2016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran koperasi dalam manajemen kebun anggota,
mengetahui apakah koperasi telah menyampaikan sosialisasi dengan jelas sehingga calon petani
anggota paham dengan program kemitraan yang sedang dijalankan, mengetahui hak dan kemudahan
apasaja yang diberikan kepada petani anggota serta mendeskripsikan tanggapan / sikap petani
anggota plasma kelapa sawit terhadap peran koperasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis deskriptif dan metode pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara
/ kuesioner, dan pencatatan. Metode pengambilan sampel dengan cara purposive sampling
berdasarkan status keanggotaan petani anggota KUD Langgeng Giri Sako yang sudah selama dua
tahun menjadi anggota dan tinggal di desa Giri Sako sebanyak 30 responden. KUD Langgeng Giri
Sako sangat berperan dalam manajemen kebun anggota. Sebelum melakukan pembangunan kebun
kelapa sawit pola KKPA yang bermitra dengan PT. CRS, perlunya diadakan sosialisasi kepada
masyarakat calon petani anggota untuk kepentingan bersama. Dalam perannya, KUD Langgeng
Giri Sako menyediakan pelayanan kepada petani anggota seperti perkreditan / penyediaan modal,
saprodi, transportasi TBS, penjualan TBS, penyuluhan dan pelatihan serta membentuk kelompok
tani untuk petani anggota sekaligus pengawas. Petani anggota berhak mendapatkan pelayanan yang
baik dan bersifat terbuka dari KUD Langgeng Giri Sako dan mendapatkan kemudahan dalam
memperoleh informasi dan pelayanan yang ada. Dengan adanya KUD Langgeng Giri Sako, petani
anggota merasa puas terhadap peran KUD Langgeng Giri Sako yang dirasakan sangat bermanfaat
bagi kehidupan mereka.
baru. Dari sisi makro sektor perkebunan perkebunan sawit 2015 akan bertambah
masih menjadi parameter penyerapan tenaga menjadi 10.721.436 hektar dengan rincian
kerja, investasi pembangunan, nilai ekspor perkebunan rakyat 4.810.271 hektar, swasta
komoditi, surplus neraca perdagangan, dan 5.207.071 hektar dan BUMN 704.094 hektar
pendapatan para petani. Minyak kelapa sawit (Anonim,2014).
(MKS) merupakan komoditas yang Permintaan minyak kelapa sawit dunia
mempunyai nilai strategis karena merupakan mengalami peningkatan setiap tahun terutama
bahan baku utama pembuatan minyak makan. dari India dan Cina. Peningkatan permintaan
Permintaan akan minyak makan di dalam dan ini sejalan dengan peningkatan jumlah
luar negeri yang kuat merupakan indikasi penduduk dan pendapatan perkapita
pentingnya peranan komoditas kelapa sawit penduduk dunia. Hal ini harus diikuti dengan
dalam perekonomian bangsa (Pahan, 2008). peningkatan produksi minyak kelapa sawit.
Pengembangan usaha perkebunan kelapa Saat ini pengusaha kelapa sawit mengalami
sawit dikenal dengan tiga bentuk utama usaha kesulitan dalam memperluas lahan, akibat
perkebunan, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), pemberlakuan moratorium izin perkebunan
Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan baru dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor
Perkebunan Besar Negara (PBN) 10 tahun 2011 tentang penundaan pemberian
(Mangoensoekarjo dan Haryono, 2003). izin baru dan penyempurnaan tata kelola
Pembangunan kelapa sawit baik yang hutan alam primer dan lahan gambut yang
dilakukan oleh perkebunan besar maupun berakhir pada 20 Mei 2013 dan telah
oleh perkebunan rakyat telah berkembang diperpanjang selama dua tahun ke depan.
dengan sangat pesat. Awal tahun 1968, areal Akibatnya peningkatan produksi sulit
kelapa sawit yang semula hanya terbatas di dilakukan melalui perluasan lahan. Usaha
tiga wilayah (Sumatera Utara, Aceh dan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
Lampung) saat ini sudah berkembang di 22 produksi minyak kelapa sawit Indonesia
daerah Propinsi. Luas areal tahun 1968 seluas adalah dengan peningkatan produktivitas
105.808 ha dengan produksi 167.669 ton, kebun, terutama milik petani. Kebun sawit
pada tahun 2010 telah meningkat menjadi milik petani saat ini hanya menghasilkan
8,992 juta hektar dengan produksi sekitar Tandan Buah Segar (TBS) kira-kira 14 ton ̵ ˡ
23,096 juta ton minyak sawit (Anonim, hektar sedangkan kebun milik Perusahaan
2012). Besar Swasta (PBS) bisa mencapai 36 ton ̵ ˡ
Perkembangan pengusahaan perkebunan hektar (Anonim, 2012).
kelapa sawit, telah terjadi perubahan secara Perbedaan produktivitas ini disebabkan
mendasar dalam pola pengusahaanya dan dualisme sistem ekonomi pertanian Indonesia
menjadikan komoditas kelapa sawit sebagai seperti yang diungkapkan oleh Boeke.
bagian dari komoditas perkebunan rakyat. Perusahaan kelapa sawit sudah menerapkan
Kalau pada awalnya perkebunan kelapa sawit sistem pertanian modern dalam menjalankan
hanya dilakukan oleh perkebunan besar, maka usahataninya sedangkan petani masih tetap
saat ini terdapat areal kelapa sawit rakyat menggunakan sistem pertanian tradisional
seluas 38 % dari total areal kelapa sawit (Mubyarto, 1987). Salah satu usaha yang
(Anonim, 2012). dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
Perkembangan perkebunan kelapa sawit produksi TBS petani adalah dengan
Indonesia mengalami peningkatan, tercatat melaksanakan program Perusahaan Inti
tahun 2013 luasnya mencapai 10.010.824 Rakyat Perkebunan (PIR-BUN). Perusahaan
hektar. Total luas perkebunan sawit pada Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) adalah
2014 seluas 10.210.892 hektar atau pengembangan perkebunan dengan
mengalami peningkatan. Dari luas 10.210.892 menggunakan Perkebunan Besar sebagai inti
hektar, perkebunan rakyat mengelola dan membimbing Perkebunan Rakyat
4.454.892 hektar, swasta 5.055.409 hektar, sekitarnya sebagai plasma, dalam suatu sistem
dan BUMN 700.591 hektar. Diperkirakan luas
JURNAL MASEPI, Vol.1, No.1, April. 2016
kerjasama yang saling menguntungkan, utuh Produksi TBS petani plasma diharapkan
dan berkesinambungan (Anonim, 2012) dapat menyamai produksi TBS kebun
Perkebunan kelapa sawit rakyat saat ini, perusahaan dan lebih tinggi dari petani non
terdapat dua kolompok petani kelapa sawit, plasma melalui pola kemitraan. Hal ini
yaitu petani plasma dan non plasma. Menurut didasarkan bahwa sistem penggelolaan kebun
Marcus Colchester dan Norman Jiwan (2010) petani plasma sudah menerapkan sistem
Petani plasma adalah petani pola Perkebunan penggelolaan kebun inti perusahaan yang
Inti Rakyat (PIR) dimana petani peserta sangat memperhatikan faktor-faktor
memperoleh kepemilikan lahan masing- pendukung produksi kebun. Faktor-faktor
masing 2 Ha/KK yang berupa hak milik tersebut adalah faktor alam (tanah), modal,
secara penuh dan berdaulat, yang terintegrasi tenaga kerja, dan manajemen. Modal yang
dalam satu kesatuan usaha berskala ekonomi dimaksud adalah termasuk biaya untuk
sebagai plasma dengan perusahaan pembelian pupuk, pestisida, dan bibit.
perkebunan besar sebagai inti. Petani non Mubyarto (1987) dan Soekartawi (1990)
plasma (independen) kebebasan untuk menyebutkan bahwa faktor yang
memilih bagaimana menggunakan lahannya, mempengaruhi produksi dibedakan menjadi
tumbuhan mana yang ditanam dan bagaimana dua kelompok yakni : (1) faktor biologi
mengelolanya, mengatur sendiri, mengelola seperti lahan pertanian dengan macam dan
sendiri, dan mendanai sendiri, dan tidak tingkat kesuburannya, varietas bibit, jenis
secara kontrak terikat dengan pabrik manapun pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya,
atau asosiasi manapun. (2) faktor-faktor sosial ekonomi, seperti biaya
Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan produksi, harga, biaya tenaga kerja, tingkat
salah satu pilar perekonomian yang berperan pendidikan, tingkat pendapatan, tersedianya
penting dalam pembangunan perekonomian kelembagaan kredit dan ketidakpastian.
nasional. Program-program pemerintah untuk Pola kemitraan yang dijalankan berupa
membangun masyarakat pedesaan, seperti PIR-KKPA (Perusahaan Inti Rakyat-Kredit
distribusi pupuk, benih, dan perawatan. Koperasi Primer Anggota), dimana
Koperasi Unit Desa mempunyai peran penting pengelolaan kebun dilakukan secara bersama-
bagi masyarakat dan KUD, seperti penyaluran sama oleh para petani peserta koperasi primer
sarana produksi, pengadaan pangan, dan tersebut. Konsep dalam kemitraan ini yaitu
program pengembangan ekonomi masyarakat saling membutuhkan dan menguntungkan
pedesaan, memperkuat peran KUD dalam secara berkesinambungan. Masyarakat yang
program ketahanan pangan dengan sistem mengelola kebunnya (petani plasma)
pembinaan organisasi yang mengarah pada memperoleh pendapatan untuk meningkatkan
keswadayaan masyarakat dan anggota KUD, kesejahteraan rumah tangganya. Sedangkan
mengintegrasikan kelompok tani dan perusahaan dapat memenuhi kebutuhan bahan
gabungan kelompok tani sebagai salah satu baku untuk diolah dan dikomersialisasikan
organ dalam struktur KUD, peningkatan agar memperoleh profit. Tingkat
kualitas sumber daya manusia dalam kesejahteraan keluarga petani secara ekonomi
manajemen KUD melalui pendidikan belum tentu dapat mengindikasikan tingkat
perkoperasian dan pelatihan (Fani, 2011). kesejahteraan yang sesesungguhnya.
Menurut UU No.17 tahun 2012, Kesejahteraan pada hakekatnya terdiri dari
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan dua dimensi yaitu kesejahteraan secara
oleh seorang perseorangan atau badan hukum ekonomi dan secara sosial. Dengan mengacu
koperasi, untuk dengan pemisahan kekayaan pada definisi kesejahteraan tersebut dan
para anggotanya sebagai modal menjalankan manusia sebagai mahluk sosial maka
usaha, yang memenuhi aspirasi dan pemerintah dalam hal ini BKKBN (Badan
kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
dan budaya sesuai dengan nilai prinsip memberikan tahapan-tahapan kesejahteraan
koperasi (Pralita P, 2013). untuk mengukur tingkat kesejahteraan secara
JURNAL MASEPI, Vol.1, No.1, April. 2016
sosial dan ekonomi yang sangat deskriptif dan sumber tanaman pokok, yaitu hasil produksi
mudah dipahami (Anonim, 2012). kelapa sawit itu sendiri. Untuk memperoleh
Pengembangan kelapa sawit rakyat ini pendapatan yang tinggi belum berjalan atau
merupakan salah satu tujuan pemerintah belum berkembang suatu perkebunan petani
karena di samping untuk menghasilkan devisa plasma tanpa adanya peran lembaga ekonomi
negara atau pendapatan negara juga koperasi unit desa (KUD), karena penjualan
memperluas kesempatan kerja dan sekaligus produksi setiap kebun petani sebesar 30 %
juga untuk meningkatkan kesejahteraan digunakan untuk angsuran kredit, biaya
rakyat. Kelapa sawit di Indonesia dewasa ini perawatan, biaya produksi, dan biaya
merupakan komoditas primadona, luasnya perawatan akses sekitar 20 % sedangkan
terus berkembang dan tidak hanya merupakan sisanya sebesar 50 % merupakan bagian dari
monopoli perkebunan besar negara atau petani plasma kelapa sawit, maka dengan
perkebunan besar swasta. Saat ini perkebunan adanya peran koperasi unit desa sangat
rakyat sudah berkembang dengan pesat membantu petani plasma kelapa sawit untuk
(Sugito, 1992). mengembangkan hasil usahataninya (Sugito,
Tingkat pendapatan dan tingkat 1992).
keuntungan yang tinggi pada usaha kelapa KUD merupakan organisasi ekonomi
sawit dapat diperoleh dengan memperhatikan yang berwatak sosial yang diselengarakan
bagaimana meningkatkan produksi dan oleh masyarakat dan untuk masyarakat itu
kualitas buah yang tinggi. Untuk itu sendiri yang berguna untuk meningkatkan
diperlukan pengadaan modal bagi petani penghasilan dan kesejahteraan anggotanya
untuk membuka lahan dan pembelian bibit dan masyarakat pada umumnya. Tugas-tugas
unggul kelapa sawit yang bermutu tinggi agar KUD sebagai berikut : (1) Penyediaan, (2)
hasilnya bagus dan pertumbuhannya Intensif produksi pada petani, (3) Pemasaran,
sempurna. Dalam pembangunan kelapa sawit (4) Pendidikan. Keanggotaan KUD adalah
perlu juga diperhatikan ketersediaan tenaga masyarakat pedesaan yang bertempat tinggal
kerja, tanpa adanya tenaga kerja maka di desa yang bersangkutan pada umumnya
perkebunan kelapa sawit tidak akan berjalan adalah kepala keluarga dan KUD bermaksud
baik, tenaga kerja dari keluarga petani sendiri dapat menumbuhkan swadaya serta
maupun dari luar (Soetrisno L, 1991). meningkatkan potensi pedesaan yang berdaya
Modal untuk mengembangkan usaha guna dan berhasil guna (Sugito, 1992).
perkebunan kelapa sawit rakyat harus Koperasi sebagai jembatan antara petani
dipersiapkan sejak dini dan bersifat jangka plasma dan perusahaan dapat mempermudah
panjang karena menjalankan usaha dalam penyaluran sarana dan prasana
perkebunan kelapa sawit membutuhkan waktu khususnya dalam usaha petani plasma kelapa
relatif lama dan kondisi ekonomi yang baik. sawit (Pahan, 2006). Perkebunan kelapa
Modal digunakan untuk meningkatkan Sawit bertujuan untuk menghilangkan
produktivitas kelapa sawit jadi tidak hanya kemiskinan dan keterbelakangan khususnya
keperluan penyediaan lahan, biaya dan tenaga di daerah pedesaan, di samping itu juga
kerja, tetapi juga dalam meningkatkan memperhatikan pemerataan perekonomian
pengetahuan petani melalui penyuluhan agar antar golongan dan antar wilayah.
suatu usaha perkebunan kelapa sawit rakyat Pembangunan pertanian yang berbasis
dapat berkembang dan mempunyai hasil yang perkebunan dalam arti luas bertujuan untuk
dapat meningkatkan terhadap pendapatan meningkatkan kesejahteraan hidup
petani plasma. Sehingga modal sangat masyarakat sehingga terjadi suatu perubahan
menentukan berkembangnya suatu usaha dalam pola hidup masyarakat di sekitarnya.
petani perkebunan kelapa sawit
(Mangoensoekarjo, 2003). METODOLOGI PENELITIAN
Tingkat pendapatan yang diterima oleh METODE DASAR
petani plasma pada dasarnya hanya dari
JURNAL MASEPI, Vol.1, No.1, April. 2016
dilakukan pembangunan kebun plasma tahap II seluas 5.000 ha dapat dilihat pada Tabel 4 :
Kuantan 646,9
2 Sako (C) 1.125 3 189,07 289 1 800 15
1.25
5 Hulu Teso 1.252 - - 2 3 792 17
Muara
6 Langsat 1.293 - 582,00 711 4 885 52
375,5
7 Marsawa 994 9 618,41 - 5 913 25
Geringging
8 Baru 398 - - 398 5 302 12
Teratak
9 Sentajo 147 - - 147 5 75 7
Geringging
10 Jaya 383 - - 383 5 327 11
Tabel 4 menunjukkan kebun plasma Perwakilan Desa Giri Sako (KUD Langgeng
seluas 10.000 ha yang terbagi menjadi 6 Giri Sako) dengan jumlah petani anggota
(enam) afdeling dengan jumlah anggota sebanyak 1.094 jiwa dan 22 kelompok tani.
sebanyak 7.399 jiwa dan kelompok tani KUD Langgeng Giri Sako mengelola kebun
sebanyak 194 kelompok, dalam setiap petani anggota di Desa Giri Sako seluas 1.560
afdeling terdapat satu assistent pembina dari ha yang terdiri dari kebun plasma tahap I
PT. CRS. tahun tanam 1998/1999 seluas 1.508 ha
Sebagai sampel penelitian, diambil satu dikelola oleh 21 (dua puluh satu) kelompok
sampel unit yaitu KUD Langgeng Unit tani dan kebun plasma tahap II tahun tanam
JURNAL MASEPI, Vol.1, No.1, April. 2016
2000 seluas 52 ha yang dikelola oleh 1 (satu) Sako yang berdomisili di Desa Giri Sako
kelompok tani. Kecamatan Tanah Logas Darat sebanyak 30
(tiga puluh) jiwa, dengan identitas yang
Identitas Petani disajikan dalam tabel berikut :
Identitas petani dalam penelitian ini
adalah petani anggota KUD Langgeng Giri
Laki-laki 24 80
Perempuan 6 20
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
27 – 60 28 93,3
61 – 81 2 6,7
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Tabel 6 menunjukkan usia petani anggota yaitu petani yang masih mampu atau dapat
KUD Langgeng Giri Sako yang terbanyak meningkatkan usahataninya sebanyak 28 jiwa
adalah petani yang masih berusia produktif dengan persentase sebesar 93,3 %.
Jumlah Petani
Tingkat Pendidikan Persentase (%)
(jiwa)
Pola Kemitraan
1. KTP
2. Surat Nikah
Gambar 3. Bagan Persiapan Kemitraan (Sumber : Analisis Data Primer, 2015)
2 Segi Sosial Tidak adanya KUD melakukan Data yang diminta telah
. Budaya dan rasa memiliki pendekatan kepada terkumpul dan terdaftar.
Lingkungan dan banyaknya masyarakat Hubungan antara petani
Hidup petani anggota dilingkungan proyek, anggota dengan KUD
yang tidak memberikan dan sesama petani
memiliki KTP bimbingan dan anggota terlihat
dan surat nikah pengarahan harmonis dan saling
bahkan tidak mau (sosialisasi) melalui terbuka.
mengumpulkan. penyuluhan ditiap desa
Serta adanya secara
lahan yang berkesinambungan.
sengaja Merespon
dirusak/dibakar permasalahan yang
oleh orang yang disampaikan dan
tidak betanggung segera memberikan
jawab sehingga solusi. Untuk petani
dapat terjadi anggota yang tidak
demontrasi/main memiliki KTP dan
hakim sendiri surat nikah, pihak
dengan KUD meminta bantuan
permasalahan kepada KUA untuk
yang ada. pembuatan surat nikah
dan membiayai
pembuatan KTP.
3 Segi Tenaga Kurangnya Melibatkan anggota Pembangunan sudah
. Kerja tenaga kerja masyarakat sebagai terealisasi seluas 10.000
harian untuk tenaga kerja dan ha.
pengerjaan melakukan penyuluhan
kebun, baik serta pelatihan (job
kuantitas maupun trining).
kualitas.
4 Segi Pencairan dana Memberikan Petani anggota telah
. Perekonomia pembangunan pemahaman kepada setuju, pembangunan
n tidak relevan petani anggota pemilik telah dilaksanakan dan
sehingga lahan agar memahami dilakukan pelunasan
dilakukan dan menyadari keadaan kredit setiap bulannya.
penambahan yang sebenarnya.
dana (eskalasi).
5 Segi Penggabungan Pemisahan biaya antara Dana sudah terkendali
. Pengelolaan biaya proyek biaya proyek dengan dan jelas.
Dana dengan biaya non biaya KUD
proyek. sebelumnya.
yang ada. Perangkat desa / kepala desa adalah luas lahan yang telah dipotong
diharapkan mampu mempersiapkan untuk jalan.
data seakurat mungkin mengenai data b) Tahap Pelaksanaan pembangunan
calon petani anggota, lahan rencana Kebun Plasma
kebun dan legalitas lahan. Sosialisasi Pembangunan kebun plasma
secara terus-menerus juga perlu yang diserahkan seluruhnya kepada
dilakukan pihak KUD Langgeng Giri PT. CRS sesuai dengan perjanjian
Sako untuk membimbing dan kemitraan KKPA. Pihak KUD
mengarahkan masyarakat calon petani Langgeng wajib menerima
anggota dalam melengkapi persyaratan pelaksanaan pembangunan kelapa
pembangunan kebun kelapa sawit pola sawit milik petani anggota dan berhak
KKPA agar calon petani anggota lebih meminta laporan pertanggungjawaban
memahami program yang sedang pembangunan kebun kelapa sawit
dijalankan. Pada saat ini, kebun sebagai bukti bahwa pembangunan
plasma sudah lunas sejak tahun 2013 dilaksanakan dan berhak melakukan
dan penerbitan sertifikat belum dapat pengecekan maupun mengawasi
diterbitkan karena petani anggota tidak pekerjaan di lapangan secara langsung
mengakui lahan miliknya jika tidak untuk menyesuaikaan dengan laporan
sesuai dengan luas yang tertera di yang dibuat oleh PT. CRS. Dapat
sertifikat. Luas lahan yang akan dibuat dilihat pada Gambar 4 pelaksanaan
pembangunan.
RAB Petani
Anggota
Tabel 12. Tenaga Kerja yang disediakan KUD melalui kelompok tani
Upah per kg
No. Tenaga Kerja (Rp) Keterangan
1 Panen 100 Potong hasil
2 Timbang 8 penjualan TBS
3 Potong Tangkai panjang 75 setiap bulan
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Ketua
Armada
Biaya Transportasi
/ Truk
(Sumber : Analisis Data Primer, 2015)
petani anggota, berikut adalah Tabel dalam satu bulan (satu periode) :
13 mengenai daftar harga TBS/kg
Kelompok
Tani
Petani
Anggota
Kelompok Tani
KUD Langgeng Penyuluhan &
&
Giri Sako Pelatihan
Petani Anggota
Grafik pada Gambar 9 dapat tahap I dan tahap II di Desa Giri sako
dilihat hasil produksi kebun plasma pada tahun 2015.
71.642 1.405
Tabel 16. Rata-rata SHU yang diterima petani anggota Giri Sako
Petani
No. Pendapatan (Rp) Anggota Persentase (%)
(jiwa)
1. < 1 jt 1 3
2. 1 jt - 2 jt 12 40
3. > 2 jt 17 57
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
mendapatkan SHU setiap bulan. Bagi Harga TBS (P) : Rp. 1.186,82 /
petani anggota yang menerima kg
pendapatan Rp. 1.000.000,- s/d Rp. Pendapatan Kotor (TR) = P x Q
2.000.000,- dan > Rp. 2.000.000 Dikurangi :
adalah petani anggota yang memiliki - Pupuk Rp. 500.000
lahan seluas 1 s/d 2 ha lebih, karena - USP Rp. 479.000
satu petani anggota ada yang - Replanting Rp. 50.000
memiliki lahan lebih dari 2 ha, - Up. Timbang Rp. 18.000
berikut contoh perhitungan SHU - Up. Panen Rp. 225.000
petani anggota : - Pt. Tangkai Pj Rp. 168.750
Potongan Hasil Penjualan TBS Giri - Transportasi Rp. 166.500
Sako Total Potongan
Luas Lahan : 1 ha Pendapatan Bersih (NR) = TR-TC
Hasil Produksi (Q) : 2.250 kg
KUD Langgeng
Pusat
Kelompok tani
Petani Anggota
1. Puas 30 100
2. Kurang Puas 0 0
3. Tidak Puas 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Anonim. 2012. Kebijakan Hilir Sawit Perlu Pahan. I.2007. Kelapa Sawit “Manajemen
Diperbaiki, dalam Ekonomi dan Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir”.
Lingkungan Tropis, Edisi 06/ Tahun V/ Penebar Swadaya. Jakarta.
2012, hal. 42-43. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa
Chaniago, A. 1984. Perkoperasian Indonesia. Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Angkasa. Bandung. PT. CRS, 2013. Social Impact Assessment.
Fani. 2011. Koperasi Unit Desa. Riau
http://fani4.wordpress.com/2011/12/17. Putra, P.N. 2004. Peran Koperasi Terhadap
Hape, F.A. 2015. Peran KUD dalam Perkembangan Usaha Ternak Sapi
Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Perah di Kabupaten Boyolali.
Perkebunan Kelapa Sawit. Yogyakarta: Yogyakarta: Skripsi Fakultas Pertanian
Skripsi Fakultas Pertanian Institut Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.
Pertanian Stiper Yogyakarta. Yogyakarta.
Yogyakarta. Santoro, A . 2012. Pola Kemitraan PT.
Haryono, N. 2005. Peranan Koperasi Unit Harapan Sawit Lestari Denagn Petani
Desa (KUD) dalam Meningkatkan Plasma Kelapa Sawit Di Desa Asam
Pendapatan Petani Padi di Kecamatan Besar. Yogyakarta: Skripsi Fakultas
Sidoharjo Kabupaten Sragen. Pertanian Institut Pertanian Stiper
Yogyakarta: Skripsi Fakultas Pertanian Yogyakarta. Yogyakarta.
Institut Pertanian Stiper Yogyakarta. Soekartawi. 1990. Prinsip-prinsip
Yogyakarta. perencanaan pembangunan. Jakarta:
Hudiyanto, 1994. Sistem koperasi: Ideologi Rajawali Press
dan Pengolahan. UII Press. Soetrisno. L & R.Winahyu, 1991. Kelapa
Yogyakartaa. Sawit: Kajian Sosial Ekonomi.
James A.F Stoner, 1992, “Manajemen”, Jilid Yogyakarta: Aditya media.
1, Jakarta, Erlangga. Sugito. 1992. Upaya Peningkatan Efisiensi
Mangoesnsoekarjo, S. dan H. Samangun. dalam Usaha Pengolahan Kelapa
2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Tesis. www.digilib.its.ac.id.
Sawit. UGM-Press. Yogyakarta. (Astra Agro Lestari Verbatim copying,
Marcus Colchester dan Norman Jiwan. 2010. tidak dipublikasikan).
Principle & Criteria RSPO untuk Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan. Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R
Sertifikasi Grup. Taskforce & D. Bandung: Alfabeta.
www.rspo.org/files/resource_centre/key Suwandi, Irna. 1986. “Koperasi: Organisasi
doc/11%2520id_RSP. Ekonomi yang berwatak sosial”.
Mubyarto. 1987. Pengantar Ekonomi Bhratara. Jakarta.
Pertanian. Lembaga Penelitian, Taofan, A. P. 2011. Manajemen Satu Atap
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Inti – Plasma.
dan Sosial. Jakarta. http://kelapasawituntukbumi.blogspot.c
Nelianti, E. 2015. Peran Koperasi Terhadap om/2011.
Pendapatan Usaha Petani Plasma Vera, J. 2013.
Kelapa Sawit Di PT. HSL (Cargill) http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id.
Desa Asam Besar Kec. Manis Mata Winarni, D.Y. 2015. Kajian Kemitraan
Kab. Ketapang Kal-Bar. Yogyakarta: antara PG. Madukismo dengan Petani
Skripsi Fakultas Pertanian Institut Tebu Rakyat Mandiri (TRM) di
Pertanian Stiper Yogyakarta. Kabupaten Sleman. Yogyakarta: Skripsi
Yogyakarta. Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Stiper Yogyakarta. Yogyakarta.
Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.