OLEH:
(8196173001)
JURUSAN BIOLOGI
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya yang
selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi
seluruh umat manusia, oleh karenanya kami dapat menyelesaikan tugas kultur
jaringan ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Ada pula maksud aau tujuan dari
penyusunan makalah ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pada mata kuliah kultur jaringan.
Tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan
demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini memberikan
ilmu dan manfaat, khususnya bagi kami dan para pembaca sekalian.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Rumusan Masalah 3
1.3.Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1. Zat Pengatur Tumbuh 5
2.2. Hormon Auksin 8
2.3. Biosinteis Hormon Auksin 11
2.4. Pengaruh Hormon Auksin Pada Tanaman 18
2.5. Hormon Giberelin 18
2.6. Biosintesis Hormon Giberelin 20
2.7. Pengaruh Hormon Giberelin Pada Tanaman 25
2.8. Hormon Sitokinin 26
2.9. Biosintesis Hormon Sitokinin 27
2.11. Pengaruh Hormon Sitokinin pada Tumbuhan 29
2.11. Penelitian tentang Zat Pertumbuhan Hormon 30
3.1.Kesimpulan 34
3.2. Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Struktur Kimia Auxin Jenis Asam Indoleasetat (IAA) 9
Gambar 2.2. Skema Biosintesis IAA 13
Gambar 2.3. Jalur Biosintesis Auksin 13
Gambar 2.4. Reaksi oksidasi IAA 14
Gambar 2.5. Proses pengangkutan basipetal polar auxin
pada potongan Avena coleoptile 16
Gambar 2.6. Ikatan Atom gibeelin 21
Gambar 2.7. Penghambatan growth retardant dalam biosintesis 25
Gambar 2.8. Struktur ikatan kimia sitokinin 26
Gambar 2.9. Jalur mevalonat untuk biosintesis
giberelin dan asam absisat (ABA) 28
Gambar 2.10. Perbandingan dari sukrosa, glukosa dan karbohidrat
pada GMB 7 di 3 jenis media 32
Gambar 2.11. Perbandingan auksin dn sitokinin pada ketiga jenis media 32
Gambar 2.12. Perbandingan Pelapisan Udara Kayu GMB 7 Dari Tiga
Jenis Media 33
Gambar 2.12. Perbandingan Pelapisan Udara Kayu GMB 9 Dari Tiga
Jenis Media 33
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung
batang, akar dan pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran
sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin
berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan. kecambah mengandung triptofan
yang merupakan bahan baku sintesis indole acetic acid (IAA). IAA merupakan salah
satu jenis auksin yang berpengaruh terhadap perkembangan sel, meningkatkan
sintesis protein, meningkatkan permeabilitas sel, melunakkan dinding sel, dan dapat
merangsang pertumbuhan akar (Warohmah,dkk. 2018).
Giberelin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang memiliki
peran khusus pada tanaman. Giberelin (GA3) berperan dalam mendukung cell
ellongation (perpanjangan sel), aktivitas kambium dan sintesa protein. Penambahan
GA3 dalam medium kultur akan menginduksi eksplan untuk mensintesis auksin
endogen. Konsentrasi GA3 dalam teknik perkembangbiakan tanaman secara in vitro
pada tanaman dikotil berkisar antara 1-8 mg/l (Mutryarny dan Seprita, 2018)..
Salisbury dan Ross (1995) menyatakan, peningkatan panjang batang
adalah respon yang paling spesifik akibat pemberian GA3, karena terjadinya
peningkatan aktifitas sel dalam hal pembelahan, perpanjangan sel yang menyebabkan
terjadinya pertambahan ukuran tanaman. GA3 mampu meningkatkan pertumbuhan
vegetative bibit kina, dan semakin tinggi konsentrasi GA3 yang diberikan
menghasilkan pertumbuhan vegetatife yang semakin cepat pada batas konsentrasi
tertentu, pada konsentrasi GA3 tertinggi (80 ppm) cenderung terjadi penurunan
pertumbuhan vegetatif. Seperti halnya dengan auksin, maka kinin juga merupakan
suatu nama sekumpulan zat-zat yang mempunyai fungsi sama. Berdasarkan fungsi
yang dimiliki zat ini.
Sitokinin yang pertama kali ditemukan adalah kinetin, suatu hormon
yang terdapat di dalam batang tembakau. Zat ini meningkatkan pembelahan sel
(cytokinesis). Selain itu juga berpengaruh terhadap pembelahan tunas-tunas serta
akar-akar. Menurut susunan kimianya maka kinetin itu suatu 6- furfurilaminopurin
(Heddy, 1996).
Loveless (1991) menjelaskan bahwa sitokinin yang disintesis dalam
akar, diedarkan ke daun melalui pembuluh xylem, dimana sitokinin diperlukan untuk
pertumbuhan normal dan differensiasi, serta meningkatkan pembelahan sel dan
menahan ketuaan (senescence). Sitokinin yang lain adalah zeatin, suatu sitokinin
yang terdiri atas adenine dan gugusan hidroksimetil-metilalil.
2
Loveless (1991) menyatakan bahwa sitokinin menahan menguningnya
daun dengan jalan membuat kandungan protein dan klorofil seimbang dalam daun.
Ketuaan (senescence) merupakan peristiwa menguningnya daun, yang terjadi karena
protein pecah dan klorofil rusak.
3
7. Untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh hormon giberelin
terhadap tumbuhan.
8. Untuk mengetahui sitokinin.
9. Untuk mengetahui biosinteis zat pengatur tumbuh hormon sitokinin
terhadap tumbuhan.
10. Untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh hormon sitokinin
terhadap tumbuhan.
11. Untuk mengetahui hasil penelitian tentang zat pengatur tumbuh.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Zat pengatur tanaman dapat diproduksi oleh tanaman sendiri dan seringkali
dalam jumlah sedikit sehingga diperlukan penambahan sumber dari luar. Pemberian
ZPT pada saat penyetekan akan membuat kualitas bibit akan meningkat dan jumlah
bibit dibawah standar normal akan menurun. Berdasarkan sumbernya, ZPT dapat
5
diperoleh baik secara alami maupun sintetik. Beberapa contoh ZPT adalah air
kelapa, urin sapi, dan ekstraksi dari bagian tanaman. ZPT yang bersumber dari alam
memiliki beberapa kelebihan antara lain lebih ramah lingkungan, mudah didapat,
aman digunakan, dan lebih murah. Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan
dengan stek,. Salah satu kendala tanaman tidak bisa dibiakkan secara stek adalah
kemampuan tanaman untuk berakar. Beberapa hal yang membuat tanaman tidak
dapat berakar setelah dilakukan penyetekan adalah kandungan lignin yang tinggi dan
kehadiran cincin sklerenkim yang dapat menghalangi tempat munculnya akar
adventif. Umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek,
persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh adalah beberapa hal yang
mempengaruhi penyetekan (Tustiyani, 2017).
6
penggunaan ZPT perlu diperhatikan cara kerja ZPT tersebut. Cara kerja ZPT
tergantung dari:
1. Perhatikan 5 tepat (tepat ZPT, tepat tanaman, tepat waktu, tepat lingkungan
dan tepat konsentrasi.
7
6. Baca label pemakaian yang tertera pada kemasan dengan baik.
Dalam kultur jaringan, ada dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat
penting yaitu sitokinin dan auxin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi
pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ. Interaksi dan
perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan yang
diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan arah perkembangan suatu
kultur.Penambahan auxin atau sitokinin eksogen, mengubah level zatpengatur
tumbuh endogen sel. Level zat pengatur tumbuh endogen ini kemudian merupakan
trigerring factor untuk proses-proses yang tumbuh dan morfogenesis. Selain auxin
dan sitokinin, gliberelin dan persenyawaan-persenyawaan lain juga diperlukan dalam
kultur jaringan sehingga perlu ditambahkan ke media dalam kasus-kasus tertentu
(Wiraatmaja,2017).
Auxin Pada umumnya dikenal ada lima kelompok hormon tumbuhan atau
jenis fitohormon, yaitu : 1) auxin, 2) giberelin, 3) sitokinin, 4)etilen, dan 5) ABA.
Berdasarkan aktivitas fisiologisnya fitohormon Pengaruh auxin telah dipelajari pada
abad ke-19 oleh ahli biologi, Charles Darwin. Dia melihat bahwa ketika benih
rumput-rumputan bertambah panjang, benih itu membelok kearah datangnya cahaya.
Dengan mempergunakan penutup yang tak tembus sinar, Darwin berhasil
menunjukkan bahwa tempat yang peka terhadap cahaya adalah ujung apikal dari
benih dan bukan bagian bawah tempat pembengkokan terjadi. Penelitian-penelitian
yang dilakukan kemudian yaitu pada benih rumput dan gandum menunjukkan bahwa
substansi yang dihasilkan pada ujung benih haruslah berdifusi dan bergerak dari
ujung apikal dari benih ke sel-sel yang sedang memanjang di sebelah bawah.
Percobaan menunjukkan bahwa jika ujung benih dipotong dan antara ujung dan
bekas potongan ditaruh selapis gelatin, pembelahan masih terjadi. Ini menunjukkan
bahwa substansi tersebut larut dalam air dan dapat bergerak melewati gelatin. Tetapi
lapisan yang dibuat dari bahan berminyak atau mika tidak akan bisa ditembus oleh
substansi itu. Pada percobaan lain, ujung benih dipotong dalam ruangan gelap
ternyata benih masih tumbuh membengkok tetapi pembengkokan selalu terjadi pada
bagian yang tidak berhubungan. Dengan demikian tumbuhan membengkok
8
disebabkan oleh penyebaran substansi pendorong tumbuh yang tidak merata, dimana
sisi yang menerima lebih banyak akan tumbuh lebih cepat. Jika ujung batang
dipotong dan tidak dikembalikan maka pertambahan panjang benih akan terhenti. Ini
menunjukkan bahwa substansi yang mendorong pertumbuhan berfungsi seperti
hormon. Hormon ini diisolasi pada 1928 dan diberi nama auxin.
9
1. Mengandung cincin.
Secara umum dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh
terhadap :
a. Pengembangan sel
b. Phototropisme
c. Geotropisme
d. Apical dominansi
f. Parthenocarpy
g. Abisission
10
h. Pembentukan callus (callus formation) dan
i. Respirasi
11
berkonjugasi dengan glukosa, asam aspartat, dan asam glutamat sehingga
membentuk konjugat auxin atau auxin dalam keadaan tidak aktif dengan cara gugus
karboksil IAA bergabung dengan molekul lain. Umumnya, tumbuhan dapat
melepaskan IAA dari konjugat dengan bantuan ensim hidrolase. Asam-asam amino
aromatic triptofan termasuk dalam jalur utama biosintesa dari IAA. Hasil-hasil
intermediate yang terdapat antara triptofan dan IAA adalah : asam indol purivat,
triptoamin dan indol asetaldehida. Triptofan sendiri terbentuk dari PEP (fosfo enol
purivat) dan eritrosa-4-fosfat. Jalur biosintesa IAA mulai dari PEP sampai dengan
triptofan juga merupakan jalur biosintesa dari senyawa-senyawa fenolik. IAA juga
dapat dibentuk secara langsung dari asam amino serine dengan indol. Jalur mana
yang penting tergantung dari lingkungan dan spesies tanaman. Pembentukan asam
amino triptofan terutama diperuntukan dalam pembuatan protein-protein sel. Jika
triptofan harus tersedia untuk sintesa-sintesa IAA, protein sel harus mengalami
protoolisa suatu proses yang berhubungan dengan penuaan (senescence). Sheldake,
akhli biokimia tanaman yang berasal dari Inggris mengatakan bahwa asam amino
triptofan untuk biosintesa IAA berasal dari proses autolisa sel. Autolisa sel terjadi
pada waktu pembentukan jaringan xylem dan floem. Pada waktu pembentukan
xylem dan floem, sel-sel meristematik ini mengalami autolisa dan hasil autolisa
menjadi tersedia untuk bahan-bahan metabolisma selanjutnya untuk sel-sel
sekitarnya. Menurut teori ini, daerah pembentukan IAA bukan saja di daerah
meristematik tetapi juga di daerah-daerah dimana terjadi diferensiasi sel untuk
pembentukan jaringan xylem dan floem. Hasil-hasil lain dari autolisa sel itu adalah
asam nukleat (untuk sintesa sitokinin) dan asam-asam amino lainnya (metione untuk
sintesa etilen, fenil alanin dan tirosin untuk sintesa senyawa fenolik). Tidak ada
kesepakatan antara ahli fisiologi bahwa hasil autolisa sel memegang peranan penting
dalam biosintesa hormon tanaman. Ini hanya merupakan suatu contoh bagaimana
sukarnya untuk menunjukkan dengan tepat, pusat-pusat pembuatan zat tumbuh
tanaman itu. Tempat sintesis IAA terjadi di meristem pucuk dan meristem akar,
precursornya adalah triptopan, sedangkan skema biosintesisnya seperti pada Gambar
2.2. dan 2. 3.
12
Gambar 2.2. Skema Biosintesis IAA
Tanaman sama pada bagian tanaman berbeda bisa berbeda, atau pada bagian
tanaman yang sama jalurnya berbeda pada stadia pertumbuhan berbeda. tanaman
sama pada bagian tanaman berbeda bisa berbeda, atau pada bagian tanaman yang
sama jalurnya berbeda pada stadia pertumbuhan berbeda. Bakteri azospirillum selain
dapat menambat Nitrogen, dapat memproduksi IAA dengan tryptophan sebagai
13
prekusor melalui jalur Indole-3-pyruvate (1) dan Tryptamine (2). Sintesis IAA oleh
Azospirillum melibatkan gen IpdC. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya IAA,
yaitu:
14
Kerusakan IAA disebabkan oleh: (a) oksidasi O2 dan hilangnya gugus
karboksil sebagai CO2 dengan bantuan ensim IAA oksidase; dan (b) gugus
karboksil IAA tidak hilang tetapi karbon 2 pada cincin heterosiklik teroksidasi
membentuk asam oksindol 3 asetat. Pengangkutan/transport hormon merupakan
pergerakan hormon dari tempat sintesis ke sel/jaringan target (tempat hormon
digunakan). Cara transport bisa terjadi secara :
15
sel melalui jalur simplas, apoplas atau melalui jaringan xylem dan
fluem. IAA adalah fitohormon yang bayak dipelajari tentang
system pengangkutannya di dalam tanaman. Transport IAA secara
basipetal polar dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Pada kecambah monokotil, IAA yang terbanyak terdapat pada koleoptil dan
makin berkurang kea rah akar. Penyebaran yang demikian hanya terjadi jika IAA
dari ujung koleoptil diangkut ke lain bagian. Dalam perjalanan IAA dari ujung
koleoptil ke bagian lain, IAA itu dapat dipergunakan dalam proses pertumbuhan,
dimobilisasi oleh ikatan-ikatan kompleks atau diinaktifkan dan dirombak oleh reaksi-
reaksi enzimatik. IAA pada ujung koleoptil berasal dari IAA konjugata/cadangan
(IAA–inositol, IAA–glukosa atau IAA-asam-asam amino). Dalam proses
pematangan biji IAA dibuat oleh embrio yang sedang berkembang dan di samping
sebagai IAA-konjugata dalam jaringan endosperm. Pada waktu perkecambahn biji
IAA-konjugata itu bergerak ke koleoptil dan dihidrolisa secara enzimatik menjadi
IAA bebas dan diangkut ke bagian lain dari kecambah tersebut. Meristem akar
mensintesa IAA dalam jumlah yang kecil, sehingga kebutuhan IAA di akar itu
sebagian besar berasal dari ujung koleoptil. Cara penyebaran IAA pada bibit tanaman
dikotil agak kompleks tetapi yang jelas bahwa IAA itu dibuat pada daerah-daerah
meristematik dari tunas-tunas pucuk daun dan tunas-tunas samping. Proses-proses
16
pengangkutan imobilisasi dan prombakan dari IAA itu menyebabkan konsentrasi
yang berbeda dalam tanaman tersebut. Penyebaran IAA dalam tanaman terutama
diatur oleh pengangkutan IAA kearah menjauhi pucuk tanaman. Pengangkutan
auxin dari pucuk tanaman menuju pangkal batang disebut pengangkutan polar.
Pergerakan polar ini bukan suatu proses difusi biasa dari konsentrasi auxin yang
tinggi ke konsentrasi auxin yang rendah, tetapi termasuk juga aktivitas dari sel-sel
yang hidup. Sifat-sifat pergerakan polar itu dapat dilihat pada percobaan pada
Gambar 6.
Percobaan lain dapat dilakukan dengan pengaturan letak blok agar donor
(agar + IAA) dan blok agar aseptor (agar tanpa IAA) pada potongan batang bibit
yang dapat diletakkan pada posisi biasa dan posisi terbalik. Hasil percobaan-
percobaan itu adalah sebagai berikut :
(1) Donor diletakkan di atas, aseptor di bawah potongan batang pada posisi
biasa. IAA akan bergerak dari donor ke aseptor.
(2) Seperti pada (1) tetapi posisi batang terbalik. IAA tidak bergerak dari
donor ke aseptor.
(3) Donor diletakkan di sebelah bawah dan aseptor di sebelah atas, posisi
batang biasa. IAA tidak bergerak dari donor ke aseptor.
(4) Seperti pada (3) tetapi posisi batang terbalik. IAA akan bergerak dari
donor ke aseptor. Percobaan tersebut menunjukkan bahwa auxin bergerak
dari konsentrasi tinggi kekonsentrasi rendah melalui morfologis ujung ke
morfologis pangkal batang. Polar transport ini juga dihambat oleh
keadaan anaerobic dan zat-zat penghambat respirasi. metabolisme,
perkembangan tanaman (vegetatif/reproduktif), pelukaan dan factor-
faktor lingkungan. Dasar-dasar fisiologis dari pergerakan polar sampai
saat ini belum diketahui dengan jelas. Pengangkutan polar merupakan
suatu hasil kerjasama sel-sel yang hidup sehingga beralasan jika
dikatakan bahwa fenomena polaritas itu berada di dalam sel. Polaritas ini
dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
17
(2) Membran yang asimetrik (plasma, tonoplas, endoplasmic retikula);
Auxin digunakan secara luas dalam kultur jaringan untuk merangsang kalus,
suspensi sel dan organ. Pemilihan jenis auxin dan konsentrasi, tergantung dari : (1)
tipe pertumbuhan yang dikehendaki, (2) level auxin endogen, (3) kemampuan
jaringan mensintesa auxin, dan (4) golongan zat tumbuh lain yang ditambahkan.
Pengaruh auxin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman diduga melalui cara :
18
yang intensif yang dilakukan di ketiga negara tersebut memungkinkan, bahwa
giberelin A sebenarnya adalah campuran dari sekurangkurangnya 6 jenis giberelin
yang disebut GA1, GA2, GA3, GA4, GA7 dan GA9.
Pada saat ini telah diketahui bahwa tumbuhan berhijau daun mengandung
GA1, GA2, GA3, GA5, GA6, GA7 dan GA8. Telah pula diketahui adanya sekitar
40 macam struktur dan mungkin masih akan ditemukan lagi struktur tambahan.
Giberelin terdapat dalam berbagai organ seperti akar, batang, tunas, daun, tunas-
tunas bunga, bintil akar, buah dan jaringan kalus. Di alam telah ditemukan lebih dari
sepuluh jenis giberelin. Menurut Weaver (1972), giberelin ada yang diketemukan
dalam jamur Gibberella Fujikuroi, ada yang diketemukan pada tanaman tinggi dan
ada juga yang diketemukan pada keduanya. Jenis giberelin yang diketemukan pada
jamur yaitu GA1, GA2, GA3, GA4, GA7, GA9, s.d GA16, GA24, GA25, GA36.
Sedangkan jenis giberelin yang diketemukan pada tanaman derajat tinggi yaitu GA1,
s.d GA9, GA13, GA17, s.d GA23, GA26, s.d GA35. Dan yang terakhir yaitu
giberelin yang diketemukan pada jamur dan tanaman derajat tinggi yaitu GA1, s.d
GA4, GA7, GA9, dan GA13. Giberelin ; GA1 s.d GA5, GA7 s.d GA9, GA19, GA20,
GA26, GA27, dan GA29 diketemukan pada Pharbitis nil, GA1, GA5, GA8, GA9,
GA13, diketemukan pada umbi tulip, kemudian GA3, GA4, GA7, diketemukan pada
anggur, GA18, GA19, GA20, diketemukan pada pucuk bambu, GA3, GA4, GA7,
dijumpai pada biji apel, selanjutnya GA21, dan GA22, dijumpai pada sword bean.
Pada tanaman lain yaitu : Lipinus lutens (GA18, GA23, GA28), pada pucuk tanaman
jeruk dan biji mentimun diketemukan GA1, tebu (GA5), pisang (GA7), kacang,
jagung, barley wheat diketemukan GA1. Adapun pada tanaman Phaseolus coclirecus
diketemukan ; GA1, GA3 s.d GA6, GA8, GA13, GA17, dan GA20. Kemudian pada
Rudbeckia bicolor diketemukan ; GA1, GA4, GA7, s.d GA9. Dan yang terakhir yaitu
pada Calonyction aculeatum diketemukan GA30, GA31, GA33, dan GA34.
19
Giberelin (GAs) merupakan senyawa diterpenoid tetrasiklik dengan rangka
ent-gibberalene yang disebut ent-kaurene. Ada 2 tipe utama GAs yaitu yang
mempertahankan kerangka entkaurene disebut C20-GAs atau punya atom carbon
penuh yaitu 20 C dan yang kehilangan C20 disebut ent20 non-gibberelane (C19-
GAs) atau atom carbon yang ke 20 hilang dalam metabolism. Saat ini telah
ditemukan 89 jenis GAs, diberi nomor dari GA1-GA89. Menurut Weaver (1972),
perbedaan utama pada gibereline adalah : (a) pada beberapa gibereline mempunyai
19 buah atom karbon dan yang lainnya mempunyai 20 buah atom karbon ; (b) Grup
hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent- gibberellene numbering system). Semua
gibereline dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic acid yang mengandung
COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai sebuah lactonering. Di alam, dijumpai
pula beberapa senyawa yang di ekstrak dari tanaman. Senyawa tersebut tidak
mengandung gibereline atau gibberellane structure tetapi termasuk ke dalam
gibereline. Tetapi ada pula senyawa lain yang ditemukan tanpa gibban skeleton yaitu
"Steviol", namun aktivitasnya seperti gibereline. Macam-macam giberelin ada yang
endogen mulai dari : GA1 sampai dengan GA58 misalnya GA1 pada jagung, kacang
tanah, pisang, tebu dan GA7 pada biji muda mentimun. Disamping itu sintetik
umumnya adalah GA3, tetapi ada juga GA4, GA7, GA9 sintettik.
3. Gas yang paling atif adalah Gas yang mempunya ikatan lakton (CO-O--
C/CO pada C19 dan C pada C10) pada cicin A.
Giberelin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid. Semua kelompok
terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon. Dapat diihat
struktur giberelin pada Gambar 2.6.
20
Gambar 2.6. Ikatan Atom gibeelin
21
sebagian dari jalur biosintesa itu yaitu mulai dari MVA (C6) → ent-Kaurene →
GA12 aldehida adalah sama untuk fungi maupun tanaman. Jalur dari MVA ke GPP
ada beberapa langkah yaitu aktivasi dari MVA menjadi MVA- PP dengan enzim
MVA Kinase, memerlukan ATP, MG ++++, dilanjutkan dengan pembentukan
GGPP dari IPP dan DMAP, enzimnya GGPP sintetase. Setelah itu terjadi
pembentukan cincin (cyclization) ent-Kaurene dari GGPP. Pada tahap perubahan
antkaurene menjadi GA12-aldehida tidak terdapat hasil antara (intermediate) diantara
kedua senyawa tersebut. Para ahli berpendapat bahwa proses itu terjadi dari
kontraksi cincin B. Cincin B yang mula-mula terdiri dari 6 C berkontraksi menjadi
cincin B dengan 5 C + C7 diluar cincin tersebut. Pada jalur sesudah GA12-aldehida
menjadi Gas (GA4) menurut Wareing dan Phillips (1981), melalui langkah-langkah
berikut yaitu :
Kemudian dari GA4 ada 4 jalur untuk membentuk GA16, GA17, GA1 dan
GA7 dengan proses sebagai berikut :
1. GAs bebas (free Gas) yaitu GAs yang tidak terikat pada glukosa dan larut
dalam methanol, terdiri dari C19-GAs atau C20-GAs mono, di atau tri karboksilat.
2. GAS yang larut dalam air atau “bound GAS “ (Water soluble GAS).
Senyawa menyerupai GA, sangat polar dan larut dalam air. Terdapat pada buah, biji,
umbi kentang, umbi tulip, kecambah tomat, ujung-ujung tunas tembakau. Bentuknya
22
bermacam-macam terdiri dari sekurang-kurangnya dua atau lebih senyawa. Salah
satu GAS yang sangat polar ini adalah GA bebas yang telah ditentukan struktur
kinianya. GA ini dikenal dengan nama GA32 yang terdapat pada biji muda dari
Prunus armeniaca (Davies, 1995).
3. Conjugated GAs. Pada conjugated GA, GAs ini terikat pada glukosa
dalam bentuk glukosida dan glukosil ester. Glukosida merupakan pengikatan glukosa
dengan GAs melalui gugus hidroksil dari GA (GA-O--glukosa). Sedangkan ester
glukosil merupakan pengikatan glukosa dengan GAs melalui gugus karboksilat
(COOH) dari GA (GA--COO-glukosa).
4. Inter Konversi. GAS berbeda di dalam palensinya dan GAS yang terdapat
pada fase perkembangan tertentu dari tanaman atau organ tidak terdapat pada fase
perkembangan berikutnya. Di dalam organ/tanaman terjadi interkonversi seperti : (a)
Antara Free GA (GA6 – GA3 dan GA8), (b) Conjugated GAS → Free GAS, (c)
Bound GAS → Free GAS.
1. Pemotongan organ diikuti pemberian GAS eksogen. Dalam hal ini organ
dipotong lalu diberi GAS eksogen, kemudian dibandingkan dengan tanaman yang
tidak dipotong organnya.
23
4. Penggunaan inhibitor pada GA biosintesa. Penggunaan inhibitor dilakukan
pada potongan organ kemudian dilanjutkan dengan mengukur jumlah GAs yang
terbentuk pada suatu periode waktu dengan metode difusi.
24
Gambar 2.7. Penghambatan growth retardant dalam biosintesis
25
pembuangan, penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama
perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi lainnya. Giberelin mempunyai
peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell elongation), aktivitas kambium
dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
26
Perpindahan ikatan rangkap dari ∆1,2 ke ∆ 3,4 juga menurunkan aktivitas
berkurang. Substitusi (adanya OH pada C4 meningkatkan aktivitas, adanya OH pada
C2 C3 atau C2 dan C3 mengurangi aktivitas, adanya > 1 OH menurunkan aktivitas.
Sitokinin yang aktif dapat dirubah menjadi tidak aktif (antagonist) dengan cara
penjenuhan rantai samping, penukaran posisi C dan N, dan substitusi CH3 pada 9-
CH.
27
Gambar 2.9. Jalur mevalonat untuk biosintesis giberelin
dan asam absisat (ABA)
28
jenis ZPT ini berfungsi di dalam tumbuhan. Ketika satu potongan jaringan
parenkhim batang dikulturkan tanpa memakai sitokinin, maka sel tersebut tumbuh
menjadi besar tetapi tidak membelah. Sitokinin secara mandiri tidak mempunyai
efek, tetapi apabila sitokinin diberikan bersama-sama dengan auksin maka sel
tersebut dapat membelah.
29
2. Morphogensesis. Dalam kultur jaringan dan Crown Gall, sitokinin
menginduksi terbentuknya organ pucuk.
2.11.1 Pendahuluan
30
pertumbuhan yang mendorong pelepasan akar), yang kemudian mengalir ke bawah
melalui kulit kayu (floem) sehingga nutrisi akan dipertahankan pada bagian atas dari
bagian yang diiris untuk mengaktifkan akumulasi karbohidrat dan hormon.
Tumpukkan karbohidrat dan hormon dalam sayatan akan membentuk kalus yang
akan berubah menjadi tanaman baru.
2.11.2.1. Alat
2.11.2.2. Bahan
2.11.2.3. Metode
31
Untuk setiap perlakuan, dua tanaman induk dipilih dan
direplikasi tiga kali, di mana dua cabang dilapisi udara di
dalam setiap tanaman.
2.11.3. Pembahasan
Gambar 2.10. Perbandingan dari sukrosa, glukosa dan karbohidrat pada GMB
7 di 3 jenis media
Gambar 2.12. Perbandingan Pelapisan Udara Kayu GMB 9 Dari Tiga Jenis
Media
33
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah referensi tentang zat
pengatur tumbuh (ZPT) dan penulis mohon maaf jika masih banyyak kekurangan
dalam makalah ini.
34
DAFTAR PUSTAKA
Widyastuti, dkk. 2020. Effects of auxin and cytokinin levels on the success of air
layering in tea plant clones of GMB 7 and GMB 9 using husk
charcoal, cocopeat and moss media. Ilmu Pertanian (Agricultural
Science). Vol. 5 (2): 86-91.
Wiraatmaja, 2017. Zat Pengatur Tumbuh Auksin Dan Cara Penggunaannya
Dalam Bidang Pertanian. Bahan Ajar. Denpasar: Universitas
Udayana
Wiraatmaja, 2017. Zat Pengatur Tumbuh Giberelin Dan Sitokinin. Bahan Ajar.
Denpasar: Universitas Udayana
35