Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN DAN


INDUSTRI EKOSISTEM SUB – OPTIMAL I

PENGENALAN LINGKUNGAN PERKEBUNAN


KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

OLEH :
FADHYANI AZHAR
NIM. 2106111484
AGROTEKNOLOGI - A

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN DAN INDUSTRI


EKOSISTEM SUB – OPTIMAL I

PENGENALAN LINGKUNGAN PERKEBUNAN


KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Oleh :

FADHYANI AZHAR
NIM. 2106111484

Menyetujui,

ASISTEN I ASISTEN II

Puan Kharisma Pater Siregar Theresia Evelina


NIM. 1906155235 NIM. 1906112186

ASISTEN III

Sanjungi Firman Irwanda


2006124684
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang

berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya,

termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi

pembangunan nasional. Selain mampu menyediakan lapangan kerja, hasil dari

tanaman ini juga merupakan sumber devisa negara. Perkebunan kelapa sawit di

Indonesia berkembang dengan pesat bahkan data terakhir menyebutkan jumlah

perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 7,3 juta ha lebih dari

jumlah itu, mampu menghasilkan sedikitnya 21,5 juta ton crude palm oil (CPO)

per tahunnya. Perkembangan perkebunan kepala sawit terjadi sejak dua tahun

terakhir kita perkirakan ke depannya akan jauh lebih pesat lagi. Bahkan, pada

2014 mendatang, jumlahnya bisa mencapai 10 juta ha (BPS, 2015).

Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit.

Kelapa sawit merupakan bahan baku utama dalam produksi Crude Palm Oil

(CPO). Potensi hasil produksi Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia sangat besar

apabila digunakan sebagai bahan baku produk-produk minyak, baik untuk

makanan maupun non makanan. Dengan terus meningkatnya kebutuhan

masyarakat akan produksi yang berasal dari minyak kelapa sawit mengakibatkan

kenaikan jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun. Sejak

tahun 1980, perkembangan produksi kelapa sawit dalam bentuk Crude Palm Oil

(CPO) di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan

sebesar 11,48% per tahun (Direktorat Jendral Perkebunan, 2019).


Banyak hal yang mempengaruhi kualitas dari minyak kelapa sawit,

diantarnya, kandugan air, kandungan kotoran, kandungan asam lemak bebas, dan

salah satu yang paling penting yaitu tingkat kematangan dari buah kelapa sawit.

Karena pada dasarnya tingkat kematangan dari buah kelapa sawit merupakan

faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas minyak mentah (Rangkuti

dan Syahputra, 2019). Tetapi dalam praktiknya untuk menentukan tingkat

kematangan buah kelapa sawit pada pabrik-pabrik sawit terdapat banyak kendala.

Salah satu kendalanya adalah tingkat kematangan dari buah kelapa sawit tersebut,

sehingga perlu dilakukan sortasi untuk mendapatkan buah kelapa sawit yang

berkualitas dengan tingkat kematangan yang sesuai.

1.2 Tujuan

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan Dan Industri

Ekosistem Sub–Optimal I dengan materi “Pengenalan Lingkungan Perkebunan

Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.)” bertujuan untuk mengetahui lingkungan

hidup kelapa sawit, sejarah, morfologi serta istilah-istilah yang ada pada

perkebunan kelapa sawit.


II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis yang

diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di

hutan belantara Negara tersebut.Kelapa sawit pertama masuk ke Indonesia pada

tahun 1848,dibawa dari Mauritius Amsterdam oleh seorang warga Belanda.Bibit

kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah

dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor.Hingga saat ini,

dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang

kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara.Sebagian keturunan kelapa sawit dari

Kebun Raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatera Utara)

sehingga dinamakan varietas Deli Dura (Hadi, 2004).

Perkebunan kelapa sawit pertama di Indonesia berada di pantai timur

Sumatra (Deli) dan di Aceh, dimana total luas lahan perkebunannya sekitar 5.123

Ha. Pada tahun 1919 Indonesia sudah mulai bisa mengekspor hasil minyak kelapa

sawitnya ke negara-negara Eropa dengan jumlah sekitar 576 Ton. Kemudian baru

pada tahun 1923 Indonesia mampu mengekspor minyak inti sawit sekitar 850

Ton. Pada masa penjajahan Belanda, perkembangan perkebunan kelapa sawit

Indonesia tumbuh pesat. Dan di pasar Internasional pun Indonesia mampu

menggeser kedudukan negara Afrika yang merupakan Negara asal kelapa sawit.

Namun besarnya ekspor kelapa sawit Indonesia pada saat itu tidak mempengaruhi

pertumbuhan perekonomian Nasional. Hasil ekspor minyak kelapa sawit yang

dilakukan Indonesia justru dinikmati oleh negara asing seperti Belanda, yaitu

dengan meningkatnya perekonomian mereka. Kemudian pada masa penjajahan


Jepang, perkembangan kelapa sawit Indonesia mulai mengalami kemunduran

(GAPKI, 2018).

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah

kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit

yang dibawa dari Maritius dan Amsterdam untuk ditanam di Kebun Raya Bogor.

Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial

pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah

Adrien Haller, seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar banyak tentang

kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang

menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu

perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa

sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatra (Deli) dan Aceh. Luas areal

perkebunannya saat itu sebesar 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak

sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa, kemudian tahun

1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton (Fauzi et al., 2012).

Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit

mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16%

dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit di Indonesia hanya

mencapai 56.000 ton pada tahun 1948/1949, padahal pada tahun 1940 Indonesia

mengekspor 250.000 ton minyak sawit. Pada tahun 1957, setelah Belanda dan

Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan.Luas

areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di Indonesia. Hal ini

menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk olahannya. Ekspor minyak

sawit CPO Indonesia antara lain ke Belanda, India, Cina, Malaysia dan Jerman,
sedangkan untuk produk minyak inti sawit Palm Karnel Oil (PKO) lebih banyak

diekspor ke Belanda, Amerika Serikat dan Brasil (Pahan, 2008).

2.2 Morfologi Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan

perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja dan mengarah

kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga sumber devisa negara dan

Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawiti. Berikut

taksonomi dari tanaman kelapa sawit, Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta

Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae

Subfamily : Cocoidae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis Guineensis Jacq. Tanaman

kelapa sawit yang dibudidayakan saat ini terdiri dari dua jenis yang umum

ditanami yaitu Elaesis guineensis dan Elaesis oleifera. Antara dua jenis tersebut

mempunyai fungsi dan keunggulan di dalamnya. Jenis Elaesis guineensis

memiliki produksi yang sangat tinggi sedangkan Elaesis oleifera memiliki tinggi

tanaman yang rendah. Sistem perakaran kelapa sawit cenderung tumbuh kearah

bawah (geotropis positif) penembusan selanjutnya dibatasi oleh bentuk

permukaan tanah. Pada tanah yang bertekstur halus akar memadat kurang baik

bila dibandingkan dengan perkembangan akar pada tanah yang berareasi baik dan

bertekstur longgar. Perkembangan akar tanaman kelapa sawit menyebar ke arah

vertikal dan laterali mengikuti perkembangan umur tanamani (Nazari et al., 2015).

Kelapa sawit merupakan tanaman multiguna. Tanaman ini mulai banyak

menggantikan posisi penanaman komoditas perkebunan lain, yaitu tanaman karet.

Tanaman sawit kini tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Tanaman kelapa

sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Kelapa sawit
merupakanan tanaman monokotil. Tanaman ini berakar serabut yang berfungsi 5

sebagai penyerap unsur hara dalam tanah, respirasi tanaman dan sebagai

penyangga berdirinya tanaman. Batangnya tidak mempunyai kambium dan

umumnya tidak bercabang. batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan

diameter 20-75 cm. pada tanaman muda, batang tidak terlihat karena tertutup oleh

pelepah daun (Suwarto dan Oktaviany, 2010).

Daun kelapa sawit mirip daun kelapa, yaitu membentuk susunan daun

majemuk, bersirip genap, dan bertulang daun sejajar. Daun-daun ini membentuk

pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9m. Kelapa sawit merupakan

tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan betina terdapat

dalam satu tanaman serta masingmasing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian

bunga jantan dihasilkan dengan siklus yang bergantian dengan bunga betina

sehingga pembungaan secara bersamaan jarang terjadi. Buah (fructus) pada kelapa

sawit dihasilkan setelah tanaman berumur 3,5 tahun dan diperlukan waktu 5-6

bulan dari penyerbukan hingga buah matang dan siap dipanen (Fauzi, et al.,

2002).

Batang kelapa sawit merupakan batang tunggal yang tidak bercabang.

Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun,

bunga, dan buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang

mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi maksimum batang

tanaman kelapa sawit yang ditanam diperkebunani antara 15-18 m sedangkan

yang di alam mencapai 30 m. Batang kelapa sawit biasanya terbungkus oleh

pelepah daun sehingga batang tampak lebih besar, bila dipangkas maka akan

terlihat berbentuk spiral yang mengarah keatas biasanya sisa pelepah ini akan
lepas setelah usia 10 tahun. Penebalan dan pembesaran batang terjadi karena 6

aktivitas penebalan meristem primer yang terletak di bawah meristem pucuk dan

ketiak daun. Tanaman kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat

karena tertutup pelepah dan daun. Kelapa sawit yang dapat menghasilkan buah

ditandai dengan ciri-ciri morfologi tanaman yang memiliki diameter batang 50 cm

dari atas tanah sebesar 62-74 cm, diameter batangi 100 cm dari atas tanah sebesar

56- 68 cm. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah 4 tahun. Umur

ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tahun.

Semakin rendah pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis

tanaman kelapa sawit (Purba, 2006).

Proses pembentukan tipe bunga ada yang dipengaruhi oleh teknik

budidaya dan lingkungan misalnya pemangkasan daun yang terlalu berat dapat

mengakibatkan terbentuk inflorisensi jantan yang lebih banyak, sedangkan

kekeringan dapat mengakibatkan absorsi kuncup tandan bungai Bulan kering yang

tegas dan berturut – turut selama beberapa bulan bisa mempengaruhi

pembentukan bunga untuk 2 tahun berikutnya. Buah kelapa sawit termasuk jenis

buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per

tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah

2-5 cm, beratnya sampai 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksocarp atau

kulit buah, mesokarp atau sabut, dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut

perikarp. Biji terdiri atas endocarp atau cangkang, dan inti (kerneli, sedangkan inti

sendiri terdiri atas endosperm dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun

(plumula), haustorium, dan bakal akar (radicula). Buah Kelapa Sawit mempunyai

warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan.
Bagian yang dimanfaatkan berada pada lapisan tengah (mesocarpium) atau 7

disebut daging buah, pada bagian ini mengandung minyak kelapa sawit yang

disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalami (endocarpium) atau inti buah

Bagian lapisan dalam mengandungi minyak inti yang disebuti PKO atau Palm

Kernel Oil. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah

dengan daging buah yang tipis sehinggai kadar minyak dalam perikarp hanya

mencapai sekitar 34-40 %, peningkatan kadar minyak pada buah kelapa sawit

meningkat seiring bertambahnya umur buah bahwa kadar minyak tertinggi buah

kelapa sawit berada antara umur buah 22-24 MSR (minggu setelah reseptik).

Kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah

akan rontok dengan sendirinya. Buah yang terlepas (berondolan) tersebut

merupakan buah yang kandungan minyaknya telah optimum tersintesis pada

bagian kernel dan mesocarp (Ipir et al., 2017).

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur

2-3 tahun. Buah akan masak pada 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses

pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya.

Buah akan menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan

minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit

akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut

membrondol. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit rakyat meliputi

pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut berondolan, dan

mengangkutnya ke tempat pengumpulan hasil (TPH) kemudian menjualnya

kepada pedagang desa atau langsung ke pabrik kelapa sawit (Fauzi, 2002). Saat

ini, kriteria umum yang biasa dipakai untuk pemanenan adalah jumlah brondolan,
yaitu setiap 1kg tandan segar terdapat dua brondolan. Berdasarkan tinggi tanaman,

8 cara panen di Indonesia ada tiga cara. Untuk tanaman dengan tinggi 2-5 m,

digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan untuk tanaman

dengan tinggi 5-10 m dipanen dengan cara berdiri menggunakan alat kapak siam.

Untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m, pemanenan dilakukan

menggunakan alat arit bergagang panjang yang disebut egrek. Kriteria lain yang

perlu diperhatikan adalah rotasi dan sistem panen. Rotasi panen dianggap baik

jika buah tidak lewat panen.

1) Afdeling: Wilayah kerja suatu perusahaan yang meliputi areal seluas

kurang lebih 1.000 ha (areal datar) atau 800 ha (areal berbukit).

2) Ajir: Pancang yang merupakan titik dimanan tanaman di tanam di lahan

perkebunan.

3) Alat berat: alat-alat yang besar yang digunakan dalam pekerjaan land

clearing seperti bulldozer dan excavator.

4) Ancak: Areal tertentu yang dikerjakan oleh seorang atau sekelompok

pekerja dikebun kelapa sawit.

5) Angkong: Alat angkut material (TBS) berupa kereta sorong dengan satu

roda dan memiliki dua kakipembantu yang terbuat dari pelat besi.

6) Bayfolan: pupuk daun yang digunakan untuk memupuk daun pada

tanaman di pembibitan utama, kandungan utamanya adalah nitrogen.

7) Bedengan: tempat yang digunakan untuk pembibitan awal pada areal

yang telah diratakan dengan ukuran lebar 1,2 meter dan panjangnya 20

meter untuk setiap bedengan mampu menampung bibit babybag sekitar

2000 pokok.
8) Bucket: bagian dari alat excavator (bagian ujungnya) yang berbetuk limas

yang digunakan untuk menggali dan mengangkut tanah.

9) Chainsaw: gergaji mesin yang digunakan untuk menebang kayu.

10) Cicle weeding: lingkungan disekitar individu tanamaan yang dijaga agar

selalu dalam keadaan bersih, hal itu bertujuan agar unsur hara (pupuk)

yang diberikan pada tanaman dapat terserap dengan baik, selain itu juga

ketika panen memudahkan dalam pemungutan brondolan.

11) Double Stage (pembibitan dua tahap): kecambah ditanam dalam

babybag di pre nursery dan paling lambat umur tiga bulan bibit

dipindahkan ke largebag di main nursery.

12) Etiolasi: pertumbuhan tanaman yang memanjang (abnormal) karena

bersaing mendapatkan sinar matahari.

13) Garuk piringan: kegiatan manual untuk membersihkan tumbuhan

penggangu, sampah atau yang lainya dalam radius kurang lebih 2 meter

dari pokok kelapa sawit.

14) Gawangan: tempat atau bagian di antara titik tanam, gawangan digunakan

sebagai jalan akses untuk pengangkutan buah dan juga perawatan

tanaman.

15) Gawangan mati: gawangan yang digunakan sebagai areal rumpukan.

Disebut gaawangan mati karena tidak dapat digunakan sebagai jalan

karena banyak rumpukan kayu dan semak.

16) Grapple: bagian dari alat excavator (bagian ujungnya) yang berbetuk

seperti penjepit, seperti kepiting yang digunakan untuk menjapit dan

merubuhkan kayu.
17) Helper: orang yang membantu operator excavator dalam mekakukan

tugasnya, helper biasanya mengisikan bahan bakar, membawakan

makanan, membuat pancang pembantu, bahkan menggantikan operator

saat lelah.

18) Imas: Pekerjaan memotong rapat semak dan pohon yang berdiameter

lebih kecil dari 7,5 cm dipermukaan tanah.

19) Jalan koleksi (collection Road): jalan yang berfungsi sebagai sarana

untuk mengangkut produksi Tandan Buah Segar dari Tempat Pemungutan

Hasil, jalan ini terdapat diantara blok dan berhübungan dengan jalan

utama.

20) Jalan kontrol (Control Road): jalan yang terdapat di dalam setiap blok.

Jalan kontrol berfungsi untuk memudahkan pengontrolan areal pada tiap

blok dan sebagai batas pemisah antar blok tanaman.

21) Jalan utama (main road): jalan yang menghubungkan antara satu

afdeling dengan afdeling lainnya maupun dari afdeling ke pabrik serta

menghubungkan langsung pabrik dengan jalan umum.

22) Kantor divisi: Kantor Wilayah kerja suatu perusahaan yang meliputi areal

seluas kurang lebih 1.000 ha (areal datar) atau 800 ha (areal berbukit).

23) Karyawan Harian Lepas (KHL): Karyawan yang digaji berdasarkan

harian masuk kerja.

24) Karyawan Harian Tetap (KHT): Karyawan yang digaji tetap setiap

bulannya walaupun tidak masuk dengan alasan tertentu.


25) Kastrasi: Pembuangan bunga pada fase peralihan dari TBM menjadi TM.

Tujuan kastrasi untuk memperpanjang fase vegetative sehingga pada saat

tanaman mulai menghasilkan fisik tanaman sudah cukup kuat.

26) Kation: ion bermuatan positif seperti Ca+, Mg+, K+, Na+, H+, Al3+

27) Kecambah: benih kelapa sawit yang berasal dari pusat penelitian benih

yang digunakan sebagai bibit pada perkebunan kelapa sawit. Kecambah

diberi nama sesuai dari perusahaan atau tempat penelitiannya contoh Ppks,

socfindo, lonsum dll.

28) Kohesi tanah: gaya tarik menarik antar molekul yang sama, salah satu

aspek yang mempengaruhi daya kohesi adalah kerapatan dan jarak antar

molekul dalam suatu benda, bila kerapatan semakin besar maka kohesi

yang didapatkan semakin besar.

29) Konsolidasi: kegiatan mengisi kembali polybag dengan tanah, hal itu

dikarenakan tanah yang telah terisi ke dalam polybag memadat.

30) Land Clearing: kegiatan pembukaan lahan meliputi kegiatan merintis,

pembuatan blok dan jalan, serta perumpukan dan pembersihan lahan.

31) Main nursery: pembibitan utama, yaitu pembibitan dari umur 3 bulan

sampai dipindahkan ke lapangan (umur 12 bulan).

32) Meothrin: insektisida dan akarisida golongan piethroid berspektrum luas

dan juga beraktivitas sebagai akarisida. Meothrin 50 nEC bekerja sebagai

racun kontak dan lambung berbentuk cairan berwarna putih bening yang

dapat membentuk emulsi dalam air, efektif mengendalikan hama tanaman.

33) Pancang staking atau pancang jalur perumpukan kayu: pekerjaan

mengukur dan memasang patok jalur perumpukan kayu.


34) Pengawas alat berat: orang yang bertugas mengawasi pekerjaan alat

berat dalam merumpuk.

35) Plastisitas tanah: perbedaan batas cair dan batas plastisitas suatu tanah

atau sering disebut dengan PI (plasticity Index). Yang mempengaruhi

plastisitas tanah adalah batas cair dan batas plastic

36) Pre nursery: pembibitan awal, dimulai dari bibit kecambah sampai umur

3 bulan.

37) Premi: gaji atau bayaran yang diberikan setelah karyawan mencapai target

kerja yang ditentukan, biasanya dihitung per satuan atau per jam (1 jam

premi Rp5500).

38) Ratgon: merupakan rodentisida (racun) anti koagulan. Bentuknya seperti

balok berwama hijau. Ratgon dipasang di lubang-lubang pematang yang

dihuni tikus.

39) Rintis: kegiatan membuka hutan dengan parang dengan lebar 2 m. jalan

rintis digunakan sebagai dasar awal untuk pembuatan jalan utama, jalan

koleksi maupun blok.

40) Seleksi bibit: kegiatan bertujuan untuk memisahkan bibit normal dan

abnormal.

41) Sensus tanaman: kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui jumlah

tanaman yang mati, titik kosong, tanaman yang diserang berat hama.

42) Single Stage (pembibitan satu tahap): kecambah langsung ditanam pada

largebag sampai dengan siap tanam.

43) Spacing: kegiatan pengaturan jarak pada polybag yang telah diisi tanah di

pembibitan main nursery.


44) Staking (Merumpuk): (perun mekanis) yaitu kegiatan mendorong dan

menimbun kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar

dengan baris tanaman dengan arah utara selatan.

45) Standar Operasional Prosedur (SOP): standar atau dasar yang harus

dipatuhi dalam perkebunan kelapa sawit.

46) Sumisansui: pipa yang digunakan untuk menyiram tanaman pada tahap

pembibitan, pipa ini memiliki lubang kecil di setiap 10 cm yang jika ada

air dengan tekanan tinggi akan menyemburkan air dalam bentuk uap.

47) Suntho: kompas yang berbentuk segi empat, penggunaannya adalah

dengan diteropong dan memanfaatkan pancang sebagai patokan, di

dalamnya terdapat angka derajat mulai dari 0 sampai 360.

48) Tali slink: tali yang terbuat dari kawat besi baja yang digunakan untuk

mengukur atau membuat garis lurus, biasanya digunakan pada kegiatan

pengaturan polybag pada main nursery dan juga pembuatan titik tanam.

49) Tanaman belum menghasilkan (TBM): tanaman kelapa sawit yang

berada pada umur mulai tanam hingga berumur kurang lebih 2,5-3 tahun.

50) Tiran: racun tikus yang dipasang ala tempos, obat dan alt untuk

mengendalikan hama tikus dengan cara pengasapan pada lubang pematang

yang dihuni tikus.

51) Topografi: adalah suatu bentuk dari dataran atau permukaan bumi,

topografi berpengaruh terhadap budi daya kelapa sawit.

52) Transplanting: kegiatan menanam bibit dari pre nursery ke polybag di

main nursery.
53) Weeding: Penyiangan yaitu kegiatan membersihkan gulma pada tanaman,

bertujuan untuk mengurangi gulma yang dapat mengganggu penyerapan

unsur hara tanaman.

54) Weeding atas: pembersihan gulma dibagian atas atau dipermukaan

babybag.

55) Weeding bawah: adalah pekerjaan membersihkan gulma di bawah

babybag.

56) Zero burning: Merupakan teknik pembukaan lahan untuk penananaman

kelapa sawit tanpa melalui proses pembakaran. Pembukaan lahan

dilakukan dengan menggunakan alat berat seperti bulldozer dan excavator.

57) Program Revitalisasi Perkebunan: adalah upaya percepatan

pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan

rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan

dan subsidi bunga oleh pemerintan dengan melibatkan perusahaan

dibidang usaha perkebunan sebagai mitra dalam pengembangan

perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil.

58) Perluasan: adalah upaya pengembangan areal tanaman perkebunan pada

wilayah baru atau pengutuhan areal disekitar perkebunan yang sudah ada

dengan menggunakan teknologi.

59) Peremajaan: adalah upaya pengembangan perkebunan dengan melakukan

penggantian tanaman tua/tidak produktif dengan tanaman baru baik secara

keseluruhan maupun secara bertahap dengan menggunakan teknologi.

60) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM): adalah tanaman yang dipelihara

sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 36-48 bulan.
61) Tanaman Menghasilkan (TM): adalah tanaman yang dipelihara sejak

lebih dari 36 bulan yang telah berbunga dan berbuah.

62) Tandan Buah Segar (TBS): adalah buah kelapa sawit yang kriteria siap

panennya ditunjukkan antara lain buah telah berwarna merah mengkilat,

dan dari 10 kg buah telah ada biji yang membrondol sebanyak 2 biji.

63) Brondol: adalah biji kelapa sawit yang membrondol (terlepas) dari tandan

buah.

64) Buah matang panen: adalah Tandan Buah Segar yang masih berada

dipohon maupun sudah dipanen.

65) ALB: adalah asam lemak bebas yang menunjukkan kualitas minyak yang

dihasilkan dari buah matang panen.

66) TPH: adalah tempat pemungutan hasil. TPH ini dibuat dalam setiap kebun

plasma (kapling) yang berfungsi sebagai tempat penumpukan buah setelah

dipanen, sehingga mudah dimuat angkutan pengangkut buah kelokasi

PKS.

67) Etiolasi: adalah tanaman kelapa sawit yang tumbuh tidak normal dengan

ciri utama pertumbuhan meninggi.


III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Tempat dilaksanakannya praktikum pada kali ini dilaksanakan di Lahan

Bumi Perkemahan Universitas Riau.

Waktu pelaksanaan prakktikum pada kali ini dilaksanakan pada hari

Kamis, 19 Oktober 2023 dan dimulai pukul 10.00 WIB sampai dengan 11.40

WIB

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kertas. Sedangkan

alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat tulis.

3.3 Cara Kerja

1. Dikumpulkan praktikan di Lahan Bumi Perkemahan Universitas Riau

2. Dilakukan pengabsenan dan pengumpulan laporan

3. Dilakukan penyampaian materi oleh asisten

4. Dicatat materi yang telah dipaparkan asisten

5. Dilakukan responsi lalu persiapan pulang praktikum

6.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umur Muncul Tunas

Tabel 1. Pengamatan umur muncul tunas kelapa dalam kelompok 3 terhadap

perlakuan sayatan

Perlakuan Sayatan (cm) Hari Tumbuh Tunas


Sayatan 0A -
Sayatan 0B 11
Sayatan 0C -
Sayatan 0D -
Sayatan 0E -
Sayatan 3A 7
Sayatan 3B 10
Sayatan 3C -
Sayatan 3D -
Sayatan 3E -
Sayatan 5A -
Sayatan 5B -
Sayatan 5C -
Sayatan 5D -
Sayatan 5E -
Sayatan 7A -
Sayatan 7B -
Sayatan 7C -
Sayatan 7D -
Sayatan 7E -

Berdasarkan hasil data pada tabel 1 menunjukkan bahwa muncul tunas

hanya terjadi pada perlakuan sayatan 3A pada hari ke- 7 setelah penanaman,
perlakuan sayatan 0B pada hari ke- 11 setelah penanaman , perlakuan sayatan 3B

pada hari ke- 10 setelah penanaman. Namun, pada bibit yang lainnya masih

belum menunjukkan tumbuhnya tunas, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh

factor ligkungan atau factor proses biokimia yang ada didalam kelapa tersebut

terhambat.

Pembentukan tunas merupakan hasil proses biokimia dalam kelapa

selama proses germinasi. selama germinasi kelapa terjadi proses katabolisme

lemak sebagai cadangan makanan menjadi senyawa heksosa yang digunakan

untuk pembentukan tunas. Acquaah (2005) menambahkan bahwa, terjadi

metabolisme cadangan makanan selama pertuasan untuk membentuk sel baru atau

jaringan baru.

4.2 Tinggi Tunas

Tabel 2. pengamatan tinggi tunas kelapa dalam kelompok 3 terhadap perlakuan

sayatan

Perlakuan Sayatan (cm) Tinggi Tunas (cm)


Sayatan 0A -
Sayatan 0B 0.5
Sayatan 0C -
Sayatan 0D -
Sayatan 0E -
Sayatan 3A 3.5
Sayatan 3B 1.5
Sayatan 3C -
Sayatan 3D -
Sayatan 3E -
Sayatan 5A -
Sayatan 5B -
Sayatan 5C -
Sayatan 5D -
Sayatan 5E -
Sayatan 7A -
Sayatan 7B -
Sayatan 7C -
Sayatan 7D -
Sayatan 7E -

Berdasarkan hasil data pada tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tunas

hanya terjadi pada perlakuan sayatan 0B, 3A , dan 3b dengan masing – masing

tingii tanaman secara berurut adalah 0,5 cm, 3,5 cm dan 1,5 cm . Namun, pada

bibit yang lainnya masih belum menunjukkan tumbuhnya tunas.

Salah satu factor terhambatnya pertumbuhan tinggi tunas pada sayatan

lainnya adalah kurangnya unsur hara pada tanaman. Menurut Wahyuni et al.,

2016 penyerapan nutrisi tanaman dipengaruhi oleh media tanam. Media tanam

merupakan tempat tanaman untuk menyerap unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tunas yang baik.

Fungsi sayatan adalah memudahkan air meresap ke bagian dalam dan

menumbuhkan plumula (Lagandhi et al., 2011).

4.3 Diameter Tunas

Tabel 3. pengamatan diameter tunas kelapa dalam kelompok 3 terhadap perlakuan

sayatan

Perlakuan Sayatan (cm) Diameter Tunas


Sayatan 0A -
Sayatan 0B -
Sayatan 0C -
Sayatan 0D -
Sayatan 0E -
Sayatan 3A -
Sayatan 3B -
Sayatan 3C -
Sayatan 3D -
Sayatan 3E -
Sayatan 5A -
Sayatan 5B -
Sayatan 5C -
Sayatan 5D -
Sayatan 5E -
Sayatan 7A -
Sayatan 7B -
Sayatan 7C -
Sayatan 7D -
Sayatan 7E -

Berdasarkan hasil data pada tabel 3 menunjukkan bahwa diameter tunas

pada semua perlakuan sayatan belum dapat diukur dameter batangnya. hal ini

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya perawatan yang tidak

merata dan kekurangan unsur hara. osfor merupakan unsur hara esensial bagi

tanaman. Fosfor dapat meningkatkan pertumbuhan akar tanaman yang selanjutnya

dapat meninkatkan proses penyerapan unsur hara. Unsur hara yang terserap

dengan baik oleh tanaman akan meningkatkan kualitas fotosintat yang dihasilkan

dari proses fotosintesis. Hasil dari proses fotosintesis selain digunakan kembali
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga akan ditranslokasikan ke

tempat penyimpanan cadangan makanan. Pada tanaman kelapa, cadangan

makanan diranslokasikan dan disimpan di batang sehingga semakin banyak

cadangan makanan yang disimpan akan meningkatkan diameter batang tanaman

kelapa. Fosfor sangat penting bagi kelangsungan hidup tanaman, karena unsur ini

merupakan komponen tiap sel hidup. Bagi tanaman kelapa unsur hara fosfor

sangat penting untuk pertumbuhan akar, pemanjangan batang, kualitas kelapa

(Widodo , 2017).

4.4 Jumlah Daun

Tabel 4. pengamatan jumlah daun kelapa dalam kelompok 3 terhadap perlakuan

sayatan

Perlakuan Sayatan (cm) Jumlah Daun


Sayatan 0A -
Sayatan 0B -
Sayatan 0C -
Sayatan 0D -
Sayatan 0E -
Sayatan 3A -
Sayatan 3B -
Sayatan 3C -
Sayatan 3D -
Sayatan 3E -
Sayatan 5A -
Sayatan 5B -
Sayatan 5C -
Sayatan 5D -
Sayatan 5E -
Sayatan 7A -
Sayatan 7B -
Sayatan 7C -
Sayatan 7D -
Sayatan 7E -

Berdasarkan hasil data pada tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah daun

masih belum terlihat pada setiap perlakuan, hal ini dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu kekurangan unsur hara pada tanaman, salah satunya yaitu

unsur fosfor. Unsur fosfor berperan penting dalam pertumbuhan tanaman untuk

pertumbuhan sel, memperkuat tanaman, dan memperbaiki kualitas tanaman

(Cahyani et al., 2016)


V KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kelapa sawit merupakan produk pertanian paling sukses kedua di

Indonesia setelah padi, dan merupakan ekspor pertanian terbesar. Industri ini

menjadi sarana meraih nafkah dan perkembangan ekonomi bagi sejumlah besar

masyarakat miskin di pedesaan Indonesia. Industri kelapa sawit Indonesia

diperkirakan akan terus berkembang pesat dalam jangka menengah; tetapi, daya

saingnya akan terpukul oleh agenda antiminyak sawit.

kelapa sawit rata-rata mencapai empat juta per bulan per hektar, ini

merupakan keunggulan ekonomis komoditas ini dibandingkan komoditas lain,

Keunggulan semacam inilah, kata dia, yang menjadikan kelapa sawit sebagai

komoditas yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia. Ini harus

tetap kita jaga, agar terjadi perimbangan luas lahan dengan tanaman pertanian

lain, atau pengembangan kelapa sawit hanya dilakukan di wilayah- wilayah yang

benar-benar potensial untuk komoditas ini.

6.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan untuk para praktikkan agar melakukan

perawatan pada tanaman kelapa dengan baik dan benar serta melakukan

pengamatan agar mengetahui sejauh mana pertumbuhan dan perkembangan

tanaman kelapa yang ditanam


DAFTAR PUSTAKA

BPS-Statistics Indonesia. 2015. Statistik Indonesia (Statistical year book of


Indonesia) 2015. Jakarta: BPS-Statistics Indonesia.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2019. Statistik perkebunan Indonesia 2013–


2015: Kelapa Sawit. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan,
Kementerian Pertanian RI.

Fauzi, Y. 2012, Kelapa Sawit, Edisi Revisi. Penebar Swadanya, Jakarta.

Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti, I.Satyawibawa dan R. Hartono. 2002. Budidaya


Pemanfaatan dan Analisa Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Ipir, H. V., M. Astuti dan T.N.B Santosa. 2017. Pengaruh topografi terhadap sex
ratio dan fruit set pada kelapa sawit. Riau. Jurnal Agromast. Vol 2(2).

Nazari, Y.A., Fakhrurrazie., N. Aidawati dan Gunawan. 2015. Deteksi perakaran


kelapa sawit pada lubang biopori modifikasi dengan metode geolistrik
resistivitas. Jurnal Ziraa’ah. Vol 40(1) : 31-39.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN

Gambar 1 Penyiangan gulma Gambar 2 penyiraman tanaman kelapa


menggunakan parang

Gambar 3 penggemburan tanah Gambar 4 pengamatan tanaman kelapa

Anda mungkin juga menyukai