Anda di halaman 1dari 31

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil

minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel).

Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia.

Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama

produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan

kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan

intensifikasi. Pelaku usaha tani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari

perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan

rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan

model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan

negara (inti – plasma). Khusus untuk perkebunan sawit rakyat, permasalahan

umum yang dihadapi antara lain rendahnya produktivitas dan mutu

produksinya. Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton Tandan Buah

Segar (TBS) per ha, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit

unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS/ha/th. Produktivitas CPO (Crude

Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO per ha/th

dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha/th, sementara di perkebunan

negara rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO/ha/th dan 0,91 ton PKO/ha/th,

dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO/ha/th dan 0,57

ton PKO/ha/th (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2008). Dalam kegiatan

perkebunan yang dilakukan, biaya yang dikeluarkan perusahaan masih tinggi.


Salah satu upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam meminimalkan biaya

adalah memanfaatkan teknologi yang ada dengan menciptakan alat yang

berguna dalam penyemprotan tanaman mature kelapa sawit yang bernama

mikron herbi. Dengan menggunakan mikron herbi, penggunaan material

dalam penyemprotan bisa ditekan dibandingkan dengan menggunakan

knapsack sprayer. Hal ini disebabkan karena mikron herbi memiliki volume

semprot yang lebih kecil daripada knapsack sprayer sehingga biaya material

bisa lebih rendah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu Kelapa Sawit ?

2. Bagaimana karakteristik dari Kelapa Sawit ?

3. Bagaimana sejarah penyebaran Kelapa Sawit di Indonesia ?

4. Apa saja kandungan yang terdapat dalam Kelapa Sawit ?

5. Apa saja manfaat Kelapa Sawit ?

6. Bagaimana cara pembudidayaan dan cara pemeliharaan Kelapa Sawit ?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah budidaya tanaman kelapa sawit ini antara
lain :

1. Mengetahui cara budidaya tanaman kelapa sawit dengan baik dan benar.

2. Mengetahui estimasi produksi panen kelapa sawit

3. Mengetahui dan memahami syarat tumbuh dari kelapa sawit

4. Mengetahui cara budidaya tanaman kelapa sawit dan teknik pengendalian hama
dan penyakit pada kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit Di Indonsia

Tanaman kelapa sawit adalah sumber utama minyak nabati sesudah kelapa
di Indonesia. Tanaman ini dikenal di dunia barat setelah orang Portugis berlayar
ke Afrika tahun 1466. Dalam perjalanan ke Pantai Gading (Ghana), penduduk
setempat terlihat menggunakan kelapa sawit untuk memasak maupun untuk
bahan kecantikan. Pada tahun 1970 untuk yang pertama kali dikapalkan sejumlah
biji kelapa sawit ke Inggris dan memasuki daratan benua Eropa tahun 1844.
Beberapa tahun kemudian Eropa mengimport inti sawit. Tahun 1848 tanaman
kelapa sawit masuk ke Indonesia dan daerah-daerah lain di Asia sebagai tanaman
hias. Ada 4 tanaman yang ditanam di Kebun Raya bogor (Botanical Garden)
Bogor, dahulu bernama Buitenzorg, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan
dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda). Pada tahun 1853
keempat tanaman tersebut telah berbuah dan bijinya disebarkan secara gratis.
Pada pengamatan tahun 1858, ternyata keempat tanaman tersebut tumbuh subur
dan berbuah lebat. Walaupun berbeda waktu penanaman (asal Bourbon lebih
dulu dua bulan), tanaman tersebut berbuah dalam waktu yang sama, mempunyai
tipe yang sangat beragam, kemungkinan diperoleh dari sumber geneik yang sama
(Rutgers, 1922).

Kira-kira 10 tahun kemudian, diadakan uji coba penanaman kelapa sawit


pertama di Indonesia yang dilakukan di karesidenan Banyumas 14 acre dan di
karisidenan Palembang 3 acre (Sumatera Selatan). hasil uji coba tersebut
menunjukkan bahwa tanaman kelapa telah berbuah paa tahun keempat setelah
ditanam dengan tinggi batang 1,5 m, sedangkan di negeri asalnya baru berbuah
pada tahun keenam atau ketujuh. Selanjutnya uji coba dilakukan di Muara Enim
tahun 1869, Musi Ulu 1870 dan Biliton 1890 (Van Heurn, 1948) tetapi tidak
begitu baik pertumbuhannya. Hal ini baru disadari kemudian, bahwa iklim
daerah Palembang kurang sesuai untuk pertumbuan kelapa sawit. Kemudian
dikembangkan ke Sumatera Utara, ternyata sungguh baik. Keunggulan kelapa
sawit Sumatera Utara sudah dikenal sejak sebelum perang dunia ke II dengan
varietas Dura Deli (bahasa Inggirs: Deli Dura) yakni tanaman kelapa sawit yang
ditanam di Tanah Deli (Medan dan sekitarnya).

Selama 40 – 50 tahun sesudah tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia


hanya digunakan sebagai tanaman hias, barulah pada tahun 1911 diperkebunkan
di Sumatera Utara, hanya 9,1% di Lampung dan 4,1 % di Aceh (Daswir dan
Panjaitan, 1981). Sekarang ini sudah tersebar luas di berbagai propinsi lain
termasuk di P. Jawa melalui proyek PIR atau perluasan usaha Perusahaan
Perkebunan Negara (PPN) ataupun Perseoran Terbatas Perkebunan Nusantara
(PTPN) yang kebanyakan berpusat di Sumatera Utara, dan Riau serta pembukaan
lahan baru oleh perusahaan asing maupun swasta nasional. Pada awal tahun 80-
an, tanaman kelapa sawit digelari sebagai komoditi primadona karena memberi
keuntungan yang melimpah. Dengan adanya “boom” ini, perluasan areal dapat
terealisasi dengan kemajuan yang pesat. Kalau sebelum perang dunia ke II,
Sumatera Utara danAceh adalah penghasil munyak kelapa sawit terbesar di
dunia, tetapi setelah perang, Malaysia adalah penghasil minyak sawit yang
utama. Ini berkat kemajuan Malaysia mengelola perkebuna sawit secara efisien
dan didukung oleh penelitian dan pengembangan teknologi yang mantap.

2.2. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini
merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting
disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan
karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa
sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai
Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini
dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk
dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan
kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat
tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit.
(Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak
nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya
bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan
nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada
kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran
perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah
propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan
produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha
dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa
sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis
global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi
sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan
kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa
terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008)
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di
Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun
2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan.
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2000), taksonomi tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah :

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Subkelas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Family : Palmae

Subfamily : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq


Pengelompokkan kelapa sawit dapat dilakukan berdasarkan tebal

tipisnya cangkang dan warnanya (Risza, 1994).

A. Berdasarkan Tebal Tipisnya Cangkang

Berdasarkan tebal tipisnya cangkang, tanaman kelapa sawit dapat

dibedakan menjadi 3 tipe yaitu :

1) Tipe Dura

Kelapa sawit ini memiliki tempurung (cangkang) yang sangat tebal,


tetapi kandungan minyak dalam buahnya rendah.

2) Tipe Pisifera
Memiliki tempurung (cangkang) yang sangat tipis bahkan hanya

berbentuk bayangan cincin, namun kandungan minyak dalam buah tinggi.

3) Tipe Tenera

Merupakan persilangan antara Dura sebagai pohon ibu, dengan

Pisifera sebagai pohon bapak. Tenera memiliki tempurung yang tipis dan

kandungan minyak tinggi.

B. Berdasarkan Warna Buah

Berdasarkan warna buah, tanaman kelapa sawit dapat dibedakan

menjadi 3 bentuk yaitu :

1) Nigrescens
Warna buahnya lembayung (violet) sampai hitam pada waktu

masih muda, kemudian berubah menjadi warna merah kuning (orange)

sesudah matang.
2) Virescens

Warna buahnya hijau pada waktu muda, kemudian berubah

menjadi merah kuning sesudah matang.

3) Albescens

Warna buahnya kuning pada waktu muda dan pucat serta tembus

cahaya karena mengandung sedikit koraten.

2.3. Karakteristik Kelapa Sawit


Kelapa sawit memiliki akar serabut yang berfungsi sebagai penyerap unsur
hara dan respirasi tanaman serta sebagai penyangga berdirinya tanaman. Kelapa
sawit dewasa 8000-10000 akar primer 15-20 meter dari dasar batang dengan
diameter 4-10 mm. Sebagian besar tumbuh medatar sekitar 20-60 cm di bawah
permukaan tanah. Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium tajuk dan tidak
bercabang. Batang kelapa sawit berfungsi sebagai penyangga tajuk dan sebagai
jalan pengangkutan air dan hara (zat makan). Pertumbuhan kelapa sawit tidak
terbatas, tapi menurut pertimbangan ekonomisnya hanya sampai umur 25 tahun
dengan ketinggian 10-11 m (Lubis et al. 1989).
Menurut MAKSI (2007), daerah pengembangan kelapa sawit yang sesuai
berada pada 150 LU – 150 LS. Faktor-faktor yang terpenting dalam pertumbuhan
kelapa sawit antara lain curah hujan, suhu, udara, kelembaban udara, dan radiasi
cahaya matahari. Kelapa sawit tumbuh baik pada ketinggian 0-400 m dpl, iklim
dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun, jumlah bulan kering dalam 1 tahun
yaitu 1-2 bulan, suhu udara rata-rata 22-230C, kelembaban udara 50-90% dengan
kelembaban udara optimal 80%. Kelapa sawit tumbuh baik pada sebagian besar
jenis tanah di wilayah tropika seperti organosol, regosol, andosol, aluvial, latosol,
podsolik merah kuning, dan podsolik cokelat. Tanah yang baik untuk
pertumbuhan kelapa sawit yaitu tanah yang memiliki pH netral, lapisan tanah
dalam (tebal solum 80 cm), tekstur ringan, perkembangan struktur baik, dan
memiliki kandungan unsur hara yang tinggi (Lubis et al. 1989).

2.4. Marfologi Tanaman Kelapa Sawit

a) Akar

Akar merupakan bagian tanaman yang memiliki peranan yang

penting pada setiap tanaman yaitu sebagai penyerap unsur hara didalam

tanah dan sebagai alat respirasi bagi tanaman (Fauzi, dkk, 2005). Macam-

macam akar pada tanaman kelapa sawit yaitu :

- Akar primer yaitu akar yang tumbuh vertikal maupun mendatar

dengan diameter akar 5-10 mm.

- Akar sekunder yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, arah

tumbuhnya mendatar maupun ke bawah dengan diameter 1-4 mm.

- Akar tertier yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder, arah

tumbuhnya mendatar, panjang mencapai 15 cm dengan diameter

0,5-1,5 mm.

- Akar Kuartier yaitu akar-akar cabang dari akar tertier, berdiameter

0,2-0,5 mm dan panjangnya rata-rata 3 cm. Akar ini berperan aktif

dalam menyerap unsur-unsur hara, air dan kadang-kadang oksigen

(Setyamidjaja, 2000).

Calon akar yang muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut

radikula, panjangnya 10-15 mm, sedangkan calon batang disebut dengan

plumula. Pertumbuhan radikula mula-mula menggunakan makanan cadangan


yang ada dalam endospern yang kemudian fungsinya diambil alih oleh akar

primer (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2000).

b) Batang

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu batangnya tidak

memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang pada tanaman

kelapa sawit tumbuh lurus ke atas dengan diameter batang normalnya 40-

60 cm dengan tinggi dapat mencapai 30 m dan batang ini juga berfungsi

sebagai penyangga tajuk, serta menyimpan dan mengangkut bahan

makanan.

c) Daun

Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar seperti

daun pohon kelapa. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya

mencapai lebih dari 7,5-9 m dengan jumlah daun pada setiap pelepah

dapat mencapai 300 helai. Daun muda yang masih berupa kuncup

berwarna kuning pucat. Daun berfungsi sebagai tempat berlangsungnya

fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Jumlah pelepah, panjang pelepah,

dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Semakin tua umur

tanaman maka jumlah pelepah dan anak daunnya semakin banyak.

d) Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious),

artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan

masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan

terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkaian bunga muncul dari


pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi

seludang, maka bunga dapat dibedakan antara bunga jantan dan bunga

betina yaitu dengan cara melihat bentuknya. Bunga jantan bentuknya

lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis

tengah bunga lebih kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat

dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar (Fauzi, dkk,

2005).

e) Buah

Buah disebut juga fructus. Lama proses pembentukan buah sejak

saat penyerbukan sampai buah matang adalah ± 6 bulan. Tetapi, dapat

juga terjadi lebih lambat atau lebih cepat tergantung pada keadaan iklim

setempat (Risza, 1994). Selama buah kelapa sawit masih muda, yaitu

sampai umur 4,5-5 bulan, buah kelapa sawit akan berwarna ungu. Setelah

itu warna kulit buah (exocarp) dari ungu berangsur-angsur berubah

menjadi warna merah kekuning-kuningan. Pada saat inilah terjadi

pembentukan minyak yang intensif pada daging buah (mesocarp), dan

butir-butir minyak tersebut mengandung zat warna karotin (carotein) yang

berwarna jingga (Setyamidjaja, 2000).

2.5. Syarat Tumbuh

a) Iklim

Kelapa sawit merupakan tanaman daerah tropis yang umumnya dapat

tumbuh didaerah yang terletak pada 12º LU dan 12 º LS, dengan curah hujan
2.000-2.500 mm/thn, lama penyinaran matahari 5-7 jam/hari dengan suhu

optimum 24º - 38º c dan berada pada ketinggian 0-500 m diatas permukaan

laut.

b) Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti

podsolik, latosol, hidromofik kelabu, alluvial, atau regosol. Perbedaan jenis

tanah yang digunakan dalam kegiatan budidaya juga mengakibatkan unsur

hara yang terkandung dalam tiap tanah juga berbeda sehingga jumlah

poduksi kelapa sawit juga akan mengalami perbedaan.

2.6. Pembibitan Kelapa Sawit

2.6.1. Pembibitan Satu Tahap (Single Stage)

Pembibitan satu tahap ini dilakukan dengan cara kecambah ditanam

langsung ke polybag besar. Tanaman berada di polybag besar dengan ukuran

38 x 51 cm atau 40 x 50 cm selama 10 bulan atau sampai tanaman siap untuk

ditanam ke lapangan. Pemeliharaan yang dilakukan pada pembibitan single

stage sama dengan pemeliharaan pada pembibitan dengan menggunakan

sistem double stage (Lubis, 1982).

Keuntungan dari pembibitan single stage adalah :

- Tidak memerlukan polybag kecil

- Tidak memerlukan bedengan dan atap pelindung


- Tidak memerlukan biaya pemindahan ke polybag besar

2.6.2. Pembibitan dua tahap (Double Stage)


Pembibitan ini dilakukan dengan cara memindahkan bibit

Prenursery yang telah berumur 3 bulan ke polybag besar. Dengan

menggunakan sistem ini biasanya setelah kecambah ditanam di polybag kecil

yang berukuran 13 x 21 cm, kemudian polybag tersebut disusun dalam satu

bedengan dan ditempatkan di bawah naungan. Setelah bibit berumur 3 bulan

baru ditanam ke polybag besar.

Menurut Lubis (1982), keuntungan dari pembibitan double stage adalah :

- Karena ditanam di polybag kecil, bibit tahap awal berkumpul

dalam suatu luasan yang kecil sehingga memudahkan pengawasan,

pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit.

- Penggunaan polybag besar lebih sedikit karena seleksi awal sekitar

10 % telah dilakukan dan lama pembibitan dalam kantong plastik

besar lebih singkat.

- Kebutuhan tanah lebih sedikit.

- Biaya penyiraman lebih murah.

2.7. Panen (Harvesting)

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5

bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan,

sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah
matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang

lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau

sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman

berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10

butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh

sekitar 15-20 butir.

Gambar 1. Tandan buah yang siap panen

Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu

minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan

minyak maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang akan meningkatkan

asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian

kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu

minyak. Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan

kandungan minyak, walaupun ALBnya rendah.

Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang

menyangga buah dipotong terlebih dahulu. Pelepah daun yang telah dipotong

diatur rapi di tengah gawangan. Untuk mempercepat proses pengeringan serta


pembusukan, maka pelepah-pelepah daun tersebut dipotong-potong menjadi 2-3

bagian. Cara pemanenan tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin

dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipanen

diletakkan teratur di piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan.

Kemudian tandan buah atau TBS (tandan buah segar) dan brondolan tersebut

dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH). TBS hasil panenan harus

segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak

segera diolah, maka kandungan ALB nya semakin meningkat. Untuk

menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam TBS setelah dipanen harus segera

diolah.

Gambar 2. Tandan buah segar kelapa sawit yang telah dipanen

Besarnya produksi kelapa sawit sangat tergantung pada berbagai

faktor, di antaranya jenis tanah, jenis bibit, iklim dan teknologi yang diterapkan.

Dalam keadaan yang optimal, produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25

ton TBS/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton minyak sawit. Sebagai gambaran

produksi TBS, minyak sawit dan inti sawit berbagai umur tanaman per hektar,

dapat dilihat pada table berikut :


Tabel 1. Perkiraan produksi TBS, minyak sawit dan inti sawit
pada berbagai umur tanaman kelapa sawit

Umur Tanaman Produksi Tbs Produksi Minyak Produksi Inti


(tahun) (ton) Sawit (ton) Sawit (ton)
3 4,00 0,52 0,11
4 7,00 1,20 0,18
5 9,67 1,80 0,40
6 11,75 2,30 0,52
7 13,40 2,72 0,59
8 14,67 3,03 0,65
9 17,67 3,37 0,78
10 19,67 4,23 0,87
11 20,83 4,53 0,92
12 21,50 4,70 0,95
13 21,83 4,77 0,96
14 22,00 4,80 0,97
15 21,83 4,77 0,96
16 21,67 4,73 0,95
17 21,33 4,67 0,94
18 21,00 4,60 0,92
19 20,50 4,50 0,90
20 20,00 4,40 0,88
21 19,50 4,30 0,86
22 19,00 4,20 0,84
23 18,50 4,10 0,81
24 18,00 4,00 0,79
25 17,50 3,90 0,77
Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian 2008

2.8. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

2.8.1. Pembibitan (nursery)

Pembibitan merupakan tahap awal yang sangat menentukan dalam

budidaya kelapa sawit. Karena, bibit yang baik akan menghasilkan tanaman
kelapa sawit yang baik sehingga kualitas CPO yang dihasilkan juga bagus. Hal-

hal yang harus diperhatikan adalah seperti kegiatan berikut :

A. Pemilihan Tempat

Dalam persiapan pembibitan, kita harus melakukan pemilihan

tempat yang baik untuk pembibitan. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam pemilihan tempat pembibitan adalah harus dekat dengan sumber

air, dekat dengan lahan tanaman, tanahnya rata (tidak mereng), mudah

diawasi dari pencurian dan gangguan binatang, tidak ternaungi oleh

tanaman tinggi dan areal pembibitan harus bebas dari bahaya banjir.

B. Persiapan Areal Pembibitan

Setelah melakukan pemilihan tempat pembibitan, kegiatan


selanjutnya adalah mempersiapkan areal pembibitan yang terdiri dari
pembersihan areal dari vegetasi yang ada, meratakan areal, membuat jalan
supaya dirancang sempurna agar ada akses kesetiap bagian pembibitan dan
membuat drainase jika diperlukan. Selain itu kita juga harus membuat
instalasi air dengan cara pemasangan sprinkler, jarak dalam barisan 12 m
dan jarak antar barisan 18 m.

C. Persiapan Kecambah

Kegiatan selanjutnya adalah mempersiapkan kecambah. Kecambah


/benih adalah faktor yang sangat penting dalam suatu pembibitan. Kerusakan
kecambah yang tidak baik akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar,
karena kelapa sawit merupakan tanaman tahunan sehingga jika dari awal kita
tidak merencanakan dengan baik maka hasil ke depannya akan mengalami
kerugian. Pada perkebunan Bah Lias Estate, kacambah yang digunakan
berasal dari Bah Lias Riset (BLRS) yang menghasilkan kecambah jenis
Tenera. Kecambah ini diperoleh dari persilangan jenis dura (sebagai pohon
ibu) dan serbuk Psifera (sebagai pohon bapak). Kegiatan persilangan di Bah
Lias Estate dilakukan oleh pihak BLRS.
Tahapan kegiatan persilangan yaitu pemilihan pohon induk,

pemilihan pohon induk ini dilakukan setelah dilakukan serangkaian

kegiatan tes terhadap suau pohon seperti kadar minyak, dan melakukan

kegiatan persilangan (polynasi) dengan tahapan sebagai berikut :

a) Isolasi bunga betina

Ciri-ciri bunga betina yang siap diisolasi yaitu ¼ membuka.

Pelaksanaan kegiatan isolasi dilakukan dengan cara membungkus bunga

tersebut dengan menggunakan karung yang sudah diberi jendela

transparan. Tujuan pemberian jendela ini adalah agar sinar matahari dapat

menembus pembungkus tersebut dan memudahkan pemantauan bunga

receptif. Bunga receptif adalah bunga yang telah siap dibuahi atau

disilangkan. Bunga yang receptif ditandai dengan bunga tersebut

berbentuk seperti cengkeh atau pada bagian ujung tandan telah pecah-

pecah, bunga telah mengeluarkan aroma nektar. Nektar merupakan cairan

yang dikeluarkan oleh bunga betina yang berfungsi untuk menarik

serangga untuk membantu penyerbukan.

b) Polynasi

Kegiatan ini dilakukan setelah bunga betina diisolasi selama 9 hari. Polynasi
tidak boleh dilakukan dibawah 9 hari, hal ini disebabkan karena
kekhawatiran bahwa masih ada serbuk lain yang masih hidup yang nantinya
dapat mengakibatkan penyerbukan yang dilakukan gagal atau tidak berhasil.
Setelah 9 hari maka dapat dipastikan serbuk lain yang tidak diharapkan telah
mati. Polynasi ini dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama
pooper. Polen (bunga jantan) yang digunakan dalam kegiatan ini tergantung
dari jenis apa yang ingin diperoleh dikemudian hari.

D. Persiapan Tanah

Syarat tanah untuk mengisi polybag adalah top soil yang subur, bebas
dari hama dan penyakit, remah dan cukup mengandung pasir, jangan
menggunakan tanah bekas bakaran karena akan merusak keseimbangan hara
dalam tanah, tanah harus diayak agar bebas dari kayu dan sampah lain, tanah
yang digunakan tidak berasal dari daerah gawangan mati, hal ini bertujuan
untuk mencegah terserangnya ganodherma, jika tanah yang tersedia hanya
tanah liat, tanah ini harus ditambah dengan pasir sebanyak 20 %, dengan
tujuan agar akar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan juga memperbaiki
aerase tanah tersebut.
E. Proses pengisian tanah ke dalam polybag

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah tanah harus diisi sedikit demi
sedikit sementara polybag diguncang agar tanah merata, pengisian tanah
harus penuh karena akan mengalami penyusutan ketika dipindah dan
disusun, 2/3 bagian tanah pada polybag dicampur pupuk Rock fosfat (60
gr/polybag dengan ukuran polybag 38 x 51 cm), setelah penyusunan dan
tanah susut, sisa bibir polybag 3-5 cm dibiarkan untuk menahan pupuk atau
mulsa. Produktivitas; 1 wd (working days) = 300 polybag (ukuran kecil), 1
wd = 150-200 polybag (ukuran besar).
F. Penyusunan Polybag

Untuk pre nursery (dua tahap), cara penyusunan polybagnya adalah


polybagkecil disusun rapat dalam 10 baris, tiap baris berisi 100 polybag,
sehingga total setiap bedengan adalah 1000 polybag. Sedangkan untuk satu
tahap, cara penyusunan polybagnya adalah polybag besar ukuran 38 x 51 cm
digunakan langsung dalam cara ini. Susun polybag sekitar sprinkler setiap
kelompok 25 polybag, dalam luas 12 x 18 m harus ada sekitar 300 bibit.

G. Penanaman Kecambah

Kecambah harus ditanam segera setelah sampai di pembibitan.


Sebelum penanaman di polybag, harus dipastikan bahwa asisten pembibitan,
mandor dan semua pekerja penanaman mengerti teknik penanaman dan
dapat membedakan antara radikula (akar) dan plumula (calon daun). Biji
yang akan ditanam harus sudah dapat dibedakan radikula dan plumula.
Radikula berwarna lebih suram dibanding plumula. Biji yang belum dapat
dibedakan antara radikula dan plumula dimasukkan kembali dan dijaga
kelembaban dengan menyemprot dengan air bersih. Kecambah yang
beradikula/ plumula panjang harus hati-hati dalam penanaman. Ketika
menanam kecambah, jangan mengambil terlalu banyak karena sebagian akan
terkena sinar matahari langsung terlalu lama. Kegiatan penanaman terdiri
dari membuat lubang di tengah polybag dengan jari-jari 2-2,5 cm, masukkan
kecambah kedalam lubang dengan radikula menghadap kebawah dan
plumula menghadap keatas, tutup dengan tanah dan tekan dengan jari hati-
hati, sebelum dan sesudah penanaman, polybag harus disiram. Produktivitas;
1 wd = 1000 kecambah.

H. Penyiraman

Kriteria dalam penyiraman adalah di bawah umur 12 bulan perlu 1 liter


per hari per polybag, setara dengan 20 mm hujan. 10 mm pagi dan 10 mm
sore, dan di atas umur 12 bulan diperlukan 1,5 liter per hari per polybag,
setara dengan 30 mm hujan. 15 mm pagi dan 15 mm sore. Kegiatan ini
dilakukan dengan menggunakan selang yang terhubung dengan selang utama
dengan ujung selang yang dipasang mata gembor. Sistem penyiramannya
adalah tulang ikan atau mengikuti selang utama agar mudah dalam
penyiraman.
I. Penyiangan ( Weeding )

Penyiangan dilakukan 2 kali dalam 1 bulan. Kegiatan ini dilakukan


dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh dalam dan luar polybag dan
tergantung juga pada kondisi gulma yang tumbuh di areal pembibitan.
Penyiangan rumput dalam polybag dilakukan dengan cara manual yaitu
dengan mencabut rumput yang tumbuh dalam polybag. Sedangkan
penyiangan di luar polybag dilakukan dengan dua cara yaitu manual dan
chemical. Penyiangan secara manual dilakukan dengan cara mencangkul
rumput yang tumbuh disekitar polybag. Setelah dicangkul rumput tersebut
dikumpulkan dalam beberapa bedengan dengan menggunakan garu.
Pengendalian gulma dengan cara chemical dilakukan dengan cara

penyemprotan yang menggunakan herbisida dengan bahan aktif glifosat

seperti Round Up dan Smart. Herbisida yang akan digunakan ditakar

sesuai dengan dosis 6 cc/Liter. Sebelum dicampur dengan air, herbisida

dicampur dengan air yang perbandingannya 1:1. Setelah herbisida ditakar,

kemudian dicampur dengan air dan diaduk supaya merata. Penyemprotan

dilakukan dibarisan antar polybag dengan jarak semprot ± 15 cm agar

percikan herbisida tidak mengenai daun atau bagian lainnya pada

tanaman.

J. Seleksi

Seleksi merupakan kegiatan yang sangat penting karena kesalahan


dalam seleksi dapat mengakibatkan terjadinya kerugian di masa akan datang.
Dalam pelaksanaan seleksi kita harus mengetahui kriteria-kriteria tanaman
yang harus diseleksi. Dalam pelaksanaannya seleksi dilakukan sebanyak 3
kali yaitu pada saat tanaman berumur 3 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan.

K. Pemupukan (manuring)

Dosis dan jadwal berdasarkan sirkular dari ED. Produktivitas; Pupuk


cair, 1 wd 3.000 polybag (umur 1-3 bulan). Pupuk granular; 1 wd = 1500-
2000 polybag (umur 3-9 bulan).
M) Pengendalian Hama dan Penyakit (pest and disease control)

Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan karena akan


berpengaruh terhadap hail/produksi. Pengendalian hama dan penyakit yamg
terlambat akan mengakibatkan kerugian yang besar. Bah Lias Estate
menetapkan system pengendalian hama terpadu (PHT) yang dikenal dengan
Early warning system (EWS) yaitu penerapan pengendalian biologis dan
apabila terjadi dalam kondisi darurat baru secara kimia. Pengendalian alami
ini dilakukan dengan cara menanam tanaman yang nantinya menjadi sarang
predator yang merupakan musuh alami dari hama-hama yang ada di
pembibitan seperti bunga pukul delapan (Turnera subulata), bunga air mata
pengantin (antigonon leptopus). Pengendalian secara kimiawi dilakukan jika
tingkat serangan hama yang ada sudah sangat tinggi. Hama yang
sering menyerang bibit kelapa sawit adalah apogonia,
adoratus compresus, aphids, tetranycus piercey, hypomeces sqomacus,
dll.Hama-hama yang menyerang pada pembibitan kelapa sawit adalah :
Tabel 2. Nama-nama hama pada pembibitan kelapa sawit
No Nama Hama Ciri-ciri
1 Adoratus Tubuh berwarna coklat,
compresus panjang tubuh 1,5 cm dan
punya bulu-bulu halus

2 Apogonia Tubuh berwarna hitam


mengkilap, panjang tubuh
1,2 cm dan tidak berbulu
3 Apids Tubuh berwarna hijau,
ukuran tubuh kecil

4 Hypomece Tubuh berwarna kuning


sqomacus

Pengendalian hama-hama dapat dilakukan dengan menggunakan


pestisida Regen, Decis, marsal, Mitac, matador, Dipel, dll. Cara
aplikasinya dengan disemprot menggunakan Conventional knapsack
Sprayer (CKS), dan mist blower. Jenis penyakit yang menyerang adalah
Batrio diplodia dan culvuria. Gejala serangan batrio dilpodia terdapatnya
bercak-bercak kuning dari ujung daun dan bagian tengah bercak berubah
menjadi menjadi abu-abu/hitam. Gejala Culvularia yaitu adanya bercak
kuning dan tembus cahaya, semakin lama bercak akan semakin besar dan
mengakibatkan daun keriting dan kering. Pengendaliannya biasanya
dilakukan dengan menggunakan antrakol sebanyak 2 gr. Pengendalian
hama penyakit ini biasanya dilakukan 2 kali dalam 1 bulan.

2.8.2. Pemeliharaan Tanaman ( up keep )

Pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit dibedakan pada dua fase yaitu

pada tanaman belum menghasilkan (TBM/immature) dan tanaman

menghasilkan (TM/mature).

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah :

a. Penyisipan (Suplying)

Penyisipan harus dilakukan paling lama 2-3 tahun setelah tanam.


Hal ini

dilakukan untuk mencegah tidak terjadinya keseragaman tumbuh. Dalam

kegiatan ini bibit yang digunakan harus sejenis dengan pohon yang sudah
ditanam sebelumnya. Pohon yang disisip yaitu pohon yang mati karena

terserang hama Oryctes, tikus ataupun hama yang lainnya dan pohon yang

belum mati tapi kondisinya kurang terjamin dan bengkok.

b. Konsolidasi

Konsolidasi sebaiknya dilakukan 1 minggu setelah bibit ditanam di


lapangan.

Tujuannya untuk memperbaiki penanaman tanaman yang kurang

sempurna seperti adanya tanaman yang miring karena tanah yang kurang

padat. Konsolidasi dilakukan dengan cara memadatkan tanah di sekeliling

pohon dengan menggunakan tugal sampai tanah benar-benar padat, tanah

disekitar pohon telah berbentuk cekungan seperti kuali.

c. Pemupukan (manuring)

Kegiatan pemupukan bertujuan untuk memberikan nutrisi bagi


tanaman yang

berguna untuk pertumbuhan tanaman tersebut. Kegiatan ini dilakukan

sebanyak 2 kali dalam 1 bulan yaitu pada bulan Januari-Februari dan

bulan Juli-Agustus. Jumlah pupuk untuk setiap tanaman berdasarkan umur

tanaman dan dana yang telah disiapkan perusahaan. Sebelum dilakukan

pemupukan harus dilakukan kegiatan sensus pohon terlebih dahulu yang

dilakukan pada bulan Juni, tujuan sensus pohon ini adalah untuk

mengetahui jumlah pohon yang ada nantinya digunakan untuk

menentukan pemesanan pupuk, dll. Pelaksanaan pemupukan ini harus

sesuai dengan SOP (standar Operating Procedure).


Setelah tanaman memasuki usia mature yakni pada saat tanaman

berumur 32 bulan maka kebutuhan pupuk yang akan diberikan dilakukan

berdasarkan LSU (leaf sample unit) yaitu pengambilan contoh daun yang

dilakukan oleh pihak BLRS. Berdasarkan hasil uji laboratorium yang

dilakukan, maka pihak riset memberikan rekomendasi dosis dan jenis

pupuk yang harus diberikan untuk tanaman pada areal yang telah

ditentukan.

d. Pengendalian gulma

Dilakukan setiap 6 bulan sekali. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan


cara

manual weeding dan chemical weeding seperti selektif weeding. Kegiatan

selektif weeding dilakukan dengan cara mendongkel gulma yang tumbuh

pada areal perkebunan seperti anak kayu, pohon pisang liar, keladi, dll.

Kegiatan lainnya adalah memotong kacangan yang merambat pada pohon

kelapa sawit dengan menggunakan bahan herbisida berbahan aktif glifosat

dan amin.

e. Kastrasi (Castration)

Kegiatan ini dilakukan dengan cara membuang bunga jantan dan


bunga betina

yang terdapat pada tanaman kelapa sawit. Kegiatan ini dilakukan dengan

menggunakan alat seperti tojok/dodos. Kastrasi dilakukan sekali yaitu

pada saat tanaman berumur 21 bulan. Kegiatan yang dilakukan adalah

membuang seluruh bunga jantan dan bunga betina, serta membuang

seluruh pelepah busuk yang ada, ini dilakukan pada areal yang berdekatan
pohon yang didekatnya sudah ada pohon yang menghasilkan, berbeda

dengan areal new planting dimana belum ada tanaman yang

menghasilkan. Dalam proses kastrasi harus ditinggalkan sebagian bunga

jantan untuk proses penyerbukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

merangsang Eladibilus kameronicus datang ke pohon tersebut.

Tujuan dilakukan kastrasi yaitu :

- Mempercepat pertumbuhan vegetative sehingga tanaman akan


lebih sehat.

- Membesarkan batang kelapa sawit itu sendiri dan

menyeragamkan waktu panen.

- Memperoleh kondisi tanaman yang bersih sehingga akan

mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit.

f. Pemangkasan (pruning)

Caranya masukkan mata egrek diantara pelepah yang ingin dipruning


dan mepet ke batang, tujuannya agar berondolan tidak terselip diantara
pelepah. Pelepah yang dipotong yaitu sangga 3 atau 3 pelepah dari buah
yang paling tua. Pelaksanaan pruning dilakukan oleh 2 orang (1 geng)
dimana satu orang melakukan pruning dan 1 lagi menyusun pelepah. Pelepah
yang sudah dipangkas diletakkan diantara pohon menghadap pasar panen
yang tujuannya untuk memperudah pekerja dalam melaksanakan prunning.
g. Pemeliharaan piringan dan

pasar panen Tujuan dari

kegiatan ini adalah :

1) Memudahkan dalam pengutipan berondolan


2) Mempermudah kegiatan panen dan kegiatan pemeliharaan
lainnya

3) Menghindarkan persaingan dalam pengambilan unsur hara


oleh tanaman.

Pemeliharaan piringan dilakukan dengan dua cara yaitu :

1) Manual

Dilakukan dengan cara menggaruk gulma yang ada dengan


menggunakan

garu sampai jari-jari piringan dari pangkal pohon.

2) Mekanis

Pemeliharaan secara mekanis dilakukan dengan


menggunakan herbisida

seperti smart dan diamin dengan cara penyemprotan. Kegiatan

penyemprotan di piringan dilakukan dengan menggunakan herbisida

berbahan dasar glifosat (smart) dan diamin. Herbisida yang akan

digunakan terlebih dahulu ditakar dengan menggunakan gelas ukur.

Konsentrasi smart yang digunakan adalah 3,75 cc/L dan diamin 2,5

cc/L. Kedua herbisida ini dimasukkan kedalam drigen 20 L dan

diaduk dengan menggunakan kayu sampai keluar buih.

Setelah tercampur rata, campuran tersebut dituan kedalam

knapsack sprayer sebanyak 10 L. Penyemprotan ini dilakukan di

sekeliling pohon kelapa sawit dan pasar panen.


2.9. Panen dan produksi
A. Umur Panen

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah pada umur 2,5 tahun dan
buahnya masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Saat umur 18 bulan setelah
tanam kelapa sawit menghasilkan buah yang dikenal dengan buah pasir, tetapi
buah yang dihasilkan memiliki ukuran yang sangat kecil dan memiliki kadar
minyak yang sangat sedikit. Untuk itulah pihak perkebunan melakukan
kegiatan kastrasi untuk membuang buah yang belum diharapkan. Kegiatan
panen kelapa sawit dimulai jika tanaman telah berumur 30 bulan.
B. Kriteria Panen

Perkebunan Bah Lias Estate menerapkan peraturan bahwa buah yang


dapat dipanen adalah buah yang telah masak dengan kriteria telah terdapat 5
berondolan di piringannya. Tujuan dari penetapan kriteria ini adalah untuk
memperoleh CPO yang berkualitas karena jika buah yang dipanen masih belum
masak atau terlalu masak akan mengakibatkan kualitas dari CPO yang
dihasilkan menurun.
Kriteria buah dalam kegiatan panen yaitu :

- Immature : buah yang mentah atau tidak ada


berondolannya.

- Un ripe : berondolan 1-9

- Under ripe: berondolan 10-24

- Normal ripe: berondolan lebih dari 25

- Over ripe : 50 % buah berondolan

- Abnormal : janjangan buah terbelah, dalam satu TBS ada buah

jantan dan betina.


C. Rotasi panen

Dalam perkebunan rotasi panen sering juga disebut dengan pusingan


panen yang artinya merupakan jarak waktu memanen disatu blok sampai
kembali ke blok yang sama. Rotasi panen juga berhubungan dengan ancak
panen (wilayah panen). Rotasi panen yang terlalu rendah akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah buah yang dipanen sehingga pembagian ancak panen
semakin lebar agar pemanen bisa mencapai target. Dalam bah Lias Estate,
rotasi panen yang dilakukan adalah 7 hari. Jika kondisi buah banyak maka
dilakukan Sunday harvesting yaitu pelaksanaan panen diluar hari kerja
(minggu).
D. Sistem Ancak Panen

Ancak panen adalah luasan areal yang menjadi tanggung jawab


setiap pemanen untuk mengambil buah/hasil panen setiap hari. Pembagian
ancak panen dilakukan dengan melihat kerapatan buah yang matang dalam
suatu blok/field yang akan dipanen besok harinya melalui sensus kerapatan
buah. Sistem ancak panen yang digunakan adalah ancak giring dimana setiap
pemanen memanen buah pada field yang berbeda setiap harinya. Namun, jika
panen dilakukan di field yang sama pemanen tersebut akan kembali ke ancak
sebelumnya.

2.10. Pasca Panen Kelapa Sawit


1. Perebusan (sterilisasi) TBS
TBS yang masuk kedalam pabrik selanjutnya direbus di
dalam sterilizaer. Buah direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130o C
selama 50-60 menit. Tujuan perebusan TBS adalah: Menonaktifkan
enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid Membekukan
protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air. Mempermudah
perontokan buah Melunakkan buah sehuingga mudah diekstraksi
2. Periontokan buah
Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dengan menggunakan
mesintresher. Tandan kosong disalurkan ke temapat pembakaran atau
digunakan sebagai bahan pupuk organic. Sedangkan buah yang telah
dirontokkan selanjutnya dibawa kemesin pelumatan. Selama proses perontokan
buah, minyakl dan kernel yang terbuang sekitar 0,03%.

3. Pelumatan buah
Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di
dalamsteam jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu didalam steam
jacket sekitar 85-90oC.
Tujuan dari pelumatan buah adalah:
Menurunkan kekentalan minyak, membebaskan sel-sel yang mengandung
minyak dari serat buah, menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp
4. Pengempaan (ekstraksi minyak sawit).
Proses pengempaanb bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak
dan melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat didalam ampas. Proses
pengempaan dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp
yang dicampur dengan air yang bersuhu 95oC. Selain itu proses ekstraksi
minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut
dan tekanan hidrolis.
5. Pemurnian (klarifikasi minyak )
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit
umumnya masih mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air ekitar
40-45% air. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit.
Presentase minyak sawit yang dihasilkan dalam oproses pemurnian sekitar
21%. Proses pemurnian minyak kelap sawit terdiri dari beberapa tahapan yaitu
a. pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank)
prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah
adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan
sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air.
b. Sentrifugasi minyak
dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam
kotoran yang lebih halus lagi. Hasil akhir dari proses sentrifugasi ini
adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari 0,01%.

c. Pengeringan hampa
Dalam tahap ini kadar air diturunkan sampai 0,1%. Proses
penngeringan hampa dilakukan dalam kondisi suhu 95oC dan tekanan-
75cmHg.
d. Pemurnian minyak dengan tangki lumpur
Proses pemurnian didalam tangki lumpur bertujuan untuk
memisahkan minyak dari lumpur.
e. Strainer
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah halus
f. precleaner
proses precleaner bertujuan untuk memisahkan pasir pasir harus
dari sludge.
g. Sentrifugasi lumpur
Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan
kotoran. Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan bahan
berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.
h. Setrifugasi pemurnian minyak
Tahap ini hampir sama dengan sentrifugasi lumpur, hanya
putaran sentrifugasi lebih cepat.
6. Pemberian merek
Nama barang jenis mutu, identitas penjual, produce of
Indonesia, berat bersih, nomor karung, identitas pembeli, pelabuhan/negara
tujuan.
KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kelapa sawit adalah
tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan
karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk
tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang
Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-
2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama
penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum
berkisar 240-380C.
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5
bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan,
sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah
matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang
lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10
buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan
umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman
dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman
kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen
pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun.

Anda mungkin juga menyukai