Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA TANAMAN
“MEIOSIS”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Genetika Tanaman

Disusun oleh:
Nama : Suria Paloh
NIM : 4442210007
Kelas : 1G
Kelompok : 1 (Satu)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kelancaran kepada penulis dalam
menyelesaikan praktikum pada Mata Genetika Tanaman dengan judul “Meiosis”.
Dalam rangka memenuhi tugas praktikum Genetika Tanaman, penulis
menyusun laporan praktikum ini untuk hasil pada tahapan-tahapan meiosis. Dalam
hasil praktikum ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Zahratul Millah,
S.P., M.Si., Ibu Alfu Laila, S.P., M.Sc, dan Ibu Widia Eka Putri, S.P., M.Agr.,Sc
selaku dosen pengampu mata kuliah Genetika Tanaman yang sudah memberi
arahan terkait praktikum ini. Saudara/i Egatama Khoirul Umam dan Dewi Siska
selaku Asisten Praktikum Genetika Tanaman kelas 1G yang sudah membantu
dalam berjalannya praktikum ini.
Dalam penyusunan hasil praktikum ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan
ini dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang meiosis dan bagaimana
proses tahapannya.

Serang, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Meiosis ......................................................................... 3
2.2 Pembelahan Sel ........................................................................................ 4
2.3 Tahap Pembelahan Meiosis ..................................................................... 6
2.4 Tinjauan Umum Kromosom Tanaman .................................................... 8
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 10
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 10
3.3 Cara Kerja .............................................................................................. 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ....................................................................................................... 11
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 12
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................................ 17
5.2 Saran ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pengamatan meisosis bunga Peregrina (Jatropa integrrima) ........ 11

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Meiosis .................................................................................................. 4


Gambar 2. Tahap Pembelahan Meiosis ................................................................... 7
Gambar 3. Kromosom Tanaman ............................................................................. 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk hidup, baik yang uniseluler maupun multiseluler memiliki
kemampuan untuk berkembang biak. Hal ini ditujukan untuk mempertahankan
keturunan dari makhluk hidup tersebut. Dalam peristiwa perkembangbiakan terjadi
proses penurunan sifat dari induk ke anaknya, sehingga anak mempunyai sifat yang
sama dengan induknya. Kromosom berperan dalam proses penurunan sifat. Pada
peranan pembelahan sel ikut berperan penting.
Semua organisme mengalami reproduksi sel baik dalam perkembangan atau
pertumbuhan. Reproduksi sel dapat juga terjadi karena pembelahan sel. Begitu juga
dengan setiap pembelahan yang memiliki ciri masing masing pada setiap tahapan
yang mana bisa diamati masing masing. Sel mempunyai kemampuan untuk
memperbanyak diri dengan melakukan pembelahan. Pada tanaman, cara ini
digunakan dalam memperbanyak sel somatik untuk pertumbuhan dan pada sel
gamet untuk proses pewarisan sifat hingga akhirnya membantu individu baru. Ada
dua macam pembelahan sel tanaman, yaitu pembelahan mitosis dan meiosis. Salah
satunya adalah pembelahan meiosis (Sobir, 2015).
Stadium haploid dari siklus seksual dihasilkan dari proses pembelahan inti
yang disebut meiosis. Pembelahan meiosis merupakan pembelahan sel yang
menghasilkan empat sel anak yang mempunyai jumlah kromosom setengah (n), dari
kromosom sel induk (2n). Pembelahan meiosis terdiri dari dua proses, yaitu meiosis
I dan meiosis II dimana kedua pembelahan tersebut berbeda. Sebelum memasuki
meiosis I, terlebih dahulu terjadi interfase. Interfase meiosis sama dengan interfase
mitosis yaitu terjadi sintesis dan replikasi DNA serta pembentukan protein untuk
proses selanjutnya (Sobir, 2015).
Meiosis memegang peran penting dalam pembentukan sel gamet dalam
kelenjar kelamin (gonad), yang terjadi di testis pada hewan jantan, serta ovarium
pada hewan betina. Pada tumbuhan berbiji, meiosis terjadi pada kepala benang sari
dan kandungan lembaga. Pada tumbuhan lumut, meiosis terjadi disporogonium dan
di sporangium pada tumbuhan paku (Pratiwi, 2004).

1
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan praktikum meiosis untuk
mengetahui proses dan tahapan meiosis I dan juga meiosis II pada bunga Peregrina
(Jatropa integrrima).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut.
1. Mengamati fase pembelahan meiosis pada tanaman.
2. Mempelajari siklus sel.
3. Mempelajari struktur, bentuk kromosom, dan menghitung jumlah kromosom
pada suatu jenis tanaman.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Meiosis


Meiosis dikenal juga sebagai pembelahan reduksi. Meiosis adalah salah satu
proses pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel kelamin dari organisme yang
bereproduksi secara generatif atau seksual yang terdiri sekali duplikasi kromosom
yang diikuti dengan dua kali pembelahan hingga menghasilkan sel-sel yang
haploid. Umumnya pembelahan meiosis menghasilkan keturunan dengan jumlah
kromosom separuh dari jumlah kromosom induk Dalam meiosis terjadi dua kali,
yang pertama sel akan mengalami pengurangan jumlah (Meiosis I) dan sister
kromatid terpisah, proses ini identik dengan mitosis (Meiosis II) (Subowo, 2011).
Pembelahan meiosis terjadi pada proses pembentukan sel gamet (sel kelamin)
pada organ reproduksi (testis atau ovarium). Pada manusia atau hewan, sperma
yang haploid dihasilkan di dalam testis dan sel telur yang juga haploid dihasilkan
di dalam ovarium. Pada tumbuhan berbunga, sel gamet dihasilkan di dalam putik
dan benang sari. Pembentukan gamet jantan dan gamet betina terjadi melalui
tahapan gametogenesis (dibahas pada sub bab tersendiri). Penyatuan kedua gamet
akan menghasilkan zigot dengan variasi genetik. Ini disebabkan karena sel anakan
merupakan hasil penyatuan dua sel yang berbeda materi genetikanya. Perpaduan ini
menyebabkan adanya variasi genetik (Masri, 2014).
Meiosis berlangsung dalam dua tingkatan, yaitu meiosis I dan meiosis II. Proses
meiosis I terdiri dari profase I, metafase I, anafase I, dan telofase I. Profase I terdiri
dari 5 tahap, yaitu leptonema, zigonema, pakhinema, diplonema, dan diakinesis.
Profase I merupakan tahap yang mengandung proses rekombinasi materi genetik.
Metafase I adalah tahap penempatan kromosom-kromosom di bidang ekuatorial
dari sel. Anafase I adalah tahap berpisah dan bergeraknya kromosom homolog ke
kutub sel yang berlawanan. Telofase I adalah tahap terbentuknya dua sel anakan
yang masing-masing memiliki setengah jumlah kromosom sel semula. Dinding inti
langsung menghilang lagi dan terbentuk benang gelendong inti pada tiap kutub sel
anakan segera setelah telofase I. Kromosom-kromosom menempatkan diri di
bidang ekuatorial, sel mengalami metafase II. Anafase II, sentromer membelah dan

3
kromosom yang terdiri dari satu kromatid bergerak ke masing-masing kutub sel.
Meiosis II diakhiri dengan Telofase II, yaitu terbentuknya empat inti yang haploid
(Suryo, 2010).
Pembelahan meiosis lebih kompleks dibandingkan pembelahan mitosis, karena
terjadi dua kali siklus pembelahan. Pada meiosis terjadi perpasangan kromosom
homolog dan segregasi kromosom secara bebas. Pembelahan pertama dari meiosis
disebut pembelahan reduksi. Meiosis pertama mengubah inti dari suatu meiosit
yang mengandung kromosom diploid menjadi inti haploid yang mengandung
kromosom n. Jumlah kromosom direduksi saat pasangan kromosom homolog
terpisah. Pembelahan kedua disebut equation devision atau meiosis kedua. Miosis
kedua mengubah dua hasil dari pembelahan meiosis pertama menjadi 4 inti haploid
(Doq et al., 2015).

Gambar 1. Meiosis
(Sumber: https://agrotek.id/pengertian-meiosis-adalah/)

2.2 Pembelahan Sel


Kemampuan organisme untuk bereproduksi menghasilkan jenisnya sendiri
adalah salah satu ciri paling baik untuk membedakan makhluk hidup dengan materi
tak hidup. Pembelahan sel memainkan beberapa peran penting dalam kehidupan
organisme. Proses pembelahan sel merupakan bagian integral dari siklus sel (cell
cycle), kehidupan sel yang dimulai dari saat pertama kali ia terbentuk dari sel induk
membelah hingga pembelahannya menjadi dua sel. Meneruskan materi genetik
yang identik ke sel, merupakan fungsi krusial pembelahan sel (Starr, 2012).
Satuan kehidupan terkecil yang tidak dapat diperkecil lagi adalah sel. Sel untuk
pertama kali ditemukan lebih dari 300 tahun yang lalu, tidak lama setelah

4
mikroskop pertama dibuat. Umumnya sel itu sangat kecil dengan diameter jauh
lebih kecil 1 mm, sehingga tidak terlihat oleh mata telanjang. Pada sel yang paling
sederhana, yaitu bakteri sebuah dinding sel mengelilingi suatu membran (plasma)
sangat tipis dan mengandung asam lemak, yang mengelilingi permukaan daerah
dalam yang tidak berstruktur. Sifat terpenting sel adalah kemampuannya untuk
tumbuh dan membelah diri untuk menghasilkan molekul-molekul seluler baru dan
memperbanyak dirinya. Untuk menjalankan fungsi-fungsi ini, sel itu secara kimia
pasti bersifat secara canggih, memang sel yang paling sederhana sekalipun
mengandung hampir 1000 molekul yang berbeda. Jadi, pada hakikatnya sel
merupakan pabrik kecil yang tumbuh dengan memasukkan unsur-unsur
pembangun, berupa molekul molekul sederhana seperti glukosa, dan
karbondioksida dan dengan car tertentu mengubahnya menjadi berbagai molekul
yang mengandung karbon, yang dibutuhkan untuk berfungsinya sel-sel (Watson,
2000).
Kromosom dapat mengalami perubahan susunan atau jumlah bahan genetik,
yang mengakibatkan adanya perubahan fenotipe, perubahan gen-gen yang
berangkai, dan perubahan nisbah yang diharapkan dalam keturunan. Peristiwa
perubahan struktur kromosom ini dinamakan aberasi kromosom. Pada umumnya
kromosom dapat putus atau patah akibat radiasi, tekanan fisik, atau bahan kimia.
Kromosom putus dapat terjadi baik pada tingkat kromatid maupun pada tingkat
kromosom. Jika kromosom putus sebelum replikasi DNA, selama fase S siklus sel
potongan kromosom akan mereplika sendiri. Pada kejadian ini yaitu putus tingkat
kromosom akan meliputi kedua sistem kromatid pada titik yang sama (Henuhili,
2003).
Pembelahan sel merupakan proses integrasi dari dua pembelahan yaitu
pembelahan inti atau kariokinesis dan pembelahan sitoplasma atau sitokinesis.
Mitosis terjadi pada sel-sel somatik, yang akan menghasilkan dua sel anak yang
memiliki jumlah kromosom sama dengan induknya. Proses mitosis dibagi dalam
empat tahap stadium, secara berturut-turut yaitu profase, metaphase, anafase, dan
telofase. Benang-benang gelendong lenyap dan membran inti terbentuk kembali.
Plasma sel terbagi menjadi dua bagian. Terbentuk dinding pemisah di tengah-
tengah sel (Suratsih, 2000).

5
2.3 Tahap Pembelahan Meiosis
Tiap gamet membawa jumlah DNA dan kromosom yang haploid. Selain itu
terjadi pula rekombinasi gen sehingga terjadi variasi dan perbedaan kelompok gen.
Proses ini memiliki 2 tahap: meiosis I dan meiosis II. Pada meiosis I (reductional
division), terjadi: pasangan kromosom yang homolog berderet, anggota tiap
pasangan berpisah dan menuju ke kutub yang berlawanan, sel membelah namun
tiap anak sel hanya menerima setengah dari jumlah kromosom (haploid).
Sedangkan pada meiosis II (equatorial division), 2 kromatid dari masing-masing
kromosom berpisah seperti pada mitosis kemudian diikuti migrasi kromatid ke
kutub yang berlawanan dan pembentukan 2 sel anak. Peristiwa ini menghasilkan 4
sel anak (gamet) dengan jumlah kromosom dan DNA yang haploid (Gartner et al.,
2007).
Awal meiosis terjadi setelah interphase. Dalam gametogenesis, sewaktu sel-sel
germinal berada pada fase S, jumlah DNA dan kromosom adalah 4n. Prophase I
memerlukan waktu yang panjang dan terbagi menjadi 5 tahap, yaitu: leptotene,
zygotene, pachytene, diplotene dan diakinesis. Pada leptotene, kromosom yang
terdiri atas 2 kromatid yang bergabung di centromere, mulai berkondensasi,
membentuk rantai yang panjang dalam nukleus. Pada zygotene, pasangan-pasangan
kromosom yang homolog saling mendekati dan berada dalam 1 deret dan bersinaps
melalui synaptonemal complex, membentuk tetrad. Ketika kromosom melanjutkan
diri berkondensasi dan menebal serta memendek, ini merupakan tahap pachytene.
Terbentuk pula chiasmata (tempat terjadinya crossing over) sebagai pertukaran
materi genetik antara kromosom-kromosom yang homolog. Dalam tahap diplotene,
kromosom terus berkondensasi dan mulai memisah, menampakkan chiasmata. Pada
tahap diakinesis, kromosom berkondensasi maksimal dan nukleolus menghilang,
demikian pula dengan membran nukleus sehingga kromosom berada bebas dalam
sitoplasma (Gartner et al., 2007).
Pada pembelahan meiosis yaitu sebelum pada fase metafase yaitu fase interfase
yang terdiri dari Gap-1 (G1), sintesis DNA (S), dan Gap-2 (G2). Fase G1 : Sel hasil
pembelahan memasuki pertumbuhan sel baru dan terus menerus melakukan
pembelahan organel. Pada Fase S : Dalam sel terjadi proses replikasi DNA sebagai

6
materi genetik yang akan diturunkan. Pada fase G2 : Sel tumbuh membesar dan
menyiapkan segala keperluan untuk pembelahan sel (Purnama et al, 2017).
Tanda dimulainya metaphase I ialah bahwa masing-masing pasangan
kromosom yang homolog, terdiri dari 2 kromatid yang berderet pada bidang
ekuatorial. Selama fase ini, kromosom yang homolog berderet berpasangan pada
bidang ekuatorial secara acak, dan spindle fibers kemudian melekat pada
kinetochore (Gartner et al., 2007).
Sementara dalam anaphase I terjadi migrasi kromosom menuju ke kutub yang
berlawanan. Di sini, kromosom masih mengandung 2 kromatid. Sedangkan
telophase I seperti telophase pada mitosis. Pada fase ini, kromosom telah mencapai
kutub yang berlawanan, nukleus terbentuk kembali dan terjadi sitokinesis sehingga
terbentuk 2 sel anak. Tiap sel berjumlah 23 kromosom namun karena masing-
masing kromosom memiliki 2 kromatid, maka isi DNA masih diploid. Setelah itu
setiap anak sel yang baru terbentuk akan memasuki meiosis II (Gartner et al., 2007).
Dalam meiosis II, equatorial division tidak terjadi sebelum fase S dan sangat
serupa dengan mitosis serta terbagi menjadi prophase II, metaphase II, anaphase II,
telophase II dan sitokinesis. Kromosom berderet pada bidang ekuator, kinetochore
melekat pada spindle fibers yang kemudian diikuti dengan migrasi kromatid ke
kutub yang berlawanan dan cytokinesis akan membagi setiap sel sehingga
terbentuklah 4 anak sel yang memiliki jumlah kromosom dan DNA yang haploid.
Kadang-kadang terjadi kelainan jumlah kromosom akibat non disjunction pada
meiosis I, seperti misalnya pada klinefelter syndrome, down syndrome, turner
syndrome dan sebagainya (Gartner et al., 2007).

Gambar 2. Tahap Pembelahan Meiosis


(Sumber: Rachmawati et al., 2009)

7
2.4 Tinjauan Umum Kromosom Tanaman
Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA dimana
informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma
yang berarti warna dan soma yang berarti badan. Kromosom terdiri atas dua bagian,
yaitu sentromer / kinekthor yang merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan
lengan kromosom yang mengandung kromonema dan gen berjumlah dua buah
(sepasang) (Bisri, 2014).
Kromosom merupakan alat transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang
sebagian besar bersegregasi menurut hukum Mendel, sedangkan kromosom adalah
susunan beraturan yang mengandung DNA yang berbentuk seperti rantai panjang.
Setiap kromosom dalam genom biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lainnya
oleh beberapa kriteria, termasuk panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur
yang disebut sentromer yang memberi kromosom dalam dua tangan yang
panjangnya berbeda-beda, kehadiran dan posisi bidang (area) yang membesar yang
disebut knot (tombol) atau kromomer. Selain itu, adanya perpanjangan arus pada
terminal dan material kromatin yang disebut satelit, dan sebagainya (Jusuf, 2001).
Kromosom memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu
makhluk hidup, karena kromosom merupakan alat pengangkutan bagi gen – gen
yang akan dipindahkan dari suatu sel induk ke sel anakannya, dari generasi yang
satu ke generasi yang lainnya. Pengamatan terhadap perilaku kromosom sama
pentingnya dengan mempelajari struktur kromosom (Bisri, 2014).
Tumbuhan pada masa awal perkembangan mengalami pertumbuhan sangat
banyak, tumbuhan mengalami pembelahan sel secara tidak langsung yang disebut
juga dengan mitosis. Mitosis adalah pembelahan duplikasi dimana sel
memproduksi dirinya sendiri dengan jumlah kromosom sel induk. Mitosis
mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti dari sel
somatis secara berturut turut. Peristiwa ini terjadi bersama-sama dengan
pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di luar inti sel dan memiliki peran penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan hampir semua organisme. Mitosis memiliki
beberapa tahapan meliputi profase metafase, anafase, dan telofase. Terjadi pada
ujung akar, yang mengalami pembelahan awal, mitosis terjadi dalam sel somatik
yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang hidup terutama yang sedang tumbuh

8
(ujung akar dan ujung batang), mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30
menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar
dan terus menerus (Tofan, 2010).

Gambar 3. Kromosom Tanaman


(Sumber: Effendi, 2020)

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Simulasi “Mitosis” ini dilaksanakan pada hari Senin, 14 November
2022 pukul 09.10-10.50 WIB di Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop
binocular, deglass, object glass, tusuk gigi, pinset, silet dan bunsen, cawan
petridish. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah serbuk sari bunga
Peregrina (Jatropa integrrima), larutan fiksatif carnoy, alkohol 70% dan zat
pewarna (arceto orceolin atau aceto carmine) dan larutan farmer (1 bagian asam
asetat glacial + 3 bagian alkohol absolut).

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Dipisahkan kepala sari (anther) dari kelopak bunga, kemudian dimasukkan
dalam gelas arloji (cawan petri) yang diberikan larutan farmer dan dibiarkan
selama 10-15 menit.
2. Anther yang telah direndam kemudian dipindahkan pada kaca preparat
kemudian diteteskan aceto orcein 2% dan dibiarkan selama 10-15 menit.
3. Setelah itu, sampel di squash/tekan dengan perlahan, anther sampai serbuk sari
terpisah dari anther dan hanya menyisakan serbuk sari, pindahkan ke preparat.
Ditutup dengan kaca penutup.
4. Kaca objek/preparat dilewatkan di atas api bunsen sebanyak 2-3 kali agar
penyerapan warna lebih maksimal. (Jangan sampai kering).
5. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan semua perbesaran (4, 10, 40,
100x) dan jika didapat penyebaran kromosom yang baik maka
dilakukan pemotretan.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan meisosis bunga Peregrina (Jatropa integrrima)
No. Perbesaran Gambar Keterangan
1.

Perbesaran lensa
4x/0,10

2.

Perbesaran lensa
10x/0,22

3. • Tahap Interfase
• Preparat: sel induk
Perbesaran lensa
Peregrina (Jatropa
40x/0,65
integrrima)

4.
• Tahap Interfase
• Preparat: Sel induk
Perbesaran
Peregrina (Jatropa
lensa100x/1,25
integrrima)

11
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang pembelahan Mitosis dan Meiosis.
Sel merupakan unit terkecil makhluk hidup. Sel dapat berkembang dengan cara
melakukan pembelahan. Di dalam sel telah ditemukan seluruh ciri kehidupan, salah
satunya adalah ciri reproduksi atau perkembangbiakan. Menurut Falahudin (2014),
Pembelahan sel merupakan proses yang berkaitan dengan pertumbuhan,
perkembangan, perbaikan sel yang rusak dan perkembangbiakan. Pembelahan yang
dilakukan oleh sel dapat berupa meiosis. Sel yang dapat melakukan pembelahan
adalah sel aktif seperti meiosis yaitu pembelahan sel yang terjadi pada sel gamet.
Pada pengamatan yang dilakukan yaitu mengenai meiosis. Meiosis merupakan
pembelahan sel termodifikasi pada organisme yang bereproduksi secara seksual,
pembelahannya terjadi dua kali namun hanya satu kali replikasi DNA dan pada
meiosis yaitu pembelahan yang menghasilkan empat sel anakan. Menurut Subowo
(2011) Meiosis adalah salah satu proses pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel
kelamin dari organisme yang bereproduksi secara generatif atau seksual yang terdiri
sekali duplikasi kromosom yang diikuti dengan dua kali pembelahan hingga
menghasilkan sel-sel yang haploid. Umumnya pembelahan meiosis menghasilkan
keturunan dengan jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom induk Dalam
meiosis terjadi dua kali, yang pertama sel akan mengalami pengurangan jumlah
(Meiosis I) dan sister kromatid terpisah, proses ini identik dengan mitosis (Meiosis
II). Pada meiosis terjadi perpasangan kromosom homolog dan segregasi kromosom
secara bebas. Pembelahan pertama dari meiosis disebut pembelahan reduksi.
Meiosis pertama mengubah inti dari suatu meiosit yang mengandung kromosom
diploid menjadi inti haploid yang mengandung kromosom n. Menurut Masri (2014)
Pembelahan meiosis terjadi pada proses pembentukan sel gamet (sel kelamin) pada
organ reproduksi (testis atau ovarium). Pada manusia atau hewan, sperma yang
haploid dihasilkan di dalam testis dan sel telur yang juga haploid dihasilkan di
dalam ovarium. Pada tumbuhan berbunga, sel gamet dihasilkan di dalam putik dan
benang sari. Pembentukan gamet jantan dan gamet betina terjadi melalui tahapan
gametogenesis (dibahas pada sub bab tersendiri). Penyatuan kedua gamet akan
menghasilkan zigot dengan variasi genetik. Ini disebabkan karena sel anakan
merupakan hasil penyatuan dua sel yang berbeda materi genetikanya.

12
Meiosis yaitu pembelahan sel secara tidak langsung, yaitu melalui tahapan-
tahapan tertentu, dan ditandai dengan penampakan yang berbeda-beda dari
kromosom yang dikandungnya. Menurut Rachmawati et al. (2009) Pada saat
pembelahan sel, kromosom mudah diamati di bawah mikroskop, karena benang-
benang kromatin menebal dan memendek serta mudah menyerap warna. Sebelum
sel membelah, sel melakukan persiapan, seperti pembelahan organel-organel sel,
setelah pembelahan sel selesai, terjadi proses pertumbuhan atau pertambahan sel.
Berdasarkan hasil pengamatan meiosis didapatkan pada pembesaran 4x dan 10
x, belum terlihat tahapan pembelahan meiosis. Hal tersebut dapat diakibatkan
karena keadaan pembesaran yang terlalu jauh dan terlihat sangat kecil maka
mengakibatkan belum terlihatnya tahap pembelahan meiosis sedikit pun. Hal ini
diperkuat oleh Tampung et al, (2012) Pembesaran yang dapat dicapai suatu
mikroskop majemuk adalah kerja dua sistem lensa, lensa obyektif yang terdekat
dengan obyek yang diamati dan lensa okuler yang terletak pada ujung atas
mikroskop, terdekat dengan mata, dimana semakin kecil pembesaran maka akan
semakin jauh tidak terlihat. Selain itu, faktor yang dapat mempengaruhi dapat
terjadi karena human error atau kesalahan praktikan sendiri, hal itu dapat
memungkinkan terjadi, ada yang terjadi karena kesalahan pada saat pengamatan
atau pada saat terlalu banyaknya pemberian cairan pada sampel. Hal lain yang dapat
mempengaruhi tidak terlihatnya pembelahan sel meiosis dapat terjadi karena waktu
pengamatan dan waktu perendaman yang singkat sehingga memungkinkan dapat
terjadinya sampel yang digunakan tidak terlihat jelas dengan menggunakan
mikroskop.
Berdasarkan hasil pada pembesaran lensa 40x didapatkan hasil bahwa pada
bunga Peregrina (Jatropa integrrima) mengalami tahap pembelahan awal yaitu
interfase. Dilihat dari hasil pengamatan bahwa dilihat dari ciri interfase yaitu
terlihat selaput nukleus masih membatasi nukleus, kromosom belum terkondensasi.
Lebih jelas, sel yang sedang berada pada tahap interfase memiliki satu atau dua
nukleolus. Dalam tahap interfase ini terlihat bahwa sel dalam keadaan aktif
melakukan metabolisme, termasuk mempersiapkan diri sebelum pembelahan. Pada
tahap ini juga interfase terjadi sebelum fase di dalam sel terdapat membran yang
membungkus inti sel. Kromosom tidak tampak karena kromosom dalam bentuk

13
utas molekul DNA yang halus dan tidak menggulung sehingga tidak dapat dilihat
di bawah mikroskop cahaya. Waktu replikasi terjadi saat fase interfase. Konsep
klasik bahwa pada fase interfase adalah fase istirahat. Padahal justru pada fase ini
terjadi aktivitas yang tinggi yakni mengumpulkan energi untuk persiapan
pembelahan, replikasi maupun transkripsi translasi. Hal ini diperkuat oleh
Nusantari (2014) Pada fase interfase adalah fase istirahat, sehingga di fase ini tidak
terjadi proses yang penting seperti pada kalimat berikut. “Tahap interfase sel
mengumpulkan materi dan energi untuk mitosis, inti sel tumbuh membesar,
kromosom tidak tampak tetapi tampak kromatin sebagai granula. interfase tidak
termasuk fase mitosis”. Konsep yang lebih tepat adalah “Tahap interfase, sel
mengumpulkan materi dan energi serta terjadi replikasi DNA untuk mempersiapkan
pembelahan berikutnya”. Pada organisme eukariot, 90% proses di dalam siklus sel
merupakan tahap interfase dan 10% berupa tahap meiosis. Pada bahasan Mendel
tidak dijelaskan lebih lanjut bahwa Hukum Mendel terjadi saat pembelahan Meiosis
I pada fase metaphase I dan Anafase I. Konsep replikasi dihubungkan dengan
pembelahan sel baik mitosis maupun meiosis namun masih menginformasikan
waktu replikasi yang masih salah, dan tidak ada penekanan kenapa replikasi
dilakukan sebelum pembelahan sel. Konsep DNA seharusnya dihubungkan dengan
konsep gen dan kromosom.
Pada hasil pengamatan yang dilakukan bahwa pada tahap interfase berlangsung
lebih lama untuk masuk pada tahap pembelahan sel meiosis. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan interfase merupakan fase istirahat sel yang memerlukan waktu paling
banyak dari keseluruhan waktu berlangsungnya siklus sel, sedangkan meiosis lebih
membutuhkan waktu yang singkat. Hal tersebut karena interfase pada meiosis
memiliki tahapan-tahapan yang cukup panjang sebelum masuk pada tahap
pembelahan profase I sampai dihasilkan 2 sel anakan, sehingga interfase
berlangsung lebih lama, tahap interfase ini terbagi atas 3 tahap yaitu tahap Gap-1
(G1), sintesis DNA (S) dan Gap-2 (G2). Menurut Purnama et al. (2017) fase
interfase yang terdiri dari Gap-1 (G1), sintesis DNA (S), dan Gap-2 (G2). Fase G1
: Sel hasil pembelahan memasuki pertumbuhan sel baru dan terus menerus
melakukan pembelahan organel. Pada Fase S : Dalam sel terjadi proses replikasi

14
DNA sebagai materi genetik yang akan diturunkan. Kemudian pada fase G2 : Sel
tumbuh membesar dan menyiapkan segala keperluan untuk pembelahan sel.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Peregrina (Jatropa integrrima) didapatkan
hasil yaitu masih pada tahap interfase. Hal itu terjadi seperti yang sudah dijelaskan
di sebelumnya tahap interfase pada meiosis berlangsung cukup lama karena tahap
interfase melalui tahapan-tahapan yang cukup panjang dan hampir membutuhkan
waktu berjam-jam untuk melihat tahapan selanjutnya. Tahap yang dilalui ini
merupakan tahapan yang dilakukan pada tahap interfase, yaitu sel mengumpulkan
materi dan energi serta terjadi replikasi DNA untuk mempersiapkan pembelahan
berikutnya. Jika dilihat pada mikroskop, tahap interfase seperti tahap istirahat sel
karena sel tidak memperlihatkan aktivitas pembelahan. “Fase G1, S, dan G2
dinamakan tahap istirahat (interfase) karena sel tidak memperlihatkan aktivitas
pembelahan”. Hal ini sejalan dengan Suharsono et al. (2017), Pada fase G1 sel aktif
mentranskripsi (sintesis RNA) dan menyintesis protein (translasi) yang bertujuan
untuk membuat bahan protoplasma untuk anakannya kelak. Lebih jelas, m “Fase
G1 berlangsung selama 3 – 4 jam”. Setelah bahan yang dihasilkan pada fase G1
telah cukup untuk persiapan pembelahan, maka sel akan memasuki tahap
selanjutnya yang dinamakan dengan tahap sintesis (S). Masuk pada fase S sel aktif
menyintesis DNA (replikasi) sehingga tiap kromatin terbentuk DNA double helix,
sintesis DNA selanjutnya akan diikuti dengan menggandanya protein histon yang
berikatan dengan DNA. Fase S pada sel berlangsung selama 7 – 8 jam. Selanjutnya,
pada fase G2 segala komponen sel termasuk kromatin akan menggandakan diri
walaupun setiap kromatin masih berada pada satu sentromer. Protein tubulin akan
berubah menjadi mikrotubul yang nantinya berfungsi dalam penarikan kromosom
ke arah kutub yang berlawanan. Pada akhir fase G2, terdapat G2 check point berupa
pemeriksaan replikasi DNA. Jika terjadi kerusakan DNA, maka akan dilakukan
perbaikan terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya, yakni mitosis
“Fase G2 berlangsung selama 2–5 jam.
Selama ketiga fase di interfase ini, sel mengalami pertumbuhan dengan cara
menghasilkan protein dan organel. Namun, kromosom diduplikasi pada saat fase S.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saat interfase sel sibuk dengan segala
persiapan untuk mengadakan pembelahan. Hasil yang diperoleh pada subfase, inti

15
sel memiliki satu atau lebih nukleolus (membran inti sel). Di luar inti terdapat dua
sentrosom yang terbentuk oleh replikasi sentrosom pada tahap sebelumnya.
Sentrosom mengalami perpanjangan menyebar secara radial yang disebut aster
(bintang). Pada sentrosom terdapat sepasang sentriol yang berfungsi menentukan
orientasi pembelahan sel. Walaupun kromosom telah diduplikasi pada fase S,
namun pada fase G2, kromosom belum dapat dibedakan secara individual karena
masih berupa benang-benang kromatin. Siklus ini memiliki mekanisme kontrol
pada checkpoint, yaitu pada restriction point (fase G1/S), fase G2/M dan M untuk
memperbaiki kerusakan DNA. Kerusakan DNA yang terjadi akan dikenali oleh
ATM dan ATR yang kemudian akan mengaktivasi target protein. Respons target
protein ini dapat berupa apoptosis, memperbaiki DNA, dan menahan siklus pada
tempat checkpoint. Gerakan menuju tempat checkpoint diatur oleh cyclin dan
CDKs. Ikatan cyclin dan CDKs ini dapat di inhibisi oleh CDK inhibitor (CKI) yang
dapat dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu: INK4 dan CIP/KIP family. Akibatnya siklus
sel tidak dapat berlanjut.
Hasil akhir yang didapatkan hanya pada fase awal interfase saja, interfase
bukan hanya pada meiosis saja tapi bisa juga masuk ke dalam pembelahan mitosis.
Pada pengamatan ini tidak didapatkan proses pembelahan meiosis karena
pembelahan ini membutuhkan waktu dan proses yang cukup panjang karena
pembelahan meiosis ini memiliki tahapan meiosis I dan meiosis II.

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa Meiosis adalah salah
satu proses pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel kelamin dari organisme yang
bereproduksi secara generatif atau seksual yang terdiri sekali duplikasi kromosom
yang diikuti dengan dua kali pembelahan hingga menghasilkan sel-sel yang
haploid. Meiosis berlangsung dalam dua tingkatan, yaitu pada meiosis I dan meiosis
II. Proses meiosis I terdiri dari profase I, metafase I, anafase I, dan telofase I. dan
pada meiosis II yaitu profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II.
Hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa didapatkan hasil
pada tahap interfase. Dimana interfase yaitu tahap persiapan untuk pembelahan sel
pada meiosis yang dalam prosesnya melalui prosesnya dalam waktu yang lama
yaitu tahap Gap-1 (G1) yang membutuhkan waktu 3 – 4 jam, sintesis DNA (S)
waktu 7-8 jam dan tahap Gap-2 (G2) beberapa tahap Karena tahapan meiosis yang
begitu panjang jadi sangat membutuhkan waktu yang cukup panjang 2–5 jam. Pada
tahap interfase sel mengalami berbagai hal persiapan di antaranya replikasi DNA,
transkripsi, translasi, dan duplikasi kromosom. Persiapan tersebut dimaksudkan
agar sel anakan yang dihasilkan memiliki materi genetik yang utuh dan identik
dengan induknya.

5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah praktikan diharapkan lebih kondusif saat
praktikum berlangsung agar semua praktikan dapat memperhatikan berjalannya
praktikum dengan baik. Baiknya praktikum ini dilakukan dengan waktu yang cukup
sampai pada pembelahan akhir, atau bisa didiamkan beberapa jam sebelum diamati.
Praktikan juga harus lebih teliti dan serius dalam pelaksanaan praktikum agar
praktikum berjalan dengan lancar dan tidak terjadi kesalahan dalam praktikum
karena di rasa praktikum meiosis ini sangat sulit untuk diamati sehingga teliti.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bisri, Chasan. 2014. Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Sebagai Pewarnaan Alternatif Alami Preparat Section Tanaman Bawang
Merah (Allium ascalonicum). Jurnal Hortikultura. Vol. 2(1): 78-88.
Doq, N., dan Desi, N. A. 2015. Pembelahan Sel. Jurnal Genetika Dasar. Vol. 5(3):
67-77.
Effendi, Y. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Magelang: Penerbit Pustaka Rumah
Cinta.
Falahudin, I. 2014. Panduan Praktikum Biologi Umum. Palembang: Refa Press.
Gartner, L. P and Hiatt, J. 2007. Color textbook of histology third edition.
Philadelphia: Elseivier Saunder.
Henuhili, V. 2003. Genetika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press.
Jusuf M. 2001. Genetika I Struktur dan Ekspresi Gen. Jakarta: CV Sagung Seto.

Masri, M. 2014. Dasar Dasar Reproduksi dan Embriologi Manusia. Makassar:


Alauddin University Press.
Nusantari, E. 2014. Jenis Miskonsepsi Genetika yang Ditemukan pada Buku Ajar
di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Sains. Vol. 1(1): 52-64.
Pratiwi, D. A. 2004. Penuntun Biologi. Jakarta: Erlangga.
Purnama, I.C.G., Chaireni M., Niken K., dan Darmawan S. 2017. Analisis Sitologi
Jeruk Siam Madu (Citrus nobilis L.) Hasil Kultur Endosperma. Jurnal
Produksi Tanaman. Vol. 5(5):847-850.
Rachmawati, F., Nurul, U dan Ari, W. 2009. Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Sobir,. 2015. Genetika Tanaman. Bogor: IPB Press.
Starr. 2012. Biologi. Jakarta: Salemba Teknika.
Subowo. 2011. Biologi Sel. Jakarta: Sagung Seto
Suharsono dan Popo, M. K. (2017). Buku Ajar Biologi Umum. Tasikmalaya: FKIP
Universitas Siliwangi Press.
Suratsih. 2000. Petunjuk Praktikum genetika. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta Press.
Suryo. 2010. Genetika manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

18
Tampung, A. R., Anggi, K. W. Dan Eduardus, D. S. P. 2012. Laporan Praktikum
Biologi. Malang: Universitas Katolik Widya Karya Press.
Tofan, Randy. 2010. Analisis Metode Pewarnaan Kromosom Tanaman Jati
(Tectona Grandis L.F.). Bogor: IPB Press.
Watson, J. 2000. DNA Rekombinan Suatu Pelajarn Singkat. Jakarta: Erlangga.

19
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3.


Alat dan Bahan Pengambilan Polen Pemisahan Polen ke
Bunga dalam Cawan Petridish

Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6.


Diteteskan Larutan Perendaman Polen Perendaman Polen
Farmer pada Polen dengan Larutan Farmer Selama 10 Menit

Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9.


Pemindahan ke Kaca Diteteskan Larutan Perendaman Polen
Preparat Aceto Orcein ke Polen Selama 10 Menit
Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 11.
Pembakaran Preparat Pengamatan Proses Hasil Perbesaran Lensa
dengan Bunsen Pembelahan Meiosis 4x/0,10

Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14.


Hasil Perbesaran Lensa Hasil Perbesaran Lensa Hasil Perbesaran Lensa
10x/0,22 40x/0,65 100x/1,25

Anda mungkin juga menyukai