1. Muhammad Azani
2. Febriyahsyah
3. Fezi Hakiki
FAKULTAS PERTANIAN
MATARAM 2021
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknologi
Pembuatan Stik Talas”
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan proposal ini, dan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah membantu
mendukung pembuatan proposal ini.
Kami sadari bahwa dalam proses penulisan proposal ini masih ada kekurangan, baik dari
segi materi maupun penulisannya. Namun demikian kami telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik dalam
penulisan ini.
Oleh karena itu dengan rendah hati dan tangan terbuka kami menerima masukan dan
usulan untuk penyempurnaan proposal ini. Akhirnya kami berharap proposal ini dapat
berguna bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii
iii
BAB I. PENDAHULUAN
Di zaman modern ini kita memasuki era globalisasi yang menawarkan banyak hal-hal
yang instan, tidak terkecuali makanan. Proses yang instan inilah yang cenderung
menurunkan kualitas makanan. Meski begitu populernya makanan-makanan instan
menyebabkan beberapa makanan tradisional sering terabaikan dan menurun jumlahnya di
pasaran. Pada gilirannya hal tersebut menyebabkan para pembuat makanan tradisional
merugi.
Dengan proses pengolahan makanan tradisional yang masih terbilang tidak mengikuti
trend perkembangan dunia kekinian yang menyebabkan persaingan semakin sulit karena
akan sangat dilirik meskipun hanya dari sebuah pengemasan. Misalnya makanan dari
umbi-umbian seperti singkong, ubi, talas, dan lain-lain yang pengolahannya hanya itu-itu
saja seperti halnya singkong yang direbus, talas yang direbus sudah sampai disitu saja
hanya untuk memenuhi kehidupan pangan mereka.
Oleh karena itu pengolahan umbi-umbian dari umbi talas ini kami inisiatifkan untuk
dijadikan kripik kekinian, yang cita rasanya menarik sesuai lidah pengonsumsi masa kini
dengan pengembangan pada kemasannya berdaya tarik menggunakan font, maupun
gambar.
Produk kami ini kami sebut dengan nama “Oh My Talas” yang merupakan perpaduan
umbi talas yang sudah menjalani beberapa proses dalam pembuatannya sehingga lahirlah
kripik talas kekinian.
2.1 TUJUAN
1
3.1 MANFAAT MAKALAH
Talas (Colocasia sp) merupakan tanaman pangan dari umbi-umbian yang banyak
dibudidayakan di Indonesia. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae),
berwatakan tegak, tingginya 1 m atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau
sepanjang tahun. Talas mempunyai nama beberapa nama umum yaitu taro, old cocoyam,
dan ‘Eddo (e). Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar
dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 m dpl, baik liar maupun di tanam. Umbi
talas dapat mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk silinder atau bulat, berwarna coklat.
Daunnya berbentuk perisai atau hati dengan tangkai mencapai 1 meter panjangnya ( Prana
MS, Kuswara, 2002). Tanaman talas berasal dari genus Colocasia yang termasuk kedalam
famili Araceae merupakan salah satu tanaman umbi - umbian minor yang dapat digunakan
sebagai tanaman pangan (Moorthy dan Pillai 1996).
Talas merupakan sumber pangan yang penting karena umbinya merupakan bahan
pangan yang memiliki nilai gizi yang cukup baik. Tumbuhan talas dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu bahan pangan sumber kalori non beras. Umbi talas mengandung 1,9%
protein, lebih tinggi jika dibandingkan dengan ubi kayu (0,8%) dan ubi jalar (1,8%),
meskipun kandungan karbohidratnya (23,78) lebih sedikit dibandingkan dengan ubi kayu
(37,87) dan ubi jalar (27,97). Komponen makronutrien dan mikronutrien yang terkandung
di dalam umbi talas meliputi protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, fosfor, kalsium, besi,
tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin C (Catherwood, 2007).
Talas dapat tumbuh dengan cara sengaja ditanam, dibudidayakan maupun hidup liar
(dibuang). Talas tidak hanya untuk dikosumsi tetapi ada beberapa jenis talas yang
dijadikan tanaman hias. Namun tanaman talas yang sering dijadikan tanaman hias sering
disebut dengan keladi (Xanthosoma sp). Meski keladi tergolong dalam suku talas-talasan
antara keladi dan talas memiliki perbedaan. Keladi masuk dalam genus Caladium
sedangkan talas masuk dalam genus Colocasia. Keladi sejati jarang membentuk umbi
yang besar dan tidak boleh dikonsumsi, karena semua bagiannya beracun. Sedangkan talas
menghasilkan umbi yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan,
hampir 90% bagiannya bisa dimakan.
Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun selalu meningkat. Seiring dengan
itu, peningkatan jumlah penduduk juga meningkatkan kebutuhan makanan pokok. Kondisi
tersebut tidak seiring dengan peningkatan hasil produksi pertanian khususnya di sektor
pertanian sumber makanan pokok seperti produksi tanaman padi. Kondisi tersebut
diperkirakan dimasa yang akan datang akan terjadi kerawanan pangan jika tidak dilakukan
peningkatan produksi makan pokok dan mencari sumber makan anternatif selain baras.
Salah satu tanaman yang dapat di jadikan sebagai sumber makanan penghasil karbonhidrat
adalah tanaman talas. Oleh sebab itu untuk mencegah kerawanan pangan di massa yang
akan datang, dirasa perlu memanfaatkan tanaman talas sebagai sumber makanan pokok. Di
Irian Jaya dan Kepulauan Mentawai (Sumatera Barat), talas digunakan sebagai makanan
pokok bagi penduduk asli. Sedangkan di daerah lain talas dijadikan makanan tambahan
3
setelah menjalani proses olahan atau dimakan langsung sebagai talas rebus, talas kukus
dan talas goreng (Moorthy dan Pillai, 1996).
Umbi talas sebagai sumber karbohidrat yang cukup tinggi, yaitu sebesar 23.79 g per
100 g talas mentah. Selain itu, umbi talas juga mengandung lemak, vitamin, mineral,
walaupun dalam jumlah sedikit. Vitamin yang terkandung pada umbi talas di antaranya
vitamin A, B1, dan sedikit vitamin C (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Talas memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dalam komoditi pengembangan
industri pengolahan hasil dan agroindustri, serta menjadi komoditas strategis sebagai
pemasok devisa melalui ekspor (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2007). Talas
juga memiliki keragaman jenis yang sangat besar. Jenis talas di Indonesia yang begitu
beragam merupakan potensi sumber pangan yang dikembangkan. Penggunaannya sebagai
bahan makanan dapat diarahkan untuk menunjang ketahanan pangan nasional melalui
program diversifikasi pangan disamping peluangnya sebagai bahan baku industri yang
menggunakan pati sebagai bahan dasarnya (Hartati, N.S & T,K. Prana, 2003).
Umbi dan pelepah daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat ataupun
pembungkus ,sedangkan daun, sisa umbi dan kulit umbinya dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah difermentasi (Setyowati & Sutoro,
2007). Inovasi pemanfaatan talas semakin berkembang dari segi teknik pengolahannya,
yaitu talas diolah menjadi tepung talas, olahan pangan home industry, kerupuk, dodol,
hingga cheese steak talas (Ditjen BPTP 2010). Hal ini diperkuat oleh data hasil ekspor
talas ke Jepang yang dinyatakan oleh Global Seafood Indonesia (GSII) pada tahun 2010
bisa mencapai 10 ton per hari (Dharisy, 2010).
Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar (2015), menyatakan bahwa produksi talas di
Kabupaten Tanah Datar hanya mencapai 1288 ton dengan tingkat produktivitas 92 ton per
ha. Masyarakat di Kabupaten Tanah Datar memanfaatkan umbi talas untuk diolah menjadi
makanan, umumnya diolah menjadi keripik talas. Ada juga beberapa jenis talas yang
dijadikan sebagai obat tradisional.
Dikenal dua varietas talas, yaitu Colocasia. esculenta var. esculenta yang mempunyai
pangkal batang membesar dengan sedikit rimpang dan Colocasia esculenta var.
antiquorum yang mempunyai pangkal batang tidak terlalu membesar tetapi membentuk
banyak rimpang dengan ukuran besar. Varietas yang pertama lazim disebut dasheen, yang
kedua disebut eddoe. Jenis-jenis talas ada bermacam macam antara lain talas bogor
(Colocasia esculenta), talas padang (Colocasia gigantea hook F), dan talas belitung
(Xanthosoma sagitifolium). Masih banyak jenis-jenis talas lainnya yang belum diketahui
varietasnya (Rukmana, 1998).
4
berbagai tekanan lingkungan serta hama dan penyakit sehingga cukup potensial sebagai
sumber daya genetik yang tidak ternilai harganya (Sulisyningsih YC, et al, 1999).
Penggunaan talas yang baik untuk mengolahan industri makanan yaitu talas Belitung
dan Bogor, akan tetapi talas Bogor dapat menimbulkan rasa gatal saat dimakan. Menurut
Sukendro dan Setiadireja (1950), berbagai varietas talas yang ada di bagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1. Talas Pandan : Varietas ini mempunyai ciri berpohon pendek, bertangkai daun agak
keunguan, pangkal batang warna merah atau kemerahan dengan umbi lonjong berkulit
coklat dan daging buah berwarna keunguan. Talas jenis ini memiliki aroma pandan yang
khas saat di rebus.
2. Talas Ketan : Talas ini lebih dikenal dengan sebutan talas mentega. Varietas ini
mempunyai ciri daun dan pelepah daun berwarna kuning keunguan, umbi berwarna
kuning dan besar.
3. Talas Sutra : Varietas ini mempunyai ciri berdaun halus yang berwarna hijau muda,
pelepah daun hijau dengan pangkal berwarna putih dan umbi memiliki warna putih dengan
rasa yang sangat enak. Ada dua jenis talas, yaitu talas yang tidak gatal dan talas yang
gatal. Talas yang tidak gatal misalnya talas bote, garbu, lumbu dan jenis talas yang gatal
misalnya yang disebut sente. Cara pengolahannya yaitu talas dikupas, dicuci bersih karena
biasanya berlendir, dan dicuci dengan air garam agar lendir mudah hilang (Siregar, 2011).
Penyebab kegatalan pada talas hingga kini belum dapat dipastikan dari mana asalnya.
5
Banyak yang mengatakan bahwa rasa gatal yang timbul pada talas disebabkan oleh
senyawa yang berbentuk jarum (raphide), yakni kalsium oksalat yang menyebabkan iritasi
bagi yang mengkonsumsinya. (Bradbury dan Nixon, 1998).
6
TALAS
PENGUPASAN KULIT
PEMOTONGAN
PENCUCIAN
PENGGORENGAN
PEMBUMBUAN
STIK TALAS
PENGEMASAN
Penjelasan :
1. Mengupas kulit talas dan mencucinya hingga bersih
2. Memotong talas hingga menjadi potongan potongan stik
3. Cuci potongan potongan talas tersebut hingga bersih atau getahnya hilang
kemudian tiriskan.
4. Panaskan minyak goreng, kemudian goreng talas sampai berearna kekuning
kuningan lalu tiriskan.
5. Setelah talas sudah digoreng semua, buat bumbu utamannya dari bahan cabemerah
kering, bawang putih, garam, gula.
6. Kupas bawang putih, kemudian masukan kedalam blender bersamaan dengan cabe
hingga halus.
7
7. Setelah di blender masukan ke minyak goreng yang sudah dipanaskan, aduk hingga
merata, kemudian tambahkan ½ sendok makan garam dan gula.
8. Setelah itu aduk bumbu yang sudah dibuat tadi dengan talas yang sudah digoreng .
Aduk hingga merata diatas wajan dengan api kompor kecil.
9. Setelah selsei diaduk, angkat lalu masukan ke wadah, kemudian campur dengan
bumbu balado hingga merata.
10. Masukan kedalam mika dengan menggunakan sendok untuk menghindari sentuhan
langsung terhadap cemilan tersebut.
11. Selesai.
2.4 Produk
8
Oh My Talas merupakan olahan stik umbi talas yang disajikan dengan berbagai varian cita
rasa orang kekinian, yang mengubah makanan lokal menjadi makanan kekinian yang bisa
bersaing pada dunia perekonomian. Oh My Talas dikemas dengan kemasan yang sangat
menarik sehingga bisa menjadi daya tarik konsumen, dan mrnggunakan proses pengolahan
yang alami dengan bahan-bahan berjualitas tanpa mengandung bahan pengawet sehingga
dijamin keamanan dan kesehatannya karena mengandung begitu banyak manfaat dari umbi
talas alami tersebut.
Oh My Talas dibuat untuk meningkatkan daya konsumsi masyarakat terhadap umbi talas
karena pada zaman sekarang ini sudah banyak dari masyarakat yang kurang berminat dalam
mengkonsumsi talas rebus saja namun harus menggunakan berbagai inovasi baru sehingga
menjadikan Oh My Talas sebagai cemilan.
Oksalat dalam talas terdapat dalam bentuk yang larut dalam air (asam oksalat) dan tidak
larut air (garam oksalat ataupun kalsium oksalat). Asam oksalat merupakan senyawa kimia
yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Untuk
menghilangkan rasa gatal yang disebabkan kalsium oksalat pada umbi talas dapat dilakukan
dengan cara perendaman NaCl. Penghilangan kadar oksalat terjadi karena reaksi antara
natrium klorida (NaCl) dan kalsium oksalat (CaC2O4). NaCl akan terionisasi di dalam air
menjadi ion Na+dan Cl-yang akan berikatan dengan kalsium oksalat membentuk natrium
oksalat dan endapan kalsium diklorida yang larut dalam air. Tanaman talas juga mengandung
asam perusi (asam biru atau HCN). Racun pada tanaman talas ini sangat dipengaruhi oleh
varietas umbi talas itu sendiri, iklim, keadaan tanah dimana talas itu ditanam, bagaimana cara
menanam talas tersebut, serta umur panennya, tapi hal ini dapat saja tidak dihiraukan dan
kandungan racunnya akan meningkat selama kemarau panjang yang menyebabkan talas lebih
sedikit menyerap air yang juga berguna untuk melarutkan racun ini. Berikut adalah cara
pengamanan untuk menghilangkan HCN :
o Fermentasi
o Pengukusan
Parameter kritis dari pendugaan umur simpan untuk stik talas adalah penerimaan aroma.
Umur simpan stik talas pada suhu ruang 25̊C adalah 287 hari untuk kemasan aluninium foil,
60 hari untuk kemasan PP (Polypropylene) dan 56 hari untuk kemasan HDPE (High Density
Polypropylene) Kemasan terbaik untuk stik talas ini adalah menggunakan aluminium foil.
Di dalam seporsi talas (sekitar 150 gram) yang sudah dimasak, kamu bisa mendapatkan:
9
o 150 – 200 kalori
o 5 – 7 gram serat
o 30 – 50 mg magnesium
o 60 – 70 mg fosfor
Oh My Talas ini cocok dikonsumsi pada saat santai, seperti menemani kalian saat nonton,
rebahan santuy, piknik, reonian, dan masih banyak lagi. Hari-hari kalian akan tambah seru
ditemenin “Oh My Talas”.
10
Nama Bahan Jumlah Harga Satuan Total (RP)
(RP)
Talas 50 Kg 1.800 90.000
Minyak Goreng 5 Liter 32.000 160.000
Bumbu Balado 1 Bungkus 45.000 20.000
Cabe Merah Kering 1/2Kg 40.000 40.000
Bawang Putih 1 Kg 24.000 24.000
Gula 1/2 Kg 7.000 7.000
Garam 1/2 Kg 3.000 3.000
Standing Pouch 150 pcs 500 60.000
Stiker Logo 150 stiker 400 60.000
Jumlah 489.000
TFC = Rp.753.000
Hasil Produksi
350 pcs
Total Biaya (TC) = Biaya Variabel (TVC) + Biaya Tetap (TFC)
11
= Rp.489.000 + Rp.753.000
= Rp.124.2000
Pendapatan (TRP) = Hasil Produks x Harga Jual
= 350 pcs x Rp.5.000
= Rp.1.750.000
Keuntungan = TRP – TC
= Rp.1.750.000 – Rp.689.000
= Rp.1.061.000
Pendistribusian :
1. Upah/gaji 30% = 30% x 1.061.000 = Rp. 318.300
2. Sewa tanah 0% = 0% x 1.061.000 = Rp. 0
3. Bunga 0% = 0% x 1.061.000 = Rp. 0
4. Penyusutan 0% = 0% x 1.061.000 = Rp. 0
5. Suplus usaha 70% = 70% x 1.601.000 = Rp. 742.700
5.1 Simpulan
12
Talas merupakan tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
apabila bisa di manfaatkan dengan baik dan benar menjadi suatu olahan yang enak serta
menarik. Selain itu, talas juga memiliki peranan cukup baik bagi kesehatan tubuh.
5.2 Saran
DAFTAR FUSTAKA
13
Prana MS, Kuswara T, 2002, Budidaya Talas Jakarta: Madikom Pustaka Mandiri. Hal
197-221.
Moorthy dan Pillai, 1996. Analis Pertumbuhan Tanaman Talas Sebagai Sumber
Karbohidrat dan Berpotensi Sebagai Formulasi Kosmetik. Hal 272-30.
Moorthy dan Pillai, 1996. Analisis Pertumbuhan Tanaman Talas ,Sebagai Sumber
Karbohidrat dan Berpotensi Sebagai Formulasi Kosmetik
Hartati, N.S., T.K. Prana dan M.S. Prana. 2001. Skrining Keanekaragaman Talas
(C.esculenta (L.) Schott.) Melalui Analisis Isozim. Pros. Keanekaragaman
Hayati dan Aplikasi Bioteknologi Pertanian. Jakarta, 6 Maret 2001
14