Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KLIMATOLOGI PERTANIAN
“PENGAMATAN AWAN”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah KlimatologiPertanian

Disusun oleh:
Nama : Resti Aniati Fitria
NIM : 4442190120
Kelas : 4D Agroekoteknologi

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas menyusun
laporan Klimatologi Pertanian yang diberi judul “Pengamatan Awan” yang
dilaksanakan di Pakupatan, Serang-Banten
Dalam penyusunan laporan ini, saya mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikanya laporan
praktikum ini. Adapun beberapa pihak tersebut anatara lain, Ibu Sri Ritawati,
S.TP.,M.Sc. dan Bapak Nur Iman Muztahidin selaku dosen pengampu mata kuliah
Klimatologi Pertanian dan semua pihak yang telah memberikan dukingan dalam
penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam membuat laporan ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan yang harus diperbaiki. Untuk itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Penyusun menaruh harapan besar terhadap kerjasama ini untuk memberikan hasil
bagi terciptanya generasi muda yang cendikia dan pembaru. Akhir kata semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Serang, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Tujuan .....................................................................................................1
1.3 Manfaat ....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1. Awan .......................................................................................................2
2.2. Penggolongan awan .................................................................................3
2.3. Distribusi Awan .......................................................................................6
2.4. Suhu Udara ..............................................................................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM ......................................................................7
3.1. Alat Dan Bahan ......................................................................................7
3.2. Cara Kerja ...............................................................................................7
3.3. Analisis Data ...........................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................8
4.1 Hasil .........................................................................................................8
4.2 Pembahasan ..............................................................................................9
BAB V PENUTUP ................................................................................................11
5.1 Simpulan ................................................................................................11
5.2 Saran .......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Pengamatan Awan ......................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah tertentu dalam periode
yang cukup lama (sekitar 25 sampai 30 tahun secara berturut-turut). Sebagai faktor
abiotik tanaman, iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan. Unsur-unsur iklim
antara lain meliputi cuaca, radiasi matahari, suhu, tekanan udara, curah hujan,
angin dan kelembaban udara.
Awan adalah kumpulan titik-titik air dan atau es yang melayang-layang di
atmosfer sebagai hasil proses kondensasi yang terdapat pada ketinggian tertentu
yang disebabkan karena naiknya udara secara vertikal karena proses pendinginan
udara secara adiabatik di atmosfer. Awan bersifat mengabsorsi dan merefleksikan
radisi surya dan radiasi dari bumi dapat memanaskan atau mendinginkan suhu
udara. Bentuk awan dengan karateristiknya juga mencerminkan potensi hujan
disuatu daerah dipermukaan bumi (Lakitan, 2002).
Berdasarkan hal tersebut melatarbelakangi diketahui bahwa pengamatn awan
sangat penting. Termasuk dalam bidang pertanian pengamatan ini sangat
diperlukan untuk menunjang keberhasilannya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah
1. Mengenal jenis awan.
2. Memperkirakan penutupan awan dalam skala Okta.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah
1. Dapat mengenal jenis awan
2. Dapat memperkirakan penutupan awan dalam skala Okta.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Awan
Awan merupakan kumpulan titik-titik air atau kristal-kristal es yang
melayang-layang di udara. Terbentuknya awan akibat adanya kondensasi, yaitu
perubahan wujud air dari uap air menjadi titik air. Kondensasi berupa Kristal-kristal
garam. Kristal tersebut berasal dari deburan ombak pantai, debu, asap pabrik dan
kendaraan bermotor (Lakitan, 2002).
Menurut Tjasyono (2007), awan merupakan benda langit berwarna putih dan
juga hitam yang sering dikaitkan dengan kemunculan hujan. Awan sendiri pada
dasarnya merupakan kumpulan dari Kristal Kristal beku atau tetesan air yang
berkumpul menjadi satu pada atmosfer bumi. Awan yang berada pada langit dan
atmosfer bumi tidak terbentuk begitu saja. Terdapat proses panjang yang
membentuk awan, yang sering kita kenal dengan siklus air. Awan terbentuk sebagai
hasil pendinginan (kondensasi atau sublimasi) dari massa udara basah yang sedang
bergerak ke atas.
Awan terbentuk karena adanya proses perubahan uap air di udara menjadi
titik-titik air. Proses tersebut dipengaruhi oleh suhu udara. Apabila udara panas,
lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menguap. Udara
panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan
suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-
molekul titik air yang tak terhingga banyaknya. Apabila awan telah terbentuk, titik
air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin
berat, dan perlahan-lahan daya tarikan bumi menariknya ke bawah. Hinggalah
sampai satu peringkat titik-titik itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.
Namun jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap
dan lenyaplah awan itu. Inilah yang menyebabkan awan itu selalu berubah-ubah
bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan
mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak
membawa hujan (Wahyuningsih, 2004)

2
2.2 Penggolongan Awan
Berdasarkan ketinggiannya, awan dibagi menjadi empat bagian yaitu :
1. AwanTinggi
• Cirrus (Ci), merupakan awan yang terlihat halus dan lembut seperti bulu,
berwarna putih. Awan ini juga sering tersusun seperti pita yang melengkung di
langit, sehingga seakan-akan tampak bertemu pada satu atau dua titik horizon
(Karin, 2005). Awan ini tidak menimbulkan hujan. Ketinggian umumnya lebih
dari 5.000 meter. Terdiri dari kristal es, suhu sangat dingin, walaupun pada
musim panas atau kering (Lakitan, 2002).
• Cirrostratus (Cs), merupakan awan dengan gugusan kristal es, menyebar
dan menutupi sebagian atau seluruh langit. Menyerupai selaput tipis tembus
cahaya. Bentuknya seperti kelembu putih yang halus dan rata menutup seluruh
langit sehingga tampak cerah, bisa juga terlihat seperti anyaman yang
bentuknya tidak teratur. Sering terbentuk cincin atau halo di sekeliling matahari
atau bulan. Kadang-kadang terjadi hujan yang tidak sampai ke permukaan
bumi (virga), seolah-olah cerah di permukaan (Karin, 2005). Pada siang hari
kalau langit diliputi awan cirro stratus, maka langit nampak putih silau (Nasir,
1990).
• Cirrocumulus (Cc), merupakan awan yang mengandung butiran air super
dingin, bercampur dengan kristal es sehingga bentuknya seperti sekelompok
domba dan sering menimbulkan bayangan. Butiran air cepat membeku. Awan
ini berumur sangat singkat, cepat berubah menjadi cirrostratus. Mengandung
hujan yang tidak sampai ke permukaan bumi (virga), bercampur salju (Lakitan,
2002). Umumnya awan ini tersusun dalam kelompok, garis/riak yang
dihasilkan dari getaran lembaran awan. Ini disebabkan karena awan cirro
cumulus itu terletak jauh dari mata penilik (Wahyuningsih, 2004).
2. AwanSedang
• Altocumulus (Ac) merupakan puncak awan putih bergulung, dengan dasar
awan lebih gelap dan umumnya melebar. Seperti pecahan atau halus, ketebalan
beragam. Menggambarkan udara cerah, namun bisa berkembang menjadi awan
hujan lainnya, bahkan nimbostratus (Wahyuningsih, 2004). Tiap-Tiap elemen
nampak jelas tersisih antara satu sama lain dengan warna keputihan dan kelabu

3
yang membedakannya dengan Sirokumulus. Lapisan awan lenticularis dapat
terbentuk di atas pegunungan, atau angin kencang pada siang hari, massa udara
stabil dan kering (Lakitan, 2002).
• Altocumulus (Ac) merupakan puncak awan putih bergulung, dengan dasar
awan lebih gelap dan umumnya melebar. Seperti pecahan atau halus, ketebalan
beragam. Menggambarkan udara cerah, namun bisa berkembang menjadi awan
hujan lainnya, bahkan cumulonimbus. Tiap-Tiap elemen nampak jelas tersisih
antara satu sama lain dengan warna keputihan dan kelabu yang
membedakannya dengan Sirokumulus. Lapisan awan lenticularis dapat
terbentuk di atas pegunungan, atau angin kencang pada siang hari, massa udara
stabil dan kering (Handoko, 1995). Awan sedang terletak di ketinggian 2-8 km,
pada kawasan iklim sedang terletak di ketinggian 2-7 km, sedangkan pada
kawasan kutub terletak di ketinggian 2-4 km (Karin, 2005).
3. AwanRendah
• Stratocumulus, merupakan awan rendah yang umumnya bergerak lebih
cepat dari cumulus. Cenderung lebih mengembang ke arah horisontal daripada
arah vertical, berbentuk seperti bola-bola yang sering menutupi daerah seluruh
langit, sehingga tampak seperti gelombang. Dasar awan umumnya lebih gelap
daripada puncak awan, namun ciri-cirinya dapat lebih beragam. Dapat
berwarna kelabu/putih yang terjadi pada petang dan senja apabila atmosfer
stabil.Dapat terlihat seperti lembaran rendah yang lebar atau berbentuk rekahan
dimana cahaya matahari terlihat melalui rekahan tersebut. Lapisan awan ini
tipis dan tidak menghasilkan hujan (Handoko, 1995). Awan strato
cumulus nampak berwarna abu-abu dan bentuk tiga dimensi sudah nampak.
Massa globular besar atau massa awan bergulung-gulung lembut berwarna
abu-abu. Pada umumnya tersusun dalam satu pola yang tetap (Karin, 2005).
• Stratus, merupakan awan terpecah-pecah dan tipis, dapat berbentuk
lembaran atau lapisan, tidak tumbuh vertikal. Berkembang pada kondisi
dimana aliran angin mengakibatkan udara terkondensasi pada lapisan atmosfer
bawah. Awan ini cukup rendah dan sangat luas. Tingginya di bawah 2000 m.
Kadang-kadang terlihat sebagai kabut. Bila tumbuh terus, dapat berkembang
menjadi awan badai Nimbostratus (Lakitan, 2002). Kalau awan

4
(low) stratus mencapai permukaan tanah, maka hal ini disebut
kabut. Stratus yang tipis menghasikan corona (Wahyuningsih, 2004).
• Nimbostratus (Ns) memiliki ciri berwarna gelap, visibility rendah, langit
tertutup awan, dan sinar matahari terhalang. Bentuknya tidak menentu dengan
pinggir compang-camping. Umumnya disertai cuaca buruk.Hujan turun
dengan intensitas rendah hingga sedang, untuk waktu yang lama. Indonesia
awan ini hanya menimbulkan gerimis (Nasir, 1990). Awan nimbo
stratus berwarna abu-abu gelap sampai hitam. Awan nimbo stratus bisa
menimbulkan hujan lebat (Handoko, 1995).
4. Awan Vertikal
• Cumulus (Cu) adalah awan yang mengandung kristal es merupakan awan
tebal dengan puncak yang agak tinggi umumnya lebih dari 5.000 meter dimana
suhu sangat dingin, walaupun pada musim panas atau kering. Dasar ketinggian
awan ini umumnya 1000 m dan lebar 1 km. Terlihat gumpalan putih atau
cahaya kelabu yang terlihat seperti bola kapas mengambang, awan ini
berbentuk garis besar yang tajam dan dasar yang datar (Nasir, 1990). Awan
kumulus dapat di sebut juga dengan awan yang labil, dikarenakan terjadi saat
suhu udara yang juga labil, memiliki potensi untuk terjadinya hujan di cuaca
yang panas terik, namun hal itu tidak akan terjadi lama, hanya terjadi sekitar 1
jam (Lakitan, 2002).
• Cumulonimbus (Cb) merupakan awan cumulus yang tumbuh vertikal ketika
cuaca terik. Berwarna putih/gelap. Terletak pada ketinggian kira-kira 1000 kaki
dan puncaknya punya ketinggian lebih dari 3500 kaki. Menimbulkan hujan
lebat, petir, kilat, kadang-kadang terkait dengan badai dan cuaca
buruk.Turbulensi sangat besar (Karin, 2005). Cumulonimbus menimbulkan
hujan setempat (showers). Selain itu, petir, kilat, dan guntur ditimbulakan
oleh cumulo nimbus (Lakitan, 2002).

5
2.3 Distribusi Awan
Penyebaran awan biasanya identik dengan penyebaran hujan yaitu kawasan
yang tinggi terjadi di ekuator karena merupakan wilayah konvergensi udara dan
kuatnya radiasi surya dan terendah di wilayah subtropika sekitar 20° - 30° lintang
bumi karena merupakan wilayah disvergensi. Keawan maksimum biasanya siang
hingga sore hari minimum malam hari ketika udara stabil.keawanan ini terjadi pada
pagi hari ketika kabut naik yang banyak terjadi di daerah yang lembab dan danau.
Keawanan terbesar terdapat diwilayah sekitar lintang 60° lintang bumi (lintang
pertengahan) karena wilayah ini merupakn pertemuan massa udara yang hangat dan
lembab dari lintang rendah dengan massa udara dingin dari wilayah kutub (Kamil,
2006). Keawanan biasanya dinyatakan dalam luas penyebaran awan yang menutupi
bidang langit yang dinyatakan dalam satuan luas keawanan 8/8,10/10, atau 100%
kawanan 0% berarti tanpa awan,keawanan 100% berarti seluruh bidang langit
tertutup aswan. Ukuran kuantitatif ini berdasarkan pengamatan kualitatif, cara ini
diakui kurang akurat karena ada perbedaan persepsi diantara pengamat (Rohmat,
2009)

2.4 Suhu Udara


Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu
dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah
derajat celcius (0C). Jika suatu daerah terjadi awan (mendung) maka panas yang
diterima bumi relatif sedikit, hal ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan
dan kemampuan awan menyerap panasmatahari. Permukaan lebih lambat
menerima panas dan lambat pula melepaskan panas (Lakitan, 2002). Ketika udara
panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat
menguap. Udara panas yang mengandung air ini akan naik tinggi sampai tiba di
lapisan yang suhunya rendah. Uap lalu mencair dan terbentuklah awan
(Wahyuningsih, 2004)

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada kegiatan praktikum kali ini yaitu alat tulis, kamera,
dan modul praktikum.

3.2 Cara Kerja


Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini, antara lain:
1. Disiapkan alat yang akan digunakan.
2. Dipotret dan diamati awan pada tempat tertentu pada pukul 06.00, 12.00, dan
16.00 WIB. Selama dua hari.
3. Kemudian,ditentukan jenis awan dan perkirakan penutupan awan dengan
menggunakan skala okta.
4. Dilakukan pengamatan dengan metode pengamatan sederhana, yaitu dengan
membagilangi menjadi empat kuadran.
5. Hasil dibuat dalam bentuk laporan.

3.3 Analisi Data


Adapun analisis data pada praktikum ini adalah dengan menggunakan
perhitungan skala okta yaitu dengan membagi langit menjadi empat kuadran. Setiap
kuadran dibagi delapan bagian.

KW I KW II

KW III KW IV

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Awan
Lokasi : Perumahan Bumi Mutiara Serang
Hari/ tanggal : 27-28 April 2020

Jenis / Ketinggian Hitungan /


Tanggal Pukul Gambar
okta
Stratus 8/8+8/8+8/8
dibawah 2000 m +8/8=32/8
27 April =32/32
06.00 (Awan Rendah)
2020 =8/8
= 8 Okta

Stratus 8/8+8/8+8/8
dibawah 2000 m +8/8=32/8
27 April
12.00 (Awan Rendah) =32/32
2020
=8/8
= 8 Okta
Stratus dibawah 8/8+8/8+8/8
2000 m +8/8=32/8
27 April
16.00 (Awan Rendah) =32/32
2020
=8/8
= 8 Okta
Stratus 2/8+1/8+2/8

28 April dibawah 2000 m +1/8=6/8


06.00 (Awan Rendah) = 6/32
2020
= 2/8 = 2

8
Stratus 8/8+8/8+8/8
dibawah 2000 m +8/8=32/8
28 April
12.00 (Awan Rendah) =32/32
2020
=8/8
= 8 Okta
Stratus 8/8+8/8+8/8
dibawah 2000 m +8/8=32/8
28 April =32/32
16.00 (Awan Rendah)
2020 =8/8
= 8 Okta

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengamatan awan, hal tersebut
bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis awan dan dapat memperkirakan penutupan
awan dalam skala Okta. Pada dasarnya awan merupakan sekumpulan titik air yang
berada di udara, yang terbentuk dari hasil kondensasi. Kondensasi terjadi karena
adanya proses penggabungan molekul-molekul air dalam jumlah yang cukup
sehingga membentuk butiran yang lebih besar. Butiran awan di atmosfer terdapat
sangat banyak dengan ukuran dan bentuk yang berbeda-beda, sertame mpunyai
gerakan danarah kecepatannya tidak sama, sehingga antar butir satus ama lain
salinng bertumbukan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan selama dua hari
berturut-turut di Perumahan Bumi Mutiara Serang dapat diketahui bahwa pada pagi
pukul 06.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 terbentuk
awan stratus. Ini menunjukan bahwa langit akan cerah pada awal namun kemudian
mendung. Hal tersebut didukung oleh Lakitan (2002) yang mengatakan bahwaawan
ini cukup rendah dan sangat luas. Tingginya di bawah 2000 m. Kadang-kadang
terlihat sebagai kabut. Bila tumbuh terus, dapat berkembang menjadi awan badai,
Nimbostratus. Ternyata lama-lama kelamaan tampak seperti awan Nimbostratus.
Hal ini dikatakan oleh Nasir (1990) bahwa awan Nimbostratus memiliki ciri
berwarna gelap, visibility rendah, langit tertutup awan, dan sinar matahari
terhalang. Bentuknya tidak menentu dengan pinggir compang-camping. Umumnya

9
disertai cuaca buruk. Hujan turun dengan intensitas rendah hingga sedang, untuk
waktu yang lama. Indonesia awan ini hanya menimbulkan gerimis.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa suhu rata-rata untuk daerah Kabupaten Serang berkisar antara 28
– 31 oC. Bila langit ditutupi oleh awan tebal maka suhu akan turun. Hal ini sesuai
dengan Lakitan (2002) yang mengatakan bahwa jika suatu daerah terjadi awan
(mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit, hal ini disebabkan sinar
matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan menyerap panas matahari.
Permukaan lebih lambat menerima panas dan lambat pula melepaskan panas. Udara
juga mempengaruhi pembentukan awan. Hal ini didukung oleh Wahyuningsih
(2004) bahwa ketika udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara
karena air lebih cepat menguap. Udara panas yang mengandung air ini akan naik
tinggi sampai tiba di lapisan yang suhunya rendah. Uap lalu mencair dan
terbentuklah awan.
Pada pengamatan awan yang dilakukan selama dua hari pada 06.00, 12.00, dan
16.00 WIB, awan menunjukkan jenis awan stratus, dari ke enam pengamatan, lima
diantaranya memiliki nilai oktam 8 yaitu pada pukul 06.00, 12.00, dan 16.00 WIB
tanggal 27 April serta 12.00, dan 16.00 WIB tanggal 28 April. Berdasarkan
perhitungan, cara mengetahuinya yaitu dengan membagi dahulu awan yang diamati
menjadi 4 kuadran, setelah itu amati dari tiap tiap masing kuadran seberapa bagian
langit tertutupi oleh awan. Berdasarkan pengamatan hasil perhitungan awan ini
yaitu 8/8+8/8+7/8+8/8 kemudian dibagi 4 (berdasarkan jumlah kuadran) hasilnya
yaitu 32/8 sama dengan 8/8 sama dengan 8 Okta. Berdasarkan tabel keadaan awan
yang tertera pada modul ketika keadaan awannya 8/8 langit yang tertutup oleh awan
atau 8 Okta, maka dapat dikategorikan bahwa langit berawan.
Selain itu pada pukul 06.00 tanggal 28 April dapat diketahui bahwa awan
tersebut menunjukkan ciri ciri jenis awan Stratus. Berdasarkan pengamatan hasil
perhitungan awan ini yaitu 2/8+1/8+2/8+1/8 kemudian dibagi 4 (berdasarkan
jumlah kuadran) hasilnya yaitu 6/32 sama dengan <2/8 atau 2 okta.

10
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat kita ketahui bahwa awan
mempunyai jenis serta bentuk yang berbeda-beda. Kabupaten Serang juga
mempunyai bentuk awan yang berbeda setiap harinya. Suhu merupakan salah satu
penting dari pembentukan awan pada langit. Bila suhu tinggi maka awan yang
terbentuk juga akan banyak. Semakin banyak awan yang membawa uap air maka
semakin banyak pula kemungkinan terjadinya hujan. Bila langit ditutupi oleh awan
tebal maka suhu akan turun.

5.2 Saran
Saran saya, sebaiknya pada saat praktikum mengenai pengamatan awan agar
dilakukan dengan baik dan benar. Seerta pada saat pelaksanaan praktikum juga
memperhatian penjelasan dengan sebaik mungkin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Bogor: Pustaka Jaya.


Lakitan, B. 2002. Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Ragagrafindo Persada.
Nasir, A. A. dan Y. Koesmaryono. 1990. Pengantar Ilmu Iklim untuk Pertanian.
Bogor: Pustaka Jaya.
Rohmat, D. 2009. Meteorologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi.
Tjasyono, B. 2007. Klimatologi. Bandung: ITB.
Wahyuningsih, Utami. 2004. Geografi.Jakarta: Pabelan.

12
LAMPIRAN

Gambar 1. Awan Stratus Gambar 2. Awan Stratus Gambar 3. Awan Stratus


Awan Rendah Awan Rendah Awan Rendah

Gambar 4. Awan Stratus Gambar 5. Awan Stratus Gambar 6. Awan Stratus


Awan Rendah Awan Rendah Awan Rendah

Anda mungkin juga menyukai