Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PENANGANAN CONTOH TANAH

Oleh :

INTAN FEBRIANA SAMODRO 20025010088

GOLONGAN C1

PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan benda alam yang terdapat di permukaan bumi yang memiliki
panjang, lebar, dan kedalaman. Tanah merupakan habitat bagi seluruh mikroorganisme. Bagi
manusia dan hewan darat, tanah menjadi tempatuntuk hidup dan bergerak. Tanah juga
memiliki pernana penting bagi tumbuhan sebagai media tanam, media unsur hara, dan air
serta sebagai penopang akar untuk bertumbuh.

Pada pertanian, tanah memiliki arti yang lebih khusus dan penting sebagai media
nutrisi untuk budidaya tanaman darat. Tanah berasal dari batuan lapuk yang bercampur
dengan bahan organik dari organisme (tumbuhan atau hewan) yang hidup di atau di
dalamnya. Selain itu, terdapat pula udara dan air hujan di dalam tanah yang tertahan oleh
tanah agar tidak bocor ke tempat lain.

Dalam proses pembentukan tanah, selain campuran mineral dan bahan organik,
terbentuklah lapisan-lapisan tanah yang disebut cakrawala. Dengan demikian, tanah dalam
arti pertanian dapat diartikan sebagai sekumpulan benda-benda alam di permukaan bumi
yang tersusun secara horizontal, terdiri atas campuran mineral, bahan organik, air dan udara,
serta yang merupakan media tumbuh-tumbuhan.

Pengambilan contoh tanah adalah langkah terpenting dalam program pengujian tanah.
Analisis kimiawi dari sampel tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kandungan
hara, menentukan status nutrisi tanah, dan dapat menjadi pedoman untuk penggunaan pupuk
dan kapur yang efisien, rasional dan hemat biaya. Akan tetapi, hasil pengujian tanah menjadi
tidak berarti jika contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang perlu rekomendasi dan
tidak tepat. Oleh karena itu, pengambilan sampel tanah merupakan langkah terpenting dalam
program pengujian tanah.

Ketika tanah diperiksa untuk pertumbuhan tanaman, itu disebut "edaphologi". Dalam
ilmu edaphologi, sifat tanah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman diteliti, serta
upaya perbaikan sifat tanah (fisik, kimia dan biologi) untuk pertumbuhan tanaman, seperti
pengapuran dan lain-lain.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum penanganan contoh tanah antara lain mengetahui kondisi
lapangan dan dapat membedakan antara tanah dengan diameter 2 mm dengan 0,5 mm dengan
indera.
1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum penanganan contoh tanah yaitu dapat mengetahui cara


penanganan tanah utuh yang benar dan contoh tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu
menunggu saat sebelum tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah
pemupukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan media utama untuk perkecambahan benih, kemunculan benih,


pertumbuhan akar dan akhirnya produksi tanaman (Khan et al., 2010).

Tanah merupakan komponen tubuh alam yang terbentuk oleh pelapukan batuan-
batuan. Tanah terbentuk karena pengaruh alam yang bertransformasi dalam waktu yang
sangat panjang. Penyusun tanah terdiri dari empat komponen utama yaitu mineral, air, udara
dan bahan organik (Sutanto, 2009).

Faktor-faktor pembentuk tanah akan mempengaruhi sifat dari tanah yang terbentuk,
baik sifat fisik maupun sifat kimianya (Rubinik et al., 2015).

Fungsi-fungsi yang dikerjakan tanah dalam ekosistem mencakup: a) memberlanjutkan


kegiatan, keanekaragaman, dan produktivitas hayati, b) mengaturdan membagi-bagi aliran air
dan larutan, c)menyaring, menyangga, mendegradasi, imobili-sasi, dan detoksifikasi bahan-
bahan organik dananorganik, termasuk hasil samping industri dan kota serta endapan
atmosfir, d) menyimpan dan mendaurkan hara dan unsur-unsur lain di dalam biosfir bumi,
dan e) memberikan topangan bagi bangunan sosio-ekonomi dan perlindungan
bagipemukiman manusia. Untuk keberlanjutan perikehidupan dan menjamin
kesejahteraannya,manusia tidak mungkin mengabaikan upaya mencegah degradasi berbagai
fungsi tanah.Tanah di manapun keberadaannya merupakan komponen lingkungan hidup yang
secara mutlak harus dilindungi atau dihindarkan dari dampak yang merugikan, maka
konservasi tanah menjadi suatu keharusan bagi membuat lingkungan hidup terhunikan
(Idjudin,2006)

Contoh tanah diambil pada beberapa kedalaman, yaitu 0–20 cm dan 20–40 cm pada
tanah intensif dan konservasi, dan untuk pengambilan contoh tanah di lapangan diuji dengan
bor tanah berdiameter 2 cm ( Sofyan, 2011)

Dalam menentukan standar contoh tanah seperti tanah pada umumnya. Proses
persiapan contoh tanah sebelum dilakukan analisa laboratorium, misalnya metode
pengeringan dan pemurnian contoh tanah, sangat menentukan hasil analisa tanah. Selain itu,
durasi dan suhu penyimpanan sampel tanah standar (sampel tanah secara umum) juga dapat
mempengaruhi hasil analisis tanah (jika sampel tanah akan digunakan dalam jangka panjang).
Secara khusus, analisis tanah terkait ketersediaan atau kelarutan unsur hara tanah sangat
dipengaruhi oleh proses persiapan sampel tanah (metode pengeringan dan pemurnian) dan
penyimpanan contoh tanah dalam jangka panjang, sedangkan analisis tanah berkaitan dengan
kandungan hara total, kandungan bahan organik tanah dan analisis tanah secara keseluruhan,
cara jangka panjang dalam menyiapkan dan menyimpan contoh tanah tidak mempengaruhi
sifat fisik tanah (Sheppard dan Addison, 2008).

Lapisan pertama dan lapisan kedua memiliki kedalaman yaitu 0 - 19 cm dan 19 - 40


cm. Lapisan pertama dan lapisan kedua dapat dikategorikan sebagai lapisan bawah atau
horison A sedangkan lapisan ketiga dan lapisan keempatmemiliki kedalaman 40 - 57 cm dan
54 - 72 cm yang termasuk kedalam lapisanbawah atau horison C. Lapisan pertama dan
lapisan kedua memiliki value kurangdari 2 serta ditemukannya RMF yang menunjukan
lapisan tersebut mengandungbanyak besi fero aktif ( Rahayu dkk., 2014).

Klasifikasi tanah adalah upaya untuk membedakan tanah berdasarkan sifat-sifatnya,


berkat itu tanah dengan sifat yang sama diklasifikasikan sebagai satu kelas yang sama. Hal ini
penting karena tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan (pengelolaan) yang
berbeda pula (Hardjowigeno,S.2010).

Konsistensi tanah diartikan sebagai tiga tingkatan muka airtanah, yaitu konsistensi
basah yang digambarkan sebagai tidak mematikan, agak lengket, lengket dan sangat lengket.
Konsistensi kelembaban digunakan untuk menilai derajat kerapuhan - keteguhann tanah,
misalnya sangat gembur, gembur,padat dan sangat keras. Konsistensi kering digunakan untuk
menilai kekerasan tanah, misalnya gembur, lunak, agak keras, keras dan sangat keras
Konsistensi tanah dapat ditentukan dengan cara memijat dan menggiling, atau dengan
membuat bola atau roller (Hanafiah, 2014).

Fisik tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori makro sehingga akar
mudah untuk berpenetrasi, namun semakin mudah pula air yang hilang dari tanah. Kondisi ini
menjadikan tanah pasir merupakan tanah yang tidak subur, kandungan unsur hara rendah dan
tidak produktif untuk pertumbuhan tanaman (Hanafiah, 2005).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum penanganan contoh tanah dilakukan pada 18 Maret 2021 di Fakultas


Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada pukul 13.00- 15.00
WIB.

3.2 Alat dan Bahan

Alat: Pisau, Cawan, Baki.

Bahan: Kain mori, Karet gelang, dan Label/spidol.

3.3 Cara Kerja

1) Mengambil contoh tanah utuh dari lapang, yang ada dalam kotak atau kantong
plastik.
2) Membuka plastik pembungkusnya, dan melepaskan karet pengikat kasa dibagian
atas ring sampel.
3) Membersihkan sisa-sisa tanah yang ada ditubuh ring sampel dengan pisau.
4) Mepotong secara miring 450 tanah bagian atas ring sampai permukaan tanah rata
dengan ring dengan pisau.
5) Menutup kembali permukaan tanah atas dalam ring dengan kasa yang baru dan
diikat dengan karet.
6) Mengulangi langkah nomor 2, dan 4 untuk meratakan tanah dalam ring bagian
bawah.
7) Mengulangi langkah no 5 untuk menutup ring bagian bawah.
8) Memberi label contoh tanah tersebut berdasarkan lokasi contoh tanah diambil dan
kedalaman pengambilan.
9) Membuka karet pengikat kasa bagian atas ring dan letakkan ring diatas baki
penjenuh untuk analisa lanjut.

A. Contoh Agregat Utuh

3.5 Alat dan Bahan


Alat: Baki.

Bahan: karet gelang, kantong plastik/tabung, dan spidol tahan air.

3.6 Cara Kerja

1) Mengambil contoh tanah agregat utuh ukuran 0.5 kg s/d 1 kg.


2) Meletakkan agregat di atas baki dan buka pengikat kantung agregat tersebut.
3) Mengeluarkan bongkahan agregat tersebut dari kantong plastik diatas baki.
4) Mematahkan bongkahan agregat dengan jari-jari tangan menggunakan kekuatan kecil
s/d sedang menjadi agregat tanah berukuran diameter 1.0 s/d 1.5 cm.
5) Meletakkan agregat dalam baki tersebut ditempat teduh (tidak kena sinar matahari)
langsung dan sirkulasi udara baik dan lancar.
6) Setelah kering memasukkan kedalam kantong plastik baru, diberi label berdasarkan
asal lokasi sampel tanah diambil dan kedalamannya.
7) Disimpan ditempat aman untuk analisa fisika lebih lanjut.

B. Contoh Tanah Biasa

3.7 Alat dan Bahan

Alat: Mortir, Penumbuk, Saringan (2mm, 1mm, 0,5mm),Tambir untuk peranginan,


Plastic, Spidol, dan alat tulis.

Bahan: Contoh tanah terganggu yang ada di lapangan.

3.8 Cara Kerja

1) Contoh tanah yang sudah dikeringkan ditumbuk dalam mortir secara hati-hati,
kemudian diayak dengan saringan berturut-turut dari yang berdiameter 2 mm, 1 mm
dan 0,5 mm. Contoh tanah yang tertampung diatas saringan 1 mm adalah contoh
tanah yang berdiameter 2 mm, sedangkan yang lolos saringan 0,5 mm adalah contoh
tanah halus (< 0,5 mm).
2) Contoh tanah yang diperoleh dimasukkan dalam kantong plastik dan diberi label
seperlunya.
3) Simpan ditempat aman untuk analisa fisika dan kimia lebih lanjut.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar Keterangan

- Contoh tanah terganggu yang didapatkan pada


materi kedua yaitu pengambilan sampel tanah,
tanah tersebut diletakkan pada nampan atau
wadah untuk proses pengeringan.

Gambar 1.1

- Contoh tanah agregat yang didapatkan pada


materi kedua yaitu pengambilan sampel tanah,
tanah agregat di letakkan pada nampan atau
wadah untuk proses pengeringan.

Gambar 1.2

- Contoh tanah utuh yang diperoleh pada


praktikum materi pengambilan contoh tanah
tanah utuh tersebut akan mendapat proses
penjenuhan.

Gambar 1.3

- Proses penjenuhan pada contoh tanah utuh


yang tertutup oleh kain mori.

- Proses pengayakan tanah biasa yang sudah


dihancurkan dengan ukuran ayakan 2 mm.

Gambar 1.5

Gambar 1.6 - Proses pengayakan tanah biasa dengan ayakan


berukuran 0,5 mm.

- Hasil dari pengayakan tanah biasa dengan


ayakan 2 mm dan 0,5 mm yang diplastiki
secara terpisah.

Gambar 1.7

4.2 Pembahasan

Pada praktikum di atas contoh tanah utuh harus dilakukan penjenuhan karena pada
dasarnya tanah yang diambil sebagai contoh meniru kondisi dengan kondisi lapang saat
melakukan pengambilan pada hari itu juga.
Pada proses pengeringan contoh agregat dan tanah biasa ditempakan ditempat teduh
yang sirkulasi udaranya baik dan tidak boleh kena sinar matahari langsung karena dapat tanah
dapat menguap dan kandungan pada tanah tidak sesuai dengan kondisi lapang.

Pada umumnya, untuk tanah berbutir kasar (coarse-grained), sifat-sifat partikelnya


dan derajat kepadatan relatif adalah sifat-sifat yang paling penting. Sedangkan, untuk tanah
berbutir halus (fine-grained), konsistensi (keras atau lunak) dan plastisitas merupakan sifat-
sifat yang paling berpengaruh.

Proses pemisahan jenis tanah dengan menggunakan gaya gravitasi. Metode


menggunakan gravitasi untuk memisahkan campuran akan menghasilkan massa material
yang lebih besar yang mengendap di bawah tabung reaksi.

Dalam proses pemisahan partikel berdasarkan ukuran, pengayakan dengan berbagai


desain telah banyak digunakan dan dikembangkan secara luas. Screening artinya memisahkan
material sesuai dengan ukuran screen mesin, material yang lebih kecil dari diameter mesin
akan keluar, dan material dengan ukuran lebih besar akan menempel pada permukaan screen.
Ukuran material yang melewati saringan seragam, dan material yang tersisa dikirim kembali
untuk diperbaiki.

Tujuan Klasifikasi tanah adalah untuk membagi tanah menjadi kelompok-kelompok


yang mempunyai sifat-sifat yang beraneka ragam, sehingga akan memberikan gambaran
dalam menghadapi perencanaan dan pelaksanaan. Klasifikasi tanah merupakan langkah awal
dalam melakukan evaluasi contoh tanah sebelum diadakan percobaan laboratorium.

Tanah yang berukuran 0,5-2 mm disebut tanah pasir. Tanah pasir memiliki tekstur
yang kasar. Terdapat ruang pori yang lebih besar antar butir, sehingga kondisi tanah ini
menjadi semakin kendor. Dalam kondisi seperti itu, tanah berpasir ini memiliki kapasitas
yang sangat rendah untuk mengikat air.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga macam
tanah yaitu tanah utuh, tanah agregat, dan tanah biasa. Tanah yang berukuran 0,5-2 mm
adalah tanah pasir yang dimana partikelnya kasar. Tanah juga memiliki kedalaman yang baik
yaitu 0-20 cm dan 20- 40 cm.

5.2 Saran

Pada praktikum ini diharapkan Mahasiswa berhati-hati dalam mengambilan contoh


tanah utuh karena jika tidak berhati-hati akan ada tanah yang terlepas dari ring dan harus
mengulangnya karena tidak menciptakan tanah utuh yang sempurna.

Dalam pengayakan tanah manual diharuskan mengayak sampai semua tanah benar-
benar sudah terpisah dengan partikel-partikel lain seperti batu atau sisa-sisa tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno,S.2010. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis, Akademi Preesindo. Jakarta.

Hanafiah, KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hanifah, A.K., 2014. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: rajawali Pers.

Idjudin, A.A. 2006. Dampak Penerapan Teknik Konervasidi Lahan Terhadap


Produktivitasnya.Disertasi Doktor Sekolah Pasca Sarjana.

Khan, N.I., A.U. Malik, F. Umer, and M.I. Bodla. 2010. Effect of Tillage and Farm Yard
Manure on PhysicalProperties of Soil. International Research Journalof Plant
Science, 1(4), 2141–5447.

Rahayu, A., S.R. Utami, dan R. L. Mochtar. 2014. Karakteristik dan Klasifikasi Tanah. Pada
Lahan Kering dan Lahan yang Disawahkan di Kecamatan PerakKabupaten Jombang.
1(2): 79-87.
Rubinic, V., M. Pejic., I. Vukoje and A. 2015. Bensa. Influence of Geomorphology and Land
Use on Soil Formation – Case Study Maksimir (Zagreb, Croatia).Agriculturae
Conspectus Scientificus, 80(1): 1-8.

Sheppard, S.C., Addison, J.A. 2008. Soil sample handling and storage. In Carter,
M.R.,Gregorich, E.G. (Eds). Soil Sampling and Methods of Analysis. Second Edition.
CanadianSociety of Soil Science. Taylor & Francis Group, LLC. ISBN 978-0-8493-
3586-0. p 39 – 49.

Sutanto, Rachman. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai