Dosen Pengampu :
Ir. Gusniwati,M.P.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan praktikum serta laporan akhir
mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan.
Adapun isi dari laporan akhir ini adalah kumpulan dari setiap praktikum
yang dilaksanakan setiap minggu. Laporan ini merupakan syarat untuk dapat
mengikuti ujian dan merupakan syarat dalam mengontrak mata Budidaya
Tanaman Perkebunan.
Kami juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada
Dosen serta staf pengajar mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan yang selalu
membimbing dan mengajari kami dalam melaksanakan praktikum dan dalam
menyusun laporan ini. Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal
penyusunan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurnaan oleh karena itu kritik
serta saran yang membangun masih kami harapkan untuk penyempurnaan laporan
akhir ini. Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan, oleh
karena itu kami mohon maaf sebesar besarnya untuk kelancaran penyelesaian
laporan ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini saya
ucapkan terimakasih. Semoga laporan ini dapat dipergunakan seperlunya.
Kelompok 6 Kelas L
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau.
Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah
sawit.Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E.
oleifera.
Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa
sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi
yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak
orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species yang
tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan
pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan
ketebalan cangkang, yang terdiri dari
Dura,
Pisifera
Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangakang tebal sehingga
dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya
besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%.
Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti
(kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril
sehingga sangat jarang menghasilkan buah.
Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini
dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk
dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa
tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan
kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Untuk pembibitan massal,
sekarang digunakan teknik kultur jaringan.
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak
makan, margarin, sabun,kosmetika,industri baja, kawat, radio, kulit dan industri
farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya
karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan
2
tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut
lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada
tubuh dalam bidang kosmetik.
Komoditi perkebunan kelapa sawit memiliki peranan yang nyata dalam
memajukan perekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja,
dan meningkatkan devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di
Indonesia adalah kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non
migas, oleh karena itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak pengusaha
untuk menanamkan modalnya.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak tahun 1911 di Sumatra
Utara. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mengalami banyak kemajuan
sampai dengan pecahnya perang pasifik pada tahun 1940. Kemajuan perkebunan
kelapa sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga penelitian yang telah berdiri
sampai dengan sekarang ini (Mangunsoekarjo dan Tojib, 2003).
Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit
menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati
nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di Indonesia minyak kelapa
sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980
ketika terjadi kelangkaan minyak goreng (Anonim, 1997).
Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya
yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Industri
olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu dalam
industri pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak pangan, margarin,
kue, es krim, dan permen) dan dalam industri non pangan (misalnya pembuatan
sabun, detergen, dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan komponen karet,
pelumas, dan kosmetik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Tentang Kelapa Sawit
2.1.1 Klasifikasi Kelapa Sawit
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), taksonomi kelapa sawit
yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
2.1.2 Tipe Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah tanaman budidaya yang dapat dimanfaatkan daging
buahnya untuk diolah menjadi minyak industri. Indonesia saat ini merupakan
negara dengan kebun kelapa sawit yang terbesar di dunia.
Jika dilihat menurut tingkat ketebalan cangkang dan daging buah, maka
kelapa sawit bisa dibedakan menjadi tiga jenis.Di antaranya adalah kelapa sawit
dura,kelapa sawit pisifera,dan kelapa sawit tenera.Penjelasan selengkapnya
mengenai ketiga jenis kelapa sawit tersebut silahkan anda simak ulasan berikut ini
:
1. Kelapa Sawit Dura
Kelapa sawit dari jenis dura mempunyai cangkang yang cukup tebal
sekitar 2-8 mm. Pada bagian luar cangkang hampir tidak ada serabut yang
menyelimutinya. Daging buah kelapa sawit dura tidak begitu tebal dengan daging
biji yang cukup besar. Jenis dura dikenal memiliki kadar kandungan minyak yang
rendah dan sering dipakai sebagai induk betina ketika melakukan program
pemuliaan bibit kelapa sawit.
Kelapa sawit dura bercangkang cukup tebal karena mengandung zat alela
homozigot yang dominan. Kebanyakan perusahaan pengolahan kelapa sawit
4
kurang menyukai jenis ini sebab cangkang yang tebal dapat memperpendek usia
pakai mesin. Kelebihan dari kelapa sawit dura adalah ukuran buahnya relatif besar
dengan kandungan minyak mencapai 18 persen setiap tandannya.
5
air tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartener tumbuh sejajar dengan
permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas atau
ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Disamping itu tumbuh pula akar
nafas yang timbul di atas permukaan air tanah atau didalam tanah. Penyebaran
akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas (Fauzi, dkk, 2003).
Besarnya batang berdiameter 20-75 cm, dan di perkebunan umumnya
45-60 cm, bahkan pangkal batang bisa lebih besar lagi pada tanaman tua.
Biasanya batang adalah tunggal (tidak bercabang) kecuali yang abnormal. Tinggi
batang bisa mencapai 20 m lebih, umumnya diperkebunan 15-18 m
(Sianturi, 1991).
Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat
mencapai 3-5 meter. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri kasar dan bulu-
bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat lebih dari 9 meter. Helai
anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang paling panjang dan
panjangnya dapat melebihi 1,20 meter. Jumlah anak daun dalam satu pelepah
daun adalah 100-160 pasang (Setyamidjaja, 1991).
Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan
(tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit
yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan bunga betina
terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak terlebih dahulu
daripada bunga betina. Karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan
bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik
dapat menerima tepung sari) adalah 3x24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna
hitam dan mengering (Sastrosayono, 2008).
Biji kelapa sawit mempunyai bagian: a). Endokarpium (kulit biji=
tempurung), berwarna hitam dan keras, b). Endosperm (kernel=daging biji)
berwarna putih dan dari bagian ini akan menghasilkan minyak inti sawit setelah
melalui ekstraksi, c). Lembaga atau embrio (Tim Penulis PS, 1997).
6
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar Lintang Utara-Lintang Selatan 12 derajat pada ketinggian 0-600 m dari
atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm per
tahun, tidak memiliki defisit air hujan agak merata sepanjang tahun. Temperatur
yang optimal 24-28 °C, terendah 18 °C dan tertinggi 32°C. Kelembaban 80% dan
penyinaran matahari 5-7 jam per hari. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik
untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan
menyebabkan tanaman baru goyang atau miring (Lubis, 1992).
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata
2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan
kering yang berkepanjangan. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa
sawit antara 80-90%. Faktor-faktor yang memepengaruhi kelembaban ini adalah
suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi
(Tim Penulis PS, 1997).
Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan naik menjadi 7 jam per hari untuk
beberapa bulan tertentu akan berpengaruh baik terhadap kelapa sawit. Lama
penyinaran ini terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi,
pembentukan bunga (sex-ratio) dan produksi buah (Setyamidjaja, 1991).
2. Tanah
Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti Podsolik, Latosol,
Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol dan Alluvial. Sifat fisik taanah antara lain:
- Solum yang dalam, lebih dari 80 cm. Solum yang tebal akan merupakan media
yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman
akan lebih baik,
- Tekstur lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-
40% lempung dan 20-50% liat,
- Struktur, perkembangannya kuat; konsistensi gembur sampai agak teguh dan
permeabilitas sedang,
- Gambut, kedalamannya 0-0,6 m,
-Laterite, tidak dijumpai,
(PTPN IV, 1996).
7
Kemasaman tanah idealnya adalah pH 5,5 yang baik adalah pH 4,0-6,0,
tetapi boleh juga digunakan pH 6,5-7. Tanah harus gembur dan drainase baik
sehingga aerasi juga baik (Sianturi, 1991).
Sifat fisik tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawit
daripada sifat kimianya. Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah
tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan
tanah dan kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman kelapa sawit
menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa
lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu 25-30%, datar serta
berdrainase baik (Tim Penulis PS, 1997).
8
memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
mencapai 23 % dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut
sebagai alternatif pupuk organik sehingga memberikan manfaat lain dari sisi
ekonomi. Bagi perkebunan kelapa sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk
sintetis sampai dengan 50 %. Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang
dapat dilakukan, yaitu sebagai pupuk kompos, merupakan bahan organik yang
telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh
mikroorganisme. Kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan
antara lain :
- Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan.
- Membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman.
- Bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman.
- Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah.
- Dapat diaplikasikan pada sembarang musim.
Selain sebagai pupuk kompos TKKS juga sebagai pupuk kalium
karena abu tandan tersebut memiliki kandungan 30 - 40 % K2O, 7 %
P2O5, 9 % CaO, dan 3 % MgO (http://www.warintek.com, 2010).
Proses pengomposan TKS dimulai dengan pencacahan TKS dengan mesin
pencacah. TKS yang telah dicacah ditumpuk di atas lantai semen pada udara
terbuka atau dibawah atap. Tumpukan dibalik 3-5 kali seminggu dengan mesin
pembalik BAKHUS dan disiram dengan limbah cair PKS. Pada akhir
pengomposan yang berlangsung selama 6-8 minggu, kompos diayak dan dikemas
(http://wuryan.wordpress.com, 2008).
4. Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas
baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm dan berasal
dari areal pembibitan dan sekitarnya. Tanah yang digunakan harus memiliki
struktur yang baik, tekstur remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas
kontaminasi (hama dan penyakit khususnya cendawan Ganoderma, pelarut,
residu, bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat
9
dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak
melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan
pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 1,5-2 cm. preoses pengayakan
bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan
material lainnya (PPKS, 2008).
Sifat kimia tanah berpengaruh saat menentukan dosis pemupukan dan
kelas kesuburan tanah. Kekurangan unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan.
Dosis pemupukan harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur tanaman dan
kondisi tanahnya, misalnya tanah asam perlu ditambahkan kapur (Sunarko, 2009).
Pohon kelapa sawit harus dikembangkan dengan biji sejak tidak adanya
metode uniseksual yang cocok. Di Malaysia tempat benih berminyak dibuat dari
biji-biji sebelum kelapa sawit berkecambah di dalam kaleng atau tanah berpasir
2,5 cm dan berjarak 8 cm di dalam pasir dengan beberapa pori sekitarnya
(Hartmann, 1998).
Tanamlah benih dalam kantong plastik yang berukuran 20x10 cm yang
telah berisi tanah (top soil) yang subur dan gembur, yakinkan bahwa tunas ada di
bagian atas, sedang yang ada akarnya berada di bagian bawah (dalam tanah),
berikan pemulsaan dan siramlah dua kali sehari ketika udara kering. Kantong-
kantong plastik yang telah berisi benih itu ditempatkan berkumpul dalam keadaan
berdekatan untuk memudahkan pemeliharaan dan pengawasannya
(Kartasapoetra, 1988).
10
yang berbentuk biji-bijian, pembibitan atau persemaian tidak perlu di lakukan,
benih bisa langsung di tanam karena berukuran besar. Apabila benih yang
terbilang banyak maka tanaman di sarankan melakukan persemaian.
Pemindahan “penanaman bibit” berupa semai dari persemaian ke lapangan
dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat (siap
ditanam), misalnya untuk Pinus merkusii setelah tinggi semai antara 20-30 cm
atau umur semai 8 – 10 bulan.
Pengadaan bibit/semai melalui persemaian yang dimulai sejak penaburan
benih merupakan cara yang lebih menjamin keberhasilan penanaman di lapangan.
Selain pengawasannya mudah, penggunaan benih-benih lebih dapat dihemat dan
juga kualitas semai yang akan ditanam di lapangan lebih terjamin bila
dibandingkan dengan cara menanam benih langsung di lapangan.
Budidaya kelapa sawit menganut sistem pembibitan (nursery) sebanyak dua tahap
yaitu pre-nursery dan main-nursery. Secara singkat, pre-nursery merupakan
pembibitan tahap awal sedangkan main-nursery adalah pembibitan tahap utama.
Penjelasan lebih lanjut mengenai kedua macam sistem pembibitan tersebut akan
kami jelaskan secara lengkap di bawah ini.
Pada budidaya kelapa sawit, pembibitan bertujuan untuk mendapatkan
bibit-bibit kelapa sawit berkualitas unggulan. Bibit ini ditumbuhkan dari buah
kelapa sawit yang sudah diolah sedemikian rupa dan berubah menjadi kecambah.
Setelah itu barulah pembibitan memasuki tahap pre-nursery lalu berlanjut ke tahap
main-nursery.
11
0,1 cm dan memiliki 250 lubang. Sedangkan ukuran seeding bed adalah 10 x 1,2
m dengan daya tampung setiap bed mencapai 1.000 kecambah. Kebutuhan air
masing-masing bibit pada tahap prenursery ini yaitu 0,1-0,3 liter/hari.
12
Tabel. Dosis pemupukan
Umur/minggu NPK UREA
4 2 gr
5 2 gr
6 2 gr
7 2 gr
8 2 gr
9 2 gr
10 2 gr
11 2 gr
12 2 gr
13
46 - 20 10
48 - 20 -
Cara pengaplikasian pupuk pada setiap umur berbeda, adapun caranya
sebagai berikut :
1. Bibit kecil
Pemberian larutan pupuk pada tahap pertama, larutkan 8 gram untuk bulan
pertama, 16 gram untuk bulan kedua dan 24 gram untuk usia bulan ketiga NPK
15/15/6/4 kedalam 5 liter air untuk 100 bibit. Jadi, pemupukan dilakukan
seminggu sekali. Pengaplikasian sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
gembor. Bibit harus disiram 10 menit setelah aplikasi pupuk agar daun tidak
‘terbakar’. Bibit dipindahkan ke polybag besar pada umur 13 minggu. Jika
pemindahan tertunda, lanjutkan pemupukan mingguan dengan menggunakan
dosis umur 3 bulan.
2. Bibit besar
Taburkan di sisi terjauh dalam polibag pupuk NPK 12/12/17/2 sebanyak
10 gram per pokok setiap bulannya, sampai bibit berumur 12 bulan. Jika setelah
penyiraman terlihat ada pupuk yang mendekati pangkal batang, maka harus
dijauhkan, untuk mencegah terbakarnya batang karena sifat panas pupuk.
Jika bibit tidak ditanam ke lapangan setelah umur satu tahun (misalnya
untuk sisipan/ APM), lanjutkan pemupukan dengan NPK 12/12/17/2 sebanyak 10
gram setiap bulan dan 20 gram kieserite setiap dua bulan
14
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum di laksanakan pada jam 13.30 WIB s/d selesai, tanggal 28
September 2018 s/d 16 November 2018, di kebun percobaan Universitas
Jambi.
15
c. Dalam perhitungan daun pinnate tidak dilakukan karena pada bibit kelapaa
sawit belum ada daun pinnate.
3.3.3 Menghitung Jumlah Daun Total
a. Dalam menghitung jumlah daun total kita lakukan setelah mendapatkan
jumlah daun lanceolate dan daun bifurcate.
b. Setelah mendapatkan jumlah daun lanceolate dan daun bifurcate barulah
kita mendapatkan jumlah daun total.
c. Setelah mendapatkan jumlah daun total catat untuk mendapatkan data
jumlah daun total.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Tinggi Bibit
No. Bibit Tinggi Tanaman (cm) Pada Pengamatan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-rata
1 81,5 82 81 83,5 84,5 85 85 80 82.81
17
4.1.4 Jumlah Daun Bifurcate
No. Bibit Jumlah Daun Bifurcate Pada Pengamatan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-rata
1 5 5 5 7 8 7 7 7 6,375
2 9 9 9 10 10 9 10 11 9,625
3 9 9 9 10 11 12 10 9 9,875
4 8 8 8 9 9 9 9 9 8,625
Rata-rata 7,75 7,75 7,75 9 9,5 9,25 9 9
4.2 Pembahasan
Kelapa sawit adalah tanaman berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai
24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping.
Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping
atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Untuk praktikum yang dilakukan yaitu
dengan mengamati dan menghitung tinggi tanaman sawit, jumlah total daun, dan
perhitungan masing-masing jenis daun pada tanaman sawit yaitu daun lanceolate,
bifurcate dan pinnate.
Untuk pengamatan tinggi pada kelapa sawit digunakan 4 buah tanaman
sawit yang akan diamati masing-masing tanaman diukur setiap minggunya untuk
melihat apakah pertumbuhan tinggi pada tanaman. Untuk pengamatan pada semua
pohon sawit setiap minggunya mengalami naik turun ketinggian. Pada setiap
minggunya tanaman yang diamati mengalamai penurunan tinggi. Hal tersebut
terjadi karena bagian daun ada yang terserang hama dan penyakit sehingga bagian
ujung tanaman mengalami kematian hingga terlepas dari pohon. Sehingga hal
tersebut membuat tinggi pohon mengalami penurunan. Untuk rata-rata
18
pertumbuhan masing-masing 4 tanaman sawit yang diamati hampir memiliki
tinggi yang sama yaitu rata-rata tinggi masing-masing tanaman sawit berturut-
turut tanaman pertama yaitu 82,81, tanaman kedua yaitu 87,06, tanaman ketiga
yaitu 87,72 dan pada tanaman keempat 78,8.
Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut
tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya lingkungan,
fisiologis dan genetika tanaman. Menurut Syukur Makmur Sitompul dan
Bambang Guritno (1995) menyatakan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran
tanaman yang sering diamati baik sebagai indicator pertumbuhan maupun sebagai
parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan. Namun, pada praktikum yang dilakukan masing-masing tanaman
tidak dilakukan perlakuan khusus.
Jika dibandingkan pengukuran tinggi pada minggu pertama dengan
minggu kedelapan tampak kurang peningkatan signifikan pada tinggi tanaman.
Hal tersebut mungkin berpengaruh terhadap perawatan yang dilakukan pada
tanaman sawit. Perawat yang dilakukan pada saat praktikum hanya penyiraman
yang dilakukan 2 kali sehari dengan waktu pagi dan soreh hari. Sedangkan
kegiatan pemupukan tidak dilakukan. Soewandita (2003) yang menyatakan bahwa
meningkatnya ketersediaan hara dalam tanah akibat penambahan pupuk organik
dan anorganik akan merangasang pertumbuhan vegetatif menjadi lebih baik.
Unsur hara yang telah terikat oleh beriket gliricidae akan mempermudah akar
dalam penyerapannya sehingga kebutuhan unsur hara tercukupi. Dari pernyataan
tersebut dapat dikatakan bahwa sawit yang diamati tidak mengalami peningkatan
tinggi dikarenakan tidak ada pemberin pupuk pada tanaman sawit tersebut.
Daun merupakan organ yang penting bagi tanaman dimana daun
mempunyai organ yang dapat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman
maupun sebagai cadangan makanan. Proses yang terjadi diantaranya proses
fotosintesis dimana dalam pengolahannya menggunakan sinar matahari sebagai
sumber energi selain itu juga di dalam bagian daun terdapat klorofil yang akan
berinteraksi dalam proses fotosintesis. Semakin banyak daun maka akan semakin
banyak proses fotosintesis dan akan semakin banyak makanan yang diproduksi.
19
Dari hasil pengamatan jumlah daun yang terhitung yaitu jumlah total daun
yang didalamnya terdapat jenis daun yaitu daun lanceolate, bifurcate dan pinnate.
Daun lanciolate adalah daun pertama yang keluar pada stadium benih. Jumlah
daun lanceolate pada masing-masing tanaman terdapat peningkatan dan
penurunan setiap minggunya. Hal tersebut karena ada daun yang sudah terlepas
dan ada pula daun yang tumbuh baru.
Daun bifurcate adalah daun yang dimana masing-masing pelepah masih
berlengketan. Untuk jumlah daun bifurcate setiap minggunya mengalami
peningkatan. Kecuali pada tanaman 1 dan 3 yang pada akhir pengamatan
mengalami penurunan jumlah daun befurcate bukan karena berubah menjadi daun
pinnate melainkan ada daun yang sudah cukup tuan dan terlepas.
Untuk pengamatan daun pinnate tidak didapatkan hasil apaun pada setiap
tanaman yang diamati. Hal tersebut dikarenakan setiap belum ada daun yang
mekar sesuai dengan syarat daun tersebut disebut sebgai daun pinnate. Karena
daun pinnate sendiri adalah saun yang keseluruhan helaian daun sudah tidak ada
yang berlengketan.
Untuk total daun pada tanaman pertama pada minngu kedelapan
yaitu persentasinya dari daun lanceolate sebesar 30,77 % dan dari daun befurcate
sebesar 69,23 %. Dan pada taaman kedua jumlah total daun pada minggu
kedelapan berasal dari daun lanceolate sebesar 15,28 % dan dari daun befurcate
sebesar 84 %. Pada tanaman ketiga yaitu daun lanceolate sebesar 30,77 % dan dari
daun befurcate sebesar 69,23 %. Dan pada tanaman keempat jumlah daun total
dari daun lanceolate sebesar 18,18 % dan dari daun befurcate sebesar 81,82 %.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut
tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya lingkungan,
fisiologis dan genetika tanaman. Menurut Syukur Makmur Sitompul dan
Bambang Guritno (1995) menyatakan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran
tanaman yang sering diamati baik sebagai indicator pertumbuhan maupun sebagai
parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan. Namun, pada praktikum yang dilakukan masing-masing tanaman
tidak dilakukan perlakuan khusus.
Pada pratikum yang telah dilakukan mahasiswa telah dapat melakukan
pengukuran sawit secara teratur setiap minggunya. Selain itu mahasiswa juga
telah terampil dalam membedakan antara daun lanceolate, bifurcate dan pinnate.
Dalam teknik pemupukan pada kelapa sawit dilakukan secara berkala.
5.2 Saran
Jadi dalam melakukan pratikum budidaya tanamaan sawit kita mempunyai
tahapan – tahapan, untuk itu kita harus tau teknik atau apa yang harus kita lakukan
sebelum pratikum dengan membaca penuntun pratikum terlebih dahulu untuk
mendapatkan hasil pratikum yang baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Wawan, P. 2011. “Budidaya Kelapa Sawit : Pembibitan Kelapa Sawit”. Diakses
pada tanggal 06 Desember 2018 dari :
https://puputwawan.wordpress.com/2011/06/25/budidaya-kelapa-sawit-
pembibitan-kelapa-sawit/
Cahyadi, T.D. 2012. “Deskripsi Tanaman Kelapa Sawit”. Diakses pada tanggal 06
Desemhber 2018 dari :
http://teguhdwicahyadithp.blogspot.com/2012/07/deskripsi-kelapa-
sawit.html
Zainal, abidin. 2015. “Jenis-Jenis Kelapa Sawit” Diakses pada tanggal 09
Desember 2018 dari :
klpswt.blogspot.com/2015/08/jenis-jenis-kelapa-sawit-dura-
pisifera.html?m=1
Zenzen, zhainudhin. 2015. “Pengertian Pembibitan” Diakses pada tanggal 09
Desember 2018 dari :
https://googleweblight.com/i?u=https://www.agrotani.com/nursery-
adalah/&hl=id-ID
Zainal,Abidin. 2015. “Pembibitan Kelapa Sawit” Diakses pada tanggal 09
Desember 2018 dari :
klpswt.blogspot.com/2015/11/pembibitan-kelapa-sawit-pre-nursery-
dan.html?m=1
22
LAMPIRAN
23
24