GENETIKA TANAMAN
“SIMULASI HUKUM MENDEL”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Genetika Tanaman
Disusun oleh:
Nama : Ifa Mahmuda
NIM : 4442210008
Kelas : 3C
Kelompok : 5
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum pada mata kuliah genetika
tanaman dengan judul simulasi hukum mendel dengan baik. Dalam rangka
memenuhi laporan praktikum genetika tanaman, penulis menyusun laporan
praktikum ini guna untuk menjelaskan suatu persilangan monohibrid dan dihibrid
untuk membutuhkan segregasi mendel.
Pada kesempatan kali ini saya selaku penulis laporan praktikum genetika
tanaman sangat berterimakasih kepada Ibu Zahratul Millah S.P., M.P, Ibu Widia
Eka Putri S.P., M.Si dan Ibu Kirana Nugrahayu Lizansari S.P., M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah genetika tanaman dan asisten laboratorium genetika
tanaman yaitu saudara Neifal Feizan Priyatna.
Demikian laporan yang telah dibuat ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini
jauh dari kata sempurna, maka dari itu mohon kritik dan sarannya apabila terdapat
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan juga bermanfaat untuk saya selaku penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1. Mendel.....................................................................................................3
2.2. Monohibrid dan Dihibrid.........................................................................3
2.3. Teori Peluang...........................................................................................4
BAB III METODELOGI PRAKTIKUM............................................................5
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................5
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................5
3.3 Cara Kerja................................................................................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................7
4.1 Hasil.........................................................................................................7
4.2 Pembahasan.............................................................................................9
BAB V PENUTUP................................................................................................11
5.1 Simpulan................................................................................................11
5.2 Saran......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1
1. Agar mahasiswa mampu memamahami segregasi Mendel.
2. Agar mahasiswa mampu melakukan simulasi persilangan monohibrid dan
dihibrid untuk memmbuktikan hukum segregasi Mendel.
3. Agar mahasiswa mampu menghitung perbandingan dan dua sampai empat
warna kancing genetika sebagai persilangan monohibrid dan dihibrid
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mendel
Gregor Johann Mendel (1822–1884) merupakan seorang ilmuwan yang
pertama kali berhasil mengetengahkan satu mekanisme pewarisan sifat menurun
dengan melakukan eksperimen dibidang ilmu genetika. Sebenarnya para ahli
terdahulu telah memiliki pemikiran mengenai adanya suatu kehidupan yang
berkesinambungan atau membawa faktor keturunan dari generasi ke generasi
berikutnya. Namun para ahli tersebut tidak dapat melakukan percobaan seperti
apa yang dijalani oleh Mendel, hal ini didasari oleh salah satunya yaitu peralatan
ilmiah untuk melakukan dan membuktikan percobaan pemikiran mereka belum
ada. Sehingga dalam hal ini Mendel yang berhasil membuktikan dan selanjutnya
dijadikan sebuah dasar oleh Mendel dalam memperoleh sifat-sifat yang
diinginkan melalui konsep hibridisasi. Berdasarkan pada penemuan dan jasanya,
Mendel pun dijuluki sebagai Bapak Genetika (Effendi, 2020). Menurut
pernyataan Arsal (2018) bahwa terdapat beberapa istilah yang perlu untuk
diketahui, diantaranya ialah Parental (P) yaitu orang tua atau induk, Filial (F)
yaitu keturunan, Filial 1 (F1) yaitu keturunan pertama atau anak, Filial 2 (F2)
yaitu keturunan kedua atau cucu.
3
dengan kacang ercis yang memiliki biji keriput hijau (resesif). Adapun hasil yang
diperoleh dalam perbandingan fenotipe F2 pada persilangan dihibrid yaitu bulat
kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau dengan rasio perbandingan 9 :
3 : 3 : 1 (Arsal, 2018).
4
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
5
diperoleh.
3. Diuji seluruh data dengan menggunakan chi-square.
4. Dijelaskan dan disimpulkan simulasi yang telah dilakukan.
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Analisis persilangan monohybrid, rasio fenotipe F2 (3:1) untuk ulangan
80x pengambilan
Kelas Observed (O) Expected (E) (O-E)2 (O-E)2 / E
AA, Aa 67 ¾ x 80 = 60 (67-60)2 = 49 49/60 = 0,81
Aa 13 ¼ x 80 = 20 (13-20)2 = 49 49/20 = 2,45
Total 80 80 3,26
7
1
aa 22 x 80 = 20 (22-20)2 = 4 4/20 = 0,2
4
Total 80 80 4,3
8
Tabel 8. Analisis persilangan dihybrid, rasio fenotipe F2 (9:3:3:1) untuk ulangan
100x pengambilan
Kelas Observed (O) Expected (E) (O-E)2 (O-E)2 / E
9/16 x 100 = (58-56,25)2 = 3,06/56,25 =
A_B_ 58
56,25 3,06 0,05
3/16 x 100 = (18-18,75)2 = 0,56/18,75 =
A_b_ 18
18,75 0,56 0,03
3/16 x 100 = (16-18,75)2 = 7,56/18,75 =
a_B_ 16
18,75 7,56 0,40`
1/16 x 100 = (8-6,25)2 = 3,06/6,25 =
aabb 8
6,25 3,06 0,49
Total 100 100 0,97
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul “Simulasi Hukum Mendel” membahas
9
tentang persilangan monohibrid dan dihibrid. Persilangan monohibrid yaitu
persilangan dengan satu sifat beda, sedangkan persilangan dihibrid yaitu
persilangan dua sifat beda. Hal tersebut diperjelas dengan pernyataan Wijayanto
dkk. (2013) bahwa dalam penyebaran gen dapat terjadi jika ada persilangan antar
individu. Berdasarkan jumlah sifat yang disilangkan ada dua macam persilangan
yaitu persilangan monohibrid yang merupakan persilangan dengan satu sifat beda,
dan persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda. Persilangan
dihibrid adalah persilangan yang lebih rumit jika dibandingkan dengan
persilangan monohibrid karena persilangan dihibrid melibatkan dua lokus.
Berdasarkan hasil analisis Chi-square (X2) pada persilangan F2 dari
persilangan F1 diketahui bahwa setiap persilangan, baik monohibrid dengan rasio
3:1) pada semua ulangan, monohibrid dengan rasio (1:2:1) pada ulangan 100 dan
120, dan dihybrid dengan rasio (9:3:3:1) sesuai dengan rasio hukum Mendel. Hal
ini karena X2hitung < X2 tabel. Pada percobaan ini digunakan kancing dengan
empat macam warna, yaitu kancing X untuk alel A dan kancing Y untuk alel a
dalam sebuah persilangan. AA memiliki sifat yang dominan, sementara aa bersifat
resesif. Dari hasil persilangan antara monohibrid dengan rasio 3:1 untuk
80/100/120 kali pengambilan tidak ada data yang menyimpang dari hukum
mendel.
Adapun untuk monohibrid dengan rasio 1:2:1 pada ulangan 100, tidak
sesuai dengan rasio hukum Mendel karena hipotesis (H0) ditolak, dimana
X2hitung > X2tabel. Dapat dilihat dari hasil tersebut dengan kata lain rasio
perbandingan 1:2:1 dari 100 pengulangan terjadi penyimpangan Hukum Mendel.
Pada kondisi yang normal, persilangan monohibrid akan menghasilkan rasio
fenotipnya 3:1 atau 1:2:1, sedangkan pada dihibrid akan menghasilkan rasio
fenotipnya 9:3:3:1. Namun, nyatanya tidak semua persilangan akan menghasilkan
rasio yang sesuai dengan hukum Mendel. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Firdauzi (2014) bahwa kenyataannya, rasio fenotip yang dihasilkan tidaklah persis
demikian, karena rasio tersebut hanya perhitungan secara teoritis. Semakin dekat
nilai rasio kenyataan yang disebut observation (o) terhadap rasio teoritis yang
disebut juga dengan expected (e), maka semakin sempurna data yang dipakai,
maka semakin bagus pernyataan fenotipnya. Begitu juga sebaliknya, semakin jauh
10
nilai rasio kenyataan
(o) terhadap rasio teoritis (e), maka semakin buruk data tersebut. Hal tersebut
dapat terjadi datanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor lingkungan atau
jumlah objek yang diamati terlalu sedikit.
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Adapun simpulan dari praktikum kali ini yaitu penyebaran gen dapat terjadi
jika ada persilangan antar individu. Persilangan tersebut dibagi menjadi dua
macam, yaitu persilangan monohibrid (satu sifat beda) dan dihibrid (dua sifat
beda). Orang yang pertama kali meneliti tentang penurunan sifat yaitu Gregor
Johann Mendel. Dalam persilangan, faktor dominan diberi simbol abjad Latin
besar, sedangkan untuk faktor resesif diberi simbol abjad Latin kecil. Persilangan
monohibrid akan menghasilkan rasio fenotipnya 3:1 atau 1:2:1, dan persilangan
dihibrid akan menghasilkan rasio fenotipnya 9:3:3:1. Namun, dalam kenyataanya
rasio fenotip yang didapat tidak persis seperti itu. Rasio fenotip tersebut hanyalah
perhitungan teoritis saja. Berdasarkan hasil analisis Chi-square diperoleh
monohibrid dengan rasio 3:1 pada semua ulangan, monohibrid dengan rasio
(1:2:1) pada ulangan 100 dan 120, dan dihibrid dengan rasio (9:3:3:1) sesuai
dengan rasio hukum Mendel. Hal ini karena X2 hitung < X2 tabel. Sedangakan
untuk monohibrid dengan rasio 1:2:1 pada ulangan 100, tidak sesuai dengan rasio
hukum Mendel karena hipotesis (H0) ditolak, dimana X2 hitung > X2 tabel.
5.2 Saran
Dalam melakukan pengamatan fenotip harus dilakukan dengan cermat dan
juga teliti agar terhindar dari kesalahan dalam perhitungan. Selain itu, kita juga
perlu memperhatikan interaksi antara faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi hasil pengamatan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13