Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGANTAR ILMU PERTANIAN

KELAPA SAWIT

DOSEN:
SRI YOSEVA, S.P.,M.P.

DISUSUN OLEH :
NURUL KHAIRIYAH
1906155230

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian dengan judul Kelapa Sawit.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyiapkan
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Terima kasih.

Pekanbaru, 15 Oktober 2019

Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …..i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Rumusan Masalah . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …..2
1.3 Tujuan Penulisan . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . …. . . . . 3

2.2 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 15
3.2 Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .15
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. ..16
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini
merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor
pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian
banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan
nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat
pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan
meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang
diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit.
(Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi
andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan
kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara.
Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah
propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi
167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar
17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas
perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini,
industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara.
Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu
sumber devisa terbesar bagi Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun
2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus
mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan
produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat
menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan
harus dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan
pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
adalah pengendalian hama dan penyakit. 1
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak
pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi
pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas
dalam jumlah yang besar. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya
yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat
penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan
penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas tanaman.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah teknologi budidaya tanaman kelapa
sawit ini yaitu :

1. Bagaimana syarat tumbuh tanaman kelapa sawit ?


2. Bagaimana teknik budidaya tanaman kelapa sawit ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah teknologi budidaya tanaman kelapa sawit ini
yaitu :
1. Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman kelapa sawit.
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kelapa sawit.
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Syarat Tumbuh


Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi
lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara
maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain
keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Elaeis
Spesies :Elaeis guineensis Jacq.

2.1.1        Iklim
 Penyinaran matahari 
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per
hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim yang
sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup. Umumnya
turun pada sore atau malam hari.

 Suhu 

Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu rata-
rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 0C, yang
menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin besar
variasi suhu semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga
mengalami merata sepanjang tahun.

 Curah hujan dan kelembaban

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang
panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun
merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah
dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat
lebih 500 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan
produksinya pun akan rendah.

2.1.2 Tanah 

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter
lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah yang baik
untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu,
aluvial, dan organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit
ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah. 

         Sifat kimia tanah 


Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH optimumnya
antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut,
terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas
lapisan mineral dengan lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki
pH rendah. 

         Sifat fisik tanah 


Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring, solum
dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permeabilitas sedang, dan
lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah. Tanah yang baik bagi
pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah
maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah
gambut tebal. Dalam menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis
tanah di antara tipe-tipe tanah memang relatif sulit. 
4

2.2 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit 

2.2.1 Persiapan Lahan 

Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa
Sawit yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan
sesuai dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut. Supaya areal
tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau
semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok.
Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu
perencanaan tata ruang kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum
penanaman Kelapa sawit (Setyamidjaja, 2003). 

2.2.2 Pembibitan Bibit 


Merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang
dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan
merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit.
Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik
dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan
penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman
lingkungan pada saat pelaksanaan penanaman (transplanting). Menurut Setyamidjaja, (2006),
untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan
pedoman kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang.
Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal
dan pembibitan utama. 

2.2.2.1 Pemilihan Lokasi 

Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan sebagai


berikut: 
1)      Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai kondisi baik.
2)      Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi yang baik. 
3)      Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam pengawasan. 
4)      Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan. Drainase baik, sehingga
pada musim hujan tidak tergenang air. 
5)      Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan kualitas yang
memenuhi syarat.  5
6)      Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah Kebun.
7)      Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang direncanakan untuk
ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan bibit 
2.2.2.2 Luas Pembibitan 

Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas areal pertanaman yang
direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan bergantung pada jumlah bibit dan jarak
tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan
pemakaian jalan, yang untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan
sepanjang 200 m dengan lebar 5 m. 

2.2.2.3 Sistem Pembibitan 

Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan
pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi
pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti
penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (Main Nursery).
Sedangkan pada sistem pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan pembibitan awal (Pre
Nursery) terlebih dahulu selama ± 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya
dipindah ke pembibitan utama (Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih besar. Sistem
pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena memiliki
beberapa keuntungan, antara lain: 
1)      Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa tahapan
seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama. 
2)      Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polybag
besar di pembibitan utama. 
3)      Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan
pembibitan utama pada tiga bulan pertama. 
2.2.3 Media Tanam 

Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik,
misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus
memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut,
residu dan bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur
pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%).

Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan
ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media
tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya. 

2.2.3.1 Kantong Plastik (Polybag) 

Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap pembibitan
awal (Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran
panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3
cm sebanyak 12-20 buah. Pada tahap pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag
berwarna hitam dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap
polybag dibuat lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah
polybag. 

2.2.3.2 Pembibitan Awal (Pre-Nursery) 

Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan
pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. Ukuran
polybag yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan
1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.
Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah bibit
dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit
dederan sudah dapat dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery).
Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek.
Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan
oleh bibit. Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha
memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan
karena siraman. Pembibitan Utama ( Main-Nursery ) Untuk penanaman bibit pindahan dari
dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm
(lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag
diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan
dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit
(Setyamidjaja, 2006).

7
Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan
tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada
polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur
dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm
(Setyamidjaja, 2006). 

2.2.3.3 Pemeliharaan (pada pembibitan) 

Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik
agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang
sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat. 
Pemeliharaan bibit meliputi : 
1.      Penyiraman 
2.      Penyiangan 
3.      Pengawasan dan seleksi 
4.      Pemupukan 
         Penyiraman 
1.      Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8 mm
pada hari yang bersangkutan. 
2.      Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus
agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat. 
3.      Kebutuhan air siraman ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit. 
         Penyiangan 
1.      Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored
atau dengan herbisida 
2.      Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan
pertumbuhan gulma. 
         Pengawasan dan seleksi 
1.      Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama
dan penyakit.
2.      Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus
dibuang. 
8
3.      Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu
pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan.
Menurut (Setyamidjaja, 2006), seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama
dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan
setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum
bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14
bulan. 
4.      Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri:
a.       Bibit tumbuh meninggi dan kaku 
b.      Bibit terkulai 
c.       Anak daun tidak membelah sempurna 
d.      Terkena penyakit 
e.       Anak daun tidak sempurna. 
2.2.4 Pemupukan 

         Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan
subur. 
         Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk. 
2.2.5 Hama dan Penyakit

2.2.5.1 Hama

         Hama Tungau 


Penyebabnya tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala
terlihat pada daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian dapat dilakukan
dengan cara Semprot Pestisida atau Natural BVR. 
         Ulat Setora 
Penyebabnya adalah (Setora nitens). Bagian yang diserang adalah daun. Gejala yang
terlihat pada daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian dengan cara
penyemprotan dengan Pestisida 
2.2.5.2 Penyakit

         Root Blast 


Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan (Phythium Sp). Bagian
diserang akar. Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa
layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian dengan cara pembuatan persemaian
yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11
bulan (Zaman, 2006). 9
         Garis Kuning
Penyebab dari penyakit ini yaitu (Fusarium oxysporum). Bagian diserang daun.
Gejala terdapat bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun,
daun mengering. Pengendalian dengan cara inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. 
         Dry Basal Rot 
Penyebab penyakit ini yaitu (Ceratocyctis paradoxa). Bagian diserang batang. Gejala
terdapat pada pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering.
Pengendalian dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit 
2.2.6 Panen 

Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan
merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah indikator
akan dimulainya pengembalian inventasi yang telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui
pemanenan yang dikelola dengan baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu
yang baik dan tanaman mampu bertahan dalam umur yang panjang. Berbeda dengan tanaman
semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akan mengambil bagian yang paling bernilai
ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa
sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampi batas usia
ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun.
Kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah
penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah
matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen
adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg
atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. 

2.2.7 Pasca Panen


Pasca panen tanaman kelapa sawit dalam pengolahan bahan baku berupa Tandan
Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) terdiri dari beberapa
tahapan yaitu :

10

2.2.7.1 Jembatan Timbang

Pada Pabrik Kelapa Sawit jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem
komputer untuk meliputi berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati
jembatan timbang berhenti sekitar 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS
dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal
dan akhir adalah berat TBS yang ditrima dipabrik.
2.2.7.2 Penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Jenis
buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen
merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS
(Tandan Buah Segar).
Pematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB (Asam
Lemak Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut :

KEMATANGAN BUAH Rendamen minyak% Kadar ALB (%)


Buah mentah 14 – 18 1,6 – 2,8
Setengah matang 19 – 25 1,7 – 3,3
Buah matang 24 – 30 1,8 – 4,4
Buah lewat matang 28 - 31 3,8 – 6,1

Setelah disortir TBS tersebut dimasukkan ketempat penimbunan sementara (Loding ramp )
dan selanjutnya diteruskan ke stasiun perebusan (Sterilizer ).

2.2.7.3 Proses Perebusan (Sterilizer)


Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m. Dalam sterilizer
dilapisi Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan steam, dibawah sterilizer
terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air condesat agar pemanasan didalam
sterilizer tetap seimbang.
Dalam proses perebusan minyak yang terbuang 0,7%. Dalam melakukan proses
perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari boiler. Uap yang
masuk ke sterilizer 2,8 – 3 kg/cm2, 140 derajat celcius dan direbus selama 90 menit.

11
2.2.7.4 Proses Penebah (Thereser Process)
         Hoisting Crane
Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori dan menuangkan isi lori ke bunch
feeder (hooper). Dimana lori yang diangkat tersebut berisi TBS yang sudah direbus.
         Thereser
Fungsi dari Theresing adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara
mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor.
2.2.7.5 Proses Pengempaan (Pressing Process)
Proses Kempa adalah pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah Kelapa
Sawit dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik buruknya pengoperasian peralatan
mempengarui efisiensi pengutipan minyak. Proses ini terdiri dari :
    Digester
Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan cara buah masuk
ke Conveyor Under Threser yang fungsinya untuk membawa buah ke Fruit Elevator yang
fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi conveyor yang kemudian
menyalurkan buah masuk ke Digester.

    Screw Press


Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari
digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah – buah yang telah diaduk secara bertahap
dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan
mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa ( twin screw press ).

2.2.7.6 Proses Pemurnian Minyak ( Clarification Station )


Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar / Crude Oil dan
ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke stasiun klarifikasi dimana
proses pengolahannya sebagai berikut :

1)      Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)

Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke
Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung pasir. Temperatur
pada sand trap mencapai 95 0C.

12

2)      Vibro Seperator / Vibrating Screen

Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut – serabut
yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin penyaringan itu
sendiri dengan sistem getaran – getaran pada Vibro kontrol melalui penyetelan pada bantul
yang di ikat pada elektromotor. Getaran yang kurang mengakibatkan pemisahan tidak efektif.

3)      Vertical Clarifier Tank (VCT)

Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (NOS) secara
gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan
atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah sedangkan NOS dengan
berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah.
Fungsi Skimmer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat pemisahan
minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak
dengan Sludge. Temperatur yang cukup (95 0C) akan memudahkan proses pemisahan ini.
Prinsip kerja didalam VCT dengan menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan
yang berbeda jenis. Prinsip bejana berhubungan diterapkan dalam mekanisme kerja di VCT.

4)      Oil Tank

Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh Purifier.
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk mendapatkan temperatur yang
diinginkan yakni 95o C. Kapasitas Oil Tank 10 Ton / Jam.

5)      Oil Purifier

Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara
sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur suhu 95o C.
6)      Vacuum Dryer

Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak
produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana melalui Nozel.
Suatu jalur resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana, sehingga
bilamana ketinggian permukaan minyak menurun pengapung akan membuka dan
mensirkulasi minyak kedalam bejana.

13

7)      Sludge Tank

Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge ( bagian dari minyak kasar
yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge seperator. Pemanasan
dilakukan dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan temperatur yang
dinginkan yaitu 95o C.

8)      Sand Cyclone / Pre- cleaner

Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung dalam
sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya.

9)      Brush Strainer ( Saringan Berputar )

Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat pada
sludge sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator. Alat ini terdiri dari saringan dan
sikat yang berputar.

10)  Sludge Seperator

Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih terkandung
dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya
lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut – sudut ruang
tangki pisah.

11)  Storage Tank

Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi
yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal dan
pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran
pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO.
14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kelapa sawit adalah tanaman
penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai
kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang
umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah
hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang
merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari
dan suhu optimum berkisar 240-380C.
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah
penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah
matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen
adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg
atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman
dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman
dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa sawit
akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman berumur
3 atau 4 tahun.

3.2 Saran

Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang
seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu
dipikirkan teknologi produksi sebagai usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
kelapa sawit.
15
DAFTAR PUSTAKA 

Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta 

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Perangin-angin, S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guinensis


Jacq.) Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah.

Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian Hama dan penyakit pada Tanaman Belum
Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Sumatera barat.

Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.

Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka, Jakarta.

Anonim. 2012. Makalah teknik budidaya kelapa sawit. http://www.blogspot.com

Sulesman. 2014. Makalah budidaya tanaman kelapa sawit. http://.blogspot.co.id/.html


16

Anda mungkin juga menyukai