Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN

ACARA VIII KURVA SIGMOID DAN ANALISIS PERTUMBUHAN


TANAMAN

Nama : Dwi Septi Nur Amaliah


No. Mahasiswa : 20200210192
Gol / Kel : D2 Genap/ 9
Kelompok : 1. Itsnaini Noor Latif Ismail
2. Muh Wahyu Nur Hanafi
3. Dwi Septi Nur Amaliah
Asisten : Deta Dwi Prayitno
CoAsisten : 1. Mita Dwi Novitasari
2. Delvika Siti Nuraeni

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan
bagi makhluk hidup; baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam proses
pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan seiring
dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Proses pertumbuhan
menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram
pertumbuhan (Tjitrosoepomo, 1999).
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih
cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila
digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva
sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih
tetap, tetapipenyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam
lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi
pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Pustaka, 2008).
Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebihtetap, tetapi
penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan.
Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh
faktor keturunan dan lingkungan, sehubungan dengan itu maka dilakukan percobaan
ini.
B. TUJUAN
1. Membuktikan bahwa tanaman dan bagian-bagiannya mempunyai pertumbuhan
yang berbentuk kurve sigmoid.
2. Mengetahui pengaruh keadaan lingkungan terhadap terjadinya kurve sigmoid
pertumbuhan pada tanaman.
3. Mengetahui cara pengukuran pertumbuhan tanaman secara kuantitatif.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan
dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi dan
arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang kelihatannya sangat
wajar bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons tumbuhan yang
meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya
perencanaan yang disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Campbell, 2002).
Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh letaknya
dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung
(tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus pada akar tidak diketahui pertambahan
panjang terbesar dikarenakan kecambah mati (Salisbury, 1996)
Teorinya, semua ciri pertumbuhan bisa diukur, tapi ada dua macam pengukuran yang
lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau massa. Yang paling umum,
pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot,
pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya
protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur.
Pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan denagn cara mengukur perbesaran ke satu
atau dua arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang) atau luas (misalnya, diameter
batang), atau luas (misalnya, luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan cara
pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur
berulang-ulang pada waktu yang berbeda (Salisbury, 1996).
Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan kurva
sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan perkecambahan biji tersebut yang otomatis
juga dipengaruhi oleh waktu dormansi karena periode dormansi juga merupakan
persyaratan bagi perkecambahan banyak biji. Ada bukti bahwa pencegah kimia terdapat di
dalam biji ketika terbentuk. Pencegah ini lambat laun dipecah pada suhu rendah sampai
tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi
baik. Waktu dormansi berakhir umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang bersifat
kuantitatif. Untuk tunas dan biji dormansi dinyatakan berhasil dipecahkan jika 50 % atau
lebih dari populasi biji tersebut telah berkecambah atau 50% dari tunas yang diuji telah
menunjukkan pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan angiospermae di gurun pasir
mempunyai pencegah yang telah terkikis oleh air di dalam tanah. Dalam proses ini lebih
banyak air diperlukan daripada yang harus ada untuk perkecambahan itu sendiri (Kimbal,
1992).
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran
pada semua sistem biologi. Pertumbuhan ini digambarkan dengan kurve yang sigmoid.
Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang
hari, temperatur rendah, perubahan persediaan air). Pertumbuhan berikutnya disebut
diferensiasi, yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan
yang merubah struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat
berkembang (Kaufman, P. B., 1975).
Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase
dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.Pada fase linier,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama
beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan
pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian
bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan
sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury, 1996).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak
tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun,
dengan mengambil contoh tanaman jagung. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai
fungsi dan waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear,
dan fase penuaan (Salisbury, 1996)

III. METODE
A. BAHAN DAN ALAT
Bahan :
1. Benih tanaman semusim (kacang hijau)
2. Tanah
3. Pupuk Kandang
4. Pupuk NPK
5. Air

Alat :
1. Penggaris/millimeter
2. Polybag hitam ukuran 3 kg
3. Timbangan analitik
4. Alat tulis

B. CARA KERJA
1. Pilihlah benih-benih tanaman semusim yang mempunyai sifat baik
2. Siapkan benih tanaman dan 6 buah polybag; 2 buah untukv perlakuan tanpa pupuk,
2 buah untuk perlakuan pupus kompos, dan 2 buah unruk perlakuan pupuk NPK.
3. Isilah polybag sesuai dengan perlakuan; 4 buah polybag diisi dengan tanah saja, 2
buah diisi dengan tanah + pupuk kompos.
4. Siapkan pupuk NPK dan timbang sesuai dengan kebutuhan
5. Campurkan pupuk NPK dengan tanah yang telah diisikan kedalam 2 buah polybag
sebelumnya.
6. Tanam 2 benih tiap polybag. Setelah umur satu minggu jarangkanlah sehingga
hanya diperoleh satu tanaman tiap polybag.
7. Letakkan polybag pada tempat yang teduh dan peliharalah dengan melakukan
penyiraman serta mencabuti gulma disekitar tanaman.
8. Amati pertumbuhan tanaman dengan mengukur tinggi dan jumlah tanaman
9. Amati luas daun dan berat kering daun, serta hitunglah : RGR, NAR, LAR SLW,
SLA, dan nisbah shoot-root.

IV. HASIL PENGAMATAN


1. Kurva Sigmoid
Kacang Hijau
 Tinggi Tanaman
Perlakua Ulanga Waktu (hari ke-)
n n 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Tanpa 1 3 10 12 17 22 29 36 41 45 47 49 51 54 59 67 69 70 72
Pupuk 2 3 6 7 14 18 20 22 23 25 27 30 32 36 39 40 42 42 42
3 12 13 14 16 23 27 33 35 47 51 54 57 60 63 64 65 65 67
4 12 15 20 24 27 30 31 31 32 33 34 35 43 47 50 52 57 59
NPK 1 0 3 6 10 16 21 25 30 36 38 43 45 50 54 64 64 64 65
2 3 7 10 16 21 24 31 37 43 49 52 56 60 63 65 66 68 70
3 10 12 14 17 25 30 35 39 42 49 55 57 61 63 66 66 66 69
4 15 16 21 26 30 31 32 33 36 39 40 43 51 58 63 65 67 70
Kompos 1 0 4 9 13 18 21 27 35 39 41 41 49 52 55 60 61 61 62
2 4 6 10 15 22 24 29 33 36 41 48 56 57 61 64 69 70 72
3 11 12 14 15 24 27 34 38 43 50 54 56 57 58 62 65 66 66
4 16 19 21 24 27 30 30 32 33 34 35 36 44 48 50 55 58 63
Tabel Tinggi Tanaman Kacang Hijau

Perlak Waktu (hari ke-)


uan 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Tanpa 7. 11. 13. 17. 22. 26. 30. 32. 37. 39. 41. 43. 48. 52. 55. 57. 58. 60.
Pupuk 50 00 25 75 50 50 50 50 25 50 75 75 25 00 25 00 50 00
NPK 7. 9.5 12. 17. 23. 26. 30. 34. 39. 43. 47. 50. 55. 59. 64. 65. 66. 68.
00 0 75 25 00 50 75 75 25 75 50 25 50 50 50 25 25 50
Kompo 7. 10. 13. 16. 22. 25. 30. 34. 37. 41. 44. 49. 52. 55. 59. 62. 63. 65.
s 75 25 50 75 75 50 00 50 75 50 50 25 50 50 00 50 75 75
Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Hijau
 Jumlah Daun
Perlakua Ulanga Waktu (hari ke-)
n n 7 1 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
0
Tanpa 1 0 3 6 6 8 8 11 11 17 17 20 20 23 23 24 27 27 27
Pupuk 2 0 0 2 2 5 5 5 7 7 9 10 10 13 13 15 16 16 16
3 3 3 6 6 9 9 11 12 12 15 17 18 18 19 20 21 21 24
4 3 3 4 5 5 7 11 12 14 15 17 17 20 23 23 21 21 18
NPK 1 0 0 3 6 8 8 11 14 14 17 20 23 23 26 27 27 27 27
2 0 0 2 5 7 8 11 13 15 15 18 19 19 20 20 20 20 20
3 3 3 5 5 6 6 8 8 9 9 10 10 12 12 13 16 16 19
4 3 5 6 7 8 9 11 13 15 17 18 20 20 26 23 21 21 24
Kompos 1 0 3 3 5 5 8 11 11 14 17 20 20 23 23 24 24 24 24
2 0 0 2 4 4 7 9 10 10 14 14 15 18 18 19 20 20 20
3 3 3 6 6 8 8 12 12 13 13 15 15 16 16 18 18 21 21
4 4 5 6 9 11 13 14 15 17 18 18 20 20 26 26 27 27 21
Tabel Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau

Perlak Waktu (hari ke-)


uan 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Tanpa 1. 2. 4. 4. 6. 7. 9.5 10. 12. 14. 16. 16. 18. 19. 20. 21. 21. 21.
Pupuk 50 25 50 75 75 25 0 50 50 00 00 25 50 50 50 25 25 25
NPK 1. 2. 4. 5. 7. 7. 10. 12. 13. 14. 16. 18. 18. 21. 20. 21. 21. 22.
50 00 00 75 25 75 25 00 25 50 50 00 50 00 75 00 00 50
Komp 1. 2. 4. 6. 7. 9. 11. 12. 13. 15. 16. 17. 19. 20. 21. 22. 23. 21.
os 75 75 25 00 00 00 50 00 50 50 75 50 25 75 75 25 00 50
Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau
2. Analisis Pertumbuhan Tanaman
Kacang Hijau
Perlakua Ulanga La Lw W W sh W rt
n n 40 60 40 60 40 60 40 60 40 60
Tanpa 1 280 940 5.5 23.3 1.65 10.48 1.39 9.75 0.26 0.73
Pupuk 2 260 720 2.9 14 1.00 9.09 0.45 5.75 0.10 0.72
3 200 520 3.8 11.7 4.56 10.10 1.15 1.21 0.48 0.60
4 229 700 3.2 14.9 1.09 10.87 0.96 9.64 0.12 1.23
NPK 1 260 940 5.3 20.2 1.79 10.21 1.51 9.15 0.28 1.06
2 220 1220 2.8 24 1.23 12.00 0.68 1.94 0.12 0.80
3 260 720 3 13.7 3.57 11.97 1.67 5.57 0.51 0.20
4 200 1000 3.5 18.7 1.10 10.34 1.01 8.65 0.08 1.71
Kompos 1 200 920 4 18.2 1.08 10.40 0.77 8.89 0.31 1.51
2 140 1660 1.7 12.1 1.37 6.54 0.43 3.99 0.70 0.58
3 120 240 2.3 10.6 2.96 5.52 0.90 1.36 0.43 0.30
4 457 1200 6.7 24.4 2.48 12.83 2.33 7.01 0.15 0.82

Perlakuan La Lw W W sh W rt
40 60 40 60 40 60 40 60 40 60
Tanpa 242 720 4 16 2 10 1 7 0.2 0.8
Pupuk
NPK 235 970 4 19 2 11 1 6 0.2 0.9
Kompos 229 1005 4 16 2 9 1 5 0.4 0.8
LAR SLW SLA NS-R
Perlakuan RGR NAR
40 60 40 60 40 60 40 60
Tanpa
0.079 0.001 117 71 0.016 0.022 62.894 45.070 4.115 8.034
Pupuk
NPK 0.088 0.001 122 87 0.016 0.020 64.384 50.653 4.919 6.714
Kompos 0.075 0.001 116 114 0.016 0.016 62.390 61.562 2.786 6.620

V. PEMBAHASAN
1. Kurve Sigmoid
Kacang Hijau
 Tinggi Tanaman
Tinggi Tanaman
80.00
60.00 Tanpa Pupuk
40.00 NPK
cm

20.00 Kompos
0.00
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Hari ke-

Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan didapat hasil seperti pada
grafik di atas. Tinggi tanaman dari perlakuan tanpa pupuk, menggunakan pupuk NPK, dan
menggunakan pupuk kompos tidak menunjukkan selisih tinggi yang signifikan pada hari ke 7
sampai hari ke 28. Pada hari ke 31 sampai hari ke 58 ke tiga perlakuan mengalami selisih
tinggi yang berbeda yang pada akhir pengamtan yaitu hari ke 58 tinggi tanaman paling tinggi
dari ke tiga perlakuan adalah pada perlakuan dengan menggunakan pupuk NPK yaitu sebesar
68,50 cm. Perlakuan tanpa pupuk menunjukan hasil yang relatif lebih rendah diantar ke tiga
perlakuan tersebut yaitu 60,00 cm pada hari ke 58. Hal tersebut dapat disebabkan oleh unsur
hara yang diperlukan oleh tanaman dapat di diperoleh melalui penambahan pupuk NPK dan
kompos sedangkan dengan perlakuan tanpa pupuk unsur hara pada media tidak tercukupi
untuk mendorong pertumbuhan tanaman secara optimal.

 Jumlah Daun

Jumlah Daun
Tanpa Pupuk
20.00
Helai

NPK
0.00 Kompos
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Hari ke-

Pada data jumlah daun tanaman kacang hijau memiliki selisih yang relatif kecil dari ke
tiga perlakuan. Rerata jumlah daun kacang hijau paling banyak adalah pada perlakuan dengan
menggunakan pupuk NPK sebanyak 22,50 dan Rerata jumlah daun paling rendah pada
perlakuan tanpa pupuk 21,25
2. . Analisis Pertumbuhan
a. Kacang Hijau
 Relative Growth Rate (RGR)

Relative Growth Rate


0.090

0.085 Tanpa Pupuk


0.080 NPK
g/g/hari

Kompos
0.075

0.070
0.065

Pada diagram RGR (Relative Growth Rate) di atas menunjukkan perlakuan terbaik
terhadap tanaman kacang hijau adalah dengan perlakuan penggunaan pupuk NPK yaitu
sebesar 0,088 g/hari, dilanjut dengan perlakuan tanpa pupuk 0,079 g/hari dan yang terendah
pad perlakuan kompos 0,075 g/hari.

 Net Assimlasi Rate (NAR)

Net Assimlasi Rate


0.001
0.001
0.001
0.001
g/cm2/hari

Tanpa
0.001 Pupuk
0.001 NPK
0.000 Kompos
0.000
0.000
0.000
0.000
Pada diagram NAR diatas ke tiga perlakuan menunjukkan hasil yang sama besarnya yaitu
0,001 g/cm2/hari.
 Leaf Area Ratio (LAR)

Leaf Area Ratio


120
Tanpa Pupuk
80
cm2/g

NPK
40 Kompos
0
40 60
Hari Setelah Tanam (HST)

Pada diagran LAR di atas terjadi perbedan antara 40 HST dan 60 HST. Pada 40 HST
perlakuan terbaik pada perlakuan menggunakan pupuk NPK sebesar 122cm2/hari dan disusul
dengan perlakuan tanpa pupuk sebesar 117cm2/hari dan perlakuan pupuk kompos sebesar
116cm2/hari. Pada 60 HST perlakuan terbaik adalah pada perlakuan pupuk kompos yaitu
sebesar 114cm2/hari disusul dengan perlakuan NPK sebesar 87cm2/hari dan perlakuan tanpa
pupuk sebesar 71cm2/hari.

 Spesific Leaf Weight (SLW)

Spesific Leaf Weight


0.025
0.020
0.015 Tanpa Pupuk
g/cm2

0.010 NPK
0.005 Kompos
0.000
40 60
Hari Setelah Tanam
Pada histogram SLW terdapat perbedaan data antara tiga perlakuan yang berbeda pada
setiap 40HST dan 60HST. Pada 40HST pada perlakuan tanpa pupuk, NPK, dan kompos
memiliki perlakuan yang sama yaitu sebesar 0,016. Sedangkan pada 60HST perlakuan
terbaik terjadi pada tanah tanpa pupuk yaitu sebesar 0,022 g/cm2 dan NPK yaitu diangka
0,020 g/cm2 dan yang terendah terjadi pada tanah kompos yaitu dengan hasil jumlah 0,016
g/cm2.
 Specific Leaf Area (SLA)

Spesific Leaf Area


80.000
60.000 Tanpa Pupuk
cm2/g

40.000 NPK
20.000 Kompos
0.000
40 60
Hari Setelah Tanam

Pada histogram Specific Leaf Area (SLA) dapat dilihat data yang berbeda pada setiap
perlakuan dan hari setelah tanamnya. Pada 40HST perlakuan terbaik terjadi pada pupuk NPK
yaitu sebesar 64,384 cm2/g disusul dengan perlakuan tanah tanpa pupuk sebesar 62,894
cm2/g dan terendah pada perlakuan tanah kompos yaitu sebesar 62,390 cm2/g. Sedangkan
pada 60HST perlakuan terbaik terjadi pada tanah kompos yaitu sebesar 61,562 cm2/g
selanjutnya kedua ada perlakuan tanah NPK yaitu sebesar 50,653 cm2/g dan yang terendah
ada perlakuan tanah tanpa pupuk yaitu sebesar 45,070 cm2/g.

 Nisbah Shoot-Root

Nisbah Shoot-Root
10.000
8.000
6.000 Tanpa Pupuk
4.000 NPK
2.000 Kompos
0.000
40 60
Hari Setelah Tanam
Pada histogram Nisbah Shoot-Root (NSR), terdapat perbedaan pada NSR tertinggi antara
40HST dan 60HST. Pada 40HST, NSR tertinggi pada perlakuan NPK dengan angka 4,919.
Pada 60HST tertinggi pada perlakuan tanpa pupuk dengan angka 8,034.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Laju pertumbuhan tanaman kacang hijau menyerupai bentuk kurve sigmoid.
2. Kurve sigmoid pada pertumbuhan tanaman kacang hijau dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan (panjang hari, temperatur rendah, perubahan persediaan air).
3. Pengukuran pertumbuhan tanaman secara kuantitatif dapat diukur dengan Relative
Growth Rak (RGR), Net Asimilasi Rate (NAR), Leaf Area Ratio (LAR), Specific
Leaf Weight (SLW), Specific Leaf Area (SLA), dan Nisbah Shoot – Root.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. (2002). Analisis Pertumbuhan Tanaman. In Gadjah mada university press.


Yogyakarta.
Kaufman, P. B., D. (1975). Laboratory Experiment in Plant Physiology. In Macmillan
Publishing Co., Inc. New York.
Kimbal. (1992). Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan. In
USU-Digital Library. Medan.
Salisbury, F. . dan C. W. R. (1996). Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi Keempat. In ITB-
Press. Bandung.

Yogyakarta, 26 Juni 2021


Asisten Praktikan

( Deta Dwi Prayitno ) ( Dwi Septi Nur Amaliah )


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai