Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

KANCING GENETIKA DAN APLIKASINYA PADA INTERAKSI GEN DAN


INTERAKSI ALEL

Dosen Pengampu :
Dra. Yulilina Retno Dewahrani, M.Biomed

Nailul Rahmi Aulya, S.Si., M.Si

Kelompok 10
Tsania Arrumaisha 1304620028

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk hidup memiliki kemampuan untuk menghasilkan
sejenisnya yang memiliki sifat yang diturunkan dari
orangtuanya. Sifat dari orangtuannya akan diturunkan kepada
keturunannya dengan adanya variasi tertentu. Pewarisan sifat
dari orangtua atau parental kepada keturunannya disebut
sebagai hereditas. Varietas merupakan keturunan yang
memiliki sifat yang sedikit berbeda dari orangtuannya atau
saudara kandungnya.
Hereditas adalah istilah yang mengenalkan dengan
terminologi gen dan alel yang merupakan ekspresi terkait
sifat. Setiap individu pasti memiliki sepasang alel yang
khas yang diturunkan dari orangtua atau tetuannya. Pasangan-
pasangan alel tersebut adalah genotip. Jika seseorang
memiliki pasangan alel yang sama maka ia akan memiliki
genotipe homozigot dan sebaliknya jika berbeda makan disebut
genotipe heterozigot.
Hereditas pertama kali dikemukakan oleh Gregor Mendel
yang melakukan penelitian terhadap kacang ercis. Dari
penelitiannya menghasilkan Hukum Mendel I dan Hukum
Mendel II. Setelah itu W. Bateson dan R.C. Punnet menemukan
adanya interaksi gen yang merupakan penyimpangan semu
terhadap hukum Mendel yang tidak melibatkan modifikasi
fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang
merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen
nonalelik. Selain terjadi interaksi antar alel, interaksi
juga dapat terjadi secara genetik. Selain mengalami berbagai
modifikasi rasio fenotipe karena adanya peristiwa aksi gen
tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum
Mendel yang tidak melibatkan modifikasi rasio fenotipe,
tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil
kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik.
Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan praktikum
genetika kanicng genetika interaksi gen untuk membuktikan
teori-teori agar lebih akurat.

B. Tujuan
1. Mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang
dibawa oleh gamet-gamet tertentu dan akan bertemu
secara acak dan berasortasi secara bebas.
2. Melakukan latihan persilangan dihybrid menggunakan
kancing genetika
3. Menggunakan uji Chi-Square dalam analisis genetika
mendel.
4. Mengetahui apakah terdapat penyimpangan dari percobaan
yang dilakukan dengan teori yang ada.
BAB II
Tinjaun Pustaka
Genetika merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang
pewarisan sifat atau hereditas pada suatu organisme. Hereditas
dapat terjadi ketidak adanya suatu perkawinan atau pembelahan
sel pada organisme (Fransiskus Fran, 2020). Menurut Nur Amini
& Naimah (2020)hereditas dapat diartikan sebagai karakteristik
individu yang diwariskan oleh orang tua kepada keturunannya
atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki
oleh individu sebagai pewarisan dari orang tua melalui gen-
gen. Hereditas dibawa langsung oleh gen yang ada dalam DNA
masing-masing sel organisme. Genotip-genotip yang diturunkan
langsung dari orangtua ke keturunannya dapat contohkan dengan
Warna kulit, tinggi badan, warna rambut, bentuk hidung bahkan
“penyakit warisan” merupakan contoh dari penurunan sifat (Meilinda,
2017).
Hukum hereditas ditemukan oleh mendel pada tahun 1866,
perkembangan ilmu hereditas mempengaruhi cabang ilmu dan
konsep penting dalam biologi meliputi evolusi, perkembangan
embrio makhluk hidup dan biologi molekuler (Meilinda, 2017).
Mendel menggunakan kacang Ercis Pisum sativum L dalam
penelitiannya dalam menemukan hukum hereditas dengan cara
melakukan perkawinan silang antara individu bergalur murni
dengan sesamanya yang juga bergalur murni. Perkawinan silang
kedua tumbuhan yang bergalur tersebut bertujuan untuk
memudahkan pengamatan tentang proses penurunan sifat yang
terjadi pada makhluk hidup khususnya pada tumbuhan. Penggunaan
kacang ercis adalah karena kacang ercis memiliki siklus hidup
yang cepat, varietas yang beragam dan mampu melakukan
persilangan sendiri (Campbell, 2010).
Istilah-istilah yang digunakan dalam hereditas yang
ditemukan Mendel saat menyilangkan kacang ercis yang pertama
adalah parental yaitu induk atau galur murni pertama yang
disilangkan. Sedangkan untuk anakan atau keturunan yang
dihasilkan disebut filial. Hasil dari sifat yang muncul ketika
persilangan yang mana sifat tersebut mengalahkan sifat lainnya
disebut sifat dominan. Sebaliknya sifat yang dikalahkan
kemunculannya disebut sifat resesif. Istilah lain yang
digunakan adalah alel atau sepasang gen yang letaknya di lokus
pada kromosom homolog yang memiliki tugas sebagai pembawa
informasi genetik untuk diturunkan kepada keturunannya (Atmojo
et al., 2016). Contoh dari alel misalnya A menentukan sifat
rambut keriting pada rambut manusia, sedangkan a menentukan
rambut lurus. Maka A dan a merupakan alel, tetapi jika B
menentukan ibu jari bengkok pada manusia, maka A dan B bukan
alel. Jika individu memiliki genotipe dari alel yang sama
misalnya AA atau aa maka disebut homozigot. Sebaliknya jika
genotipnya tidak sama misalnya Aa maka disebut heterozigot.
Homozigot dapat dibedakan menjadi homozigot dominan dan
homozigot resesif (Suryo, 2004).
Kesimpulan yang didapat dari percobaan Mendel yaitu Hukum
Mendel 1 dan Hukum Mendel 2. Hukum Mendel 1 disebut sebagai
Hukum Segregasi, karena dua gen akan berpisah pada saat
pembentukan gamet. Persilangan monohibrid berkaitan erat
dengan Hukum Mendel 1, hal ini disebabkan saat pembentukan
gamet kedua gen dalam alel yang sebelumnya berpasangan akan
memisah secara bebas dalam dua sel anakan sesuai dengan Hukum
Mendel 1. Contoh persilangan monohibrid tersebut Biji bulat
(JJ) disilangkan dengan Biji keriput (jj) menghasilkan
keturunan F1 adalah semua biji bulat karena J dominan terhadap
j. pada keturunan kedua (untuk memperoleh F2) disilangkan
hasil F1 yang heterozigot dan memperoleh hasil ¾ bulat (JJ,
Jj, jJ) dan ¼ keriput (jj), rasio perbandingan fenotip 3:1 dan
perbandingan genotipnya 1:2:1 (Firdauzi, 2014).
Sedangkan Hukum Mendel 2 adalah hukum pengelompokan gen
secara bebas atau asortasi yang mengatakan bahwa gen yang
telah terpisah pada pembentukan gamet akan bergabung lagi
dengan gen-gen dari induk lainnya pada saat perkawinan,
penggabungan gen tersebut terjadi secara acak dan bebas.
Persilangan yang erat dalam Hukum Mendel 2 adalah persilangan
dihibrid karena saat pembentukan gamet kedua atau F2 gen dalam
gamet akan mengalami pemisahan yang akan bergabung secara
bebas nantinya (Wahyuningsih, 2019). Generasi F2 dari suatu
persilangan dihibrid memiliki empat kemungkinan fenotipe
dengan rasio 9:3:3:1 (Suherman et al., 2018). Untuk memahami
dan membuktikkan persilangan monohibrid dan dihibrid dapat
digunakan kancing genetika. Kancing genetika merupakan alat

peraga atau media peraga yang digunakan untuk membuktikkan


kemungkinan terjadinya kombinasi gen dan prinsip-prinsip
genetika (Kusnandar et al., 2020)

Gambar 1. Persilangan Dihibrid


BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan Selasa, 1 November 2022
pukul 10.00-11.40 WIB. Bertempat di Laboratorium Genetika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Jakarta.
B. Alat dan Bahan
 Alat tulis
 Kalkulator ilmiah
 Kancing genetic/kertas warna/bahan-bahan lainnya yang
memungkinkan untuk digunakan.
C. Prosedur Praktikum
 Diterima 40 biji genetik dan dimasukkan pada 2 kantong,
masing-masing kantong berisi 20 biji genetik, terdiri
dari 5 kuning hijau, 5 kuning hitam, 5 merah hijau dan
5 merah hitam (biji/kancing bisa diganti dengan kerta
warna atau alat-alat lainnya yang prinsip kerja sesuai
dengan teori)
 Diambil satu biji genetik dari kantong kanan dengan
tangan kanan dan satu biji genetik dari kantong kiri
dengan tangan kiri pada waktu yang bersamaan dan akan
menghasilkan sebiuah kombinasi genetik.
 Dicatat hasilnya, dikembalikan kombinasi biji genetik
itu ke kentong asalnya, dan dikocok sepaya tercampur
kembali.
 Diulangi pengambilan (biji genetik), sampai 16 kali
pengambilan dan dibuat tabel dari hasil percobaan yang
di lakukan.
 Dicatat data yang diperoleh dalam laporan praktikum.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Tabel 1. Hasil Praktikum Kelompok 10

Ke K_B_ K_bb kkB_ kkbb


1. 10 4 4 2
2. 12 2 4 2
3. 11 5 3 1
4. 9 5 4 2
5. 10 4 5 1
6. 12 1 4 3
7. 10 3 5 2
8. 9 4 5 2
9. 9 5 6 0
10. 10 5 3 2
11. 12 4 4 0
12. 10 4 4 2
13. 12 4 3 1
14. 12 4 2 2
15. 12 5 3 0
16. 11 4 5 0
171 63 64 22
Jumlah
320

Keterangan :
- K_B_ = Kuning Hijau (Bulat Manis)
- K_bb = Kuning Hitam (Bulat Asam)
- kkB_ = Merah Hijau (Lonjong Manis)
- kkbb = Merah Hitam (Lonjong Asam)

 Hipotesis

H0 = tidak terdapat perbedaan signifikan antara hasil


percobaan dengan persentase teori

H1 = terdapat perbedaan signifikan antara hasil percobaan


dengan persentase teori

 Perhitungan
K_B_
9
e = x 320=180
16
d = o – e = 171-180 = -9
2
2 d
X =Σ ( )
e
2
(−9)
X 2 =Σ ( ) = 0,45
180
K_bb
3
e = x 320=60
16
d = o – e = 63-60 = 3
2
2 d
X =Σ ( )
e
2
2 (3)
X =Σ ( ) = 0,15
60
kkB_
3
e = x 320=60
16
d = o – e = 64-60 = 4
2
2 d
X =Σ ( )
e
2
2 (4)
X =Σ ( ) = 0,26
60
kkbb
1
e = x 320=20
16
d = o – e = 22-20 = 2
2
2 d
X =Σ ( )
e
2
2 (2)
X =Σ ( ) = 0,2
20
Tabel 2. Perhitungan Chi Square (X2)
K_B_ K_bb kkB_ kkbb Jumlah
O 171 63 64 22 320
e 180 60 60 20 320
d -9 3 4 2 0
d2 0,45 0,15 0,26 0,2 1,06
e

α =0,05
X2 Hitung = 1,06
X2 Tabel (P=0,05) = 3,84

Oleh karena itu,

 Tolak H0 bila X2hitung > X2Tabel


 Terima H0 bila X2hitung < X2Tabel

Berdasarkan perhitungan H0 diterima karena X2hitung < X2Tabel


1,06 < 3,84. Artinya tidak ada perbedaan siginifikan
antara hasil percobaan dengan teori.
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikkum yang didapatkan dari


kelompok 10 kelas Pendidikan Biologi A 2020 dilakukan 16
kali pengulangan persilangan. Persilangan yang dilakukan
adalah dengan menggunakan kancing genetika yang terdiri
dari 4 warna berbeda untuk menganalogikan 2 sifat
berbeda. Warna kuning dan merah mewakili sifat bentuk
pada buah dan warna hijau dan hitam mewakili sifat rasa.
Genotipe yang digunakan untuk fenotipe bulat manis adalah
(K_B_), bulat asam (K_bb), lonjong manis (kkb_) dan
lonjong asam (kkbb).
Penggunaan kancing genetika dimaksudkan untuk
mempermudah melakukan persilangan baik monohybrid ataupun
dihybrid. Selain itu, dalam menggunakan kancing genetika
juga dapat melihat apakah persilangan terdapat
penyimpangan dari teori yang ada atau tidak. Menurut
Kusnandar et al (2020) kancing genetika merupakan alat
peraga atau media peraga yang digunakan untuk
membuktikkan kemungkinan terjadinya kombinasi gen dan
prinsip-prinsip genetika.
Data jumlah hasil persilangan yang telah didapatkan
dapat diketahui perbandingan dari masing-masing fenotip.
Jumlah dari hasil 16 kali pengulangan persilangan untuk
masing-masing fenotip setelah dijumlah Bulat
manis(K_B_)berjumlah 171, bulat asam (K_bb) 63, lonjong
manis (kkb_) 64 dan lonjong asam (kkbb) 22. Dapat dilihat
dari angka-angka tersebut memperlihatkan perbandingan
yang hampir sama dari teori mendel yang ada bahwa
persilangan dihybrid memiliki persentase 9:3:3:1. Untuk
itu dilakukan perhitungan lebih lanjut untuk memastikan
teori yang ada sesuai dengan hasil praktikkum yang
didapat.
Setelah dilakukan perhitungan lebih lanjut dengan
membagi jumlah salah satu fenotipe yang didapat dengan
jumlah keseluruhan genotipe didapatkan bahwa bulat
manis(K_B_), bulat asam (K_bb), lonjong manis (kkb_) dan
lonjong asam (kkbb) secara berturut-turut memiliki
perbandingan 180:60:60:20. Selanjutnya perbandingan
tersebut dihitung menggunakan rumus chi-square yaitu
dengan cara jumlah dari penyimpangan yang dikuadratkan
dibagi jumlah yang diharapkan. Dari perhitungan
didapatkan hasil bahwa X2hitung < X2Tabel 1,06 < 3,84. Artinya
tidak ada perbedaan siginifikan antara hasil percobaan
dengan teori yang ada.
Persilangan yang dilakukan pada percobaan ini merupakan
persilangan dihibrid yang menurut Wijayanto et al
(2013)merupakan persilangan yang dilakukan dengan dua
sifat berbeda. Persilangan yang erat dalam Hukum Mendel 2
adalah persilangan dihibrid karena saat pembentukan gamet
kedua atau F2 gen dalam gamet akan mengalami pemisahan
yang akan bergabung secara bebas nantinya (Wahyuningsih,
2019). Dari percobaan diatas setelah dilakukan dengan
perhitungan chi -square didapatkan hasil bahwa tidak ada
perbedaan siginifikan antara hasil percobaan dengan teori
yang ada yaitu perbandingan fenotipe yang didapat
180:60:60:20 sesuai dengan teori yang ada bahwa Generasi
F2 dari suatu persilangan dihibrid memiliki empat
kemungkinan fenotipe dengan rasio 9:3:3:1 (Suherman et
al., 2018)
Bab V
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan yang telah
dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa,
1. Gamet-gamet yang disilangkan akan bertemu secara bebas
tanpa mengetahui kemungkinan jumlah gamet yang akan
muncul dari akan berarsortasi secara bebas dengan
menghasilkan kemungkinan gamet yang terbentuk beragam.
2. Pada praktikum ini dilakukan persilangan secara
dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat berbeda.
Dua sifat berbeda yang disilangkan adalah sifat bentuk
buah, bulat dan lonjong serta sifat rasa yaitu manis
dan asam.
3. Perbandingan fenotip yang didapat dihitung menggunakan
rumus chi-square. Dari perhitungan didapatkan hasil
bahwa X2hitung < X2Tabel 1,06 < 3,84. Artinya tidak ada
perbedaan siginifikan antara hasil percobaan dengan
teori yang ada.
4. Setelah dilakukan dengan perhitungan chi -square tidak
terdapat penyimpangan dari hasil sehingga sesuai dengan
teori yang ada bahwa Generasi F2 dari suatu persilangan
dihibrid memiliki empat kemungkinan fenotipe dengan
rasio 9:3:3:1.

DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, F. W., Suerni, T., & Susanto, W. (2016). Hubungan
Antara Golongan Darah Dengan Retardasi Mental Pada Siswa Di
Slb. Jurnal Keperawatan Jiwa, 4(2), 105–113.
Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2010). Biologi, Edisi
Kedelapan Jilid 1. Terjemahan: Damaring Tyas Wulandari.
Jakarta: Erlangga.
Firdauzi, N. F. (2014). Rasio Perbandingan F1 dan F2 pada
Persilangan Starin N x b, dan Strain N x tx serta
Resiproknya. Jurnal Biologi, 3(2), 197–204.
Fransiskus Fran, P. Y. (2020). Aljabar Nonasosiatif Dan
Nonkomutatif Terkait Mutasi. Bimaster : Buletin Ilmiah
Matematika, Statistika Dan Terapannya, 9(4), 489–496.
https://doi.org/10.26418/bbimst.v9i4.42277
Kusnandar Maulana, A., Supriatno, B. S., & Anggraeni, S. A.
(2020). Rekonstruksi Desain Kegiatan Laboratorium Berbasis
ANCORB Pada Materi Hereditas. Biodik, 7(2), 216–226.
https://doi.org/10.22437/bio.v7i2.12961
Meilinda. (2017). Teori Hereditas Mendel : Evolusi Atau
Revolusi. Jurnal Pembelajaran Biologi, 4(May), 62–70.
Nur Amini, & Naimah, N. (2020). Faktor Hereditas Dalam
Mempengaruhi Perkembangan Intelligensi Anak Usia Dini.
Jurnal Buah Hati, 7(2), 108–124.
https://doi.org/10.46244/buahhati.v7i2.1162
Suherman, D. P., Purwianingsih, W., & Diana, S. (2018).
Analisis Hubungan Self-efficacy dan Metakognitif terhadap
Hasil Belajar Siswa SMA Berdasarkan Gender pada Konsep
Genetika. Assimilation: Indonesian Journal of Biology
Education, 1(1), 14–20.
https://doi.org/10.17509/aijbe.v1i1.11450
Suryo. (2004). Genetika Strata 1. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
Wahyuningsih, T. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi
Proses Persilangan Dengan Metode Tutor Sebaya Di Smp Negeri
3 Trenggalek. Education Journal : Journal Educational
Research and Development, 3(1), 1–12.
https://doi.org/10.31537/ej.v3i1.136
Wijayanto, D. A., Hidayat, R., & Hasan, M. (2013). Penerapan
Model Persamaan Diferensi dalam Penentuan Probabilitas
Genotip Keturunan dengan Dua Sifat Beda. Jurnal Ilmu Dasar,
14(2), 79.
Lampiran
Gambar 2. Dokumentasi Praktikum Kelompok 10

Anda mungkin juga menyukai