentah Gambar 3.4 Tepung Pisang ½ Matang
Gambar 3.5 Tepung Pisang Matang Gambar 3.6 Larutan Tepung Pisang
Gambar 4.7 Pengamatan minggu ke-2 Gambar 4.8 Pengamatan minggu ke-3
Gambar 4.9 Pengamatan minggu ke-4
BAB V
PENETAPAN KOMPONEN BAHAN ORGANIK (ASAM HUMAT)
Gambar 7.1 Botol Winkler yang Gambar 7.2 Sampel air diberi
sudah diisi sampel larutan MnSO₄