Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI
“HOMOGENITAS DATA IKLIM”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Agroklimatologi

Disusun oleh:
Nama : Suria Paloh
NIM : 4442210007
Kelas : IF

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kelancaran kepada penulis dalam
menyelesaikan praktikum pada mata kuliah Agroklimatologi dengan judul
“Homogenitas Data Iklim”.
Dalam rangka memenuhi tugas praktikum Agroklimatologi, penulis
menyusun laporan praktikum ini untuk menjelaskan mengenai homogenitas data
iklim dalam kurun waktu tertentu. Dalam hasil praktikum ini penulis
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yayu Romdhonah, S.TP., M.Si., P.hD, Ibu
Dr. Dewi Firnia, S.P., M.P dan Ibu Endang Sulistyorini, S.P.,M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah Agroklimatologi yang sudah memberi arahan terkait
praktikum ini. Saudari Mia Khaerunisa dan Putri Kholifah selaku Asisten
Praktikum Agroklimatologi kelas 1F yang sudah membantu dalam berjalannya
praktikum ini.
Dalam penyusunan hasil praktikum ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga
laporan ini dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang cara menghitung
rumus empiris dalam memperkirakan anasir iklim.

Serang, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang........................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Klimatologi.................................................................3
2.2 Cuaca dan Iklim.....................................................................................4
2.3 Curah Hujan...........................................................................................6
2.4 Homogenitas Data Iklim........................................................................8
2.5 Uji Homogenitas.................................................................................10
2.5.1 Uji Barlett...................................................................................10
2.5.2 Uji Lavene..................................................................................11
2.5.3 Uji Run Test................................................................................11
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat...............................................................................12
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................12
3.3 Cara Kerja............................................................................................12
3.3.1 Cara Kera Uji Homogenitas Data Temperatur...........................12
3.3.2 Cara Kera Uji Homogenitas Data Hujan....................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.....................................................................................................15
4.2 Pembahasan..........................................................................................16
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan.............................................................................................20
5.2 Saran....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Penentuan Homogenitas Data Temperatur.....................................15


Tabel 2. Hasil Penentuan Homogenitas Data Curah Hujan...................................15

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilmu Klimatologi....................................................................................4


Gambar 2. Cuaca dan Iklim.....................................................................................6
Gambar 3. Curah hujan............................................................................................8

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Klimatologi pertanian merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan tentang
hubungan antara keadaan cuaca dan problem-problem khusus kegiatan pertanian,
terutama membahas pengaruh perubahan cuaca dalam jangka pendek. Pengamatan
dan penelaahan ditekankan pada data unsur cuaca mikro yakni keadaan dari
lapisan atmosfer permukaan bumi kira-kira setinggi tanaman atau obyek pertanian
tertentu yang bersangkutan. Selain itu dalam hubungan yang luas, klimatologi
pertanian mencakup pula lama musim pertanian, hubungan antara laju
pertumbuhan tanaman atau hasil panen dengan faktor atau unsur-unsur cuaca dari
pengamatan jangka panjang (Sudira, 2004).
Iklim merupakan karakteristik cuaca pada suatu wilayah yang didasarkan atas
data yang terkumpul selama kurun waktu yang lama (sekitar 30tahun).
Klimatologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang iklim. Menelaah tentang
karakteristik iklim antar wilayah. Kajiannya ditekankan pada rata-rata dari unsur-
unsur iklim yang menjadi ciri dari suatu wilayah. Sedangkan cuaca adalah kondisi
atmosfer yang dinamis, dan dapat berubah-ubah dalam waktu yang singkat (dalam
hari/jam) (Sudira, 2004).
Dalam menentukan iklim dan cuaca suatu wilayah maka diperlukan data
mengenai kondisi wilayah tersebut. Setelah data didapatkan ternyata data iklim
tidak dapat langsung digunakan dalam analisis lebih lanjut karena data iklim harus
diuji terlebih dahulu homogenitasnya atau konsisten agar didapatkan data yang
konsisten dan tidak diragukan lagi kebenarannya.
Berdasarkan hal tersebut praktikum klimatologi tentang homogenitas perlu
dilakukan. Iklim merupakan salah satu faktor penting dalam bidang pertanian
seperti pengairan dan perencanaan di lapangan. Informasi prediksi musim yang
akurat dapat membantu mereka dalam merancang strategi dan mengambil
keputusan yang lebih baik untuk menghadapi masalah terkait iklim. Anasir iklim
yang penting untuk dikaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman

1
maupun OPT diantaranya adalah jumlah curah hujan, jumlah hari hujan,
temperatur, kelembaban, kecepatan angin, panjang hari dan intensitas penyinaran.
Salah satu tahapan penting dalam kajian perubahan iklim adalah pengujian
homogenitas data runtun waktu unsur iklim. Tahapan ini merupakan penyaringan
(screening) data, yaitu tahapan yang dilakukan sebelum melakukan analisis lebih
lanjut. Terdapat empat metode pengujian homogenitas yang sering digunakan oleh
para pengkaji iklim, yaitu uji Standard Normal Homogeneity, uji Rentang
Buishand, uji Pettitt dan uji Rasio von Neumann. Sebelum digunakan dalam
analisis data iklim harus diuji terlebih dahulu homogenitasnya atau
konsistensinya. Pencatatan data iklim sering mengalami penyimpangan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut agar mahasiswa
dapat menentukan homogenitas data temperatur dan hujan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Klimatologi


Kata Klimatologi diambil dari bahasa Yunani yaitu klima yang berarti zona,
tempat, wilayah, kemiringan khayal dari bumi atau kemiringan bumi yang
berkaitan dengan lintang tempat sedangkan logos berarti ilmu. Klimatologi secara
harfiah berarti ilmu tentang sifat iklim di suatu tempat baik di Indonesia dan di
seluruh dunia yang berkaitan dengan kegiatan manusia. Klimatologi adalah
cabang ilmu atmosfer (Purba et al., 2021).
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan cuaca rata-rata yang
terjadi di suatu daerah dalam kurun waktu yang sama. Cuaca adalah keadaan fisik
atmosfer dalam jangka pendek pada waktu dan tempat tertentu. Agroklimatologi
adalah cabang ilmu iklim atau cuaca terapan yang mempelajari hubungan antara
proses fisik atmosfer (elemen cuaca) dan proses pertanian. Ini termasuk, antara
lain, hubungan antara faktor iklim dan produksi pertanian. Tujuan dari
agroklimatologi adalah untuk memahami dan mempelajari bagaimana evolusi
organisme pertanian mengubah lingkungan fisik di sekitar mereka dan bagaimana
perubahan ini mempengaruhi organisme itu sendiri (Bayong, 2004).
Pada ilmu klimatologi yaitu Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan
waktu yang panjang untuk suatu lokasi. Perbedaan iklim begitu besar yang
memberikan pengaruh yang luas terhadap manusia untuk menduduki dan
mengelola bumi. Iklim bergantung kepada hubungan yang kompleks. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi iklim yaitu suhu, curah hujan, dan angin.
Cuaca dan iklim akan selalu menyertai dan mempengaruhi kehidupan manusia
untuk melaksanakan perkerjaan dan keadaan cuaca yang baik akan sangat
berpengaruh. Musim hujan, musim pancaroba dan musim kemarau merupakan
perbedaan kondisi cuaca yang ada di Indonesia. Indonesia merupakan daerah
tropis, secara geografis berada di sekitar ekuator. Daerah Indonesia dikatakan
negara tropis disebabkan oleh adanya posisi matahari yang berubah antara garis
balik dalam suatu periode tahun (Priyahita et al., 2016).

3
Agroklimatologi atau Agrometeorologi adalah interaksi antara klimatologi
dan ilmu pertanian untuk mengetahui pengaruh cuaca (iklim) dan manfaat
pengaruh-pengaruh tersebut untuk usaha pertanian. Iklim adalah keadaan cuaca
rata-rata dalam jangka waktu yang lebih lama. yang mana gejala dan peristiwa itu
berulang dari tahun ke tahun. Manfaat iklim adalah untuk menentukan letak
geografis bumi dan untuk mengetahui gejala dan peristiwa cuaca yang terjadi di
suatu tempat dalam kurun waktu setahun. Iklim sangat menentukan dalam
pendapatan produksi yang akan diperoleh petani. Dari iklim petani bisa
menentukan jenis tanaman apa yang cocok untuk ditanam di daerahnya,
penentuan kapan waktu tanam dan juga panen serta lainnya (Purba et al., 2021).
Ruang lingkup agroklimatologi adalah atmosfer : kumpulan berbagai gas
yang menyelubungi hidrosfer. Hidrosfer adalah ruang berisi air terutama lautan.
Litosfer adalah ruang yang berisi zat padat berupa batuan bola bumi mengalami
rotasi dan revolusi. Rotasi adalah perputaran bumi pada sumbunya yang
menyebabkan terjadinya siang dan malam, sedangkan revolusi adalah perputaran
bumi mengelilingi matahari yang menyebabkan terjadinya perbedaan iklim.
(Prawirowardoyo, 2004.

Gambar 1. Ilmu Klimatologi


(Sumber: https://www.climate4life.info/2020/10/klimatologi-ilmu-tentang-iklim-
sejarah-ruang-lingkup-dan-aplikasinya.html)

2.2 Cuaca dan Iklim


Cuaca berkaitan dengan aktivitas manusia sehari-hari, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Misalnya, penerbangan pesawat yang tertunda karena
adanya hujan deras atau adanya badai guntur dan lain-lain. Hal ini menjadi
menarik karena manusia tidak mempunyai kontrol atas cuaca. Diperlukan

4
informasi cuaca yang akurat agar dapat meminimalisir efek negatif cuaca seperti
kecelakaan pesawat terbang, korban jiwa dan materi karena banjir dan sebagainya
(Kainama, 2014).
Iklim adalah keadaan suhu, kelembaban, awan, hujan, dan sinar matahari pada
suatu daerah dalam jangka waktu yang lama (30 tahun). Berdasarkan luasan
daerahnya, iklim dapat dibagi menjadi iklim makro, iklim meso, iklim mikro, dan
iklim global. Iklim makro adalah iklim dengan cakupan wilayah yang luas,
sedangkan iklim mikro terbatas pada kondisi sekitar obyek yang diamati. Batas
iklim mikro secara vertikal adalah 2 meter di atas dan di bawah obyek yang
diamati. Sedangkan batas horizontal iklim mikro sulit ditentukan (Purwanto,
2006).
Ada tiga faktor penting yang mempengaruhi watak iklim Indonesia. Pertama
adalah kedudukan matahari yang berubah-ubah. Pada periode di mana matahari
berkedudukan di atas daratan Asia menyebabkan daratan Asia memiliki
temperatur udara yang lebih tinggi yang berakibat mempunyai tekanan yang
relatif lebih rendah. Sebaiknya pada periode yang bersamaan di atas daratan
Australia temperaturnya relatif lebih rendah yang berakibat tekanan udara relatif
tinggi. Sebagai akibatnya akan bertiup masa udara dari daratan Australia yang
relatif kering menuju daratan Asia, sehingga pada waktu melewati pulau-pulau di
Indonesia tidak banyak menimbulkan hujan kecuali di lereng-lereng gunung yang
tinggi yang menghadap ke tenggara dan wilayah yang sudah jauh dari Australia,
seperti Sumatera Utara dan Kalimantan bagian barat. Periode bertiupnya masa
udara dari Australia ini biasanya juga disebut dengan periode angin timur yang
bertepatan dengan musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Pada
periode kedudukan matahari di atas daratan Australia, daratan Australia
mempunyai temperatur udara yang relatif tinggi sedangkan di Asia relatif rendah.
Pada periode ini bertiup masa udara dari Asia ke Australia yang bersifat relatif
basah. Pada waktu melewati Indonesia banyak menimbulkan hujan. Periode
bertiupnya masa udara Asia ini disebut periode angin barat yang bertepatan
dengan musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia (Julismin, 2013).
Faktor kedua adalah adanya wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau.
Hal ini menyebabkan iklim Indonesia umumnya bersifat menengah atau moderat.

5
Faktor ketiga, di beberapa pulau di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi,
dan Irian Jaya terdapat gunung-gunung yang tinggi. Gunung yang tinggi ini baik
secara vertikal maupun horizontal menyebabkan terjadinya perbedaan iklim yang
jelas walaupun tempatnya tidak berjauhan. Sebagai contoh temperatur udara
makin ke atas makin rendah. Sampai batas tertentu makian ke atas curah hujan
makin banyak. Di beberapa tempat lereng gunung atau pegunungan yang
menghadap ke tenggara misalnya Jawa Timur dan Jawa Tengah mempunyai curah
hujan lebih banyak (Julismin, 2013).
Dampak dari perubahan iklim terhadap kenaikan temperatur akan berpengaruh
pada hal-hal sebagai berikut: perubahan temperatur pada musim dingin lebih besar
dari musim panas; suhu harian minimum akan meningkat lebih dari suhu harian
maksimum; daratan akan hangat lebih dari lautan, menyebabkan aktivitas muson
kuat; daerah pada lintang dan ketinggian yang lebih tinggi akan mengalami
pemanasan yang lebih besar; dan jumlah hari turun salju akan berkurang, dan
curah hujan lebih cenderung akan menjadi hujan bukan salju, memengaruhi siklus
penyimpanan dan pelepasan air yang mengakibatkan musim panas yang lebih
panas dan kering (Suwarto, 2011).

Gambar 2. Cuaca dan Iklim


(Sumber: https://www.utakatikotak.com/Perbedaan-Cuaca-dan-Iklim-Lengkap-
Beserta-Unsur-unsurnya/kongkow/detail/14470)

2.3 Curah Hujan


Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam
waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain gauge.
Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh

6
di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah bentuk
medan/topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai
dan jarak perjalanan angina di atas medan datar. Hujan merupakan peristiwa
sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke
permukaan bumi (Sunarno, 2012).
Curah hujan merupakan salah satu rabic iklim selain suhu, kelembaban,
radiasi matahari, evaporasi, tekanan udara dan kecepatan angin. Hujan adalah air
yang jatuh ke permukaan bumi sebagai akibat terjadinya kondensasi dari partikel-
partikel air dilangit. Jumlah curah hujan diukur sebagai volume air yang jatuh di
atas permukaan bidang datar dalam periode waktu tertentu, yaitu harian,
mingguan, bulanan, atau tahunan (Endriyanto et al., 2011).
Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat
sendiri. Badannya berbentuk silinder dengan tinggi 115 Cm, dan berat 14 Kg. Alat
ini dipakai di stasiun-stasiun pengamatan udara permukaan. Pengamatan dengan
menggunakan alat ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu meskipun cuaca
dalam 4 keadaan baik atau hari sedang cerah. Alat ini mencatat jumlah curah
hujan yang terkumpul dalam bentuk garis vertikal yang tercatat pada kertas pias
(Romanyoga et al., 2016).
Air hujan yang jatuh langsung pada air permukaan dapat menimbulkan
pengaruh yang berbeda-beda. Kualitas air didanau dapat menjadi baik melalui
pengenceran oleh air hujan yang relatif bersih. Air hujan yang mengandung
sejumlah nitrogen dan sulfur bersifat sangat asam dan bisa mengganggu
keseluruhan kehidupan biokimia yang ada dalam badan air (Kushardono et al.,
2006).
Ketika hujan turun, hujan akan melewati beberapa tahap melalui berbagai
proses terjadinya hujan agar proses hujan bisa berjalan secara maksimal dan hujan
akan turun pada kurun waktu yang tepat sehingga tidak mencemaskan warga di
seluruh dunia menunggu kedatangan hujan yang selalu ditunggu. Hujan memiliki
beberapa tahapan untuk menjadi hujan yang sempurna dengan beberapa proses
terjadinya hujan yaitu dari beberapa proses yang menyebabkan turunnya hujan,
proses terjadinya hujan tergambar di bawah yaitu air yang menguap ke awan
karena mengalami penguapan (Winarno et al., 2019).

7
Definisi curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima oleh
permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi, dan perembesan ke
dalam tanah. Pengukuran curah hujan pada tiap stasiun pengamatan hujan akan
menghasilkan nilai curah hujan titik yang dianggap mewakili nilai curah hujan
untuk radius tertentu yang bergantung dari letak stasiun, topografi wilayah dan
sebaran (tipe) hujan pada wilayah tersebut. Daerah yang berbukit-bukit
memerlukan stasiun yang lebih rapat daripada daerah yang datar, karena daerah
belakang angin tidak dapat diwakili oleh daerah hadap angin (Utaya, 2013).

Gambar 3. Curah hujan


(Sumber: https://www.bmkg.go.id/)

2.4 Homogenitas Data Iklim


Untuk mengukur keadaan cuaca atau iklim perlu adanya homogenitas antar
pengukuran dan hasil yang diukur sehingga keakuratan data akan didapat dalam
melakukan pengukuran dan error pun akan ditekan sekecil mungkin. Data
iklim/cuaca (temperatur dan hujan) sebelum digunakan dalam analisis lebih lanjut,
harus lebih dahulu diuji terdahulu homogenitasnya atau konsistensinya.
Pencatatan data iklim sering mengalami penyimpangan dan kesalahan (Sudira,
2004).
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-
variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas bertujuan untuk mencari
tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang sama
atau tidak. Dengan kata lain, homogenitas berarti bahwa himpunan data yang kita
teliti memiliki karakteristik yang sama. Sebagai contoh, jika kita ingin meneliti
sebuah permasalahan misalnya mengukur pemahaman siswa untuk suatu sub

8
materi dalam pelajaran tertentu di sekolah yang dimaksudkan homogen bisa
berarti bahwa kelompok data yang kita jadikan sampel pada penelitian memiliki
karakteristik yang sama, misalnya berasal dari tingkat kelas yang sama (Sudira,
2004).
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi
variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas bertujuan untuk mencari
tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang sama
atau tidak. Dengan kata lain, homogenitas berarti bahwa himpunan data yang kita
teliti memiliki karakteristik yang sama (Sinambela, 2015).
Empat uji homogenitas series data yang sering kali digunakan dalam beberapa
penelitian yaitu uji homogenitas normal standar (SNHT), uji Pettitt, uji rentang
Buishand, dan uji rasio Von Neumann (Nihayatin, 2013).
Sebuah catatan data iklim dikatakan homogen apabila tidak adanya variasi
yang disebabkan oleh variasi non cuaca dan iklim. Homogenitas data seyogyanya
meliputi jenis parameter periode pengamatan data basis skala waktu (bulanan,
mingguan, tahunan, jenis uji yang dipakai dalam uji homogenitas serta
penjelasannya jumlah series data yang homogen pada suatu stasiun jumlah kasus,
panjangnya periode dan variasi tahunan kasus tidak homogen ukuran
penyimpangan dan faktor koreksi yang digunakan untuk memperbaiki tidak
homogen series tersebut penyebab tidak homogen dari faktor nonklimat
(pemindahan instrumen, pergantian pengamat, pergantian waktu pengamatan, tren
memanas atau mendingin secara perlahan misalnya karena dampak perkotaan dan
perubahan tata guna lahan) (Bayong, 2004).
Salah satu tahapan penting dalam kajian perubahan iklim adalah pengujian
homogenitas data runtun waktu unsur iklim. Tahapan ini merupakan penyaringan
(screening) data, yaitu tahapan yang dilakukan sebelum melakukan analisis lebih
lanjut. Ada empat metode peng-ujian homogenitas yang sering digunakan oleh
para pengkaji iklim, yaitu uji Standard Normal Homogeneity, uji Rentang
Buishand, uji Pettitt dan uji Rasio von Neumann (Salim & Hussein, 2014).
Berdasarkan hipotesis nol, runtun data kajian dimisalkan memenuhi sifat
homogen, sementara hipotesis alternatifnya adalah runtun data tidak homogen.
Tidak homogenan runtun data berarti bahwa telah terjadi perubahan atau telah

9
terjadi tidak continue dalam runtun data yang diuji. Perubahan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah perubahan terhadap nilai rata-rata (Tuomenvirta,
2014).
Keakuratan dan keandalan model yang diperoleh dalam kajian perubahan
iklim sangat bergantung pada kualitas data yang digunakan. Faktor non iklim,
seperti perubahan lokasi stasiun, perubahan dalam instrumen, lingkungan,
pergantian pengamat, perubahan tata guna lahan, rumus perhitungan, dan lain-lain
akan mengakibatkan data menjadi tidak representatif (Nihayatin, 2013).
Sebelum digunakan dalam analisis data iklim harus diuji terlebih dahulu
homogenitasnya atau konsistensinya. Pencatatan data iklim sering mengalami
penyimpangan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal : 1. Kerusakan alat.
Kerusakan alat pencatat data iklim merupakan kerusakan atau perubahan beberapa
fungsi alat karena perubahan alami, seperti karatan dsb. Kerusakan-kerusakan ini
sering tidak terdeteksi sehingga data yang dihasilkan mengalami penyimpangan.
2. Kesalahan karena perubahan letak peralatan. Perubahan letak ini menyebabkan
perubahan fungsi ruang terhadap data pengamatan. 3. Kesalahan karena
keteledoran pengamat. Kesalahan ini sering terjadi karena pengamat mengalami
kesulitan untuk melakukan pencatatan data seperti karena hujan lebat, gempa
bumi, dsb. 4. Data yang rusak atau data hilang 5. Perubahan keadaan lingkungan
yang mendadak. Untuk menguji homogenitas data temperatur dilakukan dengan
uji run test. Rata-rata temperatur tahunan dihitung, kemudian dibandingkan
dengan rata-rata temperatur secara keseluruhan selama tahun pengamatan.
Apabila rata-rata tahunan lebih besar daripada rata-rata keseluruhan, maka diberi
tanda (+) dan sebaliknya diberi tanda (-), jumlah pasangan tanda (+) dan (-)
dihitung dan diberi tanda (U) (Ritawati, 2022).

2.5 Uji Homogenitas


2.5.1 Uji Barlett

Uji Bartlett digunakan untuk menguji apakah k sampel berasal dari


populasi dengan varians yang sama. k sampel bisa berapa saja. karena
biasanya uji bartlett digunakan untuk menguji sampel/kelompok yang lebih
dari 2. Varians yang sama di seluruh sampel disebut homoscedasticity atau

10
homogenitas varians. Uji bartlett pertama kali diperkenalkan oleh M. S.
Bartlett (1937). Uji bartlett diperlukan dalam beberapa uji statistik seperti
analysis of variance (ANOVA) sebagai syarat jika ingin menggunakan
Anova. Berdasarkan info dari wikipedia uji barlett ini dinamai Maurice
Stevenson Bartlett. Selain uji bartlett terdapat uji lavene yang fungsinya sama
yaitu mengetahu homogenitas varians. Untuk Kali ini akan dicoba mencoba
membahas uji bartlett (Hanafi, 2006).
2.5.2 Uji Lavene

Uji Levene juga merupakan metode pengujian homogenitas varians yang


hampir sama dengan uji Bartlet. Perbedaan uji Levene dengan uji Bartlett
yaitu bahwa data yang diuji dengan uji Levene tidak harus berdistribusi
normal, namun harus continue (Prawirowardoyo, 2004).
H0 : 𝜎12 = 𝜎22 = ⋯ = 𝜎𝑘2 (data homogen)
H1 : paling sedikit ada satu 𝜎𝑖2 yang tidak sama
k
(N  k) N (Zi.  Z .. )2
i .
i1
Statistik uji :W  k ni

(k 1) (Z iji Z .) 2
i1 j 1

2.5.3 Uji Run Test


Analisis Runs Test sebenarnya termasuk dalam kategori statistik
nonparametrik. Uji Runs Test bisa digunakan untuk menguji pada kasus satu
sampel. Pengujian dengan metode ini untuk kasus satu sampel. Prosedur run
test dilakukan untuk data bertingkat dari nilai variabel yang acak. Suatu run
seperti barisan observasi (Lakitan, 2022).

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum " Homogenitas Data Iklim " dilaksanakan pada hari
Senin, 25 Oktober 2022. Pada pukul 13.00-14.00 WIB. Bertempat di
Laboratorium Sindangsari Lantai 1, Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, pulpen, kertas
dan alat hitung (kalkulator). Sedangkan Bahan yang digunakan yaitu, data
klimatologi temperatur dan curah hujan dari tahun 1999-2012.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum kali ini adalah:
3.3.1 Cara Kera Uji Homogenitas Data Temperatur
1. Dilakukan pengujian homogenitas data temperatur dengan uji run
test.
2. Dihitung rata-rata temperatur tahunan kemudian dibandingkan
dengan rata-rata temperature secara keseluruhan selama tahun
pengamatan.
3. Diamati apabila rata-rata tahunan lebih besar daripada rata-rata
keseluruhan, maka diberi tanda (+) dan sebaliknya diberi tanda (-)
jika lebih kecil.
4. Dihitung jumlah pasangan tanda (+) dan tanda (-) dan diberi tanda
(U)
5. Dikatakan data temperature sudah homogeny apabila nilai U
mengikuti nilai U dalam tabel berikut ini : (Tabel nilai U untuk data
homogen).
Jumlah data Range U Jumlah data Range U
12 5-8 28 11-18

12
14 5-10 30 12-19
16 6-11 32 13-20
18 7-12 34 14-21
20 8-13 36 15-21
22 9-14 38 16-23
24 9-16 40 16-25
26 10-17 50 22-30

3.3.2 Cara Kera Uji Homogenitas Data Hujan


1. Digunakan metode Buishand dalam Sri Hartanto (2004) atau metode
RAPS (Rescaled Adjusted Partical Sums) perhitungannya seperti
dibawah ini:
Sk** = Sk*/Dy; K = 0,1,2, ................n
Sk* = ∑ ki=1(Yi – Y) ; K = 1,2,..............n
Dy² = ∑ ni=1( (Yi – Y)²/ n
2. Dihitung nilai statistik Q  Q = Maks│Sk**│
QKn
3. Dihitung nilai statistik R  R = Maks Sk** - Min Sk**
QKnQKn
4. Dihitung nilai statistik Q dan R diberikan pada tabel berikut:
Tabel Nilai Q/√n dan R/√n.
n Q/√n R/√n.
90 % 95 % 99 % 90 % 95 % 99 %
10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38
20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60
30 1,12 1,24 1,46 1,40 1,50 1,70
40 1,13 1,26 1,50 1,42 1,53 1,74
50 1,14 1,27 1,52 1,44 1,55 1,75
100 1,17 1,29 1,55 1,50 1,62 1,86

13
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Penentuan Homogenitas Data Temperatur.
Tahun Temperatur Tanda (+/-)
99 26,00 > 25,48 +
00 24,45 < 25,48 - U

01 25,21 < 25,48 -


U
02 25,95 > 25,48 +
03 25,71 > 25,48 +
U
04 25,09 < 25,48 -
05 25,23 < 25,48 -
U
06 26,06 > 25,48 +
07 25,20 < 25,48 - U

08 26,27 > 25,48 + U


09 24,95 < 25,48 - U
10 25,72 > 25,48 +
U
11 26,49 > 25,48 +
12 24,30 < 25,48 -

Tabel 2. Hasil Penentuan Homogenitas Data Curah Hujan.


Tahun Yi (Yi - y ) SK* SK**
99 33,5 -7,2 -7,2 -0,176
00 0,0 -40.7 33,5 0,823
01 0,0 -40.7 74,2 1,823
02 40,9 0,2 74 1,818
03 6,2 -34,5 108,5 2,665
04 6,2 -34,5 143 3,513
05 0,5 -40,2 183,2 4,501
06 0,6 - 40,1 223,3 5,486
07 54,0 13,3 210 5,159
08 16,5 -24,2 234,2 5,754
09 0,0 -40,7 274,9 6,754
10 156,2 115,5 159,4 3,916
11 5,3 -35,4 194,8 4,786
12 0,0 -40,7 235,5 5,786

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini tentang homogenitas data iklim. Sebelum
dilaksanakannya praktikum ini asisten praktikum memberikan modul
sebagai bahan bacaan sebelum dilakukan pertemuan praktikum dan Pre-
test lalu setiap mahasiswa mempelajari mengenai peralatan
Agroklimatologi secara individu dan nantinya akan dijelaskan kembali
pada saat pertemuan praktikum guna mahasiswa dapat memahami lebih
dalam materinya.
Dalam praktikum ini dilakukan perhitungan untuk menentukan
kehomogenitasan suatu data iklim khususnya pada temperatur dan curah
hujan. Untuk mengetahui suatu data homogenitas atau tidak, dapat dilihat
dari data temperaturnya. Jika data temperatur per tahun lebih besar dari
rata-rata keseluruhannya maka diberi tanda (+), sebaliknya jika data
temperatur per tahun lebih kecil dari rata-rata keseluruhannya maka diberi
tanda (-). Jika tanda (+) dan (-) bersebelahan maka diberi tanda U yang
artinya data tersebut homogenitas. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
Sanusi (2016) untuk menguji homogenitas data temperatur dilakukan
dengan uji run test. Rata–rata temperatur tahunan dihitung, kemudian
dibandingkan dengan rata–rata temperatur secara keseluruhan selama
tahun pengamatan. Apabila rata–rata tahunan lebih besar dari pada rata–
rata keseluruhan, maka diberi tanda (+) dan sebaliknya diberi tanda (-),
jumlah pasangan tanda (+) dan (-) dan diberi tanda (U).
Menurut Taufik (2010) Sebuah catatan data iklim dikatakan homogen
apabila tidak adanya variasi yang disebabkan oleh variasi non cuaca dan
iklim. Homogenitas data seyogyanya meliputi : jenis perbandingan uji

16
homogenitas runtun data curah hujan sebagai pra-pemrosesan kajian
perubahan iklim parameter; periode pengamatan data; basis skala waktu
(bulanan, mingguan, tahunan, dan sebagainya); jenis uji yang dipakai
dalam uji homogenitas serta penjelasannya; jumlah series data yang
homogen pada suatu stasiun; jumlah kasus, panjangnya periode dan variasi
tahunan kasus tidak homogen; ukuran penyimpangan dan faktor koreksi
yang digunakan untuk memperbaiki ketidakhomogenan series tersebut.
Penyebab ketidakhomogenan dari faktor non klimat (pemindahan
instrumen, pergantian pengamat, pergantian waktu pengamatan, tren
memanas/mendingin secara perlahan misalnya karena dampak perkotaan
dan perubahan tata guna lahan).
Berdasarkan pada data temperatur, dibulan Agustus didapatkan rata-
rata temperatur dari tahun 1999 sampai tahun 2012 adalah 25,48. Dari 14
data, terdapat 9 data yang homogenitas, yaitu pada tahun 1999-2000,
2001-2002, 2003-2004, 2005-2006, 2006-2007, 2007-2008, 2008-2009,
2009-2010 dan 2011-2012. Temperatur terendah pada bulan Agutsus
terdapat pada tahun 2012 dengan suhu 24,30℃. Dan temperatur
tertingginya terdapat pada tahun 2011 dengan suhu 26,49℃. Data untuk
yang homogen diatas bertujuan untuk menguji data temperature suhu agar
dapat diketahui data temperatur tersebut memiliki vairansi sama atau
tidak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudira, (2004) yang menyatakan
bahwa pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas bertujuan
untuk mencari tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian
memiliki varians yang sama atau tidak. Dengan kata lain, homogenitas
berarti bahwa himpunan data yang kita teliti memiliki karakteristik yang
sama.
Jika data rata-rata tiap tahunnya sudah dihitung dan didapatkan, maka
selanjutnya menentukan tanda positif (+) dan negative (-) pada tiap
tahunnya. Apabila rata-rata tahunan lebih besar daripada ratarata
keseluruhan, maka diberi tanda (+) dan sebaliknya diberi tanda (-), jumlah
pasangan tanda (+) dan (-) dihitung dan diberi tanda (U). berdasarkan tabel

17
di atas, terdapat 9 pasang tanda U yaitu pada tahun 1999 dengan 2000,
2001 dengan 2002, 2003 dengan 2004, 2005 dengan 2006, 2006 dengan
2007, 2007 dengan 2008, 2008 dengan 2009, 2009 dengan 2010 dan 2011
dengan 2012. Menurut Suroso (2006) bahwa pengujian data temperatur
yang homogen dilakukan dengan uji Run Test Rerata temperatur tahunan
dihitung kemudian dibandingkan dengan rerata temperatur secara
keseluruhan selama tahun pengamatan. Berdasarkan tabel pada analisis
data, jika jumlah datanya 14 maka range U nya diantara 5-10 ,pada tabel 1
di atas jumlah U nya 9 maka dapat dikatakan data tersebut homogen. Hal
ini sesuai oleh pernyataan Sri (2004) yang dijelaskan melalui tabel nilai U
untuk data homogen bahwa data dapat dikatakan homogen dengan jumlah
data iklim sebanyak 14 apabila range U sebanyak berkisar antara 5-10.
Apabila rerata tahunan lebih besar dari pada rerata keseluruhan maka
diberi tanda (+) dan sebaliknya diberi tanda (-). Jumlah pasangan tanda (+)
dan (-) dihitung dan diberi tanda (U). Menurut Sanusi (2016) Data yang
memenuhi sifat homogen menunjukkan keandalan data tersebut. Suatu
data runtun dikatakan homogen, jika dalam setiap sub kelompok data tidak
terdapat perbedaan, baik dalam nilai rata-rata maupun nilai varians
terhadap sub kelompok yang lain dalam kumpulan data tersebut.
Sedangkan, ketidakhomogenan runtun data berarti bahwa telah terjadi
perubahan atau telah terjadi ketidak kontinyuan dalam runtun data yang
diuji. Perubahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan
terhadap nilai rata-rata. Menurut Bayong (2004) Sebuah catatan data iklim
dikatakan homogen apabila tidak adanya variasi yang disebabkan oleh
variasi non cuaca dan iklim. Homogenitas data seyogyanya meliputi jenis
parameter periode pengamatan data basis skala waktu (bulanan, mingguan,
tahunan, jenis uji yang dipakai dalam uji homogenitas serta penjelasannya
jumlah series data yang homogen pada suatu stasiun jumlah kasus,
panjangnya periode dan variasi tahunan kasus tidak homogen ukuran
penyimpangan dan faktor koreksi yang digunakan untuk memperbaiki
tidak homogen series tersebut penyebab tidak homogen dari faktor
nonklimat (pemindahan instrumen, pergantian pengamat, pergantian waktu

18
pengamatan, tren memanas atau mendingin secara perlahan misalnya
karena dampak perkotaan dan perubahan tata guna lahan).
Kemudian pada uji homogenitas curah hujan bulan Agustus dari tahun
1999-2012 dengan menggunakan metode Buishand yang disebut RAPS
(Rescaled Adjusted Partical Sums), dapat diketahui curah hujan (SK*)
tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 274,9 sedangkan curah hujan
terendah terjadi pada tahun 1999 hanya sebesar -7,2. Pada nilai curah
hujan (SK**), dapat diketahui dengan mencari nilai dy2 terlebih dahulu.
Nilai dy2 didapatkan dengan cara akar kuadrat dari (SK*) dikuadratkan
yang dijumlahkan dari tahun 1999-2012. Setelah dy2 diketahui, kemudian
dapat diketahui nilai SK**). Nilai SK** tertinggi terjadi pada tahun 2009
sebesar 6,754 dan nilai terendah tahun 1999 -0,176. Menurut Sri (1993),
data curah hujan dapat dikatakan homogen apabila nilai Q/√n atau R/√n
hitung lebih kecil dari pada Q/√n atau R/√n tabel. Berdasarkan data pada
tabel 3 dan 4, jumlah data (n) sebanyak 14 dengan perkiraan data homogen
95% nilai Q/√n tabelnya sebesar 1,29 dan R/√n 1,55. Berdasarkan hasil
hitung Q/√n dan R/√n yang didapatkan dari nilai SK** max-SK**min/dy 2.
Dapat dibandingkan bahwa Q/√n hitung < Q/√n tabel dan R√n hitung <
R/√n tabel. Sehingga dapat dikatakan data curah hujan bulan November
dari tahun 1999-2012 sudah homogen. Penggunaan perkiraan 95% pada
uji ini karena sudah dilakukannya perbandingan antara hasil pengamatan
alat dan perhitungan maka perkiraan homogenitas data tersebut dapat
dilakukan diatas 90%.
Untuk mengetahui data curah hujan homogen atau tidaknya, dapat
enggunakan rumus Q/√n dan R/√n. Setelah diketahui nilainya dapat di
bandingkan dengan nilai Q/√n dan R/√n yang ada pada tabel. Setelah
didapat nilai sk**, dapat dicari nilai Q/√n nya, hasilnya 1,80, dan nilai
R/√n hasilnya 1,37.
Karena jumlah keseluruhan data ada 14, jadi diambil data Q/√n pada
tabel di n=10 dengan persentase 95% dengan nilai 1,22, dan diambil data
R/√n pada tabel di n=20 dengan persentase 95% dengan nilai 1,43. Dan
jika dibandingkan nilai Q/√n hitung lebih besar daripada nilai Q/√n tabel,

19
hal ini dapat dikatakan bahwa data tersebut homogen. Begitu juga pada
R/√n, R/√n hitung lebih besar daripada R/√n tabel, hal ini juga dapat
dikatakan bahwa data tersebut tidak homogen.
Menurut Hidayat et al. (2016), yang menyatakan bahwa hujan adalah
fenomena meteorologi dan komponen klimatologi. Hujan adalah
hidrometeor yang jatuh berupa partikel air dengan diameter 0,5 mm atau
lebih. Hidrometeor yang jatuh ke dasar disebut hujan, dan hidrometeor
yang tidak sampai ke dasar disebut awan Virga. Selain itu, hujan dapat
diartikan sebagai perubahan bentuk dari cair menjadi padat, membentuk
awan dengan massa yang berat saat jatuh ke permukaan. Presipitasi
merupakan turunnya air berdasarkan atmosfer ke bagian atas bumi yang
berupa hujan, salju, embun, dan yang sejenisnya. Indonesia termasuk
wilayah tropis sebagai akibatnya yang paling secara umum dikuasai jenis
presipitasi yang terjadi merupakan hujan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, definisi hujan merupakan titik-titik air yang berjatuhan
berdasarkan udara lantaran proses pendinginan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa iklim
merupakan keadaan cuaca homogen-homogen pada jangka saat yang lama,
yang mana tanda-tanda dan insiden itu berulang dari tahun ke tahun.
Manfaat iklim merupakan untuk memilih letak geografis bumi dan untuk
mengetahui tanda-tanda dan insiden cuaca yang terjadi pada suatu lokasi
pada kurun saat setahun. Perubahan iklim yang tidak menentu salah
satunya disebabkan oleh perbedaan curah hujan setiap waktu dan daerah.
Perlunya dilakukan analisis homogenitas merupakan suatu langkah awal
untuk membenahi data sekaligus menerapkan pengawasan kualitas
(quality control) terhadap aset data iklim yang ada di BMKG. Uji
homogenitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kekonsistenan
suatu data dari penyimpangan dan kesalahan pencatatan. Uji homogenitas

20
dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan metode Run Test dan RAPS
(Rescaled Adjusted Partical Sums). Pengujian homogenitas dimaksudkan
untuk memberikan keyakinan bahwa sekumpulan data yang dimanipulasi
dalam serangkaian analisis memang berasal dari populasi yang tidak jauh
berbeda keragamannya.
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bawah pada temperatur
mendapatkan hasil yang homogen. jumlah datanya 14 maka range U nya
diantara 5-10 ,pada tabel 1 di atas jumlah U nya 9. Sedangkan pada curah
hujan didapatkan hasil Q/√n hitung lebih besar daripada nilai Q/√n tabel,
hal ini dapat dikatakan bahwa data tersebut homogen. Begitu juga pada
R/√n, R/√n hitung lebih besar daripada R/√n tabel, hal ini juga dapat
dikatakan bahwa data tersebut tidak homogen.

5.2 Saran
Penulis menyarankan agar saat praktikum berlangsung, praktikan
harus lebih tertib dan kondusif daripada sebelumnya karena dibutuhkan
ketelitian agar tidak ada kesalahan dalam menghitung.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bayong, T., H., K. 2004. Iklim Dan Lingkungan. Bandung: PT Cendikia Jaya
Utama.
Endriyanto, dan F. Ihsan. 2011. Teknik Pengamatan Curah Hujan di Stasiun
Klimatologi Kebun Percobaan Cukur Gondang Pasuruan. Balai Penelitian
Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Pasuruan.
Hanafi. 2006. Klimatologi. Bandung: Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Press.
Hidayat, A. K., dan Empung. 2016. Analisis Curah Hujan Efektif dan Curah
Hujan dengan Berbagai Periode Ulang untuk Wilayah Kota Tasikmalaya
dan Kabupaten Garut. Jurnal Siliwangi Vol. 2(2): 121-126.
Julismin. 2013. Dampak dan Perubahan Iklim di Indonesia. Jurnal Geografi. Vol.
5 (1):39-46.
Kainama, C. 2014. Analisis Pola Distribusi Unsur-Unsur Cuaca di Lapisan Atas
Atmosfer pada Bulan Januari dan Agustus di Manado. Jurnal MIPA. Vol.
3 (1): 20-24.
Kushardono, dkk. 2006. Analisis Perubahan Cuaca pada Areal Persawahan di
Pulau Jawa dan Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Padi. Jakarta:
Gramedia.
Lakitan, B. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nihayatin, L. Z. Sutikno. 2013. Perbandingan Uji Homogenitas Runtun Data
Curah Hujan Sebagai Pra-Pemrosesan Kajian Perubahan Iklim. Jurnal
Sains dan Seni Pomits. Vol. 2(2): 255-259.
Prawiroardoyo, S. 2004. Meteorologi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Priyahita, F., W., Sugianti, N., dan Aliah, H. 2016. Analisis Taman Alat Cuaca
Kota Bandung dan Sumedang Menggunakan Satelit Terra Berbasis
Python. Alhazen Journal of Physics Vol. 2, (2): 28-37.
Purba, L., I., Arsi, Armus, Purba, R., A., S., R., F., Amartani, K., Saidah, W., Y.,
H., dan Setyawan, M., B. 2021. Agroklimatologi. Medan: Yayasan Kita
Menulis.

22
Ritawati, Sri. 2022. Modul Praktikum Klimatologi Tanaman. Serang: Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa Press.
Romanyoga, Nielcy, T., dan Trias, P. 2016. Analisis Performansi Very Small
Aperature Terminal (Vsat) Pengiriman Data Cuaca Penerbangan
Menggunakan Computer Message Switching System (Cmss). Jurnal Teknik
Elektro Universitas Tanjungpura. Vol. 2(1):1-9.
Salim, N. O. A. & Hussein, D. A. A. 2014. Testing the Homogeneity of Rainfall
AKK Records for Some Stations in Iraq. International Journal of Civil
Engineering and Technology. Vol. 5(5): 76- 87.
Sanusi, Wahidah. 2016. Analisis Homogenitas Data Curah Hujan Tahunan Kota
Makassar. Jurnal Scientific Pinisi. Vol. 2(2): 137-142.
Sinambela, M. 2015. Homogeneity Test of Average Temperature and Rainfall
with Standard Normal Homogeinity Test. Jurnal Megasains. Vol. 6(2):
145-155.
Sri, H. 2004. Analisis Hidrologi. Jakarta: Gramedia.
Sudira, P. 2004. Klimatologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Sunarno. 2012. Rancang Bangun Sistem Pengukur Curah Hujan Jarak-Jauh Real
Time Sebagai Peringatan Banjir Lahar Dingin. Forum Teknik Vol. 33(3):
175-180.
Suwarto, T. 2011. Pengaruh Iklim dan Perubahannya terhadap Destinasi
Pariwisata Pantai Pangandaran. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol
22 (1).
Taufik, M. 2010. Analisis Tren Iklim dan Ketersediaan Air Tanah di Palembang,
Sumatra Selatan: Vol. 24(1): 42-49.
Tuomenvirta, H. 2014. Homogeneity Testing and Adjustment af Climatic Time
Series in Finland. Jurnal Geofisika. Vol. 38(1-2): 15-41.
Utaya, S. 2013. Pengantar Hidrologi Yogyakarta: Aditya Media Publishing.
Winarno, W., D., Harianto, S., P., Santoso, T. 2019. Klimatologi Pertanian.
Bandar Lampung: Pusaka Media.

23

Anda mungkin juga menyukai