PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi satu diantara tugas Mata Kuliah Metode Penelitian
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya Lah saya dapat menyelesaikan tugas proposal dengan judul Analisis Tingkat Resiko
Bagi Pelaku Agribisnis Kelapa Sawit di Desa Guhung Kecamatan Belimbing Kabupaten Melawi
ini dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada para pihak yang telah
banyak memberikan referensi, dukungan dan bantuan hingga terselesaikannya pembuatan
proposal ini, diantaranya:
1. Dosen pembimbing mata kuliah Metode Penelitian yaitu Ibu Dr. Nurliza, Sp, MM.
Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Penelitian. Dengan
tujuan, agar dapat menambah wawasan kita semua mengenai seberapa besarnya Tingkat Resiko
Bagi Pelaku Agribisnis Kelapa Sawit di Desa Guhung Kecamatan Belimbing Kabupaten Melawi.
Saya menyadari dengan sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna
disebabkan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik yang dapat membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya saya berharap semoga dengan makalah ini dapat memberikan berbagai manfaat
bagi pembelajaran kita semua.
Peneliti,
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
agribisnis kelapa sawit. Dalam buku ini digambarkan prospek pengembangan agribisnis saat
ini hingga tahun 2010 dan arah pengembangan hingga tahun 2025. Masyarakat luas,
khususnya petani, pengusaha, dan pemerintah dapat menggunakan buku ini sebagai acuan.
Masyarakat pada saat ini lebih memilih tanaman kelapa sawit dibandingkan dengan
tanaman perkebunan lain seperti kakao maupun karet dikarenakan tanaman kelapa sawit lebih
tahan terhadap serangan penyakit dibandingkan dengan tanaman-tanaman perkebunan lain.
Hal inilah yang menyebapkan petani lebih memilih kelapa sawit menjadi tanaman utama
dalam usahatani yang mereka jalankan. Dalam peraktek usahatani, walaupun telah memiliki
pengalaman panjang dalam bertani untuk komoditas pertanian, namun petani tidak selalu
dapat mencapai tingkat efisiensi dan produktifitas seperti yang diharapkan. Hal ini disebakan
oleh hasil yang dicapai pada dasarnya merupakan resultan bekerjanya, demikian banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dalam usahatani, baik yang dapat dikendalikan (internal)
maupun faktor yang tidak dapat dikendalikan (eksternal).
Rata-rata produksi/Ha kelapa sawit di Desa Guhung megalami penurunan produksi pada
bulan 4 dan akan mengalami kenaikan kembali pada bulan 12, adanya fluktuasi hasil produksi
tersebut menunjukan bahwa terdapat resiko didalam menjalankan usahatani kelapa sawit di
Desa Guhung. Berdasarkan uraian diatas penulis melakukan penelitian berjudul “Analisis
Tingkat Resiko Bagi Pelaku Agribisnis Kelapa Sawit (studi kasus: Desa Guhung, Kecamatan
Belimbing, Kabupaten Melawi)”.
2
2. Untuk mengetahui gambaran biaya, produksi dan pendapatan usahatani kelapa sawit di
Desa Guhung ditinjau dari resikonya.
3. Untuk mengetahui perilaku petani dalam mengatasi resiko usahatani kelapa sawit di Desa
Guhung.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa Sawit berasal dari Negara Afrika Barat dan merupakan tumbuhan tropis yang
tergolong family palmae. Tanaman ini bisa berkembang baik diluar daerah asalnya seperti di
Indonesia. Tanaman ini diusahakan sekala besar sebagai perkebunan besar dan perkebunan
rakyat. Tanaman ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Colonial Belanda tahun
1848. (Yan Fauzi, Yustina E Widyastuti, Iman Satyawibawa, 2002). Kelapa sawit merupakan
tumbuhan industri sebagai bahan baku penghasil minyak masak, minyak industri, maupun
bahan bakar. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatera, Jawa, Kalimantan,
dan Sulawesi. Tanaman kelapa sawit baru mulai dibudayakan pada tahun 1911. Varietas
kelapa sawit memiliki ciri daun yang mirip dengan daun kelapa yaitu membentuk susunan
daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun tersebut membentuk satu
pelepah yang pajangnya dapat mencapai 8-9 meter pada tanaman dewasa. Daun muda yang
masih kuncup berwarna kuning pucat, dan berubah menjadi semakin hijau seiring
bertambahya usia (Yan Fauzi, Yustina E Widyastuti, Iman Satyawibawa, 2002) (Nasamsir
and Indrayadi, 2016).
Kelapa sawit adalah tumbuhan industri/ perkebunan yang berguna sebagai penghasil
minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Pohon kelapa sawit terdiri dari dua
spesies yaitu elaeis guineensis dan elaeis oleifera yang digunakan untuk pertanian komersil
dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.
4
a. Bibit Kelapa Sawit
Di dalam usahatani kelapa sawit, masyarakat di Desa Guhung banyak yang mengunakan
bibit yang berasal dari PPKS atau pusat penelitian kelapa sawit yang berbentuk kecambah dan
ada juga petani mengunakan bibit cabutan atau bibit yang di kecambah sendiri dengan jenis
dan kualitas dari bibit itu sendiri belum jelas dan diketahui.
b. Lahan
Lahan merupakan faktor produksi penting, seperti kriteria lahan di Desa Guhung dengan
tanaman kelapa sawit, hingga luas lahan yang akan dijalankan. Dalam usahatani kelapa sawit,
lahan yang dipakai sebagai usahatani sebgian ialah lahan milik pribadi masyarakat setempat,
dengan luas rata-rata 1-2 Hektar bahkan lebih. Lahan ini diperoleh petani dari hasil pembukaan
lahan dan membelinya dari petani-petani lain.
c. Tenaga Kerja
Dalam usahatani kelapa sawit tenaga kerja merupakan faktor penting. Kegitan pada saat
berusahatani kelapa sawit terdiri dari bagian pada tanaman yang belum menghasilkan (TBM),
tanaman yang sudah Menghasilkan (TM). Dalam kegiatan ini meliputi pembukaan lahan,
penanaman bibit dan perawatan terhadap tanaman. Pada kegiatan tanaman belum
menghasilkan (TBM) tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit dengan tenaga kerja pada
kegiatan tanaman menghasilkan (TM). Perawatan pada tanaman menghasilakn (TM)
diantaranya adalah kegiatan pembersihan, penyemprotan, pemupukan, pemanenan, pruning
dan sebagainya.
d. Pupuk
Dalam usahatani tanaman kelapa sawit, jenis pupuk yang digunakan sangat banyak baik
dari segi jenis maupun dari segi bentuk. Pada umumnya tanaman kelapa sawit mengunakan
pupuk tunggal serta majemuk. Untuk jenis-jenis pada pupuk tunggal yang digunakan antara
lain yaitu ZA, KCL, Sp-36 dan Urea. Untuk pupuk majemuk yang digunakan adalah NPK,
Mahkota, Mutiara dan Phonska. Selain pupuk kimia tersebut juga mengunakan pupuk
alami/organic seperti petroganik, tandan kosong (Tankos) dan pupuk cairan. Pemupukan pada
umumnya dilakukan sebanyak 4 bulan sekali (3 kali pemupukan dalam satu Tahun).
5
e. Herbisida
Usahatani kelapa sawit di Desa Guhung mengunakan herbisiada dengan jenis herbisida
sistematik dan kontak. Herbisida Sistematik mengunakan glifosat 480 SL dapat memusnakan
Gulma berdauan sempit seperti Alang-alang diantaranya adalah Roundup, kleen up, Grasso
dan Supremo. Untuk herbisida kontak yang dipakai ialah jenis Parakuwat 278 SL untuk gulma
yang lebih mudah dimusnakan seperti pakis-pakisan adalah Gramoxone dan Supretox.
f. Produksi
Teori produksi adalah analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang produsen atau
pengusaha dalam teknologi tertentu memilih dan mengombinasikan berbagai macam faktor
produksi untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu dengan seefisien mungkin. Produksi
adalah suatu kegiatan antara faktor-faktor produksi dan capaian tingkat produksi yang
dihasilkan, dimana faktor tersebut sering disebut output.
Produksi pertanian adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberpa faktor
produksi sekaligus. Produksi pertanian yaitu suatu hasil yang diperoleh dalam lahan pertanian
dalam waktu tertentu biasanya diukur dalam satuan berat ton atau kg menandakan besar
potensi komoditi pertanian. Produksi kelapa sawit adalah produksi total kelapa sawit (ton/ha).
Sedangkan proses produksi adalah serangkaian kegiatan yang meliputi seluruh tahapan
kegiatan produksi barang atau jasa dari awal hingga akhir kegiatan yaitu produk dapat
dihasilkan. Contoh dari proses produksi antara lain yaitu pengadaan sarana produksi,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengelolaan, dan pemasaran.
Hasil akhir dari produksi yang dilakukan produsen adalah barang atau jasa yang disebut
dengan produk (output). Pada bidang pertanian, jumlah produk yang dihasilkan dari tiap
satuan lahan disebut hasil, sementara itu produk yang diperoleh dari suatu wilayah dari kurun
waktu tertentu disebut produksi. Faktor-faktor dalam produksi digolongkan menjadi dua
faktor yaitu:
1. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, resiko dan sebagainya.
2. Faktor biologis seperti lahan dengan berbagai kesuburan benih, pupuk yang diberikan,
pestisida dan sebagainya.
6
2.2 Penelitian Terdahulu Resiko Usahatani Kelapa Sawit
Pertanian merupakan salah satu jenis usaha yang memiliki tingkat resiko sangat tinggi.
Resiko dalam kegiatan pertanian dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu sumber daya
manusia dan sumber daya alam. Resiko sumber daya manusia berasal dari perbedaan
kemampuan manajerial petani dalam menjalankan usahatani. Kemampuan manajerial petani
mempengaruhi tingkat efisiensi, baik secara teknis maupun alokatif dari usahatani yang
dijalankan. Resiko berupa kemampuan manajerial petani dapat diatasi melalui sistem
pembelajaran terpadu seperti pengenalan teknologi terbaru dan kegiatan penyuluhan
pertanian.
Sedangkan faktor berupa sumberdaya alam dipengaruhi oleh kondisi alam sekitar.
Kondisi alam sekitar merupakan sumber resiko usahatani yang sulit untuk dikendalikan. Salah
satu kondisi alam yang menyebabkan peningkatan resiko pada sektor pertanian ialah
perubahan iklim (Asmara, dkk. 2018).
Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal panen,
rendahnya produktivitas, kerusakan pada tanaman yang ditimbulkan oleh serangan hama dan
penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.
Ada beberapa resiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat menurunkan tingkat
pendapatan petani yaitu:
1. Resiko produksi pada sektor pertanian jauh lebih tinggi jika disamakan dengan sektor yang
bukan pertanian, Fluktuasi hasil produksi dalam pertanian dapat disebabkan karena
kejadian yang tidak terkontrol. Biasanya disebabkan oleh kondisi alam yang ekstrim
seperti curah hujan, iklim, cuaca, serangan hama dan penyakit. Produksi juga harus
memperhatikan teknologi tepat guna untuk memaksimumkan keuntungan dari hasil
produksi agar produksi menjadi optimal.
2. Resiko harga dapat dipengaruhi oleh perubahan harga produksi atau input yang digunakan.
Resiko ini muncul ketika proses produksi sudah berjalan. Resiko ini lebih disebabkan oleh
proses produksi dalam jangka waktu lama pada pertanian, sehingga kebutuhan akan input
setiap periode memiliki harga yang berbeda.
3. Resiko Institusi atau kelembagaan mempengaruhi hasil pertanian melalui kebijakan dan
peraturan. Kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan proses produksi, distribusi dan
harga input-output dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan produksi petani.
4. Resiko manusia ini disebabkan oleh tingkah laku manusia dalam melakukan proses
produksi. Sumberdaya manusia perlu diperhatikan untuk menghasilkan output optimal.
7
Moral manusia dapat menimbulkan kerugian seperti adanya kelalaian, sehingga
menimbulkan kebakaran, pencurian, dan rusaknya fasilitas produksi.
5. Resiko teknologi, pada sektor pertanian karna petani tidak paham dan tidak terampil atau
gagal dalam menerapakan teknologi baru. Teknologi memiliki peran yang penting dalam
resiko pertanian, pengaplikasian yang cepat dari adanya varietas tanaman baru ataupun
teknik produksi dapat meningkatakn produktivitas dan menurunkan resiko.
8
Ketidakpastian ini menimbulkan adanya risiko yang berupa risiko produksi dan pendapatan
sehingga akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh petani.
Untuk lebih jelasnya gambaran dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada skema
kerangka pemikiran gambar berikut:
Petani
9
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif.
1. Data kualitatif merupakan data yang dapat dinyatakan dalam bentuk bukan angka, misalnya
jenis pupuk yang digunakan, status lahan, risiko-risiko yang dihadapi petani dan data lain
yang berbentuk bukan angka.
2. Data kuantitatif merupakan suatu data yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka,
misalnya usia seseorang, jumlah produksi, dan lain sebagainya.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder.
1. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden menggunakan kuisioner
yaitu petani (anggota kelompok tani). Responden dalam penelitian ini difokuskan pada petani
kelapa sawit.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait degan
penelitian ini. Sumber dari data sekunder ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Melawi Data tersebut adalah jumlah produksi kelapa sawit di kabupaten Melawi.
10
b) Wawancara, yaitu percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yag
mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan
dengan menggunakan instrumen/menggunakan kuesioner yang telah disiapkan.
c) Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari dokumen-dokumen atau
segala sumber terkait dengan cara studi kepustakaan serta pengambilan gambar berupa foto-
foto.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode sampel acak sederhana atau
simple random sampling. Untuk mendapatkan sampel, langsung dilakukan random pada unit
sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi terkecil, memperoleh
peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, diketahui jumlah populasi petani kelapa sawit
di Desa Guhung, Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi sebanyak 180 orang. Dilihat dari
kemampuan tenaga, dana dan waktu peneliti maka jumlah sampel yang diambil yaitu 12 %
dari jumlah petani yaitu sebanyak 28 orang.
Untuk mencapai tujuan penelitian, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu digunakan analisis deskriptif kuantitatif, yaitu mengidentifikasi risiko-risiko usahatani
kelapa sawit menggunakan data dari hasil wawancara petani responden di Desa Guhung
terkait tentang biaya-biaya produksi, produksi, panen, proses pengangkutan TBS (Tandan
Buah Segar) kelapa sawit ke pabrik hingga harga jual TBS kelapa sawit. Pada penelitian ini,
produksi dan pendapatan menggunakan data mulai proses pemupukan hingga proses
penjualan TBS.
11
1. Petani kelapa sawit adalah petani di Desa Guhung, Kecamatan Belimbing, Kabupaten
Melawi yang mengusahakan tanaman kelapa sawit sebagai tanaman utama.
2. Usahatani kelapa sawit dalah kegiatan petani dalam mengusahakan lahannya menjadi lahan
produktif yang menghasilkan buah mentah dari tanaman kelapa sawit. Usahatani yang
dilakukan dimulai dari pemupukan hingga penjualan Tandan Buah Segar (TBS) dalam satu
tahun.
3. Risiko petani yang dihitung adalah risiko produksi dan pendapatan berdasarkan nilai rata-
rata petani dengan menggunakan analisis koefisen variansi deskriptif. Dimana risiko produksi
membutuhkan data jumlah produksi petani, sementara pendapatan membutuhkan data dari
penerimaan petani dikurangi dengan total biaya-biaya pengeluaran selama melakukan
usahatani.
4. Pendapatan adalah pendapatan yang diterima petani pada tanaman menghasilkan (TM)
yaitu tanaman yang berumur lebih dari 3 tahun. Dimana nilai penerimaan dikurangi dengan
total biaya dalam satu tahun produksi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
5. Mengurangi risiko adalah suatu tindakan yang perlu dilakukan petani kelapa sawit di Desa
Guhung, Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi agar dapat mengurangi dampak dari
suatu kejadian yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan pendapatan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi,Y,Yustina Ew,imam,S Rudi. H 2003. Kelapa sawit. Budidaya pemanfaatan hasil dan limbah,
analasis usaha dan pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lifianthi, Oktarina S, dan Aryani D, 2014, perbandingan kontribusi pendapatan dan pengeluaran
konsumsi petani plasma kelapa sawit di dua tipologi lahan di Sumatra selatan.
Nasamsir And Indrayadi, M. (2016). Karakteristik Fisik dan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) pada Tiga Agroekologi Lahan Program Studi Agroteknologi.
Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Alviany, Yulia. 2013. Analisis Manajemen Risiko Usahatani Mangga Di Kabupaten Indramayu
Jawa Barat (Kasus: Petani Buah Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang-Kabupaten
Indramayu). Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Aprilia, Anggi. 2016. Pola Kemitraan PT Unggul Widya Teknologi Lestari dengan Petani Kelapa
Sawit. Skripsi. Makassar: Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Aprizal, 2013. Skripsi. Analisis Daya Saing Usahatani Kelapa Sawit Kabupaten Mukomuko.
Universitas Bengkulu. Bengkulu
13