LABORATORIUM BOTANI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu media tanam umum adalah tanah. Hal ini dikarenakan di dalam tanah
terdapat berbagai nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Tanah termasuk media tanam
salin karena mengandung berbagai jenis garam. Media tanam dalam kondisi salin
adalah media yang memiliki kandungan garam terlarut yang antara lain tersusun
oleh Natrium dan Klor. Pengaruh konsentrasi larutan garam yang tinggi dapat
Salinitas biasa juga disebut dengan keadaan stress garam dimana tanaman
memiliki kandungan garam yang melebihi ambang batas wajar. NaCl merupakan
salah satu garam terlarut dalam tanah yang dapat mempengaruhi tumbuhan yang
tergantung pada jenis atau kultivar dan jumlah garam yang terkandung di dalam
media tanamnya sehingga dapat dinyatakan bahwa setiap kultivar pada satu
mengetahui pengaruh osmotik konsentrasi garam hara terhadap absorpsi air dan
pertumbuhan tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Osmosis
dalam pelarut dari bagian yang berkonsentrasi rendah (hipotonik) ke bagian yang
Membran semipermeabel merupakan selaput pemisah yang hanya bisa dilewati air
dan molekulnya. Membran ini harus bisa ditembus oleh zat pelarut sehingga
pernyataan tersebut merupakan hasil dari penemuan tentang teori membran oleh
S.J Jinger dengan G. Nicholson pada tahun 1972 yang dikenal dengan model
mozaik fluid. Dari struktur membran, diketahui bahwa membran bukan hanya
sebagai pembatas sel, tetapi juga berperan sebagai tempat keluar masuk sel.
Osmosis ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu materi terlarut dan kadar air di
Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang
sama seperti larutan lainnya. Larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik
daripada larutan lainnya sehingga air akan bergerak ke dalam sel (Bhatla dan Lal,
2018).
Ketika dua larutan dengan konsentrasi yang berbeda yang dipisahkan oleh
membran. Namun, difusi ini berupa pergerakan pelarut dari konsentrasi rendah ke
larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Proses demikian disebut dengan
osmosis dan energi yang mendorong terjadinya proses ini disebut tekanan
osmosis. Tekanan osmotik ini dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang tinggi
pelarut dengan cara ini adalah tekanan osmotik. Tekanan ini adalah salah satu sifat
kolektif mendasar dari suatu larutan, yaitu tergantung pada jumlah daripada jenis
partikel yang aktif secara osmotik dalam suatu larutan, yang mungkin berupa
molekul lengkap atau ion terdisosiasi. Berbeda pada tumbuhan, tekanan osmotik
serapan unsur hara mineral yang larut dalam air oleh sel atau jaringan yang
munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat
Proses ini merupakan proses fisika. Masuknya air pada biji menyebabkan enzim
aktif bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses kimiawi yang terjadi pada
maltose dihidrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Protein juga dipecah menjadi
menjadi energi atau diubah menjadi yang senyawa karbohidrat yang menyusun
untuk menyusun struktur sel dan menyusun enzim-enzim baru. Asam-asam lemak
masuknya air pada biji lalu air yang masuk akan mengaktifkan hormon giberelin
untuk memecah senyawa-senyawa besar menjadi senyawa yang lebih kecil. Hal
ini membantu mobilitas cadangan makanan untuk merombak suatu senyawa
pembelahan mitosis pada sel-sel hingga membentuk embrio, lalu dari embrio akan
merupakan bahan dinding sel pada tumbuhan. Fase terakhir disebut dengan fase
emergence yang akan memicu kemunculan radikula dan plumula (Pabhandaru dan
Saputro, 2017).
Salinitas adalah kandungan garam pada air maupun tanah. Salah satu
tekanan lingkungan utama yang tersebar luas disebabkan oleh salinitas tanah.
karena kelebihan ion klorida dan natrium tanah terutama di daerah kering maupun
semi kering. Salinitas tanah mengacu pada kelebihan akumulasi garam yang larut
garam untuk menghadapi efek buruk dari stresss garamyang dapat merusak
kenaikan tekanan osmotik larutan akibat adanya NaCl pada konsentrasi tinggi
salinitas sangat dimungkinkan berbeda pada setiap kultivar tanaman dan fase
luas daun, kandungan klorofil, konduktansi stomata, dan pada tingkat yang lebih
rendah melalui penurunan efisiensi fotosistem II. Konsentrasi garam yang tinggi
pada media tumbuh menyebabkan banyak efek buruk pada pertumbuhan tanaman,
karena potensi osmotik yang rendah dari larutan tanah, efek ion spesifik (stres
(Kusumiyati, 2017).
pertumbuhan, membentuk jaringan dan kegiatan hidup lainnya yang dapat larut
dalam air. Unsur hara terbagi menjadi unsur hara mikro dan makro. Unsur hara
makro secara umum merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan
dengan jumlah yang besar. Unsur hara pada kelompok ini juga tersedia secara
melimpah di alam seperti karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N) dan Oksigen
(O). Unsur hara golongan ini sebagai penyusun dasar protein Adapun unsur hara
mikro merupakan unsur hara yang dbutuhkan dalam jumlah kecil atau sedikit.
Golongan unsur hara ini berupa besi (Fe), mangan (Mn), boron (B), dan
sebagainya. Unsur hara yang termasuk ke dalam golongan ini secara umum
berfungsi sebagai katalisator, mempengaruhi proses metabolism serta membantu
translokasi unsur hara makro pada tubuh tanaman (Bhatla dan Lal, 2018).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 5 botol kaca, penggaris,
3.2 Bahan
2. Dimasukkan masing-masing larutan ke dalam botol kaca dan beri label. Satu
3. Diambil kecambah berumur ±10 hari. Dipilih kecambah yang sehat dan baik
pertumbuhannya.
larutan.
5. Ditutup botol dengan sumbatan botol dari sandal bekas yang telah dilubangi
7. Diukur dan dicatat panjang kotiledon ke ujung daun di hari pertama, ketiga,
dan kelima.
8. Diamati keadaan tanaman dan total perpanjangan tanaman pada masing-
masing perlakuan.
BAB IV
4.1 Hasil
a. Hari pertama
1
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 4.1
Rangkaian Alat Hari Pertama
Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2022)
b. Hari Ketiga
3
(a) (b)
(c) (d)
3
(e)
(f)
Gambar 4.2 Rangkaian Alat Hari Ketiga
Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2022)
b. Hari Kelima
3
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 4.3 Rangkaian Alat Hari Kelima
Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2022)
Keterangan : (1) tanaman kacang merah Phaseolus vulgaris; (2) sumbat botol; (3)
larutan CaCl2; (a) kontrol; (b) 0,125%; (c) 0,25%; (d) 0,5%; (e) 1%; dan (f) 2%
4.2 Pembahasan
konsentrasi larutan CaCl2 0,125% 0,25%, 0,5%, 2%, dan media yang hanya berisi air
destilata sebagai kontrol. Tujuan dari pemberian konsentrasi yang berbeda ini adalah
sumbatan pada botol medium agar hipokotil pada kecambah tetap tegak. Setelah itu,
rangkaian alat diletakkan pada suatu ruangan lalu dilakukan pengamatan pada
pertumbuhan kecambah selama 5 hari dengan pengamatan pada hari pertama, ketiga,
dan kelima.
Pada perlakuan pertama tanpa diberikan larutan CaCl2 didapatkan ukuran
berturut-turut selama 5 hari yaitu 12, 14,01 dan 16,5. Selisih akhir yang didapatkan
sebesar 4,5 cm. Sedangkan kondisi tanaman pada akhir pengamatan menunjukkan
kondisi tanaman segar. Hal ini menunjukkan tidak adanya kondisi stress garam pada
tanaman karena pada hari pertama hingga hari terakhir pengamatan, tanaman tidak
mengalami perubahan kondisi atau tanaman tetap dalam kondisi yang segar.
diperoleh panjang batang hari pertama 7,5 cm, hari kedua 10,6 cm dan hari terakhir
11 cm dengan selisih akhirnya sebesar 3,5 cm. Kondisi tanaman pada perlakuan ini
sejak hari pertama hingga hari terakhir pun tetap dalam kondisi segar yang
menunjukkan stress garam tidak mempengaruhi tanaman ini atau tanaman ini
panjang batang di hari pertama pengamatan yaitu 15 cm, lalu hari kedua 14,2 cm dan
hari terakhir pengamatan 14,3 cm dengan selisih akhir sebesar -0,7 cm. Kondisi
tanamannya tetap segar dari awal hingga akhir pengamatan. Namun, pada perlakuan
ini didapatan bahwa pertumbuhan yang dialami sangat lambat karena tingkat
salinitasnya cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Muliawan dkk. (2018)
ketika keadaan di sekitar akar tanaman memiliki salinitas yang cukup tinggi, maka
dapat menghambat pergerakan air dari akar tanaman sehingga air akan ditarik
kembali ke dalam tanah sehingga tanaman tidak dapat mengambil air yang cukup
panjang batang pada hari pertama sebesar 13 cm, hari kedua 13,7 cm, dan hari
perhitungan.
batang pada hari pertama sebesar 20cm, hari kedua 21,9 cm dan hari terkahir 24 cm
dengan selisih akhir sebesar 4 cm. Kondisi tanamannya pun sejak hari pertama
hingga hari terakhir menunjukkan konidisi tanaman yang layu. Hal ini dikarenakan
tanaman tersebut tidak memiliki tingkat salinitas yang tinggi sehingga membuat
tanaman layu karena mengalami stress garam. Hal ini sesuai dengan pendapat
muliawati dkk (2016) yang menyatakan bahwa kacang merah masih dapat
mentoleransi kadar garam, namun jika konsentrasi kadar garam dalam tanah atau
media tanam tinggi, maka kacang merah akan layu dan mati terlepas dari jumlah air
yang diberikan.
diperoleh panjang batang pada pengamatan hari pertama sebesar 13 cm, hari kedua
11,9 cm dan hari terakhir sebesar 14 cm dengan selisih akhir sebesar 1 cm. Kondisi
tanaman pun di hari pertama sudah mulai layu hingga hari terakhir menunjukkan
kondisi tanaman layu. Hal ini dikarenakan tanaman tersebut tidak memiliki tingkat
salinitas yang tinggi sehingga membuat tanaman layu karena mengalami stress
garam. Hal ini sesuai dengan pendapat muliawati dkk (2016) yang menyatakan
bahwa kacang merah masih dapat mentoleransi kadar garam, namun jika konsentrasi
kadar garam dalam tanah atau media tanam tinggi, maka kacang merah akan layu
dengan kondisi tanaman yang tetap segar. Meskipun tanaman pada perlakuan ini
dalam kondisi hidup dan segar, namun pertumbuhannya sangat lambat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Muliawan dkk. (2016) ketika keadaan di sekitar akar
tanaman memiliki salinitas yang cukup tinggi, maka dapat menghambat pergerakan
air dari akar tanaman sehingga air akan ditarik kembali ke dalam tanah sehingga
tanaman tidak dapat mengambil air yang cukup untuk proses pertumbuhan. Selain
itu, kondisi tanaman yang segar pada perlakuan dengan senyawa pemicu tekanan
osmotik menandakan bahwa tanaman kacang merah ini memiliki toleransi atau
adaptasi yang tinggi terhadap konsentrasi garam. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kristiono dkk. (2013) yang mengatakan bahwa respon tanaman terhadap salinitas
5.1 Kesimpulan
bahwa dengan perlakuan kontrol dan penambahan larutan CaCl2 dengan kosentrasi
0,125%, 0,25%, 0,5%, dan 2%, tanaman tetap hidup dengan keadaan yang segar
karena konsentrasi garam yang masih berada pada batas toleransi dari kacang merah.
Sedangkan konsentrasi garam hara yang tinggi, yaitu di atas 5% maka akan
mengakibatkan tanaman kacang merah layu bahkan mati. Selain itu, penambahan
terhambatnya penyerapan air pada kacang merah yang dapat berakibat pada proses
5.2 Saran
Saran yang dapat saya sampaikan pada percobaan kali ini adalah sebaiknya
tanaman kecambah kacang merah yang digunakan dipilih dengan melihat kondisi
daun dan batangnya yang baik sehingga perbandingan yang dilakukan dengan
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Bhatla, C. S. & Lal, A. M., 2018. Plant Physiology, Development and Metabolism. New
Delhi: Springer.
Furnawanthi, I., Siti, J.D., Dahlia, N., Rudi, M., dan Mardoni, E., 2017, Respon
Pertumbuhan Eksplan Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Ap-4
terhadap Manitol sebagai Media Konservasi secara In Vitro, Jurnal
Pertanian, 1(1): 245-252.
Junandi, Mukarlina, dan Riza, L., 2019, Pengaruh Cekaman Salinitas Garam NaCl
terhadap Pertumbuhan Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata L. Walp) Pada
Tanah Gambut, Jurnal Protobiont, 8(3): 101-105.
Kusumiyati, Tino, M.O., dan Fajrianti, A.H., 2017, Pengaruh Konsentrasi Larutan
Garam NaCl Terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Bibit Lima Kultivar
Asparagusni, Jurnal Hortikultura, 27(1): 79-86.
Sirait, R.H. 2019. Fisiologi Cairan Tubuh dan Elektrolit. Universitas Kristen
Indonesia: Jakarta.
Spetriani, 2019, Pengaruh Konsentrasi dan Suhu Larutan Gula pada Proses
Dehidrasi Osmotik Buah Naga (Hylocereus sp.), Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pangan, 5(1): 440-447.
Ulfa, H.L., Rikha, F., dan Suwito, S., 2020, Uji Osmosis pada Kentang dan Wortel
Menggunakan Larutan NaCl, Pittermann, Jurnal Sainsmat, 9(2):110-116.