Anda di halaman 1dari 25

PROFIL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA

SEJARAH, PERKEMBANGAN, PERANAN, PERUSAHAAN, DAN PROSPEK


KELAPA SAWIT DI INDONESIA

MAKALAH

Disusun untuk mengetahui profil perkebunan kelapa sawit di Indonesia

Dosen Pengampu Mata Kuliah Tanaman Penghasil Getah dan Minyak


Dr.Ir. Cucu Suherman Viktor Zar, M.Si.
Yudithia Maxiselly, SP.,MP.

Oleh

Alfredo L Sihombing

150510120025

Ruth Damayanthi P

150510120048

Diva Zahra K.P

150510120060

Anggun Dwitasari

150510120061

Whisnu Bramastyo

150510120092

Deddy P

150510120187

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah berjudul profil perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada Dr.Ir. Cucu Suherman Viktor Zar, M.Si. dan Ibu Yudithia
Maxiselly, SP.,MP. yang telah membimbing penyusun dalam menyelesaikan makah ini.
Makalah ini berisi tentang sejarah, perkembangan, peranan, perusahaan, dan prospek
kelapa sawit di Indonesia. Kelapa sawit memang berasal dari Afrika tetapi Indonesia
merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia, tetapi penerimaan pendapatan dari kelapa
sawit di Indonesia lebih kecil bila dibandingkan dengan Malaysia. Oleh sebab itu penyusun
menyusun makalah ini untuk mengetahui profil perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Penyusunan makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu penyusun
menerima kritik dan saran dari pembaca terhormat. Penyusun berharap agar makalah ini
dapat memberikan wawasan tentang perkebunan kelapa sawit.

Ttd
Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iv
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
i.a Latar Belakang...................................................................................................................1
i.b Rumusan Masalah.............................................................................................................1
i.c Tujuan...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
ii.a. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia..............................................................2
ii.b. Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia......................................................................3
ii.c. Peranan Kelapa Sawit bagi Indonesia.............................................................................5
ii.c.1. Kontribusi bagi Perekonomian Lokal.......................................................................5
ii.c.2. Kontribusi Kelapa Sawit bagi Negara......................................................................6
ii.d. Prospek Kelapa Sawit Di Indonesia................................................................................8
ii.e. Perusahaan Kelapa Sawit di Indonesia..........................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................18
iii.a. Kesimpulan...................................................................................................................18

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sawit.......................................................................................................................6
Gambar 2. Kebun Sawit..........................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN
i.a Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman tahunan.Tanaman ini terdiri dari dua
spesies dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian
komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.Elaeis guineensis, berasal dari
Afrika barat di antara Angola dan Gambia dan Elaeis oleifera yang berasal dari
Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Tanaman yang biasanya dipergunakan untuk
pertanian komersil dan untuk mengambil pengeluaran minyak memilikia nama latin
Elaeis guineensis Jacq.Tanaman ini berasal dari Nigeria, Afrika Barat.
Kelapa sawit dapat tumbuh hingga tingginya mencapai 24 meter.Tanaman ini
memiliki bunga,buah yang berupa tandan,dan bercabang banyak.Buahnya berukuran
kecil dan bila sudah matang akan berwarna merah kehitaman.Buah sawit memiliki
daging buah yang padat,dimana daging buah dan kulit buah mengandung
minyak.Minyak ini dapat diolah menjadi minyak goreng,sabun,dan lilin,sedangkan
sisanya dapat digunakan sebagai pakan ternak,seperti bahan pembuatan makanan
ayam.Tempurung buahnya dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau arang.
Kelapa sawit merupakan tanaman yang menjadi komoditas penting karena
dapat menghasilkan CPO dan PKO yaitu minyak dari buah sawit dan biji sawit yang
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sabun, bahan bakar, minyak goreng, dan lainlain. Usaha kelapa sawit yang menggiurkan telah dimanfaatkan beberapa pihak untuk
membuka perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit selain mendatangkan
keuntungan bagi pengusaha juga membuka lapangan pekerjaan baru. Oleh sebab itu
kelompok penyusun membuat makalah tentang profil perkebunan kelapa sawit untuk
mengetahui perkebunan kelapa sawit di Indonesia secara akurat.

i.b Rumusan Masalah


Kelapa sawit merupakan komoditas yang memberikan devisa besar untuk
negara. Akan tetapi pendapatan kelapa sawit Indonesia masih tertinggal dibanding
Malaysia. Pengelolaan industri kelapa sawit yang kurang baik diduga menjadi salah
satu penyebabnya.

i.c Tujuan
Untuk mengetahui profil perkebunan kelapa sawit di Indonesia baik dari sisi
sejarah, perkembangan, peranan, perusahaan, dan prospek kelapa sawit tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
ii.a. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan


diIndonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada
tahun
Gambar 1. Tanaman Sawit

1848. Ketika itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan
Amsterdam untuk ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai
diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha
perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Haller, seorang berkebangsan
Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang
dilakukannya di ikuti oleh K.Schdt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit
di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi dipantai timur Sumatera (Deli) dan Aceh.
Luas areal perkebunannya saat itu sebesar 5.123 ha.Indonesia mulai mengekspor
minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa, kemudian di
tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika pada waktu itu,
namun kemajuan pesat yang dialami Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan
perekonomia nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan
perekonomian negara asing yang berkuasa di Indonesia, termasuk Belanda.
Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami
kemunduran. Secara keseluruhan produksi kelapa sawit terhenti. Lahan perkebuanan
2

mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi
Minyak sawit Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 1949. Pada
hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor minyak sawit sebesar 250.000 ton.
Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957
pemerintah mengambil alir perkebunan dengan alasan politik dan keamanan.
Pemerintah menempatkan perwira-perwira militer disetiap jenjang manajemen
perkebunan yang bertujuan

mengamankan jalannya produksi.

Pemerintah juga

membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupaka wadah kerja sama antara buruh
perkebunan dengan militer. Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi
sosial politik serta keamanan dalam negri yang tidak kondusif menyebabkan produksi
kelapa sawit mengalami penurunan. Pada priode tersebut posisi Indonesia sebagai
pemasok minyak sawit dunia terbesar mulai tergeser oleh Malysia.
Memasuki pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan
dalam rangka menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan sebagai sektor penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong
pembukaan lahan baru untuk perkebunan sampai dengan tahun 1980 luas lahan
mencapai 294.560 ha.dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu Lahan
perkebunan kelapa sawit diIndonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat.
Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan
inti rakyat perkebunan (PIR-bun). Dalam pelaksanaanya perkebunan besar sebagai
inti membina dan menampung hasil perkebunan rakyat disekitarnya yang menjadi
plasma. Perkembangan perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah
mengembangkan program lanjutan yaitu PIR Transmigrasi sejak tahun 1986. Program
tersebut berhasil menambah luas lahan da produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990 an
luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 1,6 juta ha yang tersebar diberbagai
sentra produksi seperti Sumatera dan Kalimantan.

ii.b. Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia


Tanaman kelapa sawit dapat berkembang biak secara generatif.Buah sawit
yang sudah matang dapat menghasilkan embrio yang akan berkecambah
menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

Jenis

kelapa

sawit

berdasarkan

ketebalan

cangkangnya,terdiri

dari

Dura,Pisifera,dan Tenera.Dura merupaak jenis sawit yang memiliki buah dengan


cangkang tebal.Hal ini dianggap dapat memperpendek umur mesin pengolahan,
namun biasanya tandan buahnya besarbesar dan kandungan minyak pertandannya
berkisar 18%. Pisifera merupaak jenis sawit yang memiliki buah,diaman buahnya
tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril ,sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Dan Tenera adalah jenis kelapa sawit yang merupakan
persilangan antara indukan Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab
melengkapi kekurangan masingmasing induk dengan sifat cangkang buah tipis
namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging
perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat
mencapai 28%.Kelapa sawit jenis Tenera biasanya digunakan untuk pertanian
komersial di Indonesia.
Industri sawit di Indonesia telah berkembang pesat dengan dukungan
pertumbuhan perkebunan yang sangat pesat pula hingga menca[pai lebih dari 6.3 juta
hektar yang terdiri dari sekitar 60% yang diusahakan oleh perkebinan besar dan 40%
oleh perkebunan rakyat. Pertumbuhan perkebunan sawit ini tidak terlepas dari politik
ekspansi pada akhir 1970an disertai pengenalan PIR sebagai sarana untuk
menggerakkan keikut sertaan rakyat dalam budidaya perkebunan sawit. Sejak
program peningkatan perkebunan sawit digelorakan pertumbuhan perkebunan sawit
mencapai rata-rata diatas 7%/tahun, bahkan pada PELITA III, IV dan V tumbuh diatas
10%/tahun hingga menjelang krisis ekonomi 1997. Setelah krisis pertumbuhan arela
juga semakin pesat dengan persentase yang tetap tinggi antara 8-10%/tahun.
Pertumbuhan pesat juga terjadi pad ke dua jenis pengusahaan yaitu perkebunan besar
dan perkebunan rakyat. Sampai dengan tahun 2007 tercatat 965 perusahaan dengan
luas perkebunan 3.753 juta hektar yang dimiliki oleh perkebunan Negara swasta
nasional dan asing. Sementara perkebunan rakyat telah mencapai 2,565 juta hektar,
suatu perkembangan yang luar biasa mengingat pada awal pengenalanya hanya 3.125
hektar (1979) yang hanya mewakili 1,20% saja dari total perkebunan sawit yang ada
ketika itu.
Di lihat dari aspek lain, yaitu penyebaran pengusaahn sawit pada saat ini telah
meluas hampir ke semua kepulauan besar di Indonesia yang tersedia lahan yang luas.
Bahkan di Jawa akhir-akhir ini juga telah mengikuti mengembangkan sawit, meskipun
4

perkembanganya sangat terbatas karena keterbatas lahan dengan harga dan luasan
yang sesuai. Posisi Indonesia memang menempatkan kita pada kawasan yang
mempunyai prospek baik untuk pengembangan sawit dilihat dari berbaagai aspek
termasuk potensi permintaan domestic.
Perkembangan perkebunan sawit ini sudah barang tentu membuka lapangan usaha
baru, karena pada umumnya perkebunan sawit diusahakan diatas tanah yang baru dibuka atau
belum diusahakan sebelumnya. Dampak langsung yang akan segera terlihat terhadap
kehadiran perkebunan sawit adalah terjadinya investasi yang menambaha kapasitas produksi
sector pertanian (perkebunan), dengan berbagai kesempatan yang timbul yakni lapangan
kerja baru. Pertumbuhan areal yang masih terjadi jelas sumber pertumbuhan pertama yang
muncul segera setelah investasi ke dalam industri sawit diputuskan. Secara keseluruhan
industri sawit memang sangat menguntungkan karena dilihat dari segi pengusahaan
perkebuinan Daya Penyebaran (backward linkage) Pertanian cukup tinggi 1,3399 dan
Derajad Kepekaan (forward linkage) 1,5176 berdasarkan perhitungan BPS dari Tabel I-O
untuk tahun 2005 (BPS, 2008). Sementara untuk Industri Pengolahan masing-masing 1,7273
dan 3,0627. Dengan demikian secara aggregate memang cukup besar alas an untuk
mendorong industri sawit dengan karakter industri semacam itu. Namun jika dilihat dari sisi
penyerapan tenaga kerja industri sawit adalah penopang kelangsungan kesempatan kerja di
sector perkebunannya dengan angka yang cukup besar dibandingkan dengan industri
makanan lainya, terutama minyak goreng.

ii.c. Peranan Kelapa Sawit bagi Indonesia


ii.c.1. Kontribusi bagi Perekonomian Lokal
Kelapa sawit menyediakan lapangan kerja untuk banyak petani kecil, dengan
lebih dari 6,7 juta ton kelapa sawit dihasilkan oleh petani kecil pada 2008. Pada 2006,
sekitar 1,7 hingga 2 juta orang bekerja di industri kelapa sawit. Pada 2008, Komisi
Minyak Sawit Indonesia mendapati bahwa lebih dari 41 persen total perkebunan
kelapa sawit dimiliki petani kecil, dan 49 persen dimiliki swasta sisanya yang 10
persen dimiliki pemerintah. Industri kelapa sawit berperan besar dalam pendapatan
penduduk pedesaan, terutama petani kecil. Pada 1997, pendapatan rata-rata petani
kecil kelapa sawit tujuh kali pendapatan petani yang mengandalkan hidup dari
tanaman pangan.
5

Untuk melihat peranan yang lebih besar dari kehadiran industri sawit pada
tahap selanjutnya adalah dampak peningkatan pendapatan pada para pelaku, terutama
pada kelompok lemah, yakni para pekerja perkebunan dan industri serta petani
pekebun rakyat yang mempunyai posisi khusus. Dampak terhadap ekonomi regional
memang dapat dikatakan terlihat segera (immediate), tetapi memelihara peran yang
berkelanjutan menjadi lebih penting lagi. Karena persoalan kesejahteraan yang
berlanjut, keadilan dan dampak lingkungan akan muncul kemudian dalam jangka
panjang (setelah satu dasawarsa). Hal ini pasti melampaui batas control mekanisme
demokrasi yang kita kembangkan dengan siklus lima tahunan yang melahirkan politik
anggaran (fiscal) maupun kebijakan pengembangan industrinya.
Peranan penting industri kelapa sawit bagi pembangunan pedesaan sudah
dimaklumi, baik oleh Pemerintah Indonesia maupun sektor swasta. Misalnya,
Pemerintah Indonesia pernah melaksanakan serangkaian program perbaikan social
ekonomi yang diperuntukkan bagi petani kecil kelapa sawit. Sebelum 2001,
penggunaan lahan inti kelapa sawit disarankan untuk meningkatkan pendapatan
lebih dari 500.000 orang petani. Zen et al (2006) juga mengemukakan adanya
sejumlah prakarsa oleh perusahaan kelapa sawit komersial yang dimaksudkan untuk
memperbaiki status sosial-ekonomi sejumlah besar penduduk pedesaan. Misalnya,
pada 1996, sebuah perusahaan di Sumatra membagikan masing-masing tiga ekor sapi
kepada 500 keluarga karyawan untuk melahap limbah minyak kelapa sawit dan
bungkil inti sawit. Pada 2003, jumlah sapi sudah berlipat dua, areal panen per
karyawan meningkat dari 10 menjadi 15 hektare, dan pendapatan karyawan
meningkat secara proporsional. Prakarsa komersial lainnya meliputi areal kelapa sawit
dan lahan inti masyarakat.
ii.c.2. Kontribusi Kelapa Sawit bagi Negara
Minyak sawit adalah produk pertanian kedua terbesar Indonesia; pada 2008,
Indonesia menghasilkan lebih dari 18 juta ton minyak sawit. Selama dasawarsa yang
lalu, minyak sawit merupakan ekspor pertanian Indonesia yang paling penting. Pada
2008, Indonesia mengekspor lebih dari $14,5 juta dalam bentuk produk yang
berkaitan dengan sawit. Industri minyak sawit Indonesia mengalami pertumbuhan
pesat dalam beberapa tahun belakangan ini, kira-kira 1,3 juta ha lahan baru dijadikan
perkebunan kelapa sawit sejak 2005, sehingga mencapai hampir 5 juta ha pada 2007
(mencakup 10,3 persen dari 48,1 juta ha lahan pertanian). Perluasan luar biasa ini
6

terjadi karena imbal hasil tinggi yang dipicu oleh permintaan yang semakin besar.
Kebun kelapa sawit Indonesia yang luas berada di Sumatra, mencakup lebih dari 75
persen total areal kelapa sawit matang dan 80 persen total produksi minyak sawit.
Provinsi produksi utama di Indonesia adalah Riau, Sumatra Utara, Sumatra Selatan,
Jambi, dan Sumatra Barat. Pada 2008, sekitar 49 persen perkebunan kelapa sawit
dimiliki swasta, 41 persen dimiliki petani kecil, dan sisanya yang 10 persen dimiliki
pemerintah. Perkebunan swasta adalah penghasil minyak sawit terbesar di Indonesia,
menghasilkan lebih dari 9,4 juta ton berdasarkan perhitungan pada 2008. Pada tahun
yang sama, perkebunan petani kecil menghasilkan 6,7 juta ton, dan perkebunan
pemerintah menghasilkan 2,2 juta ton.
Dipandang dari segi sejarah pada masa lalu, peranan (share) sektor pertanian
dalam sebagian indikator ekonomi Indonesia digambarkan dengan peranannya dalam
perolehan PDB, penyerapan tenaga kerja dan perolehan hasil ekspor dan lain-lain
adalah sebagai berikut.
1. Peranannya dalam PDB pada awal berdirinya NKRI cukup besar (>50%). Dalam
penelusuran data sekunder lebih lanjut (2009-2011), yang diterbitkan oleh
berbagai institusi misalnya Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian,
dengan informasi yang lebih lengkap secara nominal, bahwa produksi minyak
sawit (CPO) pada tahun 2009 mencapai 19,3 juta ton; dengan asumsi harga CPO
pasar lokal rata-rata Rp7 juta per ton, maka nilai produknya adalah
Rp135,3trilyun. Sementara itu nilai PDB pertanian, PDB non migas dan PDB total
atas dasar harga berlaku, berturut-turut adalah Rp857,2 trilyun, Rp5.141,4 trilyun
dan Rp5.606,2 trilyun; sehingga peranan produksi minyak sawit terhadap PDB
pertanian, PDB non migas dan PDB total berturut-turut adalah 15,8%, 2,6% dan
2,4%.
2. Peranannya dalam penyerapan tenaga kerja. penyerapan tenaga kerja di subsektor
perkebunan kelapa sawit juga cukup besar; dengan asumsi setiap sepuluh ha luas
lahan perkebunan diperlukan rata-rata 4 orang tenaga kerja lapangan, maka
perkebunan kelapa sawit yang pada tahun 2011 seluas sekitar 8,9 juta ha akan
dapat menyerap sekitar 3,5 juta orang, dan ditambah lagi di bagian pengangkutan,
pengolahan dan laboratorium akan menyerap 500 ribu orang. Jika dihitung juga
tenaga kerja administrasi kebun, panen, angkutan, pengolahan dan laboratorium

secara total kebutuhan tenaga kerja pada subsektor perkebunan kelapa sawit dapat
mencapai 4,5 juta orang.
3. Membantu nilai ekspor pertanian tetap tinggi.
Peran kelapa sawit pada dunia internasional sangatlah vital dan besar dimana
dunia Internasional seakan-akan tidak lepas memandang pengaruh kelapa sawit pada
sektor industri minyak dunia. Dengan kenyataan bahwa produksi minyak nabati di
seluruh dunia yang mencapai 150.000.000 ton (seratus lima puluh juta ton) pada tahun
2009, lebih dari 40.000.000 ton (empat puluh juta ton) dihasilkan oleh kelapa sawit,
yang notabene hanya dapat dibudidayakan di daerah tropis Asia, Afrika dan Amerika
Selatan. Hal ini menjadikan kelapa sawit sangat penting bahwa produksi dan
penggunaan minyak sawit harus dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan ekonomi
kelayakan sosial dan lingkungan dengan tujuan untuk dapat melanjutkan pemasokan
dunia atas minyak nabati yang sangat dibutuhkan tanpa merugikan pihak lain.
ii.d. Prospek Kelapa Sawit Di Indonesia
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki peran
penting bagi perekonomian nasional, terutama sebagai penyedia lapangan kerja,
sumber pendapatan dan devisa negara. Pada tahun 2007, perkebunan kelapa sawit
menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 3,30 juta kepala
keluarga petani, serta memberikan sumbangan devisa sebanyak US$6,20 miliar.
Sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih akan tumbuh dengan
pesat. Bisinfocus (2006) memprediksi pertumbuhan tanaman kelapa sawit melalui
penambahan 5-8 juta ha sampai tahun 2020. Hal ini berimplikasi pada penambahan
tanaman sawit sebesar 4-500.000 ha per tahun. Sebagai catatan, rata-rata 3-400.000 ha
tanaman sawit telah dibangun setiap tahunnya pada periode tahun 2000 sampai 2006.
Perkembangan tanaman sawit akan banyak terjadi di terutama Sumatera karena
wilayah ini memiliki kondisi tanah dan iklim yang baik untuk pengembangan sawit,
disamping infrastruktur yang sudah berkembang. Meskipun Meskipun demikian,
perkembangan tanaman sawit juga terjadi di Kalimantan dan Papua karena lahan yang
layak di Sumatera semakin jarang.
Provinsi Riau telah lama menjadikan perkebunan sebagai andalan dalam
mencapai pertumbuhan ekonomi (economic growth), peningkatan kesejahteraan
penduduk dan penciptaan lapangan pekerjaan. Perkebunan di Provinsi Riau sebagian
berada di Kabupaten Rokan Hilir. Kabupaten rokan hilir merupakan salah satu
8

kabupaten di Provinsi Riau yang juga menjadikan sektor perkebunan dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi selain sektor migas, komoditi sawit tetap menjadi komoditi
andalan dalam subsektor perkebunan yang diharapkan mampu mendongkrak
perekonomian, mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan banyak menciptakan
lapangan kerja.
a. Perkebunan kelapa sawit secara netto penyerap CO2
Dalam planet bumi, hanya tumbuhan/tanaman yang memiliki kemampuan
dalam menyerap CO2. Tumbuhan seperti perkebunan, memiliki mekanisme proses
fotosintesis (asimilasi) yang menyerap CO2 atmosfir bumi dan energi matahari dan
disimpan dalam bentuk biomass (stok karbon). Selain proses fotosintesis, tumbuhan
juga melakukan pernafasan/respirasi yang menghasilkan CO2 ke atmosfir bumi. Oleh
sebab itu, yang perlu dilihat adalah penyerapan netto-nya yakni CO2 yang diserap
dikurangi CO2 yang dilepas.
Data empiris tersebut menunjukkan bahwa secara netto kelapa sawit dan hutan
alam tropis (juga tanaman lainnya) adalah penyerap CO2 dari atmosfir bumi. Namun
kemampuan perkebunan kelapa sawit dalam menyerap CO2 (secara netto) lebih besar
dibandingkan hutan alam tropis.
Pada perkebunan (kelapa sawit) pertumbuhan biomas (termasuk produksinya)
masih terjadi sampai kelapa sawit ditebang (umur 25 tahun), sehingga laju fotosintesis
lebih besar dari laju respirasi. Sedangkan hutan alam tropis yang sudah mencapai
umur dewasa (mature) pertumbuhan biomas sudah berhenti atau sangat kecil,
sehingga laju fotosintesis sudah sama (mendekati) laju respirasi
b. Perkebunan kelapa sawit berfungsi hutan
Berdasarkan definisi hutan dengan konsep land cover change yang dianut
banyak negara maupun definisi hutan yang dianut FAO, perkebunan termasuk
perkebunan kelapa sawit dapat dikategorikan sebagai hutan (berfungsi ekologis
hutan), meskipun secara administratif tidak berada dalam kawasan hutan. Alasannya
adalah sebagai berikut.
Pertama, Perkebunan kelapa sawit merupakan penumbuhan land cover
(afforestasi menurut konsep land cover change); memiliki canopy cover
hampir/mendekati 100 persen pada umur dewasa (syarat FAO, lebih besar dari 10
9

persen); dan memiliki ketinggian pohon setelah dewasa lebih dari 5 meter dan luas
sehamparan diatas 0,5 hektar (FAO mensyaratkan tinggi pohon 5 meter dan luas lebih
dari 0,5 hektar). Dengan demikian memenuhi kriteria minimal (threshold) bahkan
diatas definisi hutan FAO.
Kedua, Perkebunan kelapa sawit merupakan permanen crop yang baru di
replanting setelah 25 tahun (timber plantation yang oleh FAO dikategorikan hutan,
dipanen 7-10 tahun per siklus) yang berarti fungsi ekologis kelapa sawit lebih lama
daripada timber plantation. Selain itu, perkebunan kelapa sawit juga memiliki
perakaran yang massif/padat, berlapis serta permukaan tanah mengandung banyak
bahan organik (pelepah daun, batang) yang berfungsi sebagai bagian dari konservasi
tanah dan air seperti mengurangi aliran air permukaan (water run-off) sebagaimana
salah satu fungsi hutan.
Ketiga, Perkebunan kelapa sawit merupakan bagian dari pelestarian fungsi
ekologis seperti pelestarian daur CO2, daur O2 dan daur air (H2O) melalui
mekanisme fotosintesis dan respirasi tanaman kelapa sawit. Fungsi ini juga
merupakan bagian dari fungsi hutan secara ekologis.
Keempat, Pembudidayaan kelapa sawit melalui perkebunan merupakan suatu
mekanisme efektif melestarikan plasma nutfah (biodiversity), yakni tanaman kelapa
sawit beserta organisme yang ada, fungsi ekologis dan fungsi ekonomi secara lintas
generasi. Kelapa sawit yang pada awalnya (tahun 1870) hanya empat varietas di
Kebun Raya Bogor, melalui perkebunan kelapa sawit, plasma nutfah tersebut
terlestarikan secara lintas generasi dan bahkan berhasil dikembangkan menjadi
puluhan varietas baru. Fungsi pelestarian plasma nutfah seperti ini juga merupakan
fungsi hutan. Berdasarkan alasan diatas maka perkebunan kelapa sawit secara
ekologis dapat dikategorikan sebagai hutan. Apalagi dikaitkan dengan upaya
penyerapan CO2 (untuk mengurangi pemanasan global) perkebunan kelapa sawit
lebih unggul dibanding hutan alam.
c. Penghasil energi terbarukan secara efisien
Sumber energi abadi bagi kehidupan di planet bumi adalah sinar matahari.
Tumbuhan di planet bumi ini merupakan alat kehidupan untuk memanen energi dari
matahari, untuk kebutuhan kehidupan di bumi. Melalui proses fotosintesa tumbuhan,
energi matahari ditangkap dan disimpan dalam bentuk energi biokimia (biomass).
10

Tentu saja secara alamiah kemampuan jenis tumbuhan untuk menangkap energi
matahari berbeda-beda.
Dari segi efisiensi proses penangkapan energi matahari (efisiensi fotosintesis,
efisiensi konversi radiasi) perkebunan kelapa sawit lebih unggul (lebih efisien) hampir
dua kali lipat dari kemampuan hutan tropis. Kemudian dari segi hasil proses
penangkapan energi matahari (produksi biomass dan bahan kering) perkebunan kelapa
sawit juga lebih unggul daripada hutan tropis. Pertumbuhan biomass dan bahan kering
tersebut merupakan indikator produksi energi terbarukan (renewable energy), laju
penyerapan netto CO2 sekaligus laju akumulasi stok karbon yang diserap persatuan
waktu. Kemudian bila dibandingkan kemampuan kelapa sawit dengan tanaman
minyak nabati lainnya ternyata kelapa sawit juga lebih unggul dalam menangkap
energi matahari dan menyimpannya dalam bentuk biomass (minyak sawit).
Dengan demikian, perkebunan kelapa sawit adalah penyerap CO2, penghasil
energi terbarukan tertinggi dan termurah. Sebagai satu ekosistem planet bumi, emisi
CO2 yang terlanjur tinggi dihasilkan khususnya dari 10 negara pengemisi CO2
terbesar dunia, oleh perkebunan kelapa sawit diserap dan sebagian disimpan dalam
bentuk biomass, sebagian lagi ditukar dengan energi terbarukan yang lebih murah
serta tersedia bagi seluruh masyarakat dunia secara lintas generasi. Dengan
tersedianya energi yang lebih murah dan ramah lingkungan, konsumsi BBF global
yang telah tinggi selama ini, dapat dikurangi.
Jadi negara-negara pengemisi GHG terbesar dunia, seharusnya berterimakasih pada para
petani kelapa sawit, karena sebagian sampah mereka (emisi CO2) diserap oleh kelapa sawit,
dan ditukar dengan energi baru dan oksigen. Jika tetap ingin menikmati kemewahan hidup
(konsumsi energi tinggi) silahkan mengganti sebagian BBF dengan minyak sawit.
ii.e. Perusahaan Kelapa Sawit di Indonesia

11

Gambar 2. Kebun Sawit di Sumatera

Indonesia memiliki banyak perusahaan sawit yang beroperasi. Beberapa Profil


Perusahaan Perkebunan Sawit di Indonesia yaitu:
1.

PT. Socfin Indonesia


Berdasarkan akta pendiriannya berkedudukan di Medan, Jl. K.L. Yos
Sudarso No.106, PO BOX 1254, Medan - 20115, merupakan perusahaan
agribisnis yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet, serta
produksi

benih

unggul

kelapa

sawit.

PT. Socfin Indonesia menghasilkan 3 jenis komoditi utama, yaitu kelapa sawit,
karet, dan benih kelapa sawit.
PT. Socfin Indonesia didirikan pada tanggal 7 Desember 1930 dengan
nama Socfin Medan S.A. Pada tahun 1965, PT. Socfin Indonesia dialihkan di
bawah pengawasan pemerintah Indonesia berdasarkan penetapan Presiden No.
6 Tahun 1965. Pada tahun 1968, PT. Socfin Indonesia menjadi perusahaan
patungan antara Plantation Nord Sumatra S.A. - Belgia (pemilik saham
Socfin) dengan pemerintah RI dengan nama PT. Socfin Indonesia (Socfindo),
berdasarkan UU penanaman modal asing No. 01/1967 dengan perbandingan
kepemilikan 60% saham Plantation Nord Sumatra dan 40% saham pemerintah
Republik Indonesia. Pada tanggal 13 Desember 2001, sejalan dengan
privatisasi beberapa BUMN oleh pemerintah RI., telah terjadi perubahan
kepemilikan

saham

Socfindo

menjadi

90%

saham Plantation

Nord

Sumatra dan 10% saham pemerintah RI di bawah kementerian BUMN. Saat


ini, PT. Socfin Indonesia memiliki tiga unit bisnis utama yaitu sebagai
produsen minyak kelapa sawit dan karet, serta produsen benih kelapa sawit
unggul. Dalam pengelolaan ketiga bisnis utama tersebut, PT. Socfin Indonesia
telah menerapkan standar dan kualitas yang tinggi melalui aplikasi ISO
9001:2008, ISO 14001:2007, OHSAS 18001:2007 dan juga sebagai anggota
dari RSPO.
PT. Socfin Indonesia sebagai perusahaan perkebunan kelapa sawit dan karet
yang telah berdiri 100 tahun menyadari pentingnya usaha yang berkelanjutan
dalam mengembangkan bisnisnya. Konsep berkelanjutan (sustainability) menjadi
landasan dalam beroperasinya usaha perkebunan kelapa sawit dan karet di
perusahaan kami.

12

Produk yang dihasilkan dan dipasarkan secara komersial oleh PT. Socfin
Indonesia terdiri atas tiga bagian, yaitu
1. Benih dan bibit Kelapa Sawit
2. Minyak Kelapa Sawit dan Turunannya
3. Karet
Ketiga produk tersebut memiliki kualitas yang teruji dan terbukti, selalu
mengandalkan kualitas, serta tidak kalah bersaing dengan produk yang lain yang
ada dipasar
Bibit & Benih Kelapa Sawit
Benih dan bibit kelapa sawit yang diproduksi oleh PT. Socfin Indonesia
memiliki kualitas yang teruji dan terbukti, selalu mengandalkan kualitas. Produk
akhir dari komoditi kelapa sawit yang dipasarkan berupa CPO, RDB Olein, RDB
Stearin, Fatty Acid, Crude PKO dan Cake dengan daerah pemasaran untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

2.

PT

Perkebunan

Nusantara V
PT Perkebunan Nusantara V (Persero), yang selanjutnya disebut
Perusahaan, pada awalnya merupakan Badan Usaha Milik Negara yang
didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 10
tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996 tentang Penyetoran Modal Negara
Republik Indonesia untuk pendirian Perusahaan. Pada awalnya merupakan
konsolidasi proyek-proyek pengembangan kebun eks PT Perkebunan (PTP) II,
PTP IV dan PTP V di Provinsi Riau.
Anggaran Dasar Perusahaan diaktakan oleh Harun Kamil SH., Notaris
di Jakarta dengan Akta No. 38 tanggal 11 Maret 1996 dan telah mendapat
pengesahan

dari

Menteri

Kehakiman

Republik

Indonesia

No.

C2-

8333.HT.01.01TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 dan telah diumumkan dalam


Berita Negara Republik Indonesia No. 80 tanggal 4 Oktober 1996 serta
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 8565/1996.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan.
Perubahan terakhir sejalan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 72
tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik
Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
13

Perkebunan Nusantara III yang mengalihkan 90% saham PTPN V dari milik
Negara menjadi milik PTPN III. Perubahan struktur saham ini merubah status
Perusahaan dari BUMN menjadi Anak Perusahaan Holding BUMN
Perkebunan dengan PTPN III sebagai Champion.
Perubahan tersebut diatas dituangkan dengan Akta No. 26 tanggal 23
Oktober 2014 dibuat dihadapan Nanda Fauz Iwan, SH. M.Kn. Notaris di
Jakarta Selatan. Dan telah mendapat pengesahan dari Menkumham RI melalui
Surat Nomor: AHU-10531.40.20.2014 tanggal 04 November 2014.
Perusahaan per Desember 2014 memiliki kebun inti sawit dengan total
luas areal tanaman seluas 78.340,09 Ha dengan komposisi TM seluas
57.419,60 ha, TBM seluas 17.540,09 ha, TB/TU/TK seluas 2.736, areal
bibitan seluas 127,40 ha dan areal non produktif seluas 517 ha. Perusahaan
juga memiliki kebun inti karet dengan total luas areal 8.184 ha dengan
komposisi TM seluas 5.215 ha, TBM seluas 2.898 ha, TB/TU/TK seluas 68 ha
dan bibitan seluas 3 ha.
Untuk mengolah komoditi kelapa sawit, Perusahaan memiliki 12 unit
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan total kapasitas olah terpasang sebesar 570
ton TBS per jam dengan hasil olahan berupa minyak sawit dan inti sawit.
Kemudian untuk mengolah lanjut komoditi inti sawit, Perusahaan memiliki 1
unit Pabrik Palm Kernel Oil dengan kapasitas terpasang sebesar 400 ton inti
sawit/hari dengan hasil olahan berupa Palm Kernel Oil (PKO) dan Palm
Kernel Meal (PKM).
Pengelolaan areal tanaman saat ini memasuki peralihan dari siklus
tanaman pertama (Gen-1) menuju siklus tanaman kedua (Gen-2). Siklus
pertama

dimulai

pada

era

tahun

1980-an

melalui

proyek-proyek

pengembangan kebun eks PT Perkebunan (PTP) II, IV dan V di Provinsi Riau.


Peralihan dari Gen-1 menuju Gen-2 telah dimulai sejak tahun 2003 yang
ditandai denganreplanting areal-areal tanaman usia tua/tua renta yang sudah
menurun nilai ekonomis produksinya. Fase peralihan Gen-1 ke Gen-2 ini
diperkirakan tuntas pada tahun 2017. Pada saat itulah, seluruh tanaman
Perusahaan merupakan tanaman Gen-2 yang diharapkan lebih produktif
dibandingkan Gen-1, sebagai buah dari inovasi berlanjut di bidang budidaya
tanaman.
3.

Grup Musim Mas

14

Berkantor pusat di Singapura, Musim Mas beroperasi secara global di


seluruh spektrum bisnis kelapa sawit. Musim mas terintegrasi dengan operasi
yang mencakup seluruh rantai minyak sawit: dari perkebunan kelapa sawit
hulu ke tengah dan operasi hilir, menghasilkan produk yang memiliki nilai
tambah seperti lemak khusus (specialty fats), oleokimia, biodiesel, sabun, lilin
dan produk fungsional.
Kegiatan usaha perusahaan ini meliputi keseluruhan rantai pasokan minyak
kelapa sawit:
a. Mengelola perkebunan kelapa sawit untuk menghasilkan tandan buah segar (TBS)
b. Pengolahan buah sawit untuk menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) dan inti
sawit (PK)
c. Proses pemecahan inti sawit untuk mendapatkan minyak inti sawit (PKO)
d. Penyulingan CPO dan PKO
e. Pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan produk bernilai tambah seperti lemak
khusus (specialty fats), oleokimia, biodiesel, sabun, lilin dan produk-produk
fungsional seperti pengemulsi
f. Pabrikasi dan pemasaran barang-barang konsumen seperti produk minyak goreng
dan produk perawatan tubuh
g. Pengiriman dan pemasaran produk bernilai tambah ke destinasi global

15

Segmen hilir Grup Musim Mas memproses lebih lanjut hasil penyulingan
minyak sawit dan produk inti sawit menjadi produk turunan seperti lemak khusus
(specialty fats), sabun, oleokimia, biofuel dan produk fungsional untuk aplikasi
industri di sektor makanan dan non-makanan. Sebagai perusahaan yang terintegrasi
perusahaan group Musim Mas menyediakan berbagai jenis minyak sawit dan produk
turunan berkualitas tinggi seperti dibawah ini:

Lemak khusus (specialty fats) seperti alternatif lemak coklat (cocoa butter), lemak
roti, shortening, margarin dan lemak yang dibuat khusus lainnya untuk aplikasi

makanan
Soap noodle (bahan baku), sabun komersial dan produk perawatan
Lilin
Oleokimia seperti asam lemak, lemak alkohol, glicerine, medium chain triglyceride
dan turunan lainnya. Banyak digunakan sebagai alternatif untuk petrokimia,
oleokimia

merupakan

rantai

hidrokarbon

yang

berperan

penting

dalam
16

membersihkan minyak dan kotoran. Oleh karena itu, produk ini banyak digunakan di
industri perawatan tubuh dan rumah tangga. Oleokimia juga digunakan sebagai

bahan baku atau perantara di sektor farmasi, karet, plastik, cat dan pelumas
Produk fungsional untuk digunakan sebagai surfaktan
Biodiesel dari kelestarian minyak sawit bersertifikat
Produk farmasi seperti Medium Chain Trigliserida (MCT)

4.

PT Astra Agro Lestari


Tbk
Astra Agro Lestari Tbk adalah salah satu perusahaan agribisnis karet
dan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Astra Agro Lestari merupakan anak
usaha dari PT Astra Internasional yang menjaga, mengelola dan memanfaat
beberapa perkebunan yang berada di beberapa wilayah di Indonesia
diantaranya Sumatra, Sulewesi dan Kalimantan. Perseroan dalam menjalankan
bisnisnya selalu berorientasi pada kesehatan lingkungan, pelestarian
lingkungan yang berdampak secara umum selalu dijaga dan dilindungi supaya
tidak menyebabkan berbagai dampak negatif seperti banjir, kebakaran serta
pemanasab global. PT Astra agro lestari sebagai perusahaan yang sudah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia ini memiliki produk unggulan yakni berupa
CPO (crude palm oil) dengan kapasitas produksi mencapai lebih dari 1 ribu
ton per tahun.

5.

Grup Cargill
Cargill Tropical Palm memproduksi minyak sawit, kernel dan minyak
kernel berkelanjutan yang berkualitas tinggi yang tumbuh dilahan perkebunan
milik kami dan petani plasma lokal di Indonesia. Perkebunan kami
berberlokasi di Indonesia. PT. Hindoli di Sumatera Selatan, merupakan
investasi pertama dalam bidang perkebunan kelapa sawit di Indonesia, pada
tahun 1996, serta PT. Harapan Sawit Lestari dan PT. Indo Sawit Kekal di
Kalimantan Barat yang diakuisisi pada tahun 2005. Keseluruhannya mencakup
41,000 hektar. Mempekerjakan lebih dari 10,000 orang. Cargill juga
bekerjasama dengan lebih dari 14,000 petani plasma dalam memproduksi
minyak sawit yang berkelanjutan. Cargill mendukung upaya untuk membantu
para petani plasma tersebut dalam mengadopsi praktek perkebunan yang
berkelanjutan, meningkatkan pemanfaatan lahan, meningkatkan kualitas dan
kuantitas panen, dan mempromosikan keselamatan kerja dan praktek kerja
17

yang efisien. Ditahun 2013, petani plasma dari PT. Hindoli memperoleh
penghasilan hampir tiga kali lipat pendapatan rata-rata nasional Indonesia.
Sebagai anggota pendiri Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)
yang dibentuk pada tahun 2004, Cargill adalah pendukung aktif produksi
minyak sawit berkelanjutan. PT. Hindoli dan PT. Harapan Sawit Lestari telah
di sertifikasi oleh RSPO dan International Sustainability and Carbon
Certification (ISCC).

BAB III
PENUTUP

iii.a. Kesimpulan
Kelapa sawit merupakan tanaman yang menguntungkan sehingga
banyak perusahaan yang bergerak di bidang produksi kelapa sawit baik swasta
maupun milik pemerintah. Pengelolaan perusahaan sawit yang biasanya
mencakup perkebunan dan pabrik pengolahan yang baik akang meningkatkan
nilai jual sawit tersebut. Indonesia yang menjadi produsen terbesar kelapa
sawit masih tertinggal dibanding Malaysia yang menjadi produsen terbesar
kedua dalam hal penerimaan devisa negara. Hal ini disebabkan agroindustri di
Malaysia dikelola secara berkelanjutan dan optimal.

18

DAFTAR PUSTAKA

http://palm-oil.webs.com/history.htm diakses pada tanggal 10 Maret 2015 Pukul 17.00 WIB


Anonim. 2013. Indonesia dan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Isu Lingkungan Global.
Jakarta: Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia
Sumanti, wiwik. 2014. Analisis Peran kebun Kelapa Sawit Terhadap Kemampuan
Penyerapan Kaebon di Kabupaten Rokan Hilir. Riau: Universitas Riau
(Haryanto,Bode.2002.Bahan
Bakar
Alternatif
Biodiesel.
http://library.usu.ac.id/download/ft/kimia-bode.pdf. Diakses 5 Maret 2015.22.48.)
Supraniningsih,Juliati.2012.Pengembangan Kelapa Sawit sebagai Biofuel dan Produksi
Minyak
Sawit
serta
Hambatannya.
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=250249&val=6691&title=PENGEMBANGAN%20KELAPA%20SAWIT
%20SEBAGAI%20BIOFUEL%20DAN%20PRODUKSI%20MINYAK%20SAWIT
%20SERTA%20HAMBATANNYA. Diakses 5 Maret 2015.22.51.
19

http://www.socfindo.co.id/ diakses pada 5 Maret 2015 pukul 20.00


http://www.ptpn5.com diakses pada 5 Maret 2015 pukul 20.00
http://www.musimmas.co.id/ diakses pada 5 Maret 2015 pukul 20.00
http://www.astra-agro.co.id/ diakses pada 5 Maret 2015 pukul 20.00
http://www.cargill.co.id/ diakses pada 5 Maret 2015 pukul 20.00

20

Anda mungkin juga menyukai