Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PENERAPAN JURING GANDA PADA BUDIDAYA TEBU


MENGGUNAKAN BERBAGAI MACAM BIBIT

A. Pelaksanaan Praktikum
Hari : Rabu
Tanggal : 20 Februari 2019
Waktu : 07.30-09.30
Tempat : Kebun percobaan Wedomartani Fakultas Pertanian UPN
“Veteran” Yogyakarta

B. Tujuan Acara
1. Mempelajari pemilihan bibit yang baik untuk budidaya tanaman tebu
2. Praktek budidaya tanaman tebu dengan teknologi juring ganda

C. Tinjauan Pustaka
Tanaman tebu merupakan komoditas yang sangat penting sebagai upaya
menyeimbangkan kenaikan konsumsi dan ketersediaan gula nasional,sehingga
diperlukan peningkatan produktivitas. Salah satu penyebab penurunan
produktivitas tebu adalah permasalahan pada penggunaan bibit, seperti bibit tebu
yang digunakan petani kurang bermutu (Iskandar, 2005). Tanaman tebu tumbuh
didaerah tropika dan sub tropika sampai batas garis isoterm 20oC yaitu antara
19o LU – 35o LS (Chandra, 2010).
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam family
Graminae yaitu rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan spesies
paling penting dalam genus Saccharum sebab kandungan sukrosanya paling
tinggi dan kandungan seratnya paling rendah (Wijayanti, 2008).
Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae

16
17

Kelas : Monocotyledone
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L. (Tarigan dan Sinulingga, 2006)
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dalam budidaya tebu
tebu adalah dengan mengenalkan inovasi teknologi budidaya berupa sistem
tanam juring ganda (JG). Sistem tanam JG berpeluang meningkatkan
produktivitas tebu karena disamping populasi tanaman pada JG relatif lebih
banyak dari pada juring tunggal per hektar yaitu 22.500 dibandingkan 20.000
batang atau lebih banyak 2.500 batang per hektar dibandingkan juring tunggal
(JT), juga didukung sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari yang lebih
optimal. Pada JG, penyinaran matahari lebih optimal karena jarak tanam dari
pucuk ke pucuk (PKP) pada Sistem tanam JG relatif lebih renggang
dibandingkan dengan jarak tanam pada Sistem tanam JT. Pada JG memiliki PKP
185 cm, sedangkan pada JT menerapkan PKP 110 cm (Puslitbangbun, 2012;
Sakir, 2013; Anonim, 2013).
Sistem juring ganda memposisikan semua tanaman menjadi tanaman
pinggir, sehingga peluang mendapat asupan hara cuku merata. Selain itu dalam
pemeliharaan tanaman lebih mudah, penyulaman jauh lebih sedikit karena dalam
sistem juring ganda ini bibit ditanam dengan sistem over lap (50%) atau untuk
lawang. Penyiana=gan dan pengendalian gulma lebih mudah dilakukan, selain
itu jka ada hama penyait dapat dengan mudah ditanggungulangi (Anoni, 2019).
Kelebihan lainnya, petani tebu yang menerapkan sistem tanam JG dapat
memanfaatkan juringan yang lebar untuk tanaman tumpangsari seperti kacang
tanah, kedelai, bawang merah, dan jagung (Ernawanto et al., 2013; Soejono,
2004).
18

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Cangkul
b. Mal
2. Bahan
a. Bibit tanaman tebu
b. Pupuk kandang
c. NPK, Urea, SP-36, dan KCl

E. Cara Kerja
1. Menyiapkan lahan yang akan ditanam tebu dengan membajak dan
mencangkul
2. Membuat alur untuk menanam tebu selebar cm dan panjang cm dengan jarak
antar lubang cm dan kedalaman luban 30 cm
3. Menambahkan pupuk kandang ke dalam lubang alur yang akan ditanami
tanaman tebu
4. Menanm bibit dengan mata tunas menghadapke samping
5. Memberikan pupuk Urea, SP-36, dan KCl juga furadan, lau tutup tipis-tipis
dengan tanah, kemudian lakukan pemeliharaan
19

F. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Tebu

Sampel P1 P2
PT JD JT PT JD JT
1 130 8 0 135 10 2
2 93 7 0 120 8 0
3 120 8 0 115 9 2
4 90 7 1 102 9 0
5 83 6 1 98 8 0
6 115 8 0 107 7 2
7 96 8 2 119 9 2
8 85 7 0 128 10 0
9 120 9 0 140 9 1
10 78 5 0 130 8 0
11 105 9 0 90 6 0
12 82 6 0 85 6 0
13 98 8 2 121 8 1
14 110 8 1
15 90 7 0
Rata-Rata 93,66 7,4 0,47 114,6 8,23 0,77

Keterangan :
P1 : Pupuk kandang 1 ember
P2 : Pupuk kandang 2 ember
PT : Panjang Tunas (cm)
JD : Jumlah Daun (cm)
JT : Jumlah Tunas (cm)

G. Pembahasan
Dalam praktikum ini digunakan sistem teknologi budidaya berupa sistem
tanam juring ganda (JG). Sistem tanam JG berpeluang meningkatkan
produktivitas tebu karena disamping populasi tanaman pada JG relatif lebih
banyak dari pada juring tunggal per hektar yaitu 22.500 dibandingkan 20.000
batang atau lebih banyak 2.500 batang per hektar dibandingkan juring tunggal
(JT), juga didukung sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari yang lebih
optimal. Kelebihan lainnya, petani tebu yang menerapkan sistem tanam JG dapat
memanfaatkan juringan yang lebar untuk tanaman tumpangsari seperti kacang
tanah, kedelai, bawang merah, dan jagung. Bahan yang digunakan pada
20

budidaya tebu juring ganda yaitu batang tebu yang bertunas, pupuk kompos,
pupuk kimia.
Pertumbuhan pesemaian tebu ini diamati dalam beberapa parameter yaitu
panjang tanaman, jumlah daun, dan jumlah tunas. Terdapat dua perlakuan pada
pesemaian tebu, yaitu perlakuan pupuk 1 ember dan 2 ember pupuk kompos.
Pertumbuhan pada perlakuan 1 ember pupuk kompos, terdapat 15 tanaman yang
tumbuh dalam satu area tetapi tinggi tanamannya tidak merata. Untuk parameter
banyaknya daun ini merata yaitu sekitar 7,4 daun bila dihitung rata-ratanya.
Untuk parameter jumlah tunas, tidak banyak tanaman yang memunculkan tunas,
dari 15 tanaman hanya 5 tanaman tebu yang menghasilkan tunas. Pada perlakuan
2 ember pupuk kompos, parameter tinggi tanaman terlihat merata pada seluruh
tanaman pada area tersebut dan terdapat 13 tanaman pada luasan tersebut. Pada
parameter jumlah daun, terlihat tumbuhnya merata yaitu sebanyak 8,2 bila
dihitung rata-ratanya. Untuk parameter jumlah tunas, dari 13 tanaman yang
tumbuh 6 diantaranya menghasilkan tunas.
Pada perlakuan 2 ember pemberian pupuk kompos memberikan hasil yang
lebih baik dari pada hanya memberikan 1 ember pupuk kompos. Hal tersebut
disebabkan semakin banyak nutrisi yang diberikan dalam bentuk pupuk kompos
ini akan menunjang pertumbuhan tanaman untuk dapat menghasilkan daun yang
banyak dan tunas.

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamtan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemilihan bibit tebu yang akan digunakan dapat dengan memilih bibit
yang sehat atau terbebas dari hama dan penyakit.
2. Budidaya tebu dengan sistem juring ganda akan meningkatkan hasil
tanaman tebu. Perlakuan yang baik yaitu pada pemberian 2 ember pupuk
kompos.
21

DAFTAR PUSTAKA

Ernawanto, Q.D., Suyamto, Tri S, Agus S, Syaiful H, Sugiono, Noeriwan B.S, Era
P. 2013. Pengembangan Teknologi Usahatani Tebu Spesifik Lokasi di
Madura. Laporan Hasil Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Timur. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Indrawanto, Chandra, M. syakir, purwono, siswanto, widi rumini. 2010. Budidaya


dan Pasca Panen Tebu, ESKA Media, Jakarta

Iskandar. D. 2005. Pengkajian Penerapan Teknis Baku Budidaya Bibit Tebu


Varietas Ps 851 dan Ps 951 Pada Tingkat Kebun Bibit Datar. Jurnal
Agronomi 9:17-22.

Tarigan, B. Y. dan J. N. Sinulingga, 2006. Laporan Praktek Kerja Lapangan di


Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Sumatera Utara. (Laporan).
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Wijayanti, W. A. 2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.)


di, Pabrik Gula Tjoekir Ptpn X, Jombang, Jawa Timur. (Skripsi). Institut
Pertanian Bogor. Bogor

Anda mungkin juga menyukai