Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ZAT PENGATUR TUMBUH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Perkembangan Tumbuhan dengan


Dosen Pengampu Ibu Ratna Yulinda ,M. Pd

Disusun Oleh:

Fani Fatika Marcelinda (2010129220001 )


Heppi Gloriana Stefany (2010129220007)
Irma Noviyanti Pasaribu (2010129120007 )

PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Zat
Pengatur Tumbuh” untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Perkembangan
Tumbuhan program studi Pendidikan IPA Universitas Lambung Mangkurat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ratna Yulinda ,M. Pd


selaku dosen pengampu mata kuliah Fisiologi Perkembangan Tumbuhan. Selain
itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam ulasan ini masih terdapat kekurangan


baik isi maupun susunannya, maka dari itu penulis dengan terbuka menerima
segala kritik dan saran yang membangun demi penyempurnan makalah ini dan
penyusunan makalah kedepannya. Di akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

06 September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ii
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………1
1.1. Latar Belakang
………………………………………………………………1
1.2. Tujuan Penulisan
…………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………..3
2.1. Pengertian Zat Pengatur Tumbuhan …………………………………………3
2.2. Jenis Zat Pengatur Tumbuh ………………………………………………….4
2.3. Manfaat ……………………………………………………………………...6
BAB III PENUTUP …………………………………………………………….9
3.1. Kesimpulan ………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik dalam perbanyakan
tanaman secara klonal untuk perbanyakan masal. Keuntungan pengadaan
bibit melalui kultur jaringan antara lain dapat diperoleh bahan tanaman
yang unggul dalam jumlah banyak dan seragam, selain itu dapat diperoleh
biakan steril (mother stock) sehingga dapat digunakan sebagai bahan
untuk perbanyakan selanjutnya (Lestari, 2008). Untuk mendapatkan hasil
yang optimum maka penggunaan media dasar dan zat pengatur tumbuh
yang tepat merupakan faktor yang penting (Purnamaningsih dan Lestari,
1998). Kombinasi media dasar dan zat pengatur tumbuh yang tepat akan
meningkatkan aktivitas pembelahan sel dalam proses morfogenesis dan
organogenesis.
Dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan dapat ditempuh
melalui dua jalur, yaitu organogenesis dan embriogenesis somatik. Jalur
embriogenesis somatik di masa mendatang lebih mendapat perhatian
karena bibit dapat berasal dari satu sel somatik sehingga bibit yang
dihasilkan dapat lebih banyak dibandingkan melalui jalur organogenesis.
Di samping itu, sifat perakarannya sama dengan bibit asal biji.
Zat pengatur tumbuh terdiri dari golongan sitokinin dan auksin.
Auksin mempunyai peran ganda tergantung pada struktur kimia,
konsentrasi, dan jaringan tanaman yang diberi perlakuan. Pada umumnya
auksin digunakan untuk menginduksi pembentukan kalus, kultur suspensi,
dan akar, yaitu dengan memacu pemanjangan dan pembelahan sel di
dalam jaringan kambium (Pierik, 1987). Untuk memacu pembentukan
kalus embriogenik dan struktur embrio somatik seringkali auksin
diperlukan dalam konsentrasi yang relatif tinggi.
Zat pengatur tumbuh tanaman berperan penting dalam mengontrol
proses biologi dalam jaringan tanaman (Davies, 1995; Gaba, 2005).
Perannya antara lain mengatur kecepatan pertumbuhan dari masingmasing
jaringan dan mengintegrasikan bagian-bagian tersebut guna menghasilkan
bentuk yang kita kenal sebagai tanaman. Aktivitas zat pengatur tumbuh di
dalam pertumbuhan tergantung dari jenis, struktur kimia, konsentrasi,
genotipe tanaman serta fase fisiologi tanaman (Satyavathi et al., 2004;
George, 1993; Dodds dan Roberts, 1982). Dalam proses pembentukan
organ seperti tunas atau akar ada interaksi antara zat pengatur tumbuh
eksogen yang ditambahkan ke dalam media dengan zat pengatur tumbuh
endogen yang diproduksi oleh jaringan tanaman (Winata, 1987).
Penambahan auksin atau sitokinin ke dalam media kultur dapat

1
meningkatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen di dalam sel,
sehingga menjadi “faktor pemicu” dalam proses tumbuh dan
perkembangan jaringan. Untuk memacu pembentukan tunas dapat
dilakukan dengan memanipulasi dosis auksin dan sitokinin eksogen
(Poonsapaya et al., 1989).

1. 2 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui apa itu zat pengatur tumbuh
2. Mengetahui jenis-jenis zat pengatur tumbuh
3. Mengetahui fungsi zat pengatur tumbuh
4. Mengetahui cara kerja dan pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap tumbuhan
5.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Zat Pengatur tumbuhan
Zat pengatur tumbuh adalah suatu substansi (bahan) organik (selain vitamin dan
unsur mikro) yang dalam jumlah sedikit mampu merangsang, menghambat atau
bahkan mengubah proses fisiologi sedangkan pada kadar terlalu tinggi akan
menghambat pertumbuhan, meracuni bahkan mampu membunuh tanaman itu
sendiri. Secara kualitatif, zat pengatur tumbuh dapat mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Peran auksin dalam kultur in vitro terutama untuk
pertumbuhan kalus, suspensi sel, dan pertumbuhan akar. Sedangkan peran kinetin
di dalam kultur in vitro antara lain berhubungan dengan proses pembelahan sel,
proliferasi tunas ketiak, dan mempengaruhi transport auksin (Winten, 2009).
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat diasumsikan bahwa pemberian
kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin dengan kinetin yang sesuai
dengan kebutuhan eksplan mampu meningkatkan pertumbuhan kultur antera
Capsicum frutescens L.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik alami atau sintetis yang
mempromosikan, menghambat atau memodifikasi pertumbuhan secara kualitatif
dan perkembangan tanaman (Varalakshmi dan Malliga, 2012). Zat pengatur
tumbuh berperan penting dalam mengontrol proses biologi dalam jaringan
tanaman (Gaba, 2005). Perannya antara lain mengatur kecepatan pertumbuhan
dari masing-masing jaringan dan mengintegrasikan bagian-bagian tersebut untuk
menghasilkan bentuk yang kita kenal sebagai tanaman (Lestari, 2011).
Pemanfaatan zat pengatur tumbuh untuk meningkatkan produksi tanaman
merupakan salah satu teknologi yang dapat diaplikasikan. Zat pengatur tumbuh
alami umumnya langsung tersedia di alam dan berasal dari bahan organik,
contohnya air kelapa, urin sapi, dan ekstraksi dari bagian tanaman maupun
mikroorganisme. Zat pengatur tumbuh sintetis didapat melalui proses produksi
oleh manusia dan sudah dapat dipastikan rumus kimianya (Mayrowani, 2012).
2. 2 Jenis Zat Pengatur Tumbuh

3
Menurut jenisnya, ZPT digolongkan ke dalam 5 jenis, baik yang alami maupun
buatan. Dari yang alami diantaranya auksin (auxins), sitokinin (cytokinins),
giberelin (giberelins, GA), etilena (etena, ETH), dan asam absisat (abscisic acid,
ABA). Sedangkan dari yang sintetis ada IAA, inhibitor, kholsikin, dan lain-lain.
Dari 5 jenis itu kemudian dibagi lagi menjadi 3 jenis berdasarkan sifatnya, yaitu :
o Penghambat pertumbuhan : Asama Absisat (ABA) dan inhibitor.
o Pendukung pertumbuhan tanaman (positif) : Auksin, Sitokinin, dan
Giberelin.
o Pendukung maupun penghambat pertumbuhan : Etilena.

1. Auksin
Auksin merupakan ZPT yang berperanan dalam perpanjangan sel pucuk/tunas
tanaman. Selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan
batang dan akar, peranan auksin lainnya adalah kombinasi auksin dan giberelin
memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada
kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.
Auksin mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi
dan percabangan akar, perkembangan buah,  dominansi apikal,fototropisme dan
geotropisme.
Selain itu auksin (IAA) sering dipakai pada budidaya tanaman antara lain untuk
menghasilkan buah tomat, mentimun dan terong tanpa biji; dipakai pada
pengendalian pertumbuhan gulma berdaun lebar dari tumbuhan dikotil di
perkebunan jagung  dan memacu perkembangan meristem akar adventif dari stek
mawar dan bunga potong lainnya.
 2. Sitokinin
Sitokinin berperanan dalam pembelahan sel (sitokinesis).  Golongan sitokinin,
sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam pembelahan sel.   Senyawa dari
golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin.
Sitokinin alami  misalnya kinetin dan zeatin,  Sitokinin alami dihasilkan pada
jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang
diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada

4
batang. Kinetin banyak ditemui pada bulir jagung yang muda, sedangkan zeatin
banyak ditemui pada air kelapa.
Sitokinin berperanan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar,
mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, mendorong
perkecambahan dan menunda penuaan.
 3. Giberelin
Giberelin merupakan ZPT yang berperan dalam mendorong perkembangan biji,
perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun, mendorong
pembungaan dan perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan
diferensiasi akar.
Giberelin dikenal juga dengan nama asam giberelat, mempunyai  peranan dalam
pembelahan sel dan atau perpanjangan sel tanaman.  Senyawa pertama yang
ditemukan memiliki efek fisiologi adalah GA3 (asam giberelat 3). GA3
merupakan substansi yang diketahui menyebabkan pertumbuhan membesar pada
padi yang terserangfungi Gibberella fujikuroi.
Giberelin juga berperan dalam memacu pembungaan pada beberapa tanaman,
mematahkan dormansi biji serta memcu perkecambahan biji.
 4. Etena
Etena atau dikenal juga dengan nama etilena merupakan zat pengatur tumbuh 
yang berwujud gas pada suhu dan tekanan ruang.  Etena berperan dalam
mempercepat pemasakan buah. Contohnya dengan pemeraman merupakan usaha
untuk menaikan konsentrasi etilena di sekitar jaringan buah sehingga buah cepat
masak.  Contoh lainya adalah pengarbitan pada pemeramana akan usaha
pembentukan asetilena (gas karbid) yang di udara akan tereduksi oleh gas
hidrogen menjadi etilena.
Contoh Etilena yang sudah dibuat orang antara lain Ethepon (asam 2-kloroetil-
fosfonat)  yang diperdagangkan dengan nama Ethrel dan beta-hidroksil-
etilhidrazina (BOH). Etilena juga dapat menyeragamkan pembungaan pada
tanaman semusim, misalnya pada tanaman nanas.
 5. Inhibitor
Inhibitor merupakan zat pengtur tumbuh yang berperan dalam penghambatan
proses biokimia dan proses fisiologis bagi aktivitas keempat Zat Pengatur

5
Tumbuh (ZPT) diatas.  Secara alami Inhibitor adalah asam absisat (ABA), yang
selanjutnya diproses menjadi metabolit ABA . Inhibitor sintetik yang dibuat untuk
menghambat metabolisme atau menunda metabolisme tanaman antara lain MH (2-
kloroetil) amonium klorida,  Contohnya Cyocel dan Chlormequat),SADH,
ancymidol, asam triiodobenzoat (TIBA) dan morphacyn.
2. 3 Manfaat
Beberapa manfaat auksin, diantaranya :
1. Meningkatkan sintesis protein untuk merangsang perpanjangan sel.
2. Merangsang terjadinya proses diferensiasi.
3. Merangsang partenokrapi, yaitu kondisi terbentuknya buah tanpa
pembuahan (polinasi). Kandungan buah pada auksin pun sangat banyak.
4. Memecah dormansi pucuk atau apikal saat pucuk atau akar tanaman tidak
mau berkembang.
5. Merangsang pembentukan apikal (tunas atas) dengan memotong (topping)
pada ujung tunas batang.
Sumber bahan alami auksin dapat ditemukan di bekicot, kecambah, dan keong
mas. Sedangkan contoh ZPT sintetis diantaranya asam naftalenasetat (NAA),
asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan
asam 4-klorofenoksiasetat (4-CPA). Selain itu, ZPT Auksin dapat ditemukan
dalam merk dagang Ratu Biogen SL dan Kelpak 11/0,031 SL. Untuk kerja auksin
yang optimal gunakan untuk perendaman benih atau disemprotkan pada tanaman
pada waktu sore hari. Sebab, auksin sangat mudah menguap terkena sinar
matahari.
Adapun beberapa manfaat sitokinin diantaranya :
1. Merangsang proses perkecambahan biji.
2. Menunda pengguguran daun, buah, dan bunga.
3. Merangsang morfogenesis (inisiasi/pembentukan tunas).
4. Menghambat proses penuaan hasil panen sehingga hasil panen lebih awet.
5. Mematahkan dormansi biji.
Sumber bahan alami hormon sitokinin diantaranya bonggol pisang, air kelapa, dan
jagung muda. Adapun contoh sitokinin sintetis adalah N 6-benziladenin (N6-BA)
dan 6-benzilamino-9 (PBA). Dan merk dagang untuk sitokinin diantaranya

6
inducer 10 SL, kelpak 11/0,031 SL. Sitokinin sendiri cocok untuk percabangan
tanaman seperti cabe, dengan cara disemprotkan pada saat tanaman mulai
membentuk percabangan.
manfaat giberelin :
1. Mencegah kerontokan buah dan bunga.
2. Merangsang terjadinya buah partenokrapi.
3. Merangsang pembungaan (mempercepat proses generatif).
4. Mematahkan dormansi benih.
5. Merangsang perpanjangan sel sehingga batang dan buah membesar
ukurannya.
Giberelin alami dapat didapat dari rebung dan bawang merah. Untuk merk
dagangnya sendiri diantaranya Agrogibb 40 SL, Bigest 40 EC, Progibb 20 SL,
Supergibb 20 SL, dan lain-lain. Setiap sore hari, semprotkan giberelin ke tanaman
saat mendekati masa pembungaan. Selain itu, menyemprotkan giberelin di bawah
tajuk tumbuhan dapat meningkatkan laju fotosintesis.
Manfaat Inhibitor
Asam Absisat memiliki peran yang berlawanan dengan ZPT yang lain, yaitu
sebagai inhibitor, menghambat bahkan menghentikan aktivitas apikal meristemik.
Biasanya asam absisat dimanfaatkan pada jenis tanaman umbi karena membantu
pembesaran umbi, seperti kentang, wortel, bawang, dan lain-lain.
Proses pemakaiannya dilangsungkan ketika akan mencegah pertumbuhan tunas
baru untuk memperbesar umbi tanaman. Hormon inhibitor akan menghentikan
pertumbuhan vegetatif tanaman saat perkembangan buah dan umbi tanaman sudah
tidak maksimal. Karena nutrisi tanaman tersebar ke banyak cabang tanaman
sewaktu tanaman masih menghendaki untuk terus tumbuh. Dengan inhibitor,
nutrisi hanya akan difokuskan ke buah dan umbi.
manfaat etilen diantaranya :
1. Menghambat perpanjangan batang (elongation growth) dan akar pada
beberapa spesies tanaman.
2. Merangsang pemekaran bunga.
3. Mengakhiri masa dormansi.
4. Merangsang perkecambahan biji.

7
5. Merangsang pembentukan bulu-bulu akar.
Etilen alami dapat diperoleh dari tomat, apel, pisang, dan mangga. Sedangkan
etilen sintetis bermerk dagang Ethrel 480 SL, Cepha 480 SL, Prothepon 480 SL,
Raptor 400 SL, dan lain-lain.

8
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Penggunaan zat pengatur tumbuh dalam kultur jaringan tergantung pada jenis
tanaman yang digunakan serta tujuan kegiatan. Untuk pembentukan tunas
umumnya menggunakan zat pengatur tumbuh sitokinin (BA atau kinetin), untuk
pembentukan kalus menggunakan auksin 2.4-D dan untuk pembentukan akar
menggunakan auksin (IAA, IBA, atau NAA). Pada tanaman tertentu sering pula
digunakan kombinasi sitokinin dan auksin tergantung tujuan pembentukan tunas,
akar atau kalus. Perimbangan sitokinin terhadap auksin atau sebaliknya dapat
mengarahkan proses morfogenesis. Untuk regenerasi melalui jalur embriogenesis
somatik diperlukan beberapa tahapan dengan menggunakan konsentrasi zat
pengatur tumbuh yang berbeda. Untuk pembentukan kalus embriogenik umumnya
digunakan auksin kuaat seperti 2.4-D. Untuk tahap berikutnya konsentrasi auksin
diturunkan dan pada tahap pendewasaan digunakan sitokinin.
3. 2 Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, G. L. (2011). Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan


Tanaman melalui Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen. 7(1): 63-68.
Suprato, Agus. (2004). Auksin: Zat Pengatur Tumbuh Penting Meningkatkan
Mutu Stek Tanaman. Vol. 21, No 1:81-90
Mutryarny., nny.Dkk. (2018). Respon Tanaman Pakcoy Akibat Pemberian Zat
Pengatur Tumbuhan Hormonik. Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 14 no 2.
Sandra, Edhi. (2019). Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan
Skala Rumah Tangga. PT Penerbit IPB Press. Bogor.

10

Anda mungkin juga menyukai