Anda di halaman 1dari 9

Dari Sisa Batang Tebu Pengambilan Mata Tunas Bud

Chips untuk Nata Thebu Khas Kediri yang Bermutu


(Sub Tema Pertanian)

Lomba Esai Nasional


The Big Event II of Pamadiksi 2016

DISUSUN OLEH :
SUNANDAR 201310200311130
YUGA TUNGGAL ARIYONO 201310200311128

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


MALANG
2016
DARI SISA BATANG TEBU PENGAMBILAN MATA TUNAS BUD
CHIPS UNTUK NATA THEBU KHAS KEDIRI YANG BERMUTU
Sunandar, Yuga Tunggal Ariyono
Universitas Muhammadiyah Malang

“Dan bumi yang Kami hamparkan dan Kami pancangkan diatasnya


gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan diatasnya tanaman-
tanaman yang indah” (Q. S Qaf (50): 7)
Gunung yang kokoh menandakan kesuburan daerah disekitarnya karena
akan memberikan lapisan vulkanik tanah sehingga cocok ditanami berbagai
tanaman. Termasuk di Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang dekat dengan Gunung
Kelud. Dari tanaman pertanian, obat-obatan sampai perkebunan tumbuh dengan
optimal. Tanaman perkebunan yang besar dibudidayakan adalah tanaman tebu
(Saccharrum officinarum L.). Hal ini terbukti dari luas lahan tebu di Kabupaten
Kediri yaitu 25. 953 hektar dengan produktivitas 5. 000 hektar perbulan (Ditjenbun,
2015). Di Kabupaten Kediri juga terdapat 3 Pabrik Gula (PG) besar yang setiap hari
mampu menggiling 10. 000 ton. Terdata ada 96. 025 petani yang hidup dari
tanaman tebu (Ditjenbun, 2015). Integral dari data tersebut, perkembangan dan
inovasi pertanian tebu untuk peningkatan kesejahteraan rakyat harus dilakukan.
Salah satu bidang inovasi pertebuan adalah pada bibit dan pembenihan.
Husen (2016) menyatakan bahwa bibit merupakan cikal bakal kehidupan dari
tanaman. Artinya dengan ketersediaan bibit yang unggul, swasembada gula
nasional bisa terwujud (Nusantara, 2016). Pemerintah juga berkomitmen dalam
mendukung ketersediaan bibit tebu berkualitas karena sampai tahun 2016 Indonesia
masih defisit gula 600.000 ton (Kompas, 20/09/2016). Salah satu inovasi
perkembangan pembenihan tanaman tebu adalah metode bud chips.
Bud chips adalah teknologi percepatan pembibitan dengan satu mata tunas
yang diperoleh dengan menggunakan alat mesin bor yang disterilkan dengan
menggunakan perlakuan air panas. Bud chips memiliki keunggulan dalam
penghematan bahan tanam, kesesuaian daya tumbuh, produktivitas panen dan
rendemen tebu (Nusantara, 2016).
Dengan luas lahan pertanian tebu yang mencapai sepertiga wilayah
Kabupaten Kediri, kebutuhan akan bibit tebu sangat tinggi yakni mencapai 8. 000
benih per hari tanam. Di Kecamatan Gurah saja terdapat satu perusahaan

1
pembibitan benih tebu (CV Joyo Rosan Gurah) yang memiliki pesanan sekitar
2.000 bibit per hari. Kebutuhan benih yang besar inilah menjadi peluang tersendiri
untuk dikembangkan di Kabupaten Kediri. Namun ada ironi di balik fakta tersebut,
yakni yang dibuang lebih banyak daripada yang dimanfaatkan.
Dalam satu batang tebu (0,7 m - 1,3 m) hanya bisa diambil ruas mata batang
tengah. Hal ini dikarenakan hanya ruas batang tengah yang memiliki kemampuan
tumbuh optimal dalam bud chips (Nusantara, 2016). Dalam pengambilan mata
tunas tersebut, hanya setengah bagian mata yang diambil untuk bahan tanam.
Artinya terdapat sisa batang tebu yang cukup banyak dalam sekali proses
pembuatan benih seperti gambar dibawah ini :

1 2 (Sumber: koleksi pribadi)


Gambar 1. Batang Tebu setelah diambil mata tunas untuk bud chips. 2. Sisa
batang tebu bud chips dalam tujuh hari proses pembibitan.
Dalam pertanian berkelanjutan, pertanian dengan konsep zero waste
merupakan sebuah keharusan yang ditekankan. Dimana pertanian dengan segala
unsur kegiatannya harus tidak meninggalkan dan menimbulkan bahaya lain untuk
manusia dan lingkungan sekitar. (Haniani dkk, 2010). Konsep pertanian tanpa sisa
(bahaya) ini sudah disepakati dunia (Gregory, 2015). Oleh karena itu terdapat
ancaman sekaligus peluang dalam pembibitan metode bud chips yaitu masih
menyisakan sisa batang tebu yang sangat banyak. Artinya sampai saat ini, konsep
zero waste belum bisa diterapkan petani tebu, khususnya di Kabupaten Kediri.
Pemanfaatan sisa batang tebu bud chips di hanya sebatas penggunaan kompos yang
notabene membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk penguraian. Selain itu, hanya
sekitar 80% sisa batang bud chips tanaman tebu yang dimanfaatkan untuk kompos
(terlihat pada gambar 2), sisanya dibiarkan dan ketika kering dibakar.
Apabila dibakar, tentu konsep pertanian ramah lingkungan tidak terwujud.
Hal ini dikarenakan pada pembakaran tersebut tercipta partikel maupun gas beracun

2
yang apabila dihirup manusia dalam kadar tinggi dapat menyebabkan asma, kanker
paru-paru, tumor, pneumia, gangguan ISPA lain, jantung dan kematian (Tempo,
17/5/ 2015). Bahaya lain apabila batang tebu kering dibakar adalah memicu
kebakaran karena perumahan warga yang berdekatan dengan lahan. Kebakaran ini
pernah terjadi Mei 2016 dan merugikan petani (Balinewsnetwork, 30/6/2016).
Oleh karena itu, sisa batang tanaman tebu sebaiknya diolah lagi menjadi
produk lain yang bermanfaat dan meningkatkan pendapatan petani. Dimana selama
ini pendapatan petani tebu hanya bergantung pada rendemen tebu yang terkadang
tidak menentukan ketika musim hujan dan musim kemarau. Apabila rendemen tebu
rendah, pendapatan petani tebu bisa berkurang bahkan rugi sampai 50% dari biaya
produksi (Jawa Pos, 21/ 9/2016). Inilah yang harus diselesaikan. Dimana sampah
sisa batang tanaman tebu harus bermanfaat sesuai kodrat dari tanaman tersebut
yaitu bermanfaat untuk manusia.
Harmoni dari fakta diatas apabila dikaji lebih lanjut, batang tanaman tebu
memiliki kandungan air dan gizi yang mirip dengan air kelapa, seperti tabel
dibawah ini:
Tabel 1: Kandungan Gizi Air Kelapa dan Air Tebu
Kandungan Gizi Air Kelapa (Winarsih, 2013) Air Tebu (PTPN X, 2016)
Kalori 17 kal 20 kal
Protein 0,2 g 2,0 g
Lemak 1,0 g 1,7 g
Kalsium 3,8 g 2,0 g
Karbohidrat 15,0 g 19,0 g
Kalsium 0,2 g 0, 21 g
Air 95.5 mg 85 mg

Pemanfaatan air kelapa yang cukup populer adalah nata the coco.
Pengembangan bahan nata sudah mencapai belimbing, nanas, semangka, mangga,
rambutan dan sisa tahu (Winarsih, 2013). Atas dasar itulah, air tebu juga dapat
digunakan untuk minuman sejenis dengan proses yang serupa. Produk tersebut
adalah Nata Thebu. Nata Thebu merupakan minuman berbentuk jeli yang berasal
dari sari tebu yang dikenyalkan dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum
(Acetobacter sp).

Hasil Penelitian Penulis

3
Penelitian dalam pembuatan Nata Thebu ini dilakukan di CV Joyo Rosan
Desa Tiru Kidul, Keamatan Gurah, Kabupaten Kediri, JawaTimur. Pada tanggal 20
Juli 2016- 15 Agustus 2016. Perlakuan yang diberikan: (1) air tebu dengan pH 3,8
(2) air tebu+ air dengan pH 4 (3) air tebu dengan pH 4,0 dan (4) air tebu + air dengan
perbandingan 1: 0,5 dengan pH 4, 2 dengan kontrol air kelapa dengan pH 4 dengan
ulangan masing-masing 2 kali. Disimpan/ didiamkan selama 8-12 hari.
Tabel 2: Hasil Nata Thebu
Perlakuan
1 2 3 4 Kontrol
Hasil Tipis (0,43 ) Tidak jadi Tipis (0,62 ) Tebal (2.32 ) Tebal (3,32 )
Tipis (0,53 ) Tipis (0,25 ) Tipis (0,82) Tebal (2.82 ) Tebal (3,22 )
(cm)

Berdasarkan hasil diatas, inti dari pembuatan Nata Thebu adalah


pencampuran air dan penaikturunan pH pada bahan. Dimana pada air kelapa,
derajat keasaman 4 mampu menghasilkan tebal 3 cm namun pada Natha Thebu
harus dinaikan pH nya menjadi 4,2. Selain itu sari tebu juga harus diencerkan
menggunakan air dengan perbandingan 1: 0, 5 liter. Hasil penelitian sederhana
diatas dapat menjadi acuan dalam pemanfaatan sisa batang tebu.

Analisis Usaha Nata Thebu dan Peluang Dalam MEA


Ditinjau dari aspek usaha, kelebihan Nata Thebu antara lain bahan baku
cukup mudah ditemukan (khususnya di Kabupaten Kediri) sehingga produksi bisa
stabil. Selain itu, prospek pasar minuman ini juga sangat besar. Dimana Kabupaten
Kediri belum memiliki minuman khas, namun menjadi salah satu kota wisata dan
dilewati jalur wisata (ke arah Batu, Malang, Blitar) di Jawa Timur. Termasuk
kesempatan dalam ditengah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang berpeluang
menjadi pasar untuk produk ini. Analisis SWOT, Nata Thebu sebagai berikut:
Strength Weakness
1. Kreativias dan keunikan produk. 1. Produk belum berizin dipasarkan.
2. Bahan baku mudah didapat. 2. Produk belum dikenal masyarakat.
3. Karakter masyarakat yang menyukai 3. Kekurang tahanan produk terhadap
produk lokal. perubahan suhu yang besar.
Oppurtunities Threats
1. Konsumen semua kalangan. 1. Adanya usaha sejenis.
2. Dukungan pemerintah dan masyarakat. 2. Produk belum dipatenkan, bisa
3. Sistem pemasaran yang digunakan diplagiat.
relevan dengan hasil yang diperoleh. 3. Sifat produk yang terbatas waktu
penyimpanan dan kesegaran

4
Pembuatan Nata Thebu juga cukup sederhana, sehingga mudah untuk
diajarkan pada petani. Bahan yang digunakan antara lain: sari tebu, bakteri
Acetobacter xylinum, asam asetat (cuka), ZA. Alat yang digunakan antara lain:
kompor, nampan, sendok, pH meter, koran, karet gelang, dandang. Pemasakan
bahan dilakukan segera mungkin, yaitu ketika tebu sudah selesai digiling harus
segera dimasak dikarenakan kandungan gula dalam air tebu yang tinggi, sehingga
cepat terjadi oksidasi yang mengakibatkan air tebu berubah rasa. Proses
pembuatannya, pertama air tebu + air dimasak sampai mendidih. Kedua, masukan
ZA 5 gram, aduk sampai rata, dinginkan selama 2 jam. Setelah dua jam masukan
asam cuka sampai pH 4,2. Ketiga masukan bakteri starter. Letakan pada tempat
yang cukup kering dan tunggu sampai 8-12 hari. Setelah 12 hari maka akan
terbentuk lembaran nata, potong kecil menggunakan pisau, dicuci dan kemudian
dimasak dengan air mendidih. Keempat, diamkan hingga dingin kemudian, terakhir
dikemas dengan kemasan nata. Apabila tanpa pengawet minuman ini mampu
bertahan sekitar 2-5 hari. Apabila ingin lebih tahan lama, ditambahkan dengan
Natrium Benzoat 0,5 g/l daya tahan minuman berkisar 2-3 bulan. Penggunaan Na
Benzoat (Khurmiyati dan Estiasih, 2015) 0,5 g/ l terbukti aman untuk makanan
berdasarkan aturan BPOM Permenkes No. 33 Tahun 2012 yaitu 0-0,6 g/l .
Strategi pemasaran untuk produk ini melalui jejaring sosial dan internet,
pembuatan toko minuman, penitipan di supermarket, tempat oleh-oleh, kerjasama
dengan lembaga pemerintahan dan pameran pangan. Selain itu, pemerintah juga
menyediakan bantuan lebih dalam pemasaran produk milik masyarakat melalui
UMKM berdaya saing on line. (Bisnis Indonesia, 22/9/2016)
Analisis ekonomi dalam usaha ini sangat potensial untuk diusahakan. Dalam
sekali proses produksi dengan hasil 100 botol (aqua gelas) hanya membutuhkan
dana sekitar Rp. 150.000. Apabila menggunakan pendekatan ekonomi, semakin
banyak jumlah produksi maka biaya produksi akan semakin menurun. Oleh karena
itu terdapat keuntungan yang besar dari usaha ini. Dimana dalam satu kemasan
dijual Rp. 3.000 dengan produksi 100 buah didapat untung bersih 150.000 (50%).
Dari aspek kesehatan bisa diperoleh berbagai manfaat. Dalam batang tebu
mengandung senyawa octacosanol (sejenis alkohol rantai panjang) yang mampu
menurunkan kadar kolesterol dalam darah octaconasol juga menghambat

5
penumpukan plak pada dinding pembuluh, bahkan mampu melindungi terhadap
oksidasi protein darah. Dalam majalah PTPN X (2016) disebutkan hasil riset
National Center for Scientifiic Research Havana Kuba Octaconasol menekan
sintesa kolesterol yang diproduski di dalam hatiPasien diabetes pun aman
mengkonsumsi tebu. Sebab, pemberian polikacasanol 10 mg/hr menunjukkan
penurunan kolesterol 17,5% dan LDL/kolesterol 21,8% dan tidak terjadi
peningkatan kadar gula glukosa dalam darah.
Berawal dari ketidakbermanfaatan sisa batang tebu bud chips, apabila
dikelola dengan teknologi akan menghasilkan produk yang sangat berguna untuk
masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial dan kesehatan. Harapanya usaha di
bidang pertanian dan pangan mampu menyejahterakan rakyat Indonesia di tengah
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). “Panganku, Hidupku! ”

DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Nur Karim Terjemahan Departemen Agama RI tahun 2012.
Balinewsnertwork.com. 2016. Pemukiman Padat, Kediri Langganan Kebakaran.
www.balinewsnertwork.com, edisi 30 Mei 2016 di akses tanggal 20
September 2016.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia 2013-2015
Tebu. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan.
Gregory, Peter James. 2015. Climate Change Impac and Adaption Agricultural
System. Oxford: UK.
Haniani, Nuhfi Ahmad Rosyid., Ibrahim, Jabal Tarik., Purnomo, Mangku. 2010.
Strategi Pembangunan Pertanian. Lappera: Yogyakarta.
Harian Bisnis Indonesia. 2016. Seluruh UMKM Jadi Target. Harian Bisnis
Indonesia, edisi 22 September 2016.
Harian Jawa Pos.2016. Tahun Kelbu Petani Tebu.. Harian Jawa Pos, edisi 21
September 2016
Harian Kompas. 2016. Indonesia Defisit Gula 600.000 ton. Kompas, edisi 20
September 2016 .
Husen, Syarif. 2016. Teknologi Benih. UMM Press: Malang.
Khurmiyati, Maylina Ilhami dan Estiasih, Teti. 2015. Pengaruh Konsentrasi
Natrium Benzoat dan Kondisi Paseurasi (Suhu dan Waktu) Terhadap
Karakteristik Minuman Sari Apel Berbagai Varietas: Kajian Pustaka. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 2p.523-529,April 2015.
Nusantara, Irawan Muhammad. 2016. Inovasi Tebu Permata, Cikal Bakal
Swasembada Nusantara. Anugerah Labdha Kretya Kementrian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi : Jakarta.
PTPN X. 2016. Kabar Tebu dari Penjuru Dunia. Majalah PTPN X edisi Juli 2016
Tempo. 2015. Asap dan Kehidupan Masyarakat; Salah Siapa? Tempo, 17 Mei 2015.
Winarsih, Sri. 2013. Gizi Nata The Coco Hasil Penyaringan Filter Osmo di
Laboratorium ITP UMM: Publikasi Laboratorium ITP. UMM: Malang

6
Lampiran 1 : Dokumentasi Pembuatan Nata Thebu

Batang Tebu Sisa (Bahan Utama) Batang tebu dibersihkan,


dipotong sedang

Sari tebu setelah digiling pH stick dengan batas 1-7

Starter nata thebu (bakteri) Ditutup koran dan didiamkan 8-12 hari

Nata Thebu dalam kemasan Kemasan Nata Thebu tampak atas

Anda mungkin juga menyukai