Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

PENGAMATAN AWAN

Disusun oleh:
Kelompok

Kelas : EX-5

1. Ach. Luqman Hakim


2. Inaya Aulia Asyfa
3. Jefri Ali
4. Moh Rifki

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI1 BLEGA

Jl Raya Blega Kec. Blega Kab.Bangkalan Telp (031)3041E-mail: smansaga25@yahoo.co.id Website:


htpps://sman1blega.bangkalankab.sch.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya Saya dapat menyusun Laporan Praktikum Klimatologi Pengamatan Awan.
Yang terhormat Ibu Asri S.Pd. dan juga teman temanku yang saya cinta sayangi. Pada
kesempatan ini Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak- pihak yang telah
membantu dan mendukung Saya dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini. Terutama
kepada asisten praktikum yang telah membimbing dan memberi arahan kepada Saya.
Saya selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih minim dan
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya senantiasa mengharapkan masukan
yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan Saya di masa yang akan datang
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................


KATA PENGANTAR .......................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................
1.2 Tujuan ..........................................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................
2.1 Awan .................................................................................................................
BAB 3 METODELOGI ......................................................................................................
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................................
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................
3.3 Cara Kerja .........................................................................................................
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................
4.1 Hasil ..................................................................................................................
4.2 Pembahasan ......................................................................................................
BAB 5 PENUTUP ..............................................................................................................
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................
5.2 Saran .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
BAB II
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Awan adalah kumpulan titik-titik air dan atau es yang melayang-layang di atmosfer
sebagai hasil proses kondensial yang terdapat pada ketinggian tertentu yang disebabkan
karena naiknya udara secara vertikal karena proses pendinginan udara secara adibatik di
atmosfer. Awan bersifat mengabsorsi dan mereflekasikan radiasi surya dan radiasi dari
bumi dapat memanaskan atau mendinginkan suhu udara. Bentuk awan dengan
karakteristiknya juga mencerminkan potensi hujan disuatu daerah di permukaan bumi
(Lakitan,2002).
Dalam proses pembentukan awan tidak terlepas dari proses kondensasi yaitu perubahan
dari uap air menjadi butir-butir atau es, dan kondensasi ini terjadi karena pendinginan
udara. Jika udara mengalami pendinginan maka kapasitasnya untuk menampung uap air
menurun, dan pada suatu titik penurunan suhu udara ini menyebabkan udara kenyang atau
jenuh (RH=100%). Jika suhu udara turun hingga dibawah titik embun maka udara tidak
mampu menampung uap air keluar sebagai titik air dan atau es. Jadi pengembunan sangat
ditentukan oleh RH dan suhu. Jika RH tinggi diperlukan sedikit penurunan suhu hingga
terjadi penurunan suhu sehingga terjadi pengembunan, sebaliknya, RH rendah diperlukan
banyak penurunan suhu udara untuk terjadinya pengembunan awan bersifat mengabsorsi
dan mereflekasikan radiasi surya dan radiasi dari bumi dapat memanaskan atau
mendinginkan suhu udara (subardjo, 2001).
Bentuk awan dengan karakteristiknya juga mencerminkan potensi hujan disuatu daerah
di permukaan bumi. Dalam proses pembetukan awan tidak terlepas dari proses
kondensasi yaitu perubahan dari uap air menjadi butir-butir atau es, dan kondensasi ini
terjadi karena pendinginan udara. Jika udara mengalami pendinginan maka kapasitasnya
untuk menampung uap air menurun dan pada suatu titik penurunan suhu udara ini
mnyebabkan udara kenyang atau jenuh (RH=100%). Suhu pada saat kenyang disebut
suhu titik embun. Jika suhu udara turun hingga di bawah tiitk embun maka udara tidak
mampu menampung uap air keluar sebagai titik air dan atau es, jadi pengembunan sangat
ditentukan oleh RH dan suhu, jika RH tinggi diperlukan sedikit penurunan suhu hingga
terjadi pengembunan, sebaliknya RH rendah diperlukan banyak penurunan suhu udara
untuk terjadinya pengembunan (Nasir,1990).
Berdasarkan beberapa latar belakang tersebut maka dapat diketahui bahwa
pengamatan awan sangat penting. Termasuk dalam bidang pertanian, pengamatan ini
sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilannya (Hasan, 1970)

1.2. Tujuan
Agar dapat mengetahui dan membedakan jenis-jenis awan di sekitar kita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sinar matahari yang mencapai atmosfer sebagian akan direfleksikan dan di absorsi
oleh atmosfer itu sendiri, oleh awan dan panikel padat yang ada di atmosfer, vegetasi serta
permukaan bumi. Awan memegang peran penting disini karena merefleksikan cahaya
terbanyak, namun begitu refleksi dan pemencaran sinar matahari oleh permukaan bumi juga
penting. Pada saat mendung, banyak dari radiasi ini yang ditahan oleh lapisan atmosfer
sehingga bumi tetap hangat. Suhu malam di permukaan bumi juga relatif sejuk karena efek
pemanasan radiasi di lapisan awan ini (Ariwulan, 2012).
Awan merupakan benda langit berwarna putih dan juga hitam yang sering dikaitkan
dengan kemunculan hujan. Awan sendiri pada dasarnya merupakan kumpulan dari kristal
kristal beku atau tetesan air yang berkumpul menjadi satu pada atmosfer bumi. Awan yang
berada pada langit dan atmosfer bumi tidak terbentuk begitu saja. Terdapat proses panjang
yang membentuk awan, yang sering kita kenal dengan siklus air. Awan terbentuk sebagai
hasil pendinginan (kondensasi atau sublimasi) dari massa udara basah yang sedang bergerak
ke atas. Proses pendinginan terjadi karena menurunnya suhu udara tersebut secara adiabatis
atau mengalami pencampuran dengan udara dingin yang sedang bergerak ke arah horizontal
(adveksi). Butir-butir debu atau kristal es yang melayang-layang dilapisan troposfer dapat
berfungsi sebagai inti-inti kondensasi dan sublimasi yang dapat mempercepat proses
pendinginan. Awan dapat terjadi dari massa udara yang sedang naik kearah vertikal karena
berbagai sebab, yaitu : pengaruh radiasi matahari (secara konveksi) dan melalui bidang
peluncuran (pengangkatan orografis atau frontal) (Tjasyono, 2007)
Awan terbentuk ketika uap air sudah jenuh dan jika mengalami kondensasi. Penjenuhan
dapat terjadi akibat penambahan air (penyatuan), tumbukan, atau kombinasinya. Proses
pembentukan awan adalah rangkaian proses yang rumit dan melibatkan proses dinamik dan
juga proses mikrofisik. Proses dinamik berhubungan dengan pergerakan parsel udara yang
membentuk suatu kondisi tertentu sehingga terbentuknya awan. Proses mikrofisik adalah
proses pembentukan awan melalui proses kondensasi uap air dan interaksi antar partikel butir
air (Ahrens, 2007).
Pembentukan dan keberadaan awan tidak menjamin bahwa hujan akan terjadi. Butir-
butir awan yang kecil tetap terapung dalam udara yang naik dimana butir-butir tersebut
terbentuk. Tetapi dalam keadaan yang lain, hanya di butuhkan waktu kurang dari 30 menit
untuk terbentuknya awan dan mulainya turunnya hujan yang lebat (Trewartha dan Horn,
2011
BAB III
METEDEOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Waktu : Tanggal 25/02/23 Pukul 09.00
Tempat : SMA Negeri 1 Blega, Halaman depan kelas EX.5
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang kami gunakan adalah kamera,buku tulis,dan bolpen/pensil
Bahan yang kami gunakan adalah Awan
3.3. Cara kerja
1. Siapkan kamera lalu pergi ke halaman untuk mulai mengamati awan
2. Siapkan buku dan bolpen/pensil untuk mencatat awan yang telah diamati
3. Ambil gambar awan secara kontinyu
4. Pergi ke halaman untuk mulai mengamati awan
5. Siapkan buku dan bolpen/pensil untuk mencatat awan yang telah diamati
6. Pada temapat yang sama pada pukul 07:11,07emapat yang sama pada pukul
07:11,07:15,09:45,12:10 amatilah jenis awan
7. Ambil gambar awan secara kontinyu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

NO Tanggal Waktu Foto Keterangan Kesinpulan


1 21/02/23 08.20 Awan ini tejadi Merupakan
karena udara awan tebal
naik,dan termasuk dengan
pada awan jenis puncak-
Cumulus (CU) puncak yang
yang terletak pada agak tinggi
arah selatan.

2 21/02/23 08.20 Awan ini termasuk Awan


pada awan berjenis ini
tinggi,dan terputus-
termasuk awan putus dan
jenis penuh dengan
Cirromulus(CS) kristal es
yang terletak pada sehingga
bagian arah utara bentuknya
seperti
segerombolan
domba.
3 21/02/23 13.41 Awan ini termasuk Awan jenis
pada awan ini halus
tinggi,dan bersetruktur
termasuk pada seperti
awan jenis serat,atau
Cirrus(Ci), yang benbentuk
terletak pada seperti bulu
bagian arah barat. burung

4 21/02/23 17.50 Awan ini termasuk Awan ini


pada awan bentuknya
rendah,dan tidak
termasuk pada menentu
awan jenis tepiannya
Nimbostratus(Ns) tidak
yang terletak pada beraturan.
bagian arah timur
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada tiga waktu yang berbeda yaitu pada
tanggal 21/02/23 pukul 07:10 ; 14:45 ; 18:19 , dan tanggal 24/02/23pukul 09:28 secara
kontinyu, pergeseran awan berbeda-beda dengan jenis yang hampir sama. Awan penutup
hasil engamatan tersebut adalah 5-6 okta (langit berawan). Jenis jenis awan berdasarkan hasil
pengamatan yaitu Awan Cirrus, Awan Cumulus, dan Awan Cirrocumulus.
Cirrus (Ci) tampak tersusun dari serat lembut dan halus berwarna putih mengkilap
bagaikan sutera. Dan bentuk awan cirrus adalah awan putih terpisah-pisah seperti benang
halus atau pecah-pecah atau jalur-jalur sempit atau matapancing atau bulu ayam atau serabut
yang berwarna putih keperak-perakan.
Cumulus (Cu) adalah awan yang terlihat terpisah-pisah atau umumnya memiliki
bentuk yang padat dengan batas-batas yang jelas. Awan ini berkembang secara vertikal dalam
bentuk bulat, kubah atau seperti menara. Teksturnya kasar, awan cumulus adalah awan tebal
yang memiliki puncak yang tinggi.
Cirromulus (Cc) adalah wan tipis, kadang-kadang tambal sulam, seperti lembaran.
Terkadang terlihat seperti penuh riak atau terbuat dari butiran kecil. Jika tinggal didaerah
tropis, awan ini bisa menjadi datangnya badai. Awan ini hadir ketika perubahan cuaca sedang
terjadi.
Stratocumulus (Sc) ialah awan berwarna kelabu/putih yang terjadi apabila bagian puncak
awan cumulus yang terbentuk pada waktu petang menghampar dibawah songsongan suhu.
Awan-awan ini terjadi pada petang dan senja apabila atmosfer mulai menjadi stabil. Awan
stratocumulus berupa lapisan awan yang terdiri dari unsur bulatan pipih/memanjang berwarna
kelabu. Masing-masing unsur dapat saling menyambung.
Awan berwarna putih disebabkan karena Sinar matahari adalah kombinasi dari berbagai
sinar dengan panjang gelombang (warna) yang berbeda-beda. Butiran air dan es dalam awan
membaur secara merata ke berbagai arah seluruh komponen sinar matahari. Pembauran sinar
dengan panjang gelombang yang berbeda secara merata itu menghasilkan warna putih. Secara
global, sistem perawanan memang berperan untuk menyaring, mengurangi, bahkan
mengeliminasi radiasi matahari sama sekali. Tapi, jika matahari tampak mengintip dari awan,
misalnya, pendaran radiasi matahari dari awan itu justru akan membuat radiasi matahari
meningkat dibanding tidak ada awan sama sekali. Radiasi sinar matahari yang terbaur
memang bisa menambah besar atau kecilnya radiasi matahari yang datang. Tergantung tipe
awannya. Lapisan awan yang tipis dan awan yang tersebar akan memantulkan sinar matahari
yang datang serta meningkatkan pembauran radiasi. Sebaliknya, awan yang tebal akan
mengurangi bauran itu. Miliaran butiran air atau kristal es yang melayang-layang di udara
menyusun awan-awan itu. Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap
menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara
Udara panas, apabila udara panas lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air
lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di
satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan.
Suhu udara tidak berubah, suhu udara tidak berubah tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara
makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air. Awan telah terbentuk, apabila awan
telah terbentuk titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan
menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga
sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan. Jika
titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan awan menghilang.
Inilah yang menyebabkan awan itu selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di
dalam awan silih berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-
kadang ada awan yang tidak membawa hujan. Awan tidak sama jenisnya dan selalu berubah
bentuk. Awan bergantung pada ketinggian dan suhunya.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Awan merupakan gumpalan air yang melayang di atmosfer ,Awan berwarna putih di
sebabkan karena sinar matahari adalah kombinasi dari berbagai sinar dengan panjang
gelombang(warna) yang berbeda beda.
2. Jenis-jenis awan yaitu:
stratus,kumulus,stratokumulus,kumulonimbus,nimbosstratus,altotratus,altokumulus,ci
rrus,cirrosstratus,cirocumulus
3. Pengamatan awan dilakukan secara kontinyu untuk menghasilkan data yang valid
4. Awan terbentuk sebagai hasil pendinginan(kondensasi atau sublimasi) dari masa
udara basah yang sedang bergerak ke atas. Proses pendinginan terjadi karena
menurunnya suhu udara tersebut secara abiabatis atau mengalami pencampuran
dengan udara dingin yang sedang bergerak kearah horizontal(advecsi)

5.2. Saran
Pada praktikum klimatologi mengenai pengamatan awan,diharapkan praktikan dapat
memahami pengaruh awan terhadap pertanian dan jenis-jenis awan.praktikum mengenai
awan juga penting dipelajari mahasiswa program studi teknik pertanian,karena perubahan
awan berpengaruh dalam memprediksi perubahan iklim yang mempunyai pengaruh terhadap
rekayasa teknologi pertanian.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai