Anda di halaman 1dari 3

Membangun Desa Melalui Industri Biji Karet

Oleh: Adi Kurniadi

Negara agraris adalah negara yang sebagian besar penduduknya berprofesi


sebagai petani. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya
alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Di Negara
agraris , pertanian memiliki peranan yang penting baik di sektor perekonomian
ataupun pemenuhan kebutuhan pokok atau pangan, dengan semakin
bertambahnya penduduk maka konsumsi pangan juga akan meningkat sehingga
dapat meningkatkan perekonomian bagi petani. Indonesia menduduki peringkat
pertama sebagai negara pemilik lahan perkebunan karet terbesar didunia dengan
luas mencapai 3,4 juta hektare (detik.com, 2017). Dengan luas lahan tersebut
ternyata belum menjadikan indonesia sebagai negeara dengan penghasil karet
terbesar di asia bahkan dunia. Menteri Perindustrian Mohammad S Hidayat
mengungkapkan bahwa produksi industri karet nasional masih rendah. Padahal,
Indonesia memiliki areal karet paling luas di dunia. Dalam hitungan per
hektarnya, produktivitas karet lokal masih kalah dibanding produksi di Malaysia
dan Thailand. Produksi dalam negeri baru mencapai satu ton, kalah dengan
Malaysia sudah memproduksi 1,3 ton per hektare, Thailand 1,9 ton per hektare
(Kemenperin, 2018). Hal tersebut harus menjadi perhatian serius bagi
pemerintah. Ditambah lagi harga karet dunia yang terus menurun sehingga
membuat semangat para petani karet dam berproduksi sangat rendah.
Luas tanaman perkebunan karet di sumatera selatan adalah 1.220.928
Ha,dengan rincian 30.128 Ha di kabupaten Ogan Ilir (BPS, ). Desa Tambang
Rambang, kecamatan Rambang Kuang, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatra
Selatan memiliki sebuah perusahaan swasta yang bernama PT Bumi Rambang
Kramajaya. Perusahaan ini bergerak dibidang perkebunan khususnya perkebunan
karet. Selama ini mereka hanya memanfaatkan perkebunan tersebut untuk diambil
getahnya saja. Sementara biji yang dihasilkan pohon karet tersebut tidak
dimanfaatkan sehingga menjadi bahan yang tidak berguna. Faktanya setelah
diteliti oleh pakar agroindustri. Kandungan minyak di dalam daging biji karet
yakni sebesar 45,63 % maka minyak tersebut sangat potensial. Biji karet
memilki kandungan gizi terutama protein yang berpotensi dimanfaatkan sebagai
bahan baku pangan (Eka et al, 2010). Biji karet juga memiliki kandungan asam
sianida (HCN) yang dalam kadar tinggi dapat membahayakan manusia, akan
tetapi hal ini dapat diatasi dengan perendaman terlebih dahulu. Kandungan gizi
yang terdapat dalam biji karet telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya.
Tabel 1 menunjukkan hasil uji proksimat biji karet yang telah dilakukan (Eka et
al. 2010). Setapar et al. (2013) menambahkan bahwa terdapat kandungan omega-
3 pada minyak biji karet.
Tabel 1. Hasil uji proksimat biji karet (sumber Eka et al, 2010)
Kandungan Gizi Kadar (100/gr)
Protein 17, 41 ± 0,01
Karbohidrat 6,99 ± 0,01
Abu 3,08 ± 0,01
Lemak 68,53 ± 0,04

Maka penulis membuat suatu inovasi baru dengan membuat industri


rumahan di desa-desa yang terdapat perkebunan karet di desanya untuk
memproduksi minyak goreng yang tentunya memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Proses pengambilan minyak biji karet dapat dilakukan dengan dua cara antara lain
pengepresan (pressing), dan pelarut (solvent). Dua cara yang umum digunakan
yaitu dengan metode pengepresan mekanis antara lain pengepresan hidrolik
(hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (screw pressing). Cara screw
pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemanasan
atau tempering. Biji karet dibersihkan dan disortir dari kulitnya maupun kotoran
kemudian diperkecil ukuran biji karet dengan variasi ukuran 100 mm (+ 10 mm),
50 mm (+ 10 mm) dan 100 mesh. Selanjutnya dipanaskan dengan variabel suhu
50oC, 60oC dan 70oC kemudian biji karet tersebut dipress dengan variabel
kecepatan putar ulir 200 ppm. Hasil dari penelitian ini didapat persentase terbesar
pada variasi ukuran material 100 mesh dan suhu pemanasan awal 70 oC yaitu
sebesar 10,11 %. Kadar air 0,2 %, densitas 0,920 gr/ml, dan viskositas 34,476 cp
(Abdul Hakim dan Edwin Mukhtadi, 2017).
Sehingga jika hal tersebut telah dilakukan maka akan mengubah biji karet
yang tadinya tidak bernilai ekonomis menjadi bernilai ekonomis. Jika hal tersebut
dilakukan masyarakat maka akan sangat membantu perekonomian masyarakat
meskipun masyarakat tidak memiliki lahan yang luas akan mempunyai
penghasilan dari hasil penjualan minyak tersebut.
Selain daging biji yang dimanfaatkan untuk minyak goreng, industri
rumahan ini juga menghasilkan suatu kerajinan yang terbuat dari cangkang dari
biji karet tersebut, sehingga seluruh bagian dari biji karet bisa dimanfaatkan
menjadi barang yang bernilai ekonomis tinggi.

Referensi

Eka HD, Aris T, Nadiah WA. 2010. Potential use of Malaysian rubber (Hevea
brasiliensis) seed as food, feed and biofuel. Int Food Res J 17 (1): 527-534

Setapar SHM, Yian LN, Kamarudin WNW, Idham Z, Norfahana AT. 2013.
Omega-3 emulsion of rubber (Hevea brasiliensis) seed oil. Agri Sci 4 (5B): 84-89.

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana/article/view/9745 (diakses 30
oktober 2018)
https://www.bps.go.id/ (diakses 30 oktober 2018)

http://kemenperin.go.id/ (diakses 30 oktober 2018)

Anda mungkin juga menyukai