Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

INDUSTRI HILIR MINYAK SAWIT

DISUSUN OLEH :

1. M. Ridho Triadi
2. Muhammad Rivaldo Hanitama

KELAS : 4 KIB
DOSEN PENGAJAR : Ir. Erwana Dewi, M.Eng.
MATA KULIAH : Industri Hilir Agro

TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
Tahun 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Industri Hilir Minyak Sawit”.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata
kuliah Industri Hilir Agro sebagai salah satu syarat memenuhi kontrak perkuliahan.
Makalah ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan judul diatas. Makalah ini juga
dilengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber dari isi makalah kami.

Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini dapat


berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait
industry hilir minyak sawit.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan.. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan penulis terima dengan senang hati.
Dan kami pun berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak
yang membaca. Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca.

Palembang, 5 Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………….1
1.2. Tujuan Penulisan………………………………………………….3
1.3. Manfaat Penulisan………………………………………………...3
1.4. Metode Penulisan…………………………………………………3
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................4
2.1. Pengertian Kelapa Sawit dan Minyak Sawit …………………..…4
2.2. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit ………………………...6
2.3. Pohon Industri Hilir Kelapa Sawit……………………………….7
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................8
3.1. Sejarah Sabun…………………………………………………….8
3.1.2. Awal Sejarah Sabun……..…………………………………….…8
3.2. Pengenalan Sabun…………………………. …………………...10
3.3. Macam-macam sabun…………………………………………….11
3.4. Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun…………………………...15
3.4.1. Bahan Baku Pendukung Pembuatan Sabun……………………...16
3.4.2. Karakteristik Bahan Baku Pembuatan Sabun…………………….17
3.5. Sifat-sifat Sabun…………………………………………………..18
BAB IV PEMBUATAN SABUN DARI MINYAK SAWIT……………………20
4.1. Metode – Metode Pembuatan Sabun ……………………………..20
4.2. Gambaran Umum Produksi Minyak Sawit…….………………....22
4.3. Pembuatan Sabun dalam Industri ………………………………..23
4.4. Pembuatan Sabun dalam Skala Tradisional…………..………….25
4.4.1. Alat yang Digunakan…………………………………………….25
4.4.2. Bahan yang Digunakan………………………………………….27
4.4.3 Langkah Kerja…………………………………………………..27
BAB V PENUTUP.................................................................................................25
5.1. Kesimpulan………………………………………………………29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan jaman, pembangunan di segala bidang makin


harus diperhatikan. Salah satu jalan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa adalah
dengan pembangunan industri, termasuk diantaranya adalah industri kimia, baik
yang menghasilkan suatu produk jadi maupun produk antara untuk diolah lebih
lanjut.
Pembangunan industri kimia yang menghasilkan produk antara ini sangat
penting, karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap industri luar
negeri, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi pengeluaran devisa untuk
mengimpor bahan tersebut.
Indonesia merupakan produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia
dengan produksi 20 juta ton pada tahun 2010 dan akan terusmeningkat karena
ditunjang oleh perluasan perkebunan kelapa sawit dan produktivitas lahan. Dari
tahun ke tahun, luas perkebunan kelapasawit mengalami pertumbuhan sebesar
11,8% dengan luas total tahun 2010 mencapai 8,1 juta Ha dan pertumbuhan
produksi CPO mencapai12 % per tahun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Akan tetapi, perlu dicermati bahwa CPO masih dieskpor dalam bentuk mentah
sehingganilai tambah produksi berupa produk oleofood dan oleokimia masih
dinikmati oleh negara lain. Dengan potensi ketersediaan bahan baku berupaCPO
dan CPKO (Crude Palm Kernel Oil) maka Indonesia berpeluang menjadi pemain
pasar utama bagi industri turunan kelapa sawit (oleofooddan oleokimia).
Pertumbuhan industri oleofood dan oleokimia akan mampu meningkatkan
dinamika perekonomian nasional yang bermuarapada peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu penghasil kelapa sawit yang
terbesar di Indonesia dengan luas peertanaman mencapai 866.763 hektar dengan
1
total produksi tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan 2011 mencapai sekitar
2,11 juta ton. Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan tersebar di beberapa
kabupaten dan kota. Data sebaran kelapa sawit tersebut dapat dilihat pada Tabel 1
(Dinas Perkebunan Sumatera Selatan 2011, dalam Najib Asmani 2014).

2
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Melengkapi tugas kuliah Industri Hilir Agro.
2. Mengetahui lebih jelas mengenai minyak sawit dan sabun.
3. Mengetahui karakteristik dari sabun.
4. Mengetahui tahapan proses pembuatan sabun dari minyak sawit dalam
skala tradisional dan industry.
5. Mengetahui macam-macam sabun.
6. Mengetahui proses pembuatan sabun dari minyak sawit

1.3. Manfaat Penulisan.


Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat berguna dalam hal :
1. Memberikan informasi tentang industri hilir minyak sawit
2. Memberikan informasi tentang proses pembuatan sabun dari minyak
sawit dalam skala industry dan tradisional
3. Memberikan informasi tentang alat-alat yang digunakan dalam
pembuatan sabun dari minyak sawit.
4. Memberikan informasi tentang proses purifikasi yang dilakukan terhadap
produk.

1.4. Metode Penulisan.


Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah studi pustaka. Untuk
menunjang penyusunan makalah ini penulis membaca dan memahami berbagai
informasi baik dari buku-buku pengetahuan, artikel, dan internet untuk dijadikan acuan
serta mengambil teori-teori yang relevan dengan tema yang dibahas dalam makalah ini.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Kelapa Sawit dan Minyak Sawit


Pohon Kelapa Sawit terdiri dari dua spesies Arecaceae atau famili palma yang
digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon
Kelapa Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara Angola dan
Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika
Tengah dan Amerika Selatan. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat
3
mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak.
Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat.
Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai
bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak,
khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam.Tempurungnya
digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan
industry penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar
(biodiesel).
Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan
perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah
penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia
penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur
90°C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan
cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang
dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam
lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan
ternak dan difermentasikan menjadi kompos.
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun,
kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat
digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya
yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut
oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan
iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian
daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku
minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah
harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit
juga diolah menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan
buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah
kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak.
Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya
4
dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai
salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar
dan arang.
Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis guinensis
JACQ). Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti
(kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar atau kulit buah
yang disebut.pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp atau pulp dan lapisan paling
dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari lapisan kulit biji (testa), endosperm
dan embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel)
mengandung minyak sebesar 44%, dan endocarp tidak mengandung minyak.
Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas.
Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar
kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian
produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak (FFA,
Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa
sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu
akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % ‐ 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak
bebas 1,7 % ‐ 2,1 % (terendah).
Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan
senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalah
trigliserida dan nontrigliserida.

2.2. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit merupakan susunan dari fatty
acids, esterified, serta glycerol yang masih banyak lemaknya. Didalam keduanya tinggi serta
penuh akan fatty acids, antara 50% dan 80% dari masing‐masingnya. Minyak kelapa sawit
mempunyai 16 nama carbon yang penuh asam lemak palmitic acid berdasarkan dalam
minyak kelapa minyak kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric acid. Minyak kelapa
sawit sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian dari vitamin E.
Minyak kelapa sawit didalamnya banyak mengandung vitamin K dan magnesium.

5
Berikut
ini adalah
tabel dari
komposisi

trigliserida dan tabel komposisi asam lemak dari minyak kelapa sawit.

2.3. Pohon Industri Hilir Kelapa Sawit

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Sejarah Sabun


3.1.2. Awal Sejarah Sabun
Asal dari kebersihan pribadi kembali ke zaman prasejarah. Sejak air menjadi
bagian yang penting untuk kehidupan, orang pertama hidup dekat air dan tahu sesuatu
apa itu properti kebersihan - sedikitnya bagaimana membilas lumpur ke tangan mereka.
Benda mirip sabun ditemukan dalam bentuk tabung saat penggalian di Babilonia

Kuno adalah fakta tentang pembuatan sabun diketahui pada tahun 2800 SM.
Persembahan di tabung mengatakan bahwa lemak direbus dengan abu, dimana adalah
metoda membuat sabun, tetapi tidak mengenai kegunaan sabun itu. Beberapa bahan
terakhir digunakan untuk penggaya rambut.

7
Catatan memperlihatkan bahwa orang Mesir Kuno mandi biasa. Papirus Eber,
dokumen kesehatan dar sekitar tahun 1500 SM, mendeskripsikan kombinasi minyak
hewani dan nabati dengan garam alkali untuk membuat bahan sejenis sabun untuk
menyembuhkan penyakit kulit, juga untuk membersihkan.
Di waktu yang sama, Musa memberi orang Israel peraturan pemerintah
kebersihan pribadi. Dia juga menghubungkan kebersihan untuk kesehatan dan
penyucian agama. Laporan Injil mengusulkan bahwa orang Israel tahu bahwa campuran
abu dan produk minyak adalah jenis dari gel rambut.
Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan estetik dan rupanya tidak menggunakan
sabun. Malahan, mereka membersihkan tubuh mereka dengan balok lilin, pasir, batu
apung dan abu, juga meminyaki tubuh dengan minyak, menggesek minyak dan kotoran
dengan peralatan metal yang disebut strigil. Mereka juga menggunakan minyak dengan
abu. Baju dicuci tanpa sabun di sungai.
Sabun mendapatkan nama, diantara legenda Romawi Kuno, dari Gunung Sapo,
dimana binatang dikorbankan. Hujan membersihkan campuran dari lemak hewani
mencair, atau lemak dan abu kayu dibawah menjadi lilin di sepanjang Sungai Tiber.
Orang Jerman Kuno dan Gaul juga memasukkan dengan menjelajahi sesuatu
bernama sabun, terbuat dari lemak dan abu, digunakan untuk mewarnai rambut mereka
menjadi merah. Ketika peradaban Romawi maju, jadi selalu mandi. Tempat mandi
Romawi terkenal pertama, terdapat dengan air dari saluran air, dibangun sekitar tahun
312 SM. Mandi sangatlah mewah, dan mandi menjadi populer. Di abad-ke 2 Masehi,
dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk pengobatan dan pembersih.
Setelah musim gugur di Roma di 467 Masehi dan hasilnya kebiasaan mandi
menurun, lebih banyak di lakan Eropa pengaruh yang kuat di kesehatan publik berganti-
berganti. Menurunnya kebersihan pribadi dan berhubungan kondisi kehidupan tanpa
sanitasi menambah beratnya wabah besar di Abad Pertengahan, dan khususnya
Kematian Hitam di abad ke-14. Itu tidak sampai abad ke-17 bahwa kebersihan dan
mandi memulai untuk kembali ke kebiasaan di banyak tempat di Eropa. Masih sudah di
mana tempat di pertengahan dunia dimana kebersihan pribadi tersisa penting di
pertengahan dunia. Mandi harian adalah adat yang biasa di Jepang saat Abad
Pertengahan. Dan, di Islandia, kolam hangat dengan air dari mata air panas adalah
perkumpulan populer di Sabtu sore.
8
Pembuatan sabun adalah keahlian yang tidak bisa dipungkiri di Eropa di abad
ke-17. Pembuat sabun serikat pekerja terlindungi perdagangan rahasia mereka ditutup.
Minyak nabati dan hewani digunakan dengan arang tanaman, terus dengan pewangi.
Secara berangsur-angsur jenis sabun yang lebih banyak lagi menjadi tersedia untuk
mencukur dan mencuci rambut, juga mandi dan mencuci.
Italia, Spanyol dan Perancis adalah pusat manufaktur pertama sabun, seharusnya
mereka siap menyediakan bahan mentah seperti minyak pohon zaitun. Orang Inggris
mulai membuat sabun saat abad ke 12. Bisnis sabun sangat baik pada tahun 1622, Raja
James I mengabulkan monopoli kepada pembuat sabun untuk $100.000 setahun. Baik
ke abad ke-19, sabun adalah pajak tertinggi sehingga menjadi barang mewah di
beberapa negara. Ketika pajak dihapuskan, sabun menjadi tersedia untuk orang biasa,
dan standar kebersihan meningkat.
Pembuatan sabun komersial di Amerika kolonial dimulai pada tahun 1608
dengan datangnya beberapa pembuat sabun di kapal kedua dari Inggris untuk mencapai
Jamestown, Virginia. Bagaimanapun, untuk beberapa tahun, pembuatan sabun pada
dasarnya tinggal pekerjaan rumah tangga. Akhirnya, pembuat sabun profesional mulai
biasa mengumpulkan pemborosan lemak dari rumah tangga, di perubahan untuk
beberapa sabun.
Langkah utama terhadap pembuatan sabun komersial skala besar terjadi pada
tahun 1791 ketika kimiawan Perancis, Nicholas Leblanc, mematenkan proses untuk
membuat abu soda, atau sodium karbonat, dari garam biasa. Abu soda adalah alkali
terdapat dari abu bahwa kombinasi dari lemak ke bentuk sabun. Leblanc memproses
hasil kuantitas dari kualitas baik, abu soda murah.
Sains dari pembuatan sabun modern lahir 20 tahun kemudian dengan
pemjelajahan oleh Michel Eugene Chevreul, kimiawan Perancis lainnya, dari kimia
alam and lemak yang terkait, gliserin dan asam lemak. Penelitiannya yang tidak bisa
dipungkiri dasar untuk lemak dan bahan kimia sabun. Juga penting kepada kemajuan
dari teknologi sabun di pertengahan 1800-an penemuan oleh kimiawan Belgia, Ernest
Solvay, dari proses amonia, di mana juga menggunakan garam meja biasa, atau sodium
klorida, untuk membuat abu soda. Proses Solvay lebih lanjut dikurangi harga dari
mendapat alkali, dan menambah kualitas dan kuantitas dari abu soda tersedia untuk
manufaktur sabun.
9
Penjelajahan sains ini, bersama dengan pembangunan dari kekuatan untuk
mengoperasikan pabrik, membuat satu pembuatan sabun di pertunbuhan cepat industri
Amerika di tahun 1850. Di waktu yang sama, ketersediaan luas mengubah sabun dari
barang mewah ke kebutuhan sehari-hari. Dengan penggunaan tersebar luas ini menjadi
perkembangan dari sabun yang lebih lembut untuki mandi dan sabun untuk digunakan
di dalam mesin cuci itu sudah tersedia untuk konsumen dengan pergantian abad.

3.2. Pengenalan Sabun


Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic yang
panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis
sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa yang digunakan pada sabun keras adalah
Natrium Hidroksida (NaoH) dan alkali yang biasa digunakan pada sabun lunak adalah
Kalium Hidroksida (KOH).
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran kotoran berupa minyak ataupun zat
pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan
larutan alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa
lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.
Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan
bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi,
sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun
yang digunakan dalam industri.
Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat
dan jenis sabun. Zat zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan kualitas
sabun dengan teliti sebelum membeli dan menggunakannya.
Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah : C12 – C18
Jika : < C12 : Iritasi pada kulit
> C20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran)
Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam
dan impurity lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk
membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan
campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam
10
oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam
palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam
oleat.
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun
sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan
senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk
menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan
pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium
klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.

3.3. Macam - macam Sabun

a. Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah
campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.

b. Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak
nabati serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun,
dapat ditambahkan gliserin atau alcohol.

c. Sabun kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum
yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteri
adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida,
tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300 dan sulfur.

d. Sabun Chip

11
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan
sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan
komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui
pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk
batangan.

e. Sabun Bubuk untuk mecuci


Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing. Sabun bubuk mengandung
bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat, sodium
karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.

Berdasarkan ion yang dikandungnya, sabun dibedakan atas :


a. Cationic Sabun
Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationic detergents. Sebagai
tambahan selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung
sifat antikuman yang membuat mereka banyak digunakan pada rumah sakit.
Kebanyakan sabun jenis ini adalah turunan dari ammonia.

b. Anionic Sabun
Sabun jenis ini adalah merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.

c. Neutral atau Non Ionic Sabun


Nonionic sabun banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring. Karena
sabun jenis ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, sabun jenis ini tidak
bereaksi dengan ion yang terdapat dalam air sadah. Nonionic sabun kurang
mengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic sabun.

3.4. Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun


Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida
dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing

12
masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang
antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga
dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses
saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun
yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam lemak
yang digunakan. Komposisi asam asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi
panjang rantyai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12
atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya
panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit
menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun
yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan alas an diatas, factor ekonomis, dan
daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi sabun terbatas. Asam
lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih
rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun
yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus
dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun
tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis
minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
a. Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri
pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna,
titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi,
dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan
sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun
cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow.
Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas
40°C. Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.
b. Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak
jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika
digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu

13
untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih
dan mudah berbusa.
c. Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai
pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa
sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat
warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun
harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit
akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan
baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
d. Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang
sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning
pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak
kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat,
sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak
kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
e. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit diperoleh
dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip
dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.
Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam
lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
f. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah minyak
yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut
aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.
g. Marine Oil. Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus
dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
h. Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan
untuk membuat sabun transparan.
i. Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak
zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari
minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.

14
j. Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun
yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering
dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa
memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun
mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow
akan memperkeras struktur sabun.

Bahan Baku Utama : Alkali


Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na 2CO3,
NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam
industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun
keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah
larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan
dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau
lemak). Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut
dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat
mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang
terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi
sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai
sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun
dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

3.4.1. Bahan Bahan Pendukung Pembuatan Sabun


Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil
saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk
yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
a. NaCl.
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada
produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat
memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine)
atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.
Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi,

15
sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium
agar diperoleh sabun yang berkualitas.
b. Bahan aditif.
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan
untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan
aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
1. Builders (Bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral mineral
yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak
dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga
membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat
berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran
yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa senyawa
kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.
2. Fillers Inert (Bahan Pengisi)
Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku. Pemberian
bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan bahan
ini dalam campuran bahan baku sabun semata mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada
umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang
sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan sodium
sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.
3. Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar
memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli
sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna warna sabun itu terdiri dari warna
merah, putih, hijau maupun orange.
4. Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan besar
dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun secara kualitas
sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat fatal
dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan
dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat
16
dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Pada dasarnya, jenis
parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum
ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat
seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya, produsen sabun
menggunakan jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat
khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini
diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama
parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water,
alpine, dan spring flower.

3.4.2. Karakteristik Bahan Baku Pembuatan Sabun


Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dasar sabun
antara lain:
 Warna
Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus untuk
digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.
 Angka Saponifikasi

Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalium hidroksida yang
digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satu gram minyak. Angka
saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi
secara sempurna pada lemak atau minyak.
 Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau lemak, semakin
besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam
pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi
ketahanan sabun pada suhu tertentu.

3.5. Sifat – Sifat Sabun

17
a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OH-

b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini
tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah
garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid,
sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat
polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul
sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang
bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+
sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan
kotoran non polar)
Polar : COONa+(larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan kotoran polar)
Proses penghilangan kotoran.
- Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan
permukaan sehingga aii kain sehingga kain menjadi bersih. meresap lebih cepat
kepermukaan kain.
- Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat
molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran
dan molekul sabun membentuk suatu emulsi.
- Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan
menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih

18
BAB IV
PEMBUATAN SABUN DARI MINYAK SAWIT

4.1. Metode – Metode Pembuatan Sabun


Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode metode untuk menghasilkan
sabun yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itu digunakanlah metode
metode, yang mana metode metode ini memiliki kelebihan kelebihan dan
kekurangannya masing masing.
a. Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau
KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam
ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam,
19
gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses
penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol
kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya
endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-
kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual
langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah.
Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan
sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi
sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun
apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).
b. Metoda Kontinu
Metoda kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak
hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun
seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor
besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan
dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk
menjadi sabun.

Reaksi Saponifikasi

Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun
dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat
sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan
abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang
pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.
Reaksi pembuatan sabun adalah sebagai berikut :

20
Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O,
yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada
satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada
kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Air
sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.
Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi
kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-
molekul air.

4.2. Gambaran Umum Produksi Minyak Sawit


Minyak kelapa sawit (Palm Oil) berasal dari serabut kelapa sawit, sedangkan
minyak inti sawit (Palm Kernet Oil) berasal dari inti buah kelapa sawit.
CPO atau minyak sawit mentah didapat dari hasil pengepresan serabut (fiber)
kelapa sawit.

21
Parameter-parameter yang Mempengaruhi Produksi Minyak Sawit:

1. Bahan Baku CPO


2.

Temperatur
3. Tekanan pada Sistem Vakum di Deodorizer

4.3. Pembuatan Sabun dalam Industri

1. Saponifikasi Lemak Netral

22
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak
mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada
kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi
kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali
yang dibutuhkan untuk mengubah paduan trigliserida menjadi sabun dapat dihitung
berdasarkan persamaan berikut :
Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + Gliserin
NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV (NaOH)/ MV(KOH)
Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul
Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk
memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave, yang
beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi. Campuran
saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave. Temperatur campuran tersebut
diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke separator statis untuk
memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali yang digunakan. Sabun
tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci dikolam pencuci untuk
memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun. Separator
sentrifusi memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-63 % TFM)
dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun dalam
bentuk butiran (78-83 % TFM)yang siap untuk diproses menjadi produk akhir.

2. Pengeringan Sabun
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang
umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi
dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau lempengan.
Jenis jenis vakum spray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem, semuanya dapat
digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem
tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun
dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa. Sabun yang sudah
dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum dan dipindahkan
dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk

23
lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai memperkenalkan proses
pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien daripada dryer sistem tunggal.

3. Netralisasi Asam Lemak


Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun
berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.
RCOOH + NaOH RCOONa + H2O
Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan
asam lemak dapat dihitung sebagai berikut :
NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak
Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan
persamaan :
MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV
Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan
untuk menetralisasi 1 gram asam lemak
Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih
dihulu menuju turbodisperser dimana interaksi reaktan reaktan tersebut mengawali
pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian pada tahap ini,
kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut disirkulasi kembali hingga
netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh suatu pengukuran
potensial elektrik (mV) alkalinitas. Sabun murni kemudian dikeringkan dengan vakum
spray dryer untuk menghasilkan sabun butiran yang siap untuk diolah menjadi sabun
batangan.

4. Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan
dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalam mixer(analgamator).
Campuran sabun ini klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran
tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan
ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun
tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan
24
menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses
pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.

4.4. Pembuatan Sabun dalam Skala Tradisional


4.4.1. Alat yang Digunakan

25
1. Wadah atau Panci
Selalu gunakan panci yang terbuat dari stainless steel. Kenapa harus stainless steel?
Karena panci berbahan aluminium, besi, timah akan menyebabkan reaksi berbahaya jika
bersinggungan dengan larutan alkali. Jangan dicoba! Reaksinya bisa sangat beracun.
Bisa juga menggunakan gelas ukur pyrex atau sejenisnya dan wadah dari plastik yang
agak tebal. Kamu membutuhkan dua wadah/panci, satu untuk tempat larutan alkali dan
satunya lagi untuk tempat minyak sekaligus meraksikan sabun.

2. Stick Blender atau Hand Whisker


Jika pengadukan dilakukan dengan hand whisker maka bisa memakan waktu hingga
satu jam. Untuk mempersingkat waktu pengadukan gunakan stick blender, hanya
memakan waktu kurang lebih 5 – 10 menit. Selalu gunakan yang terbuat dari stainless
steel!

3. Spatula Karet atau Plastik


Untuk memastikan semua sabun masuk ke dalam cetakan.

4. Timbangan Digital
Cara paling baik untuk mengukur bahan untuk membuat sabun adalah dengan
mengukur beratnya (g, kg, ons, pound, dll).

26
Mengukur dengan volume (ml, liter, cc, dll) sering tidak akurat. Ketidak akuratan dalam
mengukur bahan dapat membuat komposisi sabun menjadi tidak baik, seperti terlalu
banyak minyak, terlalu banyak alkali (over alkalized).

Maka kamu membutuhkan sebuah timbangan yang baik. Usahakan menggunakan


timbangan digital, karena kamu membutuhkan akurasi dan operasi yang mudah.

5. Cetakan
Dapat dibuat cetakan dasar dari kardus dilapisi dengan plastik. Bisa menggunakan
cetakan kayu jika ingin membuat sabun dalam jumlah yang besar. Jangan menggunakan
cetakan dengan alas aluminium, seperti wadah bekas susu cair atau pringles.

4.4.2. Bahan yang Digunakan


1. Minyak
 Kelapa (Coconut Oil), memberikan busa yang melimpah pada sabun mandi dan
juga berkontribusi terhadap kekerasan sabun batang.
 Kelapa Sawit (Palm Oil), merupakan minyak utama dalam pembuatan sabun,
mayoritas sabun konvensional menggunakan minyak kelapa sawit. Minyak
kelapa sawit memberikan kekerasan pada sabun mandi dan mempercepat proses
saponifikasi.
 Zaitun (Olive Oil), merupakan minyak yang penting dalam sabun karena
memberikan kelembutan pada kulit dan memberikan efek kemewahan.
2. Alkali (NaOH)
Natrium Hidroksida (NaOH) digunakan untuk membuat sabun batang. Gunakan NaOH
murni, bukan yang sudah dalam larutan, berbentuk flakes atau pellet.
3. Air
Air digunakan untuk melarutkan NaOH. Sebaiknya gunakan air yang benar-benar
murni H2O tanpa ada tambahan mineral yang lainnya. Jangan gunakan air sumur atau
air PAM, cari Air Distilasi (Distilled Water) / Air, Demineralisasi (Demineralized
Water) / Deionized Water.

4.4.3. Langkah Kerja


1. Siapkan semua alat dan bahan. Jangan lupa selalu gunakan safety gears /
pengaman.
27
2. Tuangkan air ke dalam wadah dan timbang sesuai ukuran.
3. Ambil NaOH di tempat terpisah dan timbang sesuai dengan ukuran resep.
Secara hati-hati masukkan NaOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Kamu
akan melihat reaksi air langsung mendidih dan mengeluarkan uap yang
menusuk (merupakan reaksi yang normal).
4. Aduk sampai semua NaOH larut. Diamkan beberapa saat sampai larutan
mencapai suhu dibawah 40ºC.
5. Sembari menunggu larutan NaOH dingin. Timbang sesuai ukuran dan
campur minyak ke dalam wadah yang sudah disediakan. *Jika minyak
kelapa/kelapa sawit menggumpal maka cairkan terlebih dahulu. Jika tidak
ada yang menggumpal maka tidak perlu dipanaskan.

6. Ketika suhu larutan NaOH sudah mencapai sekitar 30-35ºC, tuangkan ke


dalam minyak secara perlahan.
7. Aduk secara terus menerus menggunakan hand whisk sampai mencapai trace,
biasanya memakan waktu lama. Gunakan stick blender jika ingin lebih cepat
mencapai trace.
8. Ketika adonan sabun sudah mencapai trace maka hentikan pengadukan.
Siapkan cetakan yang sudah dilapisi plastik atau kertas.
9. Tuangkan ke dalam cetakan, jangan lupa untuk mengumpulkan sisa-sisa yang
ada di pinggir panci dengan menggunakan spatula.

28
10. Tutup menggunakan kain bekas atau handuk bekas bagian atas cetakan.
Untuk menjaga agar tetap panas dan melanjutkan proses saponifikasi.
Letakan di tempat yang aman dari jangkauan anak-anak dan biarkan selama
1-2 hari.
11. Kemudian keluarkan sabun dari cetakan. Potong sesuai ukuran yang
diinginkan. Simpan di tempat yang kering dengan aliran udara yang baik,
biarkan 2-4 minggu.
12. Sabun memasuki masa Curing. Saat curing, cek pH tiap satu minggu sekali.
Sabun sudah bisa digunakan jika sudah netral. Netral berarti proses
saponifikasi sudah sempurna dan tidak ada lagi alkali bebas yang terkandung.

BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Sabun adalah bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxyclic yang
panjang. Proses saponifikasi adalah lemak atau minyak yang bereaksi dengan basa.
Triglisera adalah lemak atau minyak, pembuatan dalam keadaan kondisi basa adalah
NaOH (Natrium/sodium hidroksida) atau KOH (Kalium/Potasium hidroksida) lemak
yang berkaitan dengan natrium atau kalium inilah yang kemudian dinamakan sabun.
sabun mempunyai sifat surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif permukaan atau suatu
senyawa kimia yang terdapat pada konsentrasi rendah suatu sistem. Selain itu juga
mempunyai sifat teradsorbsi pada permukaan antara muka pada sistem tersebut.

Sabun pada umunya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbeedaan
utama pada kedua wujud ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan
sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik(NaOH) sedangkan
sabun cair menggunakan kalium hidroksida(KOH) sebagai alkali. Selain itu jenis
minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak

29
kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras dari pada minyak kedelai, minyak
kacang dan minyak biji katun.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, “Kelapa Sawit”, http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit


Anonim, 2010, “Minyak Kelapa Sawit”, Jakarta: Departemen Peridustrian.
Huriyah., T., “Proses Pembuatan Sabun dan Deterjen”,
http://id.wordpress.com/tag/ilmiah/
Ketaren, S., 1986, “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”, Jakarta:
Universitas Indonesia.
Levenspiel, O., 1972.” Chemical Reaction Engineering”, 2nd Ed. John Wiley &
Sons, Inc., New York, hal. 21-22
Pasaribu, N., 2004, “Minyak Buah Kelapa Sawit”, Sumatera Utara: Fakultas
MIPA Universitas Sumatera Utara.
Perdana, F.K., Hakim I., 2008, “Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan
Soda Q sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q”, Semarang : Jurusan
Teknik Kimia, Universitas Diponegoro.
Priyono, A., 2009, “Makalah Pembuatan Sabun”. Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Kimia, Riau: Universitas Riau.
Rohman, S., 2009, “Bahan Pembuatan Sabun”,
http://majarimagazine.com/topics/beasiswa/

30
31

Anda mungkin juga menyukai