OLEH :
FADHYANI AZHAR
NIM. 2106111484
AGROTEKNOLOGI - A
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
FADHYANI AZHAR
NIM. 2106111484
Menyetujui,
ASISTEN I ASISTEN II
ASISTEN III
berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya,
tanaman ini juga merupakan sumber devisa negara. Perkebunan kelapa sawit di
perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 7,3 juta ha lebih dari
jumlah itu, mampu menghasilkan sedikitnya 21,5 juta ton crude palm oil (CPO)
per tahunnya. Perkembangan perkebunan kepala sawit terjadi sejak dua tahun
terakhir kita perkirakan ke depannya akan jauh lebih pesat lagi. Bahkan, pada
Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit.
Kelapa sawit merupakan bahan baku utama dalam produksi Crude Palm Oil
(CPO). Potensi hasil produksi Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia sangat besar
masyarakat akan produksi yang berasal dari minyak kelapa sawit mengakibatkan
kenaikan jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun. Sejak
tahun 1980, perkembangan produksi kelapa sawit dalam bentuk Crude Palm Oil
diantarnya, kandugan air, kandungan kotoran, kandungan asam lemak bebas, dan
salah satu yang paling penting yaitu tingkat kematangan dari buah kelapa sawit.
Karena pada dasarnya tingkat kematangan dari buah kelapa sawit merupakan
faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas minyak mentah (Rangkuti
kematangan buah kelapa sawit pada pabrik-pabrik sawit terdapat banyak kendala.
Salah satu kendalanya adalah tingkat kematangan dari buah kelapa sawit tersebut,
sehingga perlu dilakukan sortasi untuk mendapatkan buah kelapa sawit yang
1.2 Tujuan
hidup kelapa sawit, sejarah, morfologi serta istilah-istilah yang ada pada
diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di
kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah
dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor.Hingga saat ini,
dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang
kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara.Sebagian keturunan kelapa sawit dari
Kebun Raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatera Utara)
Sumatra (Deli) dan di Aceh, dimana total luas lahan perkebunannya sekitar 5.123
Ha. Pada tahun 1919 Indonesia sudah mulai bisa mengekspor hasil minyak kelapa
sawitnya ke negara-negara Eropa dengan jumlah sekitar 576 Ton. Kemudian baru
pada tahun 1923 Indonesia mampu mengekspor minyak inti sawit sekitar 850
menggeser kedudukan negara Afrika yang merupakan Negara asal kelapa sawit.
Namun besarnya ekspor kelapa sawit Indonesia pada saat itu tidak mempengaruhi
dilakukan Indonesia justru dinikmati oleh negara asing seperti Belanda, yaitu
(GAPKI, 2018).
kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit
yang dibawa dari Maritius dan Amsterdam untuk ditanam di Kebun Raya Bogor.
pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah
Adrien Haller, seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar banyak tentang
kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang
sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatra (Deli) dan Aceh. Luas areal
perkebunannya saat itu sebesar 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak
sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa, kemudian tahun
1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton (Fauzi et al., 2012).
dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit di Indonesia hanya
mencapai 56.000 ton pada tahun 1948/1949, padahal pada tahun 1940 Indonesia
mengekspor 250.000 ton minyak sawit. Pada tahun 1957, setelah Belanda dan
areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di Indonesia. Hal ini
sawit CPO Indonesia antara lain ke Belanda, India, Cina, Malaysia dan Jerman,
sedangkan untuk produk minyak inti sawit Palm Karnel Oil (PKO) lebih banyak
kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga sumber devisa negara dan
Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawiti. Berikut
kelapa sawit yang dibudidayakan saat ini terdiri dari dua jenis yang umum
ditanami yaitu Elaesis guineensis dan Elaesis oleifera. Antara dua jenis tersebut
memiliki produksi yang sangat tinggi sedangkan Elaesis oleifera memiliki tinggi
tanaman yang rendah. Sistem perakaran kelapa sawit cenderung tumbuh kearah
permukaan tanah. Pada tanah yang bertekstur halus akar memadat kurang baik
bila dibandingkan dengan perkembangan akar pada tanah yang berareasi baik dan
vertikal dan laterali mengikuti perkembangan umur tanamani (Nazari et al., 2015).
sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Kelapa sawit
merupakanan tanaman monokotil. Tanaman ini berakar serabut yang berfungsi 5
sebagai penyerap unsur hara dalam tanah, respirasi tanaman dan sebagai
diameter 20-75 cm. pada tanaman muda, batang tidak terlihat karena tertutup oleh
Daun kelapa sawit mirip daun kelapa, yaitu membentuk susunan daun
majemuk, bersirip genap, dan bertulang daun sejajar. Daun-daun ini membentuk
pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9m. Kelapa sawit merupakan
tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan betina terdapat
dalam satu tanaman serta masingmasing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian
bunga jantan dihasilkan dengan siklus yang bergantian dengan bunga betina
sehingga pembungaan secara bersamaan jarang terjadi. Buah (fructus) pada kelapa
sawit dihasilkan setelah tanaman berumur 3,5 tahun dan diperlukan waktu 5-6
bulan dari penyerbukan hingga buah matang dan siap dipanen (Fauzi, et al.,
2002).
Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun,
bunga, dan buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang
mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi maksimum batang
pelepah daun sehingga batang tampak lebih besar, bila dipangkas maka akan
terlihat berbentuk spiral yang mengarah keatas biasanya sisa pelepah ini akan
lepas setelah usia 10 tahun. Penebalan dan pembesaran batang terjadi karena 6
aktivitas penebalan meristem primer yang terletak di bawah meristem pucuk dan
ketiak daun. Tanaman kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat
karena tertutup pelepah dan daun. Kelapa sawit yang dapat menghasilkan buah
dari atas tanah sebesar 62-74 cm, diameter batangi 100 cm dari atas tanah sebesar
56- 68 cm. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah 4 tahun. Umur
budidaya dan lingkungan misalnya pemangkasan daun yang terlalu berat dapat
kekeringan dapat mengakibatkan absorsi kuncup tandan bungai Bulan kering yang
pembentukan bunga untuk 2 tahun berikutnya. Buah kelapa sawit termasuk jenis
buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per
tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah
2-5 cm, beratnya sampai 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksocarp atau
kulit buah, mesokarp atau sabut, dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut
perikarp. Biji terdiri atas endocarp atau cangkang, dan inti (kerneli, sedangkan inti
sendiri terdiri atas endosperm dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun
(plumula), haustorium, dan bakal akar (radicula). Buah Kelapa Sawit mempunyai
warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan.
Bagian yang dimanfaatkan berada pada lapisan tengah (mesocarpium) atau 7
disebut daging buah, pada bagian ini mengandung minyak kelapa sawit yang
disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalami (endocarpium) atau inti buah
Bagian lapisan dalam mengandungi minyak inti yang disebuti PKO atau Palm
Kernel Oil. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah
dengan daging buah yang tipis sehinggai kadar minyak dalam perikarp hanya
mencapai sekitar 34-40 %, peningkatan kadar minyak pada buah kelapa sawit
meningkat seiring bertambahnya umur buah bahwa kadar minyak tertinggi buah
kelapa sawit berada antara umur buah 22-24 MSR (minggu setelah reseptik).
Kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur
2-3 tahun. Buah akan masak pada 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses
pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya.
Buah akan menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan
minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit
akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut
kepada pedagang desa atau langsung ke pabrik kelapa sawit (Fauzi, 2002). Saat
ini, kriteria umum yang biasa dipakai untuk pemanenan adalah jumlah brondolan,
yaitu setiap 1kg tandan segar terdapat dua brondolan. Berdasarkan tinggi tanaman,
8 cara panen di Indonesia ada tiga cara. Untuk tanaman dengan tinggi 2-5 m,
digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan untuk tanaman
dengan tinggi 5-10 m dipanen dengan cara berdiri menggunakan alat kapak siam.
menggunakan alat arit bergagang panjang yang disebut egrek. Kriteria lain yang
perlu diperhatikan adalah rotasi dan sistem panen. Rotasi panen dianggap baik
perkebunan.
3) Alat berat: alat-alat yang besar yang digunakan dalam pekerjaan land
5) Angkong: Alat angkut material (TBS) berupa kereta sorong dengan satu
roda dan memiliki dua kakipembantu yang terbuat dari pelat besi.
yang telah diratakan dengan ukuran lebar 1,2 meter dan panjangnya 20
2000 pokok.
8) Bucket: bagian dari alat excavator (bagian ujungnya) yang berbetuk limas
10) Cicle weeding: lingkungan disekitar individu tanamaan yang dijaga agar
selalu dalam keadaan bersih, hal itu bertujuan agar unsur hara (pupuk)
yang diberikan pada tanaman dapat terserap dengan baik, selain itu juga
babybag di pre nursery dan paling lambat umur tiga bulan bibit
penggangu, sampah atau yang lainya dalam radius kurang lebih 2 meter
14) Gawangan: tempat atau bagian di antara titik tanam, gawangan digunakan
tanaman.
16) Grapple: bagian dari alat excavator (bagian ujungnya) yang berbetuk
merubuhkan kayu.
17) Helper: orang yang membantu operator excavator dalam mekakukan
saat lelah.
18) Imas: Pekerjaan memotong rapat semak dan pohon yang berdiameter
19) Jalan koleksi (collection Road): jalan yang berfungsi sebagai sarana
Hasil, jalan ini terdapat diantara blok dan berhübungan dengan jalan
utama.
20) Jalan kontrol (Control Road): jalan yang terdapat di dalam setiap blok.
21) Jalan utama (main road): jalan yang menghubungkan antara satu
22) Kantor divisi: Kantor Wilayah kerja suatu perusahaan yang meliputi areal
seluas kurang lebih 1.000 ha (areal datar) atau 800 ha (areal berbukit).
24) Karyawan Harian Tetap (KHT): Karyawan yang digaji tetap setiap
26) Kation: ion bermuatan positif seperti Ca+, Mg+, K+, Na+, H+, Al3+
27) Kecambah: benih kelapa sawit yang berasal dari pusat penelitian benih
diberi nama sesuai dari perusahaan atau tempat penelitiannya contoh Ppks,
28) Kohesi tanah: gaya tarik menarik antar molekul yang sama, salah satu
aspek yang mempengaruhi daya kohesi adalah kerapatan dan jarak antar
molekul dalam suatu benda, bila kerapatan semakin besar maka kohesi
29) Konsolidasi: kegiatan mengisi kembali polybag dengan tanah, hal itu
31) Main nursery: pembibitan utama, yaitu pembibitan dari umur 3 bulan
racun kontak dan lambung berbentuk cairan berwarna putih bening yang
35) Plastisitas tanah: perbedaan batas cair dan batas plastisitas suatu tanah
36) Pre nursery: pembibitan awal, dimulai dari bibit kecambah sampai umur
3 bulan.
37) Premi: gaji atau bayaran yang diberikan setelah karyawan mencapai target
kerja yang ditentukan, biasanya dihitung per satuan atau per jam (1 jam
premi Rp5500).
dihuni tikus.
39) Rintis: kegiatan membuka hutan dengan parang dengan lebar 2 m. jalan
rintis digunakan sebagai dasar awal untuk pembuatan jalan utama, jalan
40) Seleksi bibit: kegiatan bertujuan untuk memisahkan bibit normal dan
abnormal.
tanaman yang mati, titik kosong, tanaman yang diserang berat hama.
42) Single Stage (pembibitan satu tahap): kecambah langsung ditanam pada
43) Spacing: kegiatan pengaturan jarak pada polybag yang telah diisi tanah di
menimbun kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar
45) Standar Operasional Prosedur (SOP): standar atau dasar yang harus
46) Sumisansui: pipa yang digunakan untuk menyiram tanaman pada tahap
pembibitan, pipa ini memiliki lubang kecil di setiap 10 cm yang jika ada
air dengan tekanan tinggi akan menyemburkan air dalam bentuk uap.
48) Tali slink: tali yang terbuat dari kawat besi baja yang digunakan untuk
pengaturan polybag pada main nursery dan juga pembuatan titik tanam.
berada pada umur mulai tanam hingga berumur kurang lebih 2,5-3 tahun.
50) Tiran: racun tikus yang dipasang ala tempos, obat dan alt untuk
51) Topografi: adalah suatu bentuk dari dataran atau permukaan bumi,
main nursery.
53) Weeding: Penyiangan yaitu kegiatan membersihkan gulma pada tanaman,
babybag.
babybag.
wilayah baru atau pengutuhan areal disekitar perkebunan yang sudah ada
sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 36-48 bulan.
61) Tanaman Menghasilkan (TM): adalah tanaman yang dipelihara sejak
62) Tandan Buah Segar (TBS): adalah buah kelapa sawit yang kriteria siap
dan dari 10 kg buah telah ada biji yang membrondol sebanyak 2 biji.
63) Brondol: adalah biji kelapa sawit yang membrondol (terlepas) dari tandan
buah.
64) Buah matang panen: adalah Tandan Buah Segar yang masih berada
65) ALB: adalah asam lemak bebas yang menunjukkan kualitas minyak yang
66) TPH: adalah tempat pemungutan hasil. TPH ini dibuat dalam setiap kebun
PKS.
67) Etiolasi: adalah tanaman kelapa sawit yang tumbuh tidak normal dengan
Kamis, 19 Oktober 2023 dan dimulai pukul 10.00 WIB sampai dengan 11.40
WIB
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kertas. Sedangkan
alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat tulis.
6.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
perlakuan sayatan
hanya terjadi pada perlakuan sayatan 3A pada hari ke- 7 setelah penanaman,
perlakuan sayatan 0B pada hari ke- 11 setelah penanaman , perlakuan sayatan 3B
pada hari ke- 10 setelah penanaman. Namun, pada bibit yang lainnya masih
factor ligkungan atau factor proses biokimia yang ada didalam kelapa tersebut
terhambat.
metabolisme cadangan makanan selama pertuasan untuk membentuk sel baru atau
jaringan baru.
sayatan
hanya terjadi pada perlakuan sayatan 0B, 3A , dan 3b dengan masing – masing
tingii tanaman secara berurut adalah 0,5 cm, 3,5 cm dan 1,5 cm . Namun, pada
lainnya adalah kurangnya unsur hara pada tanaman. Menurut Wahyuni et al.,
2016 penyerapan nutrisi tanaman dipengaruhi oleh media tanam. Media tanam
merupakan tempat tanaman untuk menyerap unsur hara yang dibutuhkan oleh
sayatan
pada semua perlakuan sayatan belum dapat diukur dameter batangnya. hal ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya perawatan yang tidak
merata dan kekurangan unsur hara. osfor merupakan unsur hara esensial bagi
dapat meninkatkan proses penyerapan unsur hara. Unsur hara yang terserap
dengan baik oleh tanaman akan meningkatkan kualitas fotosintat yang dihasilkan
dari proses fotosintesis. Hasil dari proses fotosintesis selain digunakan kembali
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga akan ditranslokasikan ke
kelapa. Fosfor sangat penting bagi kelangsungan hidup tanaman, karena unsur ini
merupakan komponen tiap sel hidup. Bagi tanaman kelapa unsur hara fosfor
(Widodo , 2017).
sayatan
masih belum terlihat pada setiap perlakuan, hal ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu kekurangan unsur hara pada tanaman, salah satunya yaitu
unsur fosfor. Unsur fosfor berperan penting dalam pertumbuhan tanaman untuk
6.1 Kesimpulan
Indonesia setelah padi, dan merupakan ekspor pertanian terbesar. Industri ini
menjadi sarana meraih nafkah dan perkembangan ekonomi bagi sejumlah besar
diperkirakan akan terus berkembang pesat dalam jangka menengah; tetapi, daya
kelapa sawit rata-rata mencapai empat juta per bulan per hektar, ini
Keunggulan semacam inilah, kata dia, yang menjadikan kelapa sawit sebagai
tetap kita jaga, agar terjadi perimbangan luas lahan dengan tanaman pertanian
lain, atau pengembangan kelapa sawit hanya dilakukan di wilayah- wilayah yang
6.2 Saran
perawatan pada tanaman kelapa dengan baik dan benar serta melakukan
Ipir, H. V., M. Astuti dan T.N.B Santosa. 2017. Pengaruh topografi terhadap sex
ratio dan fruit set pada kelapa sawit. Riau. Jurnal Agromast. Vol 2(2).