Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

MK. BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

“PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KELAPA


SAWIT DI PEMBIBITAN UTAMA”
Disusun Oleh :

Mikha Rosio Hutagaol (D1A017014)

Surahmat Hendryono (D1A017015)

Sindy Rafika Sari (D1A017017)

Laddy Megayanti (D1A017018)

Dosen Pengampu :

Ir. Gusniwati,M.P.

Dr. Ir. Sarman, M.P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
Desember 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan praktikum serta laporan akhir
mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan.
Adapun isi dari laporan akhir ini adalah kumpulan dari setiap praktikum
yang dilaksanakan setiap minggu. Laporan ini merupakan syarat untuk dapat
mengikuti ujian dan merupakan syarat dalam mengontrak mata Budidaya
Tanaman Perkebunan.
Kami juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada
Dosen serta staf pengajar mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan yang selalu
membimbing dan mengajari kami dalam melaksanakan praktikum dan dalam
menyusun laporan ini. Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal
penyusunan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurnaan oleh karena itu kritik
serta saran yang membangun masih kami harapkan untuk penyempurnaan laporan
akhir ini. Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan, oleh
karena itu kami mohon maaf sebesar besarnya untuk kelancaran penyelesaian
laporan ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini saya
ucapkan terimakasih. Semoga laporan ini dapat dipergunakan seperlunya.

Jambi, Desember 2018

Kelompok 6 Kelas L

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4


2.1. Kelapa Sawit .......................................................................................... 4
2.2. Tahapan Pembibitan Nursery ................................................................ 10
2.3. Pemupukan Bibi di Nursery .................................................................. 12

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................... 15


3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................ 15
3.2. Bahan dan Alat ....................................................................................... 15
3.3. Cara Kerja Pengamatan ......................................................................... 15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 17


4.1. Hasil Pengamatan .................................................................................. 17
4.2. Pembahasan ........................................................................................... 18

BAB V. PENUTUP ...................................................................................... 21


5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 21
5.2. Saran ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 22
LAMPIRAN ................................................................................................. 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kelapa sawi adalah tanaman berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai


24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping.
Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping
atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk
menyirip. Daunberwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.
Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang
tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga
umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas
sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon
(monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman sawit
dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang
menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai
tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul
dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah
sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak
bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan
sendirinya.
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan
baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di
ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit
membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu

1
daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau.
Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah
sawit.Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E.
oleifera.
Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa
sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi
yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak
orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species yang
tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan
pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan
ketebalan cangkang, yang terdiri dari

 Dura,
 Pisifera
 Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangakang tebal sehingga
dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya
besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%.
Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti
(kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril
sehingga sangat jarang menghasilkan buah.
Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini
dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk
dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa
tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan
kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Untuk pembibitan massal,
sekarang digunakan teknik kultur jaringan.
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak
makan, margarin, sabun,kosmetika,industri baja, kawat, radio, kulit dan industri
farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya
karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan

2
tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut
lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada
tubuh dalam bidang kosmetik.
Komoditi perkebunan kelapa sawit memiliki peranan yang nyata dalam
memajukan perekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja,
dan meningkatkan devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di
Indonesia adalah kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non
migas, oleh karena itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak pengusaha
untuk menanamkan modalnya.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak tahun 1911 di Sumatra
Utara. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mengalami banyak kemajuan
sampai dengan pecahnya perang pasifik pada tahun 1940. Kemajuan perkebunan
kelapa sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga penelitian yang telah berdiri
sampai dengan sekarang ini (Mangunsoekarjo dan Tojib, 2003).
Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit
menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati
nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di Indonesia minyak kelapa
sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980
ketika terjadi kelangkaan minyak goreng (Anonim, 1997).
Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya
yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Industri
olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu dalam
industri pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak pangan, margarin,
kue, es krim, dan permen) dan dalam industri non pangan (misalnya pembuatan
sabun, detergen, dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan komponen karet,
pelumas, dan kosmetik.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya praktiukum ini adalah untuk memahami dan


mempelajari serta memperoloeh keterampilan dalam teknik budidaya tanaman
kelapa sawit khususnya di pembibitan utama (main nursery).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Tentang Kelapa Sawit
2.1.1 Klasifikasi Kelapa Sawit
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), taksonomi kelapa sawit
yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
2.1.2 Tipe Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah tanaman budidaya yang dapat dimanfaatkan daging
buahnya untuk diolah menjadi minyak industri. Indonesia saat ini merupakan
negara dengan kebun kelapa sawit yang terbesar di dunia.
Jika dilihat menurut tingkat ketebalan cangkang dan daging buah, maka
kelapa sawit bisa dibedakan menjadi tiga jenis.Di antaranya adalah kelapa sawit
dura,kelapa sawit pisifera,dan kelapa sawit tenera.Penjelasan selengkapnya
mengenai ketiga jenis kelapa sawit tersebut silahkan anda simak ulasan berikut ini
:
1. Kelapa Sawit Dura
Kelapa sawit dari jenis dura mempunyai cangkang yang cukup tebal
sekitar 2-8 mm. Pada bagian luar cangkang hampir tidak ada serabut yang
menyelimutinya. Daging buah kelapa sawit dura tidak begitu tebal dengan daging
biji yang cukup besar. Jenis dura dikenal memiliki kadar kandungan minyak yang
rendah dan sering dipakai sebagai induk betina ketika melakukan program
pemuliaan bibit kelapa sawit.
Kelapa sawit dura bercangkang cukup tebal karena mengandung zat alela
homozigot yang dominan. Kebanyakan perusahaan pengolahan kelapa sawit

4
kurang menyukai jenis ini sebab cangkang yang tebal dapat memperpendek usia
pakai mesin. Kelebihan dari kelapa sawit dura adalah ukuran buahnya relatif besar
dengan kandungan minyak mencapai 18 persen setiap tandannya.

2. Kelapa Sawit Pisifera


Kelapa sawit berjenis pisifera mempunyai cangkang yang sangat tipis
hingga tidak bercangkang. Hal ini dikarenakan kandungan zat alela homozigot
pada jenis ini bersifat resesif. Buah kelapa sawit pisifera memiliki daging yang
lebih tebal daripada dura dengan daging biji yang tipis sekali.
Sayangnya, bunga betina kelapa sawit dari jenis pisifera ini bersifat steril
sehingga sulit berkembang menjadi buah. Oleh sebab itu, perbanyakan jenis
kelapa sawit ini hanya bisa dilakukan melalui persilangan dengan kelapa sawit
dari jenis yang lainnya. Namun beberapa kelapa sawit pisifera memiliki
kemampuan fertile sehingga bisa berkembang biak secara mandiri. Kelapa sawit
dari pisifera ini tidak bisa digunakan sebagai tanaman komersial untuk budidaya,
melainkan sebatas indukan jantan yang berkualitas unggulan.

3. Kelapa Sawit Tenera


Kelapa sawit tenera merupakan kelapa sawit dari hasil persilangan antara
kelapa sawit dura dan kelapa sawit pisifera. Oleh karena itu, kelapa sawit ini
memiliki karakteristik yang paling bagus untuk dibudidayakan. Di antaranya
tingkat ketebalan cangkang sekitar 0,5-4 mm dan mempunyai serabut yang
menyelubunginya. Daging buah kelapa sawit ini juga tebal sehingga mampu
menghasilkan minyak dalam jumlah yang lebih banyak.
Biasanya indukan kelapa sawit tenera berkualitas unggul berasal dari
kelapa sawit dura deli dan kelapa sawit pisifera orijin. Kelapa sawit tenera mampu
menghasilkan tandan buah yang lebih banyak. Ukuran diameter buah kelapa sawit
dari jenis ini pun tergolong sedang, terletak di antara dura dan pisife.

2.1.3 Morfologi Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena
tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan
kuartener. Akar primer tunbuh kebawah didalam tanah sampai batas permukaan

5
air tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartener tumbuh sejajar dengan
permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas atau
ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Disamping itu tumbuh pula akar
nafas yang timbul di atas permukaan air tanah atau didalam tanah. Penyebaran
akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas (Fauzi, dkk, 2003).
Besarnya batang berdiameter 20-75 cm, dan di perkebunan umumnya
45-60 cm, bahkan pangkal batang bisa lebih besar lagi pada tanaman tua.
Biasanya batang adalah tunggal (tidak bercabang) kecuali yang abnormal. Tinggi
batang bisa mencapai 20 m lebih, umumnya diperkebunan 15-18 m
(Sianturi, 1991).
Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat
mencapai 3-5 meter. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri kasar dan bulu-
bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat lebih dari 9 meter. Helai
anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang paling panjang dan
panjangnya dapat melebihi 1,20 meter. Jumlah anak daun dalam satu pelepah
daun adalah 100-160 pasang (Setyamidjaja, 1991).
Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan
(tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit
yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan bunga betina
terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak terlebih dahulu
daripada bunga betina. Karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan
bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik
dapat menerima tepung sari) adalah 3x24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna
hitam dan mengering (Sastrosayono, 2008).
Biji kelapa sawit mempunyai bagian: a). Endokarpium (kulit biji=
tempurung), berwarna hitam dan keras, b). Endosperm (kernel=daging biji)
berwarna putih dan dari bagian ini akan menghasilkan minyak inti sawit setelah
melalui ekstraksi, c). Lembaga atau embrio (Tim Penulis PS, 1997).

2.1.4 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit


1. Iklim

6
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar Lintang Utara-Lintang Selatan 12 derajat pada ketinggian 0-600 m dari
atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm per
tahun, tidak memiliki defisit air hujan agak merata sepanjang tahun. Temperatur
yang optimal 24-28 °C, terendah 18 °C dan tertinggi 32°C. Kelembaban 80% dan
penyinaran matahari 5-7 jam per hari. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik
untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan
menyebabkan tanaman baru goyang atau miring (Lubis, 1992).
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata
2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan
kering yang berkepanjangan. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa
sawit antara 80-90%. Faktor-faktor yang memepengaruhi kelembaban ini adalah
suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi
(Tim Penulis PS, 1997).
Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan naik menjadi 7 jam per hari untuk
beberapa bulan tertentu akan berpengaruh baik terhadap kelapa sawit. Lama
penyinaran ini terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi,
pembentukan bunga (sex-ratio) dan produksi buah (Setyamidjaja, 1991).

2. Tanah
Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti Podsolik, Latosol,
Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol dan Alluvial. Sifat fisik taanah antara lain:
- Solum yang dalam, lebih dari 80 cm. Solum yang tebal akan merupakan media
yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman
akan lebih baik,
- Tekstur lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-
40% lempung dan 20-50% liat,
- Struktur, perkembangannya kuat; konsistensi gembur sampai agak teguh dan
permeabilitas sedang,
- Gambut, kedalamannya 0-0,6 m,
-Laterite, tidak dijumpai,
(PTPN IV, 1996).

7
Kemasaman tanah idealnya adalah pH 5,5 yang baik adalah pH 4,0-6,0,
tetapi boleh juga digunakan pH 6,5-7. Tanah harus gembur dan drainase baik
sehingga aerasi juga baik (Sianturi, 1991).
Sifat fisik tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawit
daripada sifat kimianya. Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah
tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan
tanah dan kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman kelapa sawit
menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa
lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu 25-30%, datar serta
berdrainase baik (Tim Penulis PS, 1997).

3. Kompos TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit)


Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan kompos 27 % dari berat
tandan buah segar. TKKS ini sebagai limbah menjadi masalah dalam industri
minyak sawit. Limbah ini akan terus bertambah berkaitan dengan peningkatan
produksi minyak kelapa sawit atau meluasnya areal kelapa sawit. Teknologi
produksi kompos dari tandan kosong sawit (TKS) merupakan satu teknologi
pengolahan limbah yang sekaligus dapat mengatasi masalah limbah padat dan
limbah cair di PKS. Penempatan teknologi ini memungkinkan PKS untuk
menerapkan konsep zero waste yang berarti tidak ada lagi limbah padat dan
limbah cair yang dibuang (http://wuryan.wordpress.com, 2008).
Limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokkan menjadi dua, yaitu
limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari basis
pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan
berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Kandungan unsur hara kompos
yang berasal dari limbah kelapa sawit sekitar 0,4 % N; 0,029 sampai 0,05 %
P2O5; 0,15 sampai 0,2 % K2O. Setiap pengolahan 1 ton TBS akan menghasilkan
limbah pada berupa tandan kosong sawit (TKS) sebanyak 200 kg
(http://ditjenbun.deptan.go.id, 2010).
Selain minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber
pupuk kalium dan berpotensi untuk diproses menjadi pupuk organik melalui
fermentasi (pengomposan) aerob dengan penambahan mikroba alami yang akan

8
memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
mencapai 23 % dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut
sebagai alternatif pupuk organik sehingga memberikan manfaat lain dari sisi
ekonomi. Bagi perkebunan kelapa sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk
sintetis sampai dengan 50 %. Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang
dapat dilakukan, yaitu sebagai pupuk kompos, merupakan bahan organik yang
telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh
mikroorganisme. Kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan
antara lain :
- Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan.
- Membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman.
- Bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman.
- Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah.
- Dapat diaplikasikan pada sembarang musim.
Selain sebagai pupuk kompos TKKS juga sebagai pupuk kalium
karena abu tandan tersebut memiliki kandungan 30 - 40 % K2O, 7 %
P2O5, 9 % CaO, dan 3 % MgO (http://www.warintek.com, 2010).
Proses pengomposan TKS dimulai dengan pencacahan TKS dengan mesin
pencacah. TKS yang telah dicacah ditumpuk di atas lantai semen pada udara
terbuka atau dibawah atap. Tumpukan dibalik 3-5 kali seminggu dengan mesin
pembalik BAKHUS dan disiram dengan limbah cair PKS. Pada akhir
pengomposan yang berlangsung selama 6-8 minggu, kompos diayak dan dikemas
(http://wuryan.wordpress.com, 2008).

4. Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas
baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm dan berasal
dari areal pembibitan dan sekitarnya. Tanah yang digunakan harus memiliki
struktur yang baik, tekstur remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas
kontaminasi (hama dan penyakit khususnya cendawan Ganoderma, pelarut,
residu, bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat

9
dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak
melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan
pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 1,5-2 cm. preoses pengayakan
bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan
material lainnya (PPKS, 2008).
Sifat kimia tanah berpengaruh saat menentukan dosis pemupukan dan
kelas kesuburan tanah. Kekurangan unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan.
Dosis pemupukan harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur tanaman dan
kondisi tanahnya, misalnya tanah asam perlu ditambahkan kapur (Sunarko, 2009).
Pohon kelapa sawit harus dikembangkan dengan biji sejak tidak adanya
metode uniseksual yang cocok. Di Malaysia tempat benih berminyak dibuat dari
biji-biji sebelum kelapa sawit berkecambah di dalam kaleng atau tanah berpasir
2,5 cm dan berjarak 8 cm di dalam pasir dengan beberapa pori sekitarnya
(Hartmann, 1998).
Tanamlah benih dalam kantong plastik yang berukuran 20x10 cm yang
telah berisi tanah (top soil) yang subur dan gembur, yakinkan bahwa tunas ada di
bagian atas, sedang yang ada akarnya berada di bagian bawah (dalam tanah),
berikan pemulsaan dan siramlah dua kali sehari ketika udara kering. Kantong-
kantong plastik yang telah berisi benih itu ditempatkan berkumpul dalam keadaan
berdekatan untuk memudahkan pemeliharaan dan pengawasannya
(Kartasapoetra, 1988).

2.2 Tahapan Pembibitan Nusery


Pembibitan “Nursery” Adalah kegiatan pembibitan atau persemaian,
tempat pertumbuhan sementara agar bayi tanaman tidak kaget dengan kodisi alam
aslinya. Dengan nursery dapat mengurangi resiko kematian tanaman.
Kegiatan di pembibitan merupakan kegiatan awal di lapangan dari
kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci
pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan.
Pembibitan dapat di lakukan dengan jenis tanaman atau dengan jenis
tanaman itu sendiri, karena tanaman ada yang cocok dengan metode persemaian
dan ada yang tidak cocok. Contoh pembibitan secara langsung, berupa tanama

10
yang berbentuk biji-bijian, pembibitan atau persemaian tidak perlu di lakukan,
benih bisa langsung di tanam karena berukuran besar. Apabila benih yang
terbilang banyak maka tanaman di sarankan melakukan persemaian.
Pemindahan “penanaman bibit” berupa semai dari persemaian ke lapangan
dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat (siap
ditanam), misalnya untuk Pinus merkusii setelah tinggi semai antara 20-30 cm
atau umur semai 8 – 10 bulan.
Pengadaan bibit/semai melalui persemaian yang dimulai sejak penaburan
benih merupakan cara yang lebih menjamin keberhasilan penanaman di lapangan.
Selain pengawasannya mudah, penggunaan benih-benih lebih dapat dihemat dan
juga kualitas semai yang akan ditanam di lapangan lebih terjamin bila
dibandingkan dengan cara menanam benih langsung di lapangan.
Budidaya kelapa sawit menganut sistem pembibitan (nursery) sebanyak dua tahap
yaitu pre-nursery dan main-nursery. Secara singkat, pre-nursery merupakan
pembibitan tahap awal sedangkan main-nursery adalah pembibitan tahap utama.
Penjelasan lebih lanjut mengenai kedua macam sistem pembibitan tersebut akan
kami jelaskan secara lengkap di bawah ini.
Pada budidaya kelapa sawit, pembibitan bertujuan untuk mendapatkan
bibit-bibit kelapa sawit berkualitas unggulan. Bibit ini ditumbuhkan dari buah
kelapa sawit yang sudah diolah sedemikian rupa dan berubah menjadi kecambah.
Setelah itu barulah pembibitan memasuki tahap pre-nursery lalu berlanjut ke tahap
main-nursery.

1. Tahap Pembibitan Pre-nursery


Tahap pembibitan pre-nursery ialah tahap pengembangbiakan kecambah
kelapa sawit menjadi bibit berukuran kecil. Lama waktu tahapan ini berlangsung
antara 2-3 bulan. Adapun tujuan sistem pembibitan prenursery ini yaitu
mempermudah pemantauan awal sehingga tingkat pertumbuhan sawit dan
kondisinya terjaga.
Untuk melaksanakan pembibitan pre-nursery, kecambah kelapa sawit
ditanam pada polybag berjenis black UV stabilized yang telah diisi campuran
tanah lapisan top soil dan pupuk fosfor (P). Polybag tersebut berukuran 14 x 25 x

11
0,1 cm dan memiliki 250 lubang. Sedangkan ukuran seeding bed adalah 10 x 1,2
m dengan daya tampung setiap bed mencapai 1.000 kecambah. Kebutuhan air
masing-masing bibit pada tahap prenursery ini yaitu 0,1-0,3 liter/hari.

2. Tahap Pembibitan Main-nursery


Bibit kelapa sawit yang sudah berusia lebih dari 3 bulan selanjutnya akan
memasuki tahap pembibitan main-nursery. Tahap ini berlangsung selama 10-12
bulan. Pembibitan utama (main-nursery) bertujuan untuk menghasilkan bibit-bibit
kelapa sawit yang siap ditanam di lahan terbuka.
Berbeda dengan tempat pembibitan prenursery yang sebaiknya dipilih
dekat dengan pemukiman, pada tahan pembibitan main-nursery, pemilihan
tempatnya lebih baik dekat dengan kebun budidaya. Area yang dipakai memiliki
permukaan rata, bebas banjir, serta suci dari hama dan penyakit. Lokasi
pembibitan kelapa sawit main-nursery juga seyogyanya dekat dengan sumber air
dan sudah dilengkapi sistem drainase yang baik.

2.3 Pemupukan Bibit Nursery

Dalam kehidupan sehari-hari istilah pupuk adalah suatu bahan yang


digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Sedang pemupukan adalah
penambahan bahan tertentu kedalam tanah agar tanah tersebut menjadi subur.
Oleh karena itu pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penambahan zat
hara suatu media tertentu untuk dipergunakan pada organism tertentu dalam
pertumbuhannya. Dalam arti luas pemupukan sebenarnya adalah penambahan
bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah (Ziddu,2012).
Pemupukan merupakan salah satu faktor utama yang menetukan
produktivitas tanaman. Ketersediaan pupuk secara tepat dosis tepat waktu sering
menjadi masalah bagi perkebun kelapa sawit. Dalam hal ini pemakaian pupuk
majemuk merupakan salah satu alternatif untuk menjamin penyediaan seluruh
hara secara tepat waktu dan seimbang didalam tanah (Ziddu, 2012).
Pupuk yang diberikan pada pembibitan prenursery adalah : pupuk urea
12gr/6 liter air untuk 10 bibit, pemupukan majemuk 2,5 kg/polybag dan dengan
frekuensi seminggu sekali.

12
Tabel. Dosis pemupukan
Umur/minggu NPK UREA
4 2 gr
5 2 gr
6 2 gr
7 2 gr
8 2 gr
9 2 gr
10 2 gr
11 2 gr
12 2 gr

Pemupukan dibibitan utama secara rutin harus mengikuti pedoman umum


rekomendasi pemupukan bibit kelapa sawit dipembibitan. Pemupukan pada fase
ini menggunakan ppuk majemuk NPK Mg 15-15-6-4 % dan 12-12-17-2%.
Tabel. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan pada saat bibit berada pada
tahap mainursery, yaitu :
Umur (Minggu) Jenis dan dosis pupuk (gr/bibit)
15-15-6-4 12-12-17-2 Kiserit
Mainnursery
14 2.5 - -
16 5 - -
18 7,5 - -
20 10 - -
22 10 - -
24 - 10 -
26 - 10 5,0
28 - 10 -
30 - 10 5,0
32 - 10 -
34 - 15 7,5
36 - 15 -
38 - 15 7,5
40 - 15 -
42 - 20 10
44 - 20 -

13
46 - 20 10
48 - 20 -
Cara pengaplikasian pupuk pada setiap umur berbeda, adapun caranya
sebagai berikut :
1. Bibit kecil
Pemberian larutan pupuk pada tahap pertama, larutkan 8 gram untuk bulan
pertama, 16 gram untuk bulan kedua dan 24 gram untuk usia bulan ketiga NPK
15/15/6/4 kedalam 5 liter air untuk 100 bibit. Jadi, pemupukan dilakukan
seminggu sekali. Pengaplikasian sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
gembor. Bibit harus disiram 10 menit setelah aplikasi pupuk agar daun tidak
‘terbakar’. Bibit dipindahkan ke polybag besar pada umur 13 minggu. Jika
pemindahan tertunda, lanjutkan pemupukan mingguan dengan menggunakan
dosis umur 3 bulan.

2. Bibit besar
Taburkan di sisi terjauh dalam polibag pupuk NPK 12/12/17/2 sebanyak
10 gram per pokok setiap bulannya, sampai bibit berumur 12 bulan. Jika setelah
penyiraman terlihat ada pupuk yang mendekati pangkal batang, maka harus
dijauhkan, untuk mencegah terbakarnya batang karena sifat panas pupuk.
Jika bibit tidak ditanam ke lapangan setelah umur satu tahun (misalnya
untuk sisipan/ APM), lanjutkan pemupukan dengan NPK 12/12/17/2 sebanyak 10
gram setiap bulan dan 20 gram kieserite setiap dua bulan

3. Bibit besar yang menggunakan dasar aplikasi tanah berpupuk kandang.


Tidak ada pemberian pupuk selama 4 bulan pertama. Setelah itu ikuti
jadwal pemupukan seperti pada pasal B. Jika bibit telah berumur 1 tahun belum
dipindah ke lapangan, lanjutkan pemupukan dengan dosis 10 gram NPK
12/12/17/2 setiap dua bulan perpokok.

14
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum di laksanakan pada jam 13.30 WIB s/d selesai, tanggal 28
September 2018 s/d 16 November 2018, di kebun percobaan Universitas
Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan pada pemeliharaan bibit kelapa sawit di pembibitan
utama adalah bibit sawit, air.
Alat yang digunakan dalam pemeliharaan bibit sawit di pembibitan utama
adalah meteran, pena, buku.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Menghitung Tinggi Bibit
a. Dalam meghitung ( mengukur ) tinggi bibit ini kita lakukan satu kali dalam
seminggu selama delapan minggu berturut – turut.
b. Yang pertama kali kita lakukan dalam melakukan pengukuran tinggi bibit
tanamaan kelapa sawit adalah menyiapkan empat sampel kelapa sawit,
meteran, pena, buku.
c. Setelah itu barulah kita melakukan pengukuran tinggi batang pada 4
sampel kelapa sawit tersebut. Dengan cara mengkuncupkan daun kelapa
sawit agar memudahkan kita untuk mengukur tinggi kelapa sawit. Lakukan
cara kerja tersebut sampai pada sampel bibit kelapa sawit keempat.
d. Lalu catat hasil dari pengukuran tinggi kelapa sawit.
3.3.2 Menghitung Jumlah Daun
a. Yang pertama kali kita hitung jumlah daun lanceolate, perhitungan daun
lanceolate ini juga kita lakukan sekali dalam seminggu selama delapan
minggu berturut – turut.
b. Selanjutnya kita hitung daun bifurcate perhitungan daun bifurcate juga kita
hitung sekali dalam seminggu selama delapan minggu berturut.

15
c. Dalam perhitungan daun pinnate tidak dilakukan karena pada bibit kelapaa
sawit belum ada daun pinnate.
3.3.3 Menghitung Jumlah Daun Total
a. Dalam menghitung jumlah daun total kita lakukan setelah mendapatkan
jumlah daun lanceolate dan daun bifurcate.
b. Setelah mendapatkan jumlah daun lanceolate dan daun bifurcate barulah
kita mendapatkan jumlah daun total.
c. Setelah mendapatkan jumlah daun total catat untuk mendapatkan data
jumlah daun total.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Tinggi Bibit
No. Bibit Tinggi Tanaman (cm) Pada Pengamatan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-rata
1 81,5 82 81 83,5 84,5 85 85 80 82.81

2 88,5 81 83 85,5 87,5 91 91 89 87.06


3 80 82 88 88,5 89,3 92 91 91 87.72

4 73 73,5 74 78 79 80,5 84 86 78.5


Rata-rata 80.75 79.62 81.5 83.87 85,07 87.12 87.15 86.5

4.1.2. Jumlah Daun Total


No. Bibit Jumlah Daun Total Pada Pengamatan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-rata
1 9 9 9 10 10 10 11 13 10,125
2 11 11 11 12 12 12 13 13 11,875
3 15 15 15 15 15 15 13 13 14,5
4 10 10 10 10 10 11 11 11 10,375
Rata-rata 11,25 11,25 11,25 11,75 11,75 12 12 12.5

4.1.3. Jumlah Daun Lanceolate


No. Bibit Jumlah Daun Lanceolate Pada Pengamatan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-rata
1 4 4 4 3 2 3 4 4 3,5
2 2 2 2 2 2 3 3 2 2,25
3 6 6 6 5 4 3 3 4 4,623
4 2 2 2 1 1 2 2 2 1,75
Rata-rata 3,5 3,5 3,5 2,75 2,25 2,75 3 3

17
4.1.4 Jumlah Daun Bifurcate
No. Bibit Jumlah Daun Bifurcate Pada Pengamatan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-rata
1 5 5 5 7 8 7 7 7 6,375
2 9 9 9 10 10 9 10 11 9,625
3 9 9 9 10 11 12 10 9 9,875
4 8 8 8 9 9 9 9 9 8,625
Rata-rata 7,75 7,75 7,75 9 9,5 9,25 9 9

4.1.5 Jumlah Daun Pinnate


No. Bibit Jumlah Daun Pinnate Pada Pengamatan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-rata
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4.2 Pembahasan
Kelapa sawit adalah tanaman berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai
24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping.
Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping
atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Untuk praktikum yang dilakukan yaitu
dengan mengamati dan menghitung tinggi tanaman sawit, jumlah total daun, dan
perhitungan masing-masing jenis daun pada tanaman sawit yaitu daun lanceolate,
bifurcate dan pinnate.
Untuk pengamatan tinggi pada kelapa sawit digunakan 4 buah tanaman
sawit yang akan diamati masing-masing tanaman diukur setiap minggunya untuk
melihat apakah pertumbuhan tinggi pada tanaman. Untuk pengamatan pada semua
pohon sawit setiap minggunya mengalami naik turun ketinggian. Pada setiap
minggunya tanaman yang diamati mengalamai penurunan tinggi. Hal tersebut
terjadi karena bagian daun ada yang terserang hama dan penyakit sehingga bagian
ujung tanaman mengalami kematian hingga terlepas dari pohon. Sehingga hal
tersebut membuat tinggi pohon mengalami penurunan. Untuk rata-rata

18
pertumbuhan masing-masing 4 tanaman sawit yang diamati hampir memiliki
tinggi yang sama yaitu rata-rata tinggi masing-masing tanaman sawit berturut-
turut tanaman pertama yaitu 82,81, tanaman kedua yaitu 87,06, tanaman ketiga
yaitu 87,72 dan pada tanaman keempat 78,8.
Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut
tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya lingkungan,
fisiologis dan genetika tanaman. Menurut Syukur Makmur Sitompul dan
Bambang Guritno (1995) menyatakan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran
tanaman yang sering diamati baik sebagai indicator pertumbuhan maupun sebagai
parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan. Namun, pada praktikum yang dilakukan masing-masing tanaman
tidak dilakukan perlakuan khusus.
Jika dibandingkan pengukuran tinggi pada minggu pertama dengan
minggu kedelapan tampak kurang peningkatan signifikan pada tinggi tanaman.
Hal tersebut mungkin berpengaruh terhadap perawatan yang dilakukan pada
tanaman sawit. Perawat yang dilakukan pada saat praktikum hanya penyiraman
yang dilakukan 2 kali sehari dengan waktu pagi dan soreh hari. Sedangkan
kegiatan pemupukan tidak dilakukan. Soewandita (2003) yang menyatakan bahwa
meningkatnya ketersediaan hara dalam tanah akibat penambahan pupuk organik
dan anorganik akan merangasang pertumbuhan vegetatif menjadi lebih baik.
Unsur hara yang telah terikat oleh beriket gliricidae akan mempermudah akar
dalam penyerapannya sehingga kebutuhan unsur hara tercukupi. Dari pernyataan
tersebut dapat dikatakan bahwa sawit yang diamati tidak mengalami peningkatan
tinggi dikarenakan tidak ada pemberin pupuk pada tanaman sawit tersebut.
Daun merupakan organ yang penting bagi tanaman dimana daun
mempunyai organ yang dapat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman
maupun sebagai cadangan makanan. Proses yang terjadi diantaranya proses
fotosintesis dimana dalam pengolahannya menggunakan sinar matahari sebagai
sumber energi selain itu juga di dalam bagian daun terdapat klorofil yang akan
berinteraksi dalam proses fotosintesis. Semakin banyak daun maka akan semakin
banyak proses fotosintesis dan akan semakin banyak makanan yang diproduksi.

19
Dari hasil pengamatan jumlah daun yang terhitung yaitu jumlah total daun
yang didalamnya terdapat jenis daun yaitu daun lanceolate, bifurcate dan pinnate.
Daun lanciolate adalah daun pertama yang keluar pada stadium benih. Jumlah
daun lanceolate pada masing-masing tanaman terdapat peningkatan dan
penurunan setiap minggunya. Hal tersebut karena ada daun yang sudah terlepas
dan ada pula daun yang tumbuh baru.
Daun bifurcate adalah daun yang dimana masing-masing pelepah masih
berlengketan. Untuk jumlah daun bifurcate setiap minggunya mengalami
peningkatan. Kecuali pada tanaman 1 dan 3 yang pada akhir pengamatan
mengalami penurunan jumlah daun befurcate bukan karena berubah menjadi daun
pinnate melainkan ada daun yang sudah cukup tuan dan terlepas.
Untuk pengamatan daun pinnate tidak didapatkan hasil apaun pada setiap
tanaman yang diamati. Hal tersebut dikarenakan setiap belum ada daun yang
mekar sesuai dengan syarat daun tersebut disebut sebgai daun pinnate. Karena
daun pinnate sendiri adalah saun yang keseluruhan helaian daun sudah tidak ada
yang berlengketan.
Untuk total daun pada tanaman pertama pada minngu kedelapan
yaitu persentasinya dari daun lanceolate sebesar 30,77 % dan dari daun befurcate
sebesar 69,23 %. Dan pada taaman kedua jumlah total daun pada minggu
kedelapan berasal dari daun lanceolate sebesar 15,28 % dan dari daun befurcate
sebesar 84 %. Pada tanaman ketiga yaitu daun lanceolate sebesar 30,77 % dan dari
daun befurcate sebesar 69,23 %. Dan pada tanaman keempat jumlah daun total
dari daun lanceolate sebesar 18,18 % dan dari daun befurcate sebesar 81,82 %.

20
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut
tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya lingkungan,
fisiologis dan genetika tanaman. Menurut Syukur Makmur Sitompul dan
Bambang Guritno (1995) menyatakan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran
tanaman yang sering diamati baik sebagai indicator pertumbuhan maupun sebagai
parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan. Namun, pada praktikum yang dilakukan masing-masing tanaman
tidak dilakukan perlakuan khusus.
Pada pratikum yang telah dilakukan mahasiswa telah dapat melakukan
pengukuran sawit secara teratur setiap minggunya. Selain itu mahasiswa juga
telah terampil dalam membedakan antara daun lanceolate, bifurcate dan pinnate.
Dalam teknik pemupukan pada kelapa sawit dilakukan secara berkala.
5.2 Saran
Jadi dalam melakukan pratikum budidaya tanamaan sawit kita mempunyai
tahapan – tahapan, untuk itu kita harus tau teknik atau apa yang harus kita lakukan
sebelum pratikum dengan membaca penuntun pratikum terlebih dahulu untuk
mendapatkan hasil pratikum yang baik.

21
DAFTAR PUSTAKA
Wawan, P. 2011. “Budidaya Kelapa Sawit : Pembibitan Kelapa Sawit”. Diakses
pada tanggal 06 Desember 2018 dari :
https://puputwawan.wordpress.com/2011/06/25/budidaya-kelapa-sawit-
pembibitan-kelapa-sawit/
Cahyadi, T.D. 2012. “Deskripsi Tanaman Kelapa Sawit”. Diakses pada tanggal 06
Desemhber 2018 dari :
http://teguhdwicahyadithp.blogspot.com/2012/07/deskripsi-kelapa-
sawit.html
Zainal, abidin. 2015. “Jenis-Jenis Kelapa Sawit” Diakses pada tanggal 09
Desember 2018 dari :
klpswt.blogspot.com/2015/08/jenis-jenis-kelapa-sawit-dura-
pisifera.html?m=1
Zenzen, zhainudhin. 2015. “Pengertian Pembibitan” Diakses pada tanggal 09
Desember 2018 dari :
https://googleweblight.com/i?u=https://www.agrotani.com/nursery-
adalah/&hl=id-ID
Zainal,Abidin. 2015. “Pembibitan Kelapa Sawit” Diakses pada tanggal 09
Desember 2018 dari :
klpswt.blogspot.com/2015/11/pembibitan-kelapa-sawit-pre-nursery-
dan.html?m=1

22
LAMPIRAN

23
24

Anda mungkin juga menyukai