Disusun oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
2022
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.
Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga
menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung
juga di tanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), di ambil minyaknya
(dari bulir), di buat tepung (dari bulir, di kenal dengan istilah tepung jagung atau
maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol
jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung
yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi
(Citrosoepomo Gembong, 2000).
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi
tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya
jagung tidak memiliki kemampuan ini. Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat
mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada
tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian
bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat
mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang
beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup
kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan
helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun
ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang
khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas.
Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel
daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.
Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara
batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu
tongkol produktif meskipun memiliki seiumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas
prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini
daripada bunga betinanya (protandri).
Sinar matahari merupakan faktor penting untuk keperluan pertumbuhan tanaman
jagung. Sebaiknya tanaman jagung mendapatkan sinar matahari yang langsung, karena
bila tidak akan mengurangi hasil (Effendi, 1980). Makin banyak jumlah tanaman per
satuan luas menyebabkan persentase cahaya yang diterima oleh bagian tanaman yang
lebih rendah menjadi lebih sedikit, akibat adanya penghalang masuknya cahaya oleh
daun-daun di atasnya. Jumlah cahaya ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kerapatan dan
berkurangnya cahaya pada tanaman jagung mengakibatkan terbatasnya proses
fotosintesis sehingga hasil per tanaman menurun. Menurut Purwono dan Rudi Hartono
(2005), semakin panjang umur tanaman maka tanaman akan semakin tinggi dan
memerlukan tempat yang lebih luas.
C. Cara Kerja
1. Olah tanah dengan kedalaman 20-30 cm, lalu buat bedengan ukuran 2 x 3 m,
taburkan pupuk N,P,K secara merata sesuai dosis rekomendasi.
2. Menanam benih jagung manis tiap lobang 3 biji sesuai dengan perlakuan
• Jarak tanam 25 x 60 cm
• Jarak tanam 25 × 75 cm
3. Setelah 1 minggu, pelihara satu bibit yang sehat, apabila ada bibit yang tidak
tumbuh lakukan penyulaman.
4. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada saat tanaman umur 2, 6 dan 6
MST.
5. Parameter yang diamati meliputi: mengukur luas daun, menimbang berat segar
maupun berat kering dari daun akar, batang, bunga dan seluruh tanaman.
6. Hitunglah Indek Luas Daun dari berbagai jenis tanaman tersebut.
7. Saudara bahas bagaimana hubungan antara indek luas daun dengan jarak tanam,
ILD optimum diperoleh berat brangkasan maksimum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jarak P1 P2 P3 P4 P5
Tanam
La1 La2 La1 La2 La1 La2 La1 La2 La1 La2
25 x 60 0,4 1,8 0 0 0,88 0,52 0,35 3,34 1,5 13,41
25 x 75 0,35 1,39 0 0 0,14 0,39 1,01 9,55 1,08 5,08
Bobot 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72
Kertas
Jarak P1 P2 P3 P4 P5
Tanam
La1 La2 La1 La La1 La2 La1 La2 La1 La2
2
25 x 60 55,55 250 0 0 122,22 72,22 48,61 463,8 208,33 1862,5
25 x 75 48,61 193,05 0 0 19,44 54,16 140,27 1326,38 150 705,55
V. KESIMPULAN
Disusun oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
2022
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian pertumbuhan membutuhkan ukuran secara tepat dan dapat di baca
dengan bentuk kuantatif yang dapat di ukur. Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara
untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang di ukur oleh produksi bahan kering.
Pertumbuhan tanaman dapat di ukur tanpa mengganggu tanaman, yaitu dengan
pengukuran tinggi tanman atau jumlah daun, tetapi sering kurang mencerminkan
ketelitian kuantatif. Akumulasi bahan kering sangat disukai sebagai ukuran pertumbuhan.
Akumulasi bahan kering mencerminkan kemapuan dari cahaya matahari melalui proses
fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Distribusinya
akumulasi bahan kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun dan
bagian generatif, dapat mencerminkan produkfitas tanaman. Daun merupakan organ
fotosintetik utama dalam tubuh tanaman,di mana terjadi proses perubahan energi cahaya
menjadi energi kimia dan mengakulasikan dalam bentuk bahan kering.
Dalam analisis pertumbuhan, perkembangan daun menjadi perhatian utama.
Berbagai ukuran dapat digunakan, seperti pengukuran index luas daun nisbah luas daun
dan nisbah berat daun pada waktu tertu. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan
mencerminkan perubahan bagian yang aktif berfotosintesis. Berbagai ukuran dapat
digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan tanaman dengan cara membandingkan
bobot bahan kering dan luas daun tanaman dari waktu ke waktu. Dengan memperhatikan
bobot kering tanaman dapat di ukur laju asimilasi neto. Dengan hanya memperhaikan
bobot kering tanaman dapat di ukur laju tumbuh pertanaman dan laju pertumbuhan relatif
(Leopold Dan Kriedermann,1975). Analisis tumbuh tanaman digunakan untuk
memperoleh ukuran kuantitatif dalam mengikuti dan membandingkan pertumbuahan
tanaman, dalam aspek fisiologis maupun ekologis, baik secara individu maupun
pertanaman.
Menurut Leopod dan Kriederman (1975) parameter pertumbuhan yang di duga
antara lain adalah Indek Luas Daun (Leaf Area Index), Laju Tumbuh Pertanaman (Crop
Growth Rate), Laju Asimilasi Netto (Net Assimililation Rate), Nisbah Luas Daun (Leaf
Area Ratio) Dan Laju Tumbuh (Relatif Growth Rate). Laju asimilasi bersih merupakan
hasil bersih asimilasi persatuan luas daun dan waktu. Laju asimilasi bersih tidak konstan
terhadap waktu, tetapi mengalami penurunan dengan beratambahnya umur tanaman
(Gardner et al.,1991). Laju asimilasi bersih tanaman umur 4 minggu lebih laju
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih dan indeks luas daun. Laju
asimilasi bersih yang tinggi dan indeks luas daun yang optimum akan meningkatkan laju
pertumbahan tanaman (Gardner et al.,1991).
B. Tujuan
Praktikum “ Mengukur Laju Asimilasi Bersih Tanaman” bertujuan untuk
mengetahui laju asimilasi bersih tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hasil berat kering total merupakan akiabat efisinsi penyerapan dan pemanfaatan radiasi
matahari yang tersedia sepanjang musim pertumbuhan oleh tajuk tanaman budidaya. Organ
tanaman yang utama dan yang menyerap radiasi matahari adalah daun. Untuk memperoleh laju
pertumbuhan tanaman budidaya yang menyerap radiasi matahari adalah daun. Untuk memperoleh
laju pertumbuhan tanaman budidaya yang maksimum, harus terdapat cukup banyak daun dalam
tajuk untuk menyerap sebagian besar radiasi matahari yang jatuh ke atas tajuk tanaman.
Efisiensisinya NAR dapat dipengaruhi oleh jumlah radiasi matahari, kemampuan daun untuk
berfotosintesis, leaf area (LAI), bagaimana meratanya tingkat radiasi matahari itu dibagikan
diantara permukaan daun, dan jumlah respirasi tanaman.
Apabiala hal ini terjadi tingkat effisiensi fotosintesis tanaman budidaya atau Crop Growth
Rate (CGR) ditentukan oleh harga efisiensi fotosintesis daun-daunannya atau Net Asimilation
Rate (NAR) atau laju asimilasi bersihnya (LAB). Laju asimilasi bersih biasanya dinyatakan dalam
g.m-2 (Luas daun) hari-1, NAR merupakan ukuran rata-rata efesiensi fotosintesis daun dalam suatu
komunitas tanaman budidaya. NAR ini nilainya paling tinggi pada saat tumbuhan masih kecil dan
sebagian besar daunnya terkena sinar matahari langsung. Dengan bertumbuhnya tanaman
budidaya dan dengan meningkatnya LAI, makin banyak daun yang terlindungi, menyebabkan
penurunan NAR sepanjang musim pertumbuhan. Dalam tajuk yang LAInya tinggi, daun yang
muda pada puncak pohon menyerap radiasi paling banyak, memiliki laju asimilasi CO2 yang
tinggi, dan menstranslokasikan sejumlah besar hasil asimilasi ke bagian tumbuhan yang lain.
Sebaliknya daun-daun yang lebih tua pada dasar tajuk yang terlindung mempunyai laju asimilasi
CO2 yang rendah dan memberikan lebih sedikit hasil asimilasi kepada bagian tumbuhan yang
lain. LAB tidak memperhitungkan fotosintesis oleh bagian - bagian tanaman selain daun yang
dapat memberi sumbangan penting dalam hasil panen tanaman budidaya. NAR atau LAB
merupakan suatu ukuran rata-rata laju pertukaran CO2 bersih persatuan luas daun dalam tajuk
tanaman.
Berbagai ukuran dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan tanaman dengan cara
membandingkan bobot bahan kering dan luas daun tanaman dari waktu ke waktu. Dengan
memperhatikan luas daun dan bobot kering dapat di ukur laju asimilasi neto. Dengan hanya
memperhatikan bobot kering tanaman dapat di ukur laju tumbuh pertanaman dan laju
pertumbuhan relatif (Leopold dan Kriedermann, 1975). Analisis tumbuh tanaman digunakan
untuk memperoleh ukuran kuantitatif dalam mengikuti dan membandingkan pertumbuhan
tanaman, dalam aspek fisiologis maupun ekologis, baik secara individu maupun pertanaman.
Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang di
ukur oleh produksi bahan kering. Pertumbuhan tanaman dapat di ukur tanpa mengganggu
tanaman, yaitu dengan pengukuran tinggi tanaman atau jumlah daun, tetapi sering kurang
mencerminkan ketelitian kuantitatif. Akumulasi bahan kering sangat disukai sebagai ukuran
pertumbuhan. Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat
energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor
lingkungan lainnya. Distribusi akumulasi bahan kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar,
batang, daun dan bagian generatif, dapat mencerminkan produktivitas tanaman.
III. METODE PRAKTIKUM
C. Cara Kerja
1. Olah tanah dengan kedalaman 20-30 cm, lalu buat bedengan ukuran 2 x 3 m,
taburkan puduk N.P.K secara merata sesual dosis rekomendasi.
2. Menanam benih jagung manis tiap lobang 3 biji sesuai dengan perlakuan.
Jarak tanam 25 x 60 cm
Jarak tanam 25 x 75 cm
3. Setelah 1 minggu, pelihara satu bibit yang sehat, apabila ada bibit yang tidak
tumbuh lakukan penyulaman.
4. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada saat tanaman umur 2, 4 dan 6
MST.
5. Parameter yang diamati meliputi : mengukur luas daun, menimbang berat segar
maupun berat kering tanaman.
6. Hitunglah Luas Daun dan NAR.
7. Saudara bahas bagaimana NAR pada umur 2, 6 dan 6 MST adakah perbedaan
dan pada umur berapa nilai NAR tertinggi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jarak P1 P2 P3 P4 P5
Tanam
La1 La2 La1 La2 La1 La2 La1 La2 La1 La2
25 x 60 55,55 250 0 0 122,22 72,22 48,61 463,38 208,33 1862,5
25 x 75 48,61 193,05 0 0 19,44 54,16 140,27 1326,38 150 705,55
Jarak P1 P2 P3 P4 P5
Tanam
W1 W2 W1 W2 W1 W2 W1 W2 W1 W2
25 x 60 1,37 17,22 0 0 2,17 1,31 1,71 13,36 6,88 35,55
25 x 75 0,92 23,26 0 0 0,91 0,34 2,15 21,22 4,6 11,27
Jarak Tanam P1 P2 P3 P4 P5
25 x 60 8,68296964 0 -0,628397222 4,39446572 -2,63711041
25 x 75 14,8120644 0 -1,16793 2,50835258 1,29072838
V. KESIMPULAN
Dari data yang saya amati maka saya menyimpulkan bahwa jarak tanam berbanding
terbalik dengan jumlah NAR yaitu semakin rapat jarak tanam maka jumlah NAR semakin kecil
dan jika jarak tanam makin panjang maka jumlah NAR akan semakin banyak .
1. Dengan memperhatikan luas daun dan bobot kering dapat diukur laju asimilasi. Dengan hanya
memperhatikan bobot kering tanaman dapat dikur laju tumbuh pertanaman dan laju pertumbuhan
relatif.
2. Laju asimilasi bersih merupakan hasil bersih asimilasi persatuan luas daun dan waktu. Laju
asimilasi bersih tidak konstan terhadap waktu, tetapi mengalami penurunan dengan bertambahnya
umur tanaman.
3. Pada grafik umumnya tanaman yang ternaungi memiliki grafik diatas grafik tanaman yang
terbuka. Baik dalam laju pertumbuhan relatif maupun asaimilasi bersih.
4. Tanaman golongan C4 (jagung) memiliki bobot lebih ringan di banding tanaman golongan C3
(Kedelai).
DAFTAR PUSTAKA
Lakitan, Benyamin. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Yunawariah, Y., D. Ruswandi, A.W. Irwan . 2017 . Pengaruh Pola Tanam Tumpangsari jagung
dan kedelai terhadap Pertumbuhan dan Hasil jagung Hibrida dan Evaluasi
Tumpangsari. Jurnal: Kultivasi 16(3): 514-521.
Kementerian Pertanian. 2019. Menghitung Produksi Jagung. Balai Besar Pelatihan Pertanian
Lembang KEMENPERIN.2016.
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN ACARA III
MENGUKUR LAJU PERTUMBUHAN RELATIF TANAMAN DAN HARVEST
INDEKS ATAU HASIL PANENAN
Disusun oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
2022
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya jumlah protoplasma sel pada
suatu organisme, biasanya disertai dengan pertambahan ukuran, berat, serta jumlah sel
yang bersifat tidak kembali pada keadaan semula (Oman Karmn). Tumbuhan merupakan
organisme yang sangat dekat dengan kehidupan manusia.Tumbuhan memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia. Tumbuhan menyediakan berbagai jenis makanan,
menyediakan oksigen yang sangat kita butuhkan, dan juga membuat bumi tampak begitu
indah dan sejuk. Seperti layaknya makhluk hidup lainnya, tumbuhan juga mengalami
proses pertumbuhan untuk menjadi besar sampai akhirnya mati. Tumbuhan yang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan diawali dari pertemuan dua sel kelamin.
Setelah zigot terbentuk, maka sel mengalami tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan.
Laju pertumbuhan tanaman merupakan selisih inlond berat kering kedua dibagi
inlond berat kering pertama perselisih waktu selama yang digunakan. Ada interaksi antara
kerapatan dan hasil panen yang terjadi apabila kerapatan tanaman budidaya ditingkatkan.
Interaksi ini tergantung pada hasil panen. Hasil panen merupakan produk pertumbuhan
dalam fase reproduktif atau produk pertumbuhan dalam fase vegetatif. Apabila hasil
berupa biji maka terdapat kerapatan tanaman optimum sebab di atas kerapatannya hasil
asimilasi yang tersedia dibagikan lebih banyak ke pertumbuhan vegetatif atau lebih
banyak untuk melakukan respirasi dari pada untuk pertumbuhan biji. Apabila hasil panen
merupakan produk pertumbuhan vegetatif respon hasil terhadap peningkatan kerapatan
tanaman akan membentuk asimtot.
Ada 3 faktor yang membatasi hasil tanaman yaitu pertama adalah kemampuan
tanaman melakukan fotosintesis sesudah pembungaan, faktor ini dipengaruhi oleh ukuran
luas daun, ketahanan daun agar tetap hijau dan efisiensi dari sistem fotosintesis, faktor
ini merupakan kemampuan dari penghasil (source). Kedua adalah kemampuaan bersaing
dengan pemakai (sink) yang lain. Ketiga adalah kemampuan dari
jaringan pengangkut untuk mengalirkan hasil fotosintesis. Faktor ini mungkin terdapat
diantara penghasil yang berupa daun tanaman dan pemakai yang berupa biji.
Tanaman jagung yang daunnya terlalu rimbun dapat menurunkan hasil panen.
Defoliasi daun dapat merangsang pertumbuhan buah, meningkatkan penerimaan cahaya
matahari sehingga dapat meningkatkan kualitas buah. Untuk menunjang defoliasi daun
perlu diberikan zat pengatur tumbuh supaya mempercepat atau memacu
pertumbuhannya. Defoliasi pada daun tanaman mentimun diharapkan dapat merangsang
pertumbuhan buah dan meningkatkan penerimaan cahaya matahari sehingga dapat
menaikkan kualitas buah seperti bentuk buah yang lurus, diameter buah dan berat buah
segar meningkat. Jagung yang kurang penyinaran pertumbuhannya kurang maksimal,
diameter buah kecil dan berat buah segar rendah. Untuk menunjang defoliasi daun perlu
diberikan zat pengatur tumbuh supaya mempercepat atau memacu pertumbuhannya.
B. Tujuan
Praktikum “ Mengukur Laju Pertumbuhan Relatif Tanaman Dan Harvest Indeks
Atau Hasil Panenan” bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan tanaman dan untuk
menghitung hasil panenan atau harvest indeks.
C. Cara Kerja
1.Olah tanah dengan kedalaman 20-30 cm, lalu buat bedengan ukuran 2 x 3 m. Taburkan
pupuk N.P.K secara merata sesuai dosis rekomendasi.
2. Menanam benih jagung manis tiap lobang 3 biji sesuai dengan perlakuan.
• Jarak tanam 25 × 60 cm
• Jarak tanam 25 × 75 cm
3. Setelah 1 minggu, pelihara satu bibit yang sehat, apabila ada bibit yang tidak tumbuh
lakukan penyulaman.
4. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada saat tanaman umur 2, 4 dan 6 MST.
5. Parameter yang diamati meliputi : menimbang berat segar maupun berat kering
tanaman.
6. Hitunglah CGR dan Harvest index atau indek panenan.
7. Saudara bahas bagaimana pengaruh kerapatan tanam dengan laju pertumbuhan dan
hasil panen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jarak P1 P2 P3 P4 P5
Tanam
PGR HI PGR HI PGR HI PGR HI PGR H1
25 x 60 1,256 0 0 0 -0,25 0 1,025 0 0,82 0
25 x 75 1,615 0 0 0 -0,99 0 1,145 0 0,44 0
Dari kesekian data yang saya dapatkan membuktikan bahwa semakin jauh jarak
tanam maka laju pertumbuhan relative (RGR) semakin besar. Ini memuktikan bahwa jika
jarak jauh maka proses fotosintesis semakin berjalan secara optimum sehingga laju
pertumbuhan tanaman semakin meningkat. Karena distribusi cahaya yang lebih merata
antar daun mengurangi kejadian saling menaungi antar daun sehingga masing-masing
daun dapat bekerja sebagaimana mestinya. Kerapatan tanaman merupakan salah satu
faktor penting dalam usaha meningkatkan hasil panen.
Pada populasi optimal, kompetisi antar tanaman masih terjadi sehingga
pertumbuhan dan hasil per individu menjadi berkurang, namun karena jumlah tanaman
per hektar bertambah dengan meningkatnya populasi, maka hasil panen per hektar masih
dapat meningkat. Jika jarak tanaman terlalu rapat atau populasi terlalu tinggi, kompetisi
antar individu juga diikuti dengan penurunan hasil panen per hektar. Selanjutnya jika
jarak tanaman terlalu renggang banyak ruang kosong diantara tajuk tanaman (Sugito,
1999). Oleh karena itu spesies tanaman daun yang efisien cenderung menginvestasikan
sebagian besar awal pertumbuhan mereka dalam bentuk penambahan luas daun, yang
berakibat pada pemanfaatan radiasi matahari yang efisien.
V. KESIMPULAN
Source limited dapat terjadi pada tanaman melakukan pertumbuhan yang aktif, pada
tanaman yang memiliki jumlah daun yang banyak maka memiliki eksport asimilat dari
tajuk ke storage organ akan berkurang karena source yang tadi dibentuk digunakan oleh
daun-daun muda itu sendiri. Tanaman jagung yang daunnya terlalu rimbun dapat
menurunkan hasil panen. Pertumbuhan membutuhkan ukuran secara tepat dan dapat di
baca dengan bentuk kuantitatif yang dapat diukur. Analisis pertumbuhan merupakan
suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan
kering. Analisis tumbuh tanaman digunakan untuk memperoleh ukuran kuantitatif dalam
mengikuti dan membandingkan pertumbuhan tanaman, dalam aspek fisiologis maupun
ekologis, baik secara individu maupun pertanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, R., & Suwardi. (2010). Respon Tanaman Jagung Hibrida terhadap Tingkat Takaran.
Prosiding Pekan Serealia Nasional , 1-9.
James, J. J., & Drenovsky, R. E. (2007). A Basis for Relative Growth Rate Differences Between
Native and Invasive. Rangeland Ecology & Management, 395-400.
LAMPIRAN