Anda di halaman 1dari 25

PEMBENTUKAN AWAN DAN HUJAN

Oleh :
Muhammad ibnuh D1A018060
Doni Rianto D1A018061
Dinda Hayatunufus D1A018062
Aprili Rahma P. D1A018063
Dian Dwi I. D1A018064

Dosen Pengampu:
1. Dr. Ir. Heri Junedi, M.Sc.
2. Najla Anwar Fuadi, S.P., M.P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Shubhanallah wa taala atas limpahan rahmat dan
karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir semster mata kuliah
Agroklimatologi. Buku yang ber judul “Pembentukan Awan dan Hujan”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Agroklimatologi I Dr. Ir. Heri Junedi,M.Sc. dosen II Najla
Anwar Fuadi, S.P., M.P. yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam pembuatan buku ini. Selanjutnya ucapan terimakasih kepada keluarga dan
orang-orang tercinta yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis dan
rekan-rekan mahasiswa seperjuangan sehingga buku ini dapat diselesaikan.
Demi kesempurnaan laporan mingguan, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis berharap semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang membutuhkan.

Jambi,01 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR GAMBAR

1. Penyebab Terjadinya Hujan .............................................................. 1


2. Proses Pembentukan Awan ............................................................... 3
3. Awan Stratokumulus ......................................................................... 5
4. Awan Nimbostratus ........................................................................... 5
5. Awan Stratus ..................................................................................... 6
6. Awan Altokumulus ........................................................................... 6
7. Awan Altostratus ............................................................................... 7
8. Awan Cirrus ...................................................................................... 7
9. Awan Cirrocumulus .......................................................................... 8
10. Awan Cirrostratus ............................................................................. 8
11. Awan Cumulus .................................................................................. 9
12. Awan Curulunimbus ......................................................................... 9
13. Proses Terbentuknya Hujan .............................................................. 13
14. Penakar Hujan Obrometer Biasa ....................................................... 14
15. Penakar Hujan Obrometer Observatorium ........................................ 15
16. Hujan Salju ........................................................................................ 16
17. Hujan Es ............................................................................................ 16
18. Siklus Terjadinya Hujan Asam ......................................................... 17

iii
iv
I. AWAN

1.1 Proses Terbentuknya Awan


Awan merupakan kondensasi uap air (sublimasi) dalam bentuk butir air, kristal
es atau kombinasinya yang diakibatkan oleh gerakan naiknya udara di atmosfer, hal
ini terjadi karena tekanan udara di atas lebih kecil dibandingkan tekanan udara di
bawah.

Gambar 1. Penyebab Terjadinya Awan

Partikel-partikel yang disebut dengan aerosol inilah yang berfungsi sebagai


perangkap air dan selanjutnya akan membentuk titik-tititk air. Selanjutnya aerosol
akan terangkat ke atmosfer, dan bila sejumlah besar udara terangkat ke lapisan yang
lebih tinggi, maka ia akan mengalami pendinginan dan selanjutnya mengenbun.
Kumpulan titik-titik air hasil dari uap air dalam udara yang mengembun inilah yang
terlihat sebagai awan. Semakin banyak udara yang mengembun, makin besar pula
awan yang terbentuk.

1. Kondensasi
Kondensasi adalah proses perubahan uap air menjadi air atau larutan.
Perubahan uap air menjadi larutan terjadi setelah uap air tersebut mengalami proses
pendinginan di atmosfer. Selama proses pendinginan, panas laten yang dikandung

1
oleh uap air akan dilepaskan ke udara di sekitarnya. Panas laten tersebut merupakan
penyumbang energi ke atmosfer yang cukup besar.
Bentuk kondensasi yang terjadi di alam antara lain adalah kondensasi minor
yaitu proses terjadinya embun, kabut, dan frost (embun beku), serta kondensasi
mayor yaitu berbagai macam bentuk awan.
Inti-inti dari kondensasi adalah bagian-bagian renik (particle) yang melayang-
layang di udara dan bersifat higroskopis. Hujan asam dapat terjadi jika inti-inti
kondensasi tersebut terdiri dari garam-garam atau polutan yang berasal dari limbah
pabrik berupa asap yang selanjutnya jatuh terbawa oleh butir-butir hujan.

2. Perubahan Suhu Vertikal dan Pendinginan Adiabatik


Salah satu syarat terjadinya awan adalah naiknya massa udara ke atmosfer dan
membawa serta uap air. Suhu udara menurun menurut ketinggian, sehingga uap air
akan terkondensasi bila suhu titik embun tercapai pada ketinggian tertentu yang
disebut sebagai level kondensasi. Daerah-daerah yang bertekanan tinggi, massa
udaranya turun dan disebut dengan daerah divergensi.
DALR (Dry Adibiatic Lapse Rate) adalah laju penurunan suhu yang diturunkan
secara teori dengan menggunakan asumsi-asumsi yang pada kenyataannya tidak
ditemui di alam. Namun demikian, konsep ini sangat berguna untuk menentukan
stabilitas atmosfer dalam hubungannya dengan kenaikan atau penurunan massa udara
dari atau ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi yang selanjutnya menentukan
pembentukan awan.

3. Stabilitas Atmosfer
Secara umum pembentukan awan dan hujan khususnya di daerah tropik
disebabkan oleh naiknnya massa udara. Stabilitas atmosfer dapat dijelaskan sebagai
kecenderungan udara untuk bergerak naik dan turun dengan cara membandingkan
kerapatan udara tersebut dengan udara lingkungan pada ketinggian yang sama. Jika
kerapatan udara yang naik lebih kecil dari udara di lingkungan atau dengan kata lain

2
suhu udara yang naik lebih rendah dari suhu udara lingkungan, maka udara tersebut
akan naik atau sebaliknya (Wilson, 2007).

1.2 Pembentukan Awan

Gambar 2. Proses Pembentukan Awan

Awan (Clouds) dalam atmosfer terbentuk karena titik taraf kondensasi telah
tercapai yakni setelai sampai ke titik jenuh uap air. Munculnya awan merupakan
indikator dinamika cuaca yang disebabkan oleh tercapainya pengembunan atau
kondensasi pada suhu tertentu. Untuk menjatuhkan uap air dari tempat yang relatif
lebih tinggi di atmosfer diperlukan proses pendingingan dan kehadiran inti-inti
kondensasi. selanjutnya air yang sudah berkondensasi tersebut kemudian menjadi
bintik-bintik air yang tampak menjadi awan.
Awan merupakan kumpulan butiran air yang melayang-layang diudara setelah
mengalami kondensai (kejenuhan) dengan ukuran yang masih relatif kecil (sekitar 10
um). Awan juga merupakan petunjuk yang baik dari kondisi cuaca, misalnya jika
terjadi awan dan hujan bagi orang penerbangan disebut cuaca buruk dan sebaliknya
bilamana cerah disebut cuaca baik.
Embun dan frost adalah salah satu bentuk kondensasi yang sering terjadi pada
pagi hari atau sepanjang malam pada keadaan udara tenang (kecepatan angin lemah)
dan langit cerah (perawanan rendah). Kabut adalah salah satu bentuk kondensasi di

3
atmosfer. Sedangkan awan hampir sama dengan embun, frost, dan kabut, awan
terbentuk melalui proses kondensasi. perbedaannya adalah pada ketinggian terjadinya
awan. Awan dapat berupa butir-butir air atau kristal es yang cukup ringan untuk
melayang-layang di uadara dan bergerak mengikuti arus angin.
Berdasarkan uraian diatas, awan memiliki peran yang sangat penting, yaitu
sebagai berikut:
1. Sebagai unsur cuaca dan iklim
2. Sebagai pengendali cuaca karena bertindak sebagai sumber air bagi terjadinya
hujan
3. Dalam neraca radiasi dan panas karena merupakan pemantul yang baik terhadap
radiasi surya
4. Sebagai penyerap yang baik terhadap radiasi bumi.

1.3 Klasifikasi Awan


Awan tidak sama jenisnya dan selalu berubah bentuk. Awan bergantung pada
ketinggian dan suhunya.Awan dibedakan menurut bentuk dan tingginya.Ada 4
kumpulan yang utama, yaitu awan rendah, awan sederhana tinggi, awan tinggi dan
awan yang tinggi keatas.
1.3.1 Awan Rendah
Awan ini ditemukan dari dekat permukaan hingga 6.500 kaki (2.000 m) dan
termasuk Stratus genus. Ketika awan Stratus kontak dengan tanah, mereka disebut
gkabut , meskipun tidak semua bentuk kabut dari Stratus. Dalam pembentukan awan
dari kategori awan rendah dengan ketinggian sekitar kurang lebih 3000 M di atas
permukaan bumi di bagi menjadi beberapa bagian, yakni : terdiri dari
awan Stratokumulus, awan Nimbostratus dan awan Stratus. terletak kurang dari 3000
meter dari muka bumi.

4
1. Awan Stratokumulus

Gamabar 3. Awan Sratokumulus


Stratokumulus (Sc) ialah awan berwarna kelabu/putih yang terjadi apabila
bagian puncak awan kumulus yang terbentuk pada waktu petang menghampar
dibawah songsangan suhu.Awan-awan ini terjadi pada petang dan senja apabila
atmosfer mulai menjadi stabil. Awan stratocumulus berupa lapisan awan yang terdiri
dari unsur bulatan pipih/memanjang berwarna kelabu. Masing-masing unsur dapat
saling menyambung

.2. Awan Nimbostratus

Gambar 4. Awan Nimbostratus


Awan Nimbostratus gelap dan mempunyai lapisan-lapisan jelas dan dikenali
sebagai awan hujan, lapisan awan yg keabu-abuan, sering gelap diiringi hujan air atau
salju yg terus-menerus dan umumnya sampai ke permukaan tanah, lapisan ini cukup
tebal sehingga menutupi matahari.

5
3. Awan Stratus

Gambar 5. Awan Stratus


Stratus ialah awan berupa cebisan kain koyak terbentuk dalam udara lembab
bergelora pada paras rendah atmosfer selepas hujan. Warna kekuningan muda, latar
belakang adalah disebabkan oleh pantulan sinaran suria waktu senja oleh sirrostratus
yang terjadi selepas aktifitas ribut petir pada waktu petang.Awan Stratus sangat
rendah, tebal dan berwarna kelabu, dan dapat menimbulkan hujan es.

1.3.2 Awan Rendah Tengah


Berdasarakan jarak awan sederhana tinggi Berada di ketinggian diantara 3000m
sampai dengan 6000m, makanya di sebut awan mid high, karena disebut tinggi dan
dapat di sebut juga awan rendah.

1. Awan Altokumulus

Gambar 6. Awan Altokumulus


Awan altocumulus berupa lapisan berwarna putih atau kelabu yang terdiri dari
unsur-unsur berbentuk bulatan pipih. Dan macam bentuk Awan Alto Cumulus adalah

6
awan yang seperti bulu dombaatau sisik ikan tetapi agak melebar 10 s/d 50 dengan
warnaputih bersi, atau abu-abu atau campuran dari dua-duanya.

2. Awan Altostratus

Gambar 7. Awan Altostratus

Awan altostratus berupa awan yang nampak berserat/seragam tapi berwarna


kelabu/kebiruan menutupi sebagian/seluruh langit.Dan macam bentuk Awan
AltoStratus adalah awan yang seperti lembaran-lembaranatau lapisan-lapisan jalur
yang berwarna abu-abuatau kebiru-biruan.Jenis awan ini sering menimbulkan hujan
merata.

1.3.3 Awan Tinggi


Bentuk awan tinggi antara 10.000 dan 25.000 kaki (3.000 dan 8.000 m) di
daerah kutub , 16.500 dan 40.000 kaki (5.000 dan 12.000 m) di daerah beriklim
sedang dan 20.000 dan 60.000 kaki (6.000 dan 18.000 m) di daerah tropis.

1. Awan Cirrus

Gambar 8. Awan Cirrus

7
Awan cirrus (Ci) tampak tersusun dari serat lembut dan halus berwarna putih
mengkilap bagaikan sutera.dan bentuk Awan Cirrue adalah awan putih terpisah-pisah
seperti benanghalus atau pecah-pecah atau jalur-jalur sempit atau matapancing atau
bulu ayam atau serabut yang berwarna putihkeperak-perakan.

2. Awan Cirrocumulus

Gambar 9. Awan Cirrocumulus


Awan cirrocumulus adalah lapisan awan yang terdiri dari unsur kecil
menyerupai butir atau biji padi-padian tanpa bayangan seperti sirrus.dan bentuk.

3. Awan Cirrostratus

Gambar 10. Awan Cirrostratus


Awan cirrostratus tampak seperti tirai kelambu halus keputih-putihan. dan
bentuk Awan Cirrostratus adalah awan yang transparan dengan puncak seperti
serabut halus menutupi sebagian atau seluruhnya dari langit dengan warna keputih-
putihan. Awan ini umumnya menimbulkan phenomena lingkaran putih disekeliling
bulan atau matahari.

8
1.3.4. Awan Yang Tinggi Ke Atas
awan yang tinggi ke atas dapat di kelompokkan sebagai awan yang menjulang
tinggi ke atas seperti awan cumulus dan awan cumulonibus yang kira-kira tingginya
kurang lebih sekitar 6 Km sampai dengan 9 Km dari permukaan bumi yang saat ini
dapat di gambarkan awan sebagai berikut :

1. Awan Cumulus

Gambar 11. Awan Cumulus


Pandangan jarak dekat awan cumulus yang sedang berkembang aktif pada pagi
dan awal petang disebabkan pemanasan permukaan tanah dan perolakan.Awan-awan
itu kelihatan seperti ‘popcorns’ dengan tepian nyata (clear outline). Warnanya putih
pada puncak karana semua gelombang sinar surya dipantulkan pada kadar yang sama.
Warna gelap itu disebabkan oleh penembusan terhadap sinar surya dan juga kadar
serapan yang bertambah terhadap gelombang, selebihnya kerana titisan air besar.
Dengan kandungan kelembapan dan penaikan udara mencukupi, awan-awan ini
tumbuh tinggi dan menghasilkan hujan panas.
2. Awan Cumulonimbus

Gambar 12. Awan Cumulunimbus

9
Awan cumulonimbus merupakan awan yang sangat mampat dan padat
menjulang tinggi menjadi gumpalan yang besar, pada awan ini dapat mengangkut
300.000 ton air biasa disebut juga awan badai.Awan cumulonimbus berbentuk
kelompok-kelompok besar.Kelompok-kelompok yang berwarna putih dan hitam ini
mempunyai bentuk dan rupa yang beranekaragam.Awan membawa hujan yang
disertai dengan kilat dan petir.

Udara selalu mengandung uap air.Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik
air, maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara:
1. Udara panas
Apabila udara panas lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air
lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga
tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan
terbentuklah awan.
2. Suhu udara tidak berubah
Suhu udara tidak berubah tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama
akan menjadi semakin tepu dengan uap air.
3. Awan telah terbentuk
Apabila awan telah terbentuk titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin
besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi
menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan terus
jatuh ke bawah dan turunlah hujan
Jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan
awan menghilang. Inilah yang menyebabkan awan itu selalu berubah-ubah
bentuknya.Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan mencair.
Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan

10
II. HUJAN

1.3 Pengertian Hujan


Hujan adalah sebuah presiptasi yang berwujud cairan, berbeda dengan
presepitasi non-cair seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan
lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan juga
berasa di atas permukaan bumi. Di bumi sendiri, hujan merupakan proses kondensasi
uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba
di daratan.
Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin
jenuh,menjelang hujan yaitu pendinginan udara maupun penambahan uap air ke
udara. Virga merupakan presipitasi yang jatuh ke bumi namun akan menguap
sebelum mencapai daratan, inilah satu cara penjenuhan udara tersebut. Presipitasi
terbentuk melalui tabrakan butir air maupun kristal es dengan awan. Butir hujan
mempunyai ukuran yang sangat beragam mulai dari pepat, mirip penekuk (butir
besar), hingga bola kecil (butir kecil).
Kelembapan yang bergerak di sepanjang zona perbedaan suhu dan kelembapan
tiga dimensi yang di sebut dengan front cuaca merupakan metode utama dalam
pembuatan hujan. Hujan merupakan komponen utama dalam siklus air dan juga
sebagai penyedia utama air tawar. Curah hujan rat-rata tahunan global yakni antara
990 milimeter(39 in). Antartika adalah salah satu benua terkering di bumi. Di daerah
lain, hujan juga pernah turun dengan kandungan metana, neon hingga asam sulfur.

1.4 Proses Terjadinya Hujan


Hujan terjadi karena adanya siklus air atau siklus hidrologi, tepatnya siklus
hidrologi sedang.Sinar matahari menyinari bumi.energi pada sinar matahrai
mengakibatkan terjadinya evaporasi (penguapan) di lautan, samudra, sungai dan
sumber air lainnya sehingga menjadi uap-uap air. Uap- uap ketinggian tertentu dan
mengalami peristiwa yang di sebut kondensasi (pengkristalan butir-butir air).
Peristiwa kondensasi ini di sebabkan oleh suhu sekitar uap air lebih rendah dari pada

11
titik embun uap air. Uap-uap air membentuk awan, angin/udara yang mengalir akan
membawa awan beranjak, awan tersebut lama kelamaan akan menghasilkan hujan.
Proses terjadinya hujan berawal dari sinar matahari yang membawa energi panas
menyebabkan adanya proses evaporasi. Dalam proses evaporasi, air yang berada di
bumi (laut, danau, sungai serta badan air lainnya) menguap karena panas tersebut
karena panas tersebut lalu menghasilkan uap-uap air. Uap-uap air terangkat ke udara
dan mengalami proses kondensasi. Dalam proses kondensasi, uap-uap air berubah
menjadi embun yang di akibatkan oleh suhu di setiap uap air lebih rendah dari pada
titik embun. Suhu udara yang semakin tinggi membuat titik-titik dari embun semakin
banyak dan memadat lalu membentuk lalu membentuk menjadi awan. Adanya
perbedaan tekanan udara di langit menyebabkan pergerakan udara atau yang biasa
dikenal dengan angin. Angin menggerakan awan yang membawa butir-butir air
menuju tempat dengan suhu yang lebih rendah. Awan-awan yang terkumpul
bergabung menjadi awan besar yang berwarna kebu yang di namakan koalensi.
Proses terjadinya hujan, dimulai dari :
1. Awan Kecil Menjadi Besar
Adanya perubahan awan kecil menjadi besar dan hembusan angin yang sangat
kencang, sehingga membuat awan akan terjadi perubahan bentuk dan pergeseran ke
tempat lain. Hal ini kemudian akan menyatu kepada perubahan awan yang lebih besar
dan warnanya menjadi semakin kelabu.
2. Uap Air Menjadi Padat
Suhu uap air menjadi padat, kemudian sehingga terbentuklah peranan penting
pada proses kondensasi untuk mendapatkan uap air menjadi sebuah embun. Hal ini
akan terbentuk dari titik air yang kecil kemudian berubah ke suhu udara yang
semakin tinggi supaya memadat dan menjadi awan tebal.
3. Air Menguap Karena Panas Matahari
Sumber energi yang di sebabkan air menguap karena panas matahari yang
menerangi permukaan bumi sehingga terbentuk efek panas dan terjadinya hujan
tersebut. Hal ini dapat menyebabkan air yang menguap kearah udara menjadi
segumpalan embun air sungai atau kandungan makhluk hidup lainnya.

12
4. Terjadinya Hujan Turun
Adanya sumber energi semakin kelabu, sehingga terjadinya hujan turun kemudia
titik air menjadi semakin berat dan membentuk efek yang mengakibatkan embun air
tidak terbendung. Makan akan membuat butiran air pada permukaan bumi, hal ini
berlangsung dimana air daerah sekitarnya.

Gambar 13. Proses Terjadinya Hujan

1.5 Cara Mengukur Hujan Atau Curah Hujan


Hujan merupakan peristiwa di mana turunnya titik-titik air atau kristal hujan es
dari awan sampai ke permukaan tanah. Curah hujan (dalam satuan mm) merupakan
ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak
meresap dan tidak mengalir. Alat untuk mengukur jumlah curah hujan yang turun ke
permukaan tanah persatuan luas disebut dengan penakar hujan. Curah hujan yang di
ukur sebenarnya adalah tebalnya atau tingginya permukaan air hujan yang menutupi
suatu daerah luasan di permukaan bumi. Berdasarkan mekanismenya, alat pengukur
curah hujan di bagi menjadi dua golongan yaitu penakar hujan tipe manual dan
penakar hujan tipe otomatis (perekam).
1. Penakar Hujan Manual
Alat penakar hujan manual pada dasarnya hanya berupa container atau ember
yang telah di ketahui diameternya. Pengukuran hujan dengan menggunakan alat ukur
manual di lakukan dengan cara air hujan yang tertampung dalam tempat

13
penampungan, air hujan tersebut di ukur volumenya setiap interval waktu tertentu
atau setiap satu kejadian hujan. Dengan cara tersebut hanya di peroleh data curah
hujan selama periode tertentu. Alat penakar hujan manual ada dua jenis, yaitu :
2. Penakar Hujan Ombrometer Biasa
Penakar hujan ini tidak dapat mencatat sendiri (non recording) bentuknya
sederhana terbuat dari seng plat tingginya, sekitar 60 cm di cat alumunium, ada juga
yang terbuat dari pipa paralon tingginya 100 cm. Prinsip kerja ombromter
menggunakan prinsip, pembagian antara volueme air hujan yang di tampung di bagi
luas mulut penakar. Ombrometer biasa di letakan pada ketinggian 120-150 cm.
Kemudian luas mulut penakar di hitung, volume air hujan yang tertampung juga di
hitung. Cara pengamatan, yaitu : Dilakukan setiap pukul 07.00, letakan gelas penakar
di bawah kran dan kran di buka agar air tertampung kedalam gelas ukur, jika curah
hujan melebihi 25mm sebeum mencapai skala 25 mm kran dapat di tutup dahulu dan
dilakukan pencatatan, lalu di lanjutkan sampai air habis dan catat kembali,
pembacaan curah hujan pada gelas penakar di lakukan tepat pada dasar meikusnya
pada garis skala yang terdekat dengan menikusya.

Gambar 14. Penakar Hujan Ombrometer Biasa

3. Penakar Hujan Ombrometer Observatorium


Penakar hujan tipe observarium merupakan penakar hujan manual yang
menggunakan gelas ukur mengukur air hujan. Penakar hujan memiliki kelebihan
yaitu mudah di pasang mudah dioprasikan dan pemeliharaannya juga relatif mudah.

14
Kekurangannya adalah data yang di dapat hanya untuk jumlah jumlah curah hujan
selama periode 24 jam, beresiko gelas ukur dan resiko kesalahan pembacaan.

Gambar 15. Penakar Hujan Ombrometer Observatorium

4. Penakar Hujan Otomatis


Alat ukur hujan otomatis adalah alat penakar hujan yang mekanisme pencatatan
hujannya bersifat otomatis (merekam), dengan menggunakan alat ini dapat mengukur
curah hujan tinggi maupun rendah. Selang periode waktu tertentu juga dapat di catat
lamanya waktu hujan. Dengan demikian besarnya intesitas curah hujan dapat di
tentukan. Pada dasarnya alat hujan otomatis ini sama dengan akat pengukur manual
yang terdiri atas 3 komponen,yaitu corng, benjana penggumpul dan alat ukur.
Perbedaan terletak pada komponen benjana dan alat ukurnya di buat secara khusu.
Alat penakar hujan otomatis di antaranya : Penakar Hujan Tipe Hellman, Penakar
Hujan Tipe Bendix, Penakar Hujan Tipe Tilting Siphon, Penakar Hujan Tipping
Bucket, Penakar Hujan Tipe Floating Bucket, Penakar Hujan Tipe Weighing Bucket,
dan Penakar Hujan Tipe Optical.

15
1.6 Jenis- Jenis Hujan
1. Hujan Salju

Hujan salju adalah air yang jatuh dari awan yang telah membeku menjadi padat
seperti hujan, salju terbentuk dari kepingan es yang sangat kecil.

Gambar 16. Hujan Salju


( Sumber : jawapos )

2. Hujan Es

Hujan es adalah hasil pengembunan yang berupa butiran-butiran es biasanya


terjadi karena uap air memasuki area diatas freezing (pembekuan) level. Hal ini
menyebabkan uap air memebeku dan mengeras. Karena terlalu keras, maka saat
memasuki daerah yang lebih hangat es ini tidak mencair seluruhnya.

gambar 17. Hujan Es


(Sumber : Novita, 2011, h, 8)

16
3. Hujan Asam

Hujan asam sebenarnya secara alami bersiat asam (pH sedikit dibawah 6,
karena kabondioksida dengan uap air di udara membantuk asam lemah yang
bermanaat untuk melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan tumbuhan dan
hewan). Namun polutan udara dapat meningkatkan keasaman air hujan sehingga
disebut hujan asam.
Hujan asam didefenisikan sebagai hujan dengan pH dibawah 5,6 polutan yang
menyebabkan hujan asam adalah nitrogen oksida dan sulfur oksida. Zat-zat ini di
atmosfer akan bereaksi dengan uap air untuk membentuk asam sulat, asam nitrat, dan
asam nitrit yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam
tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan.
Secara alami, hujan asam terjadi karena letusan gunung berapi. Tapi seiring
dengan kemajuan industry, hujan asam juga disebabkan oleh meningkatnya polusi
udara dari pabrik, mobil dan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar
fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Pembangkitan listrik yang menggunakan
batu bara juga penyumbang terjadinya hujan asam.

Gambar 18. siklus terjadinya hujan asam


(Sumber : pelajaran sekolah online)

17
Dampak dari hujan asam :

1. Mempengaruhi kualitas air permukaan bagi biota (makhluk hidup berupa lora
dan fauna) yang hidu didalamnya. Suatu penelitian menunjukkan terdapat
hubungan yang era tantara penurunan pH dengan penurunan populasi ikan dan
biota air lainnya di perairan.
2. Merusak tanaman. Hujan asam dapat merusak jaringan tanaman sehingga
menghambat pertumbuhannya dan dapat menyebabkan kematian.
3. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah, sehinga
memepengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan. Air yang telah tercemar
logam berat jika dikonsumsi dapat menibulkan berbagai gangguan kesehatan.
4. Bersiat korosif sehingga merusak berbagai bahan logam seperti mobil, pagar,
monument, patung dan komponen bangunan.
5. Menyebabkan penyakit pernapasan.
6. Pada ibu hamil, data menyebabkan bayi lahir prematur dan meninggal.

4. Hujan Siklonal
Hujan siklonal terjadi karena suhu permukaan bumi yang tidk stabil seingga
menjadi lembab yang diikuti angin berputar ke atas. Biasanya hujan ini memiliki
intensitas yang cepat berubah dan melanda area yang tidak terlalu luas dalam waktu
yang relative singkat.
5. Hujan zenithal
Hujan zenithal adalah hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat
pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Aingin Pasat Tenggara. Kemudian angin
tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan disekitar akuator yang
berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
Angina pasat : udara yang mengalir di atas permukaan karena udara begerak
naik dari wilayah lautan yang lebih hangat dan bergerak turun di wilayah yang
dingin.

18
6. Hujan Orografis
Hujan orografis adalah hujan yang terjadi karena angina yang mengandung uap
air bergerak horizontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi
dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadi hujan disekitar pegunungan. Hujan ini
mengkibatkan terjadinya daerah bayangan hujan (salah satu sisi dari pegunungan
yang tidak terkena hujan orografis).

7. Hujan Muson
Angina muson adalah hujan musiman yang disebabkan oleh angina muson. Di
Indonesia, hujan muson timur terjadi pada bulan oktober hingga April selama musin
penghujan. Angin muson timur bergerak dari benua Australia menuju asia. Angina ini
membawa serta awan yang mengandung curah hujan yang tinggi karena di Australia
sedang musim dingin.
Angina musim terjadi karena suhu darat lebih tinggi dari suhu di air sehingga
terkena di darat lebih rendah daripada di laut mengakibatkan aliran udara yang tetap
kearah daratan.

8. Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi karena bertemunya angina musim panas
yang membawa uap air lembab dengan udara dingin bersuhu rendah. Ini
menyebabkan terjadinya pengembunan di udara yang akhirnya menurunkan hujan.
Daerah bertemunya angina musim panas dan udara dingin disebut dengan bidang
ront. Bila suatu daerah berada di bidang ront hal ini biasanya berbahaya karena
biasanya akan terjadi badai.

9. Hujan Buatan
Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan saat
kebutuhan air secara alami tidak dapat dipenuhi. Untuk membuat hujan buatan
diperlukan awan yang memiliki kandungan air yang cukup sehingga dapat terjadi

19
hujan yang sampai ke tanah. Untuk membuat hujan buatan diperlukan juga bahan
semai yang dapat menarik uap atau membentuk es.
Hujan yang tidak sampai ke tanah akan menguap sebelum sampai ke tahan
disebut virga. Biasanya hujan semacam ini membuat idara menjadi jenuh. Hujan
buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu daerah yang sangat
kering akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga dapat menganggu kehidupan di
darat mulai dari air sawah kering, gagal panen, sumur kering, sungai / danau kering,
tanah retak-retak, kesulitan air bersih, hewan dan tumbuhan pada mati dan lain
sebagainya. Dengan adanya hujan buatan diharapkan mampu menyuplai kebutuhan
air makhluk hidup di bawahnya dan membuat masyarakat hidup bahagia dan
sejahtera.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahablogweb, 2017. Ilmu Dasar. Rumus.co.id.

Anonim. 2009. Proses Pembentukan Awan. Stasiun Meteorologi Ahmad


Yani,Semarang.

Danang, 2019. Terbentuknya Hujan : Jakarta.

Handoko.1993.Klimatologi Dasar.Bogor: Pustaka Jaya.

Hart, John.2009. Acid rain. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.

Sumarno, Edi. 2014. Proses Pembentukan Awan. Universitas Haluoleo, Kendari.

21

Anda mungkin juga menyukai