Disusun oleh:
Kelompok 10
Galuh Raka Fauzi K 1506928
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ii
Tabel 1. Kandungan Gizi Ganyong.............................................................................................6
Tabel 2. Kandungan gizi mikro ganyong/100g. ..........................................................................6
Tabel 3. Komposisi Zat Gizi labu kuning segar per 100gram bahan ........................................10
Tabel 4. Syarat Mutu Permen Keras .........................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dewasa ini kebutuhan dunia akan pangan terus meningkat, terutama bahan
pangan yang mengandung karbohidrat yang digunakan sebagai sumber tenaga. Hal
tersebut terlihat dari banyaknya sumber karbohidrat yang telah dimanfaatkan
manusia, beberapa diantaranya adalah beras, gandum, jagung, singkong, ubi jalar,
sagu, sorghum dan sebagainya. Beberapa tanaman sumber karbohidrat sebenarnya
juga banyak terdapat di masyarakat namun belum banyak diperhatikan, salah satu
diantaranya adalah ganyong (Canna edulis Ker-Gawler).
Mengingat kandungan patinya yang tinggi dan mudah dicerna, ganyong bisa
dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bubur yang bisa dijadikan sebagai bahan
makanan pengganti nasi. Namun melihat budaya masyarakat yang cenderung lebih
tertarik pada makanan yang serba instan maka pemanfaatan pati ganyong sebagai
1
bahan baku pembuatan bubur instan bisa menjadi salah satu alternatif dalam usaha
pengembangan diversifikasi pangan sekaligus bisa mengenalkan umbi ganyong bagi
masyarakat.
Labu kuning atau lebih dikenal dengan sebutan waluh termasuk komodiitas
pangan yang sudah tidak asing di Indonesia, namun pemanfaatan labu kuning masih
sangat terbatas di Indonesia. Labu kuning memiliki kandungan zat gizi yang sangat
tinggi namun masyarakat cenderung belum menyadari akan hal tersebut. Secara
umum labu kuning kaya akan vitamin C, mineral,, vitamin A, dan karbohidrat serta
kandungan antioksidan yang berperan sebagai zat anti kanker. Selain itu labu kuning
juga mengandung serat yang sangat tinggi sehingga sangat berguna untuk
memperlancar pencernaan, menurunkan resiko kanker dan berbagai penyakit lainnya.
Saat ini pemanfaatan labu kuning hanya masih berkisar sebagai bahan campuran
2
pembuatan kue basah di pedesaan dan ada beberapa penelitian tentang labu kuning
yang ditepungkan sehingga menjadi tepung komposit pendamping terigu. Komposit
tepung labu kuning bisa lebih memberikan warna dan rasa yang aroma yang lebih
menarik bagi masyarakat.
Di sisi lain permen keras (lolly) adalah salah satu produk confectionary yang
sangat digemari di masyarakat, terutama anak-anak. Dewasa ini banyak permen yang
mengandung zat berbahaya karena para produsen permen jarang memerhatikan
kandungan gizi dalam proses pembuatannya. Oleh karena itu aplikasi ekstrak labu
kuning yang kaya gizi dalam pembuatan permen keras bisa dijadikan sebagai salah
satu solusi terkait masalah tersebut. Pewarna alami yang terkandung dalam labu
kuning berupa Beta-Karoten atau provitamin A yang tinggi dalam labu kuning bisa
dijadikan sebagai salah satu daya tarik pada permen keras, mengingat anak-anak
sangat menyukai permen yang berwarna cerah. Selain sebagai pewarna, aplikasi
ekstrak labu kuning dalam permen juga bisa menambah kandungan gizinya, yaitu
vitamin C, vitamin A, dan beberapa mineral lainnya. Oleh karena itu dengan
pengaplikasian ekstrak labu kuning dalam pembuatan permen keras memiliki
beberapa kelebihan yaitu bisa memperluas pengetahuan masyarakat tentang
pemanfaatan labu kuning dan dapat menciptakan inovasi jajanan yang sehat, kaya
gizi dan aman dikonsumsi oleh masyarakat, terutama anak-anak.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengenalkan komoditi ganyong dan labu kuning yang merupakan
sumber daya lokal bagi masyarakat
2. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengolahan ganyong
dan labu kuning
3. Untuk menciptakan diversifikasi pangan yang kaya gizi, sehat, dan aman
untuk dikonsumsi
4. Untuk mengaplikasikan proses pembuatan makanan dengan bahan baku
sumber daya lokal berbasis teknologi
3
1.3 Manfaat
Bagi mahasiswa
Bagi masyarakat
1. Mengetahui dan mengenal sumber daya lokal seperti ganyong dan labu
kuning
2. Mengetahui aplikasi sumber daya lokal berupa ganyong dan labu kuning
dalam proses pengolahan makanan yang sering dikonsumsi sehari-hari
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ganyong
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
5
Ordo : Zingiberales
Familia : Cannaceae
Genus : Canna
6
Tabel 1. Kandungan Gizi Ganyong
Air 75
Karbohidrat 22,6
Protein 1
Lemak 0,1
Abu -
Serat Kasar -
Kalsium 21
Fosfor 70
Besi 20
Vitamin B 0,1
Vitamin C 10
7
Kadar pati pada tepung ganyong 40,18% dan tepung pati 55,32%, kadar
amilosa pada pati ganyong lebih rendah dibandingkan kadar amilopektinnya (Richana
dan Sunarti 2004). Pati mengandung frkasi leinear dan bercabang dalam jumlah
tertentu. Fraksi linear berupa amilosa, sedangkan sisanya amilopektin. Kadar amilosa
dan amilopektin sangat berperan pada saat proses gelatinisasi, retrogradasi dan lebih
menentukan karakteristik pasta pati (Jane et al. 1999). Smith (1982) menunjukkan
pati yang berkadar amilosa tinggi mempunyai kekuatan ikatan hidrogen yang lebih
besar karena jumlah rantai lurus yang besar dalam granula, sehingga membutuhkan
energi yang lebih besar untuk gelatinisasi.
8
Pencampuran dengan tujuan ini dimaksudkan untuk menghasilkan campuran bubur
yang homogen.
Bubur instan terbaik memiliki volume air seduh sebesar 3 ml/g atau 3 bagian
air dan 1 bagian bubur instan, dengan waktu optimal seduh selama 62 detik. Densitas
kamba bubur instan terbaik adalah 0.61 g/ml, lebih tinggi dari densitas kamba produk
MP-ASI komersial yaitu 0.400.49 g/ml (Kusumaningrum & Rahayu 2007).
Kadar air produk berhubungan erat dengan daya simpannya. Semakin rendah
kadar air suatu produk maka daya simpannya diperkirakan akan lebih lama. Nilai
yang disyaratkan dalam SNI No. 01-7111.1-2005 tentang Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI)-Bubuk Instan yaitu sebesar 4%. Metode pengeringan pati
ganyong dan tepung kacang merah diduga memberikan kontribusi terhadap tingginya
kadar air. Hsu et al. (2003) menyatakan bahwa metode pengeringan drum cocok
digunakan untuk mengeringkan bahan berbentuk pasta, tetapi menghasilkan tepung
dengan kadar air lebih tinggi dibandingkan metode pengeringan lain.
9
karbohidrat diperlukan oleh bayi sebagai sumber utama energi yang memungkinkan
penggunaan protein secara optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Buah labu kuning mempunyai kulit sangat tebal dan keras, sehingga dapat
berfungsi sebagai penghalang laju respirasi, keluarnya air melalui penguapan,
maupun masuknya udara penyebab proses oksidasi. Hal ini yang menyebabkan labu
kuning menjadi awet atau tahan lama dibanding buah-buahan lainnya. Daya awet
dapat mencapai 6 bulan atau lebih, tergantung pada cara penyimpanannya. Daging
buah labu kuning banyak mengandung karbohidrat dan daging buahnya berwarna
kuning. Pada bagian tengah buah labu kuning terdapat biji yang diselimuti lendir dan
serat. Biji ini berbentuk pipih dengan kedua ujungnya yang meruncing dan rasanya
manis. Labu kuning (Cucurbita moschata) dikenal dengan sebutan labu parang (Jawa
Barat), Waluh (Jawa Tengah), Pumpkin (Inggris) (Suprapti.L, 2005 : 10).
10
meter. Tanaman labu kuning mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di
sisi tangkai daun. Berdaun tunggal, berwarna hijau, dengan letak berselang-seling,
dan bertangkai panjang. Daging bagian luar kulitnya keras, bakal buah terbenam,
berdaun buah tiga, tetapi hanya berongga satu serta berbiji banyak, seperti terdapat
pada suku timun-timunan. Labu kuning merupakan satu-satunya buah yang awet atau
tahan lama. Labu kuning akan awet asalkan disimpan di tempat yang bersih dan
kering, serta tidak ada luka pada buah tersebut. Jika ada luka, labu kuning akan
mengeluarkan semacam gas yang bisa memicu terjadinya berbagai macam perubahan
di dalam buah. Labu kuning dapat disimpan selama tiga bulan tanpa ada perubahan
(Soedarya, 2006).
Tabel 3. Komposisi Zat Gizi labu kuning segar per 100gram bahan
No Kandungan Gizi Satuan Kadar
1 Kalori Kal 29,00
2 Protein Gram 1,10
3 Lemak Gram 0,30
4 Hidrat Arang Gram 6,60
5 Kalsium Mg 45,00
6 Fosfor M 64,00
7 Zat Besi Mg 1,40
8 Vitamin A SI 180,00
11
9 Vitamin B1 Mg 0,08
10 Vitamin C Gram 52,00
11 Air Gram 91,20
12 BDD % 77,00
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan Gizi Depkes RI 1972
Labu kuning (Cucurbita moschata) merupakan komoditi bahan pangan lokal
yang kaya akan vitamin. Vitamin-vitamin tersebut terkandung dalam daging buah,
antara lain : vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Karoten adalah salah satu
kandungan dalam labu kuning yang memiliki ketahanan pada suhu tertentu. Pada
suhu 60 C dan pH netral kondisi karotenoid masih stabil sedangkan pada suhu 80
dan 100 C tingkat kestabilannya turun secara signifikan (Wahyuni dan Simon,
2015).
Pada umumnya labu kuning mengandung beberapa vitamin dan mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan labu kuning antara lain air, karbohidrat, vitamin
dan mineral. Karbohidrat labu kuning terdiri atas selulosa, pati, hemiselulosa, dan
pektin. Pada semua jenis buah hampir terkandung kadar pati yang cukup tinggi
namun menurun setelah pematangan (Meyer, 1978).
12
adalah sukrosa, air dan sirup glukosa, sedangkan bahan tambahannya berupa flavor,
pengisi, pewarna dan perasa asam. Sirup glukosa bisa juga diganti dengan gula invert
untuk penghematan. Gula invert dapat dibuat dari glukosa yang dihidrolisis
menggunakan asam. Gula invert berfungsi untuk mencegah terjadinya kristalisasi
pada permen. Komponen flavor merupakan bahan yang cukup penting sebagai bahan
tambahan dalam produk pangan termasuk permen, daging buah pala maupun minyak
pala dapat ditambahkan sebagai bahan untuk menambah citarasa (flavor) permen
karena mempunyai aroma dan citarasa khas. (Amos dan Purwanto, 2002).
Pada dasarnya permen keras (hard candies) dibuat dari larutan gula sangat
jenuh yang dipanaskan pada suhu tinggi dengan penambahan flavor dan pewarna.
Tingkat kepekatan pada pembuatan permen keras adalah sedemikian rupa sehingga
kadar air pada produk akhir hanya 1 2 persen. Rasa yang paling sering ditambahkan
adalah rasa asam dan rasa buah-buahan. Pada pembuatannya ditambahkan gula invert
dan gula cair (HFS) untuk mencegah kristalisasi gula. Gula cair mengatur tingkat
kemanisan yang diinginkan, juga mengurangi kerapuhan permen, sehingga mencegah
permen pecah pada saat pendinginan. Gula dekstrin dengan kandungan dekstrosa dan
maltosa yang rendah juga dapat mencegah permen bersifat higroskopis (menyerap
air) (Koswara, 2009).
Dalam pembuatan permen keras (hard candies) beberapa tahap utamanya
sama dan lainnya berbeda dibandingkan dengan pembuatan permen berkristal. Pada
tahap pertama, yaitu pelarutan gula pasir, sama seperti pada permen berkristal. Tahap
kedua, yaitu pemekatan larutan gula sampai tingkat tertentu, juga sama. Tetapi, suhu
dan tingkat kepekatannya berbeda. Jika sebagian besar permen kristal pemanasan
larutan bahan permen dilakukan pada suhu 112 116oC, untuk permen non kristal
(tergantung jenisnya ) dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi yaitu 118 154oC.
Misalnya untuk karamel 118 181oC, berittle dan toffee 149 254oC (Koswara,
2009).
Tingkat kepekatan pada pembuatan permen keras dibuat sedemikian rupa
sehingga kadar air pada produk akhir hanya 1 2 persen. Pemadatan yang cepat pada
13
saat pendinginan menghasilkan masa yang kaku sehingga mencegah pembentukan
kristal gula dalam permen (Koswara, 2009)
Tabel 4. Syarat Mutu Permen Keras
14
BAB III
METODOLOGI
Bahan yang digunakan dalam pembuatan bubur instan ganyong terdiri atas
bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama adalah kacang merah dan pati
ganyong. Sedangkan bahan pendukung pembuatan bubur instan ganyong yaitu gula,
garam, vanilli, falvor, gula tepung dan susu skim.
15
b. Pembuatan hard candy labu
- Larutan gula (sukrosa dan air) dipanaskan diatas wajan hingga 100 oC
sambil diaduk
- Tambahkan ekstrak labu dan glukosa sambil diaduk
- Panaskan kembali hingga 120 oC
- Cetak hard candy dan ditambahkan permen mint di dalamnya
Diagram proses
Labu kuning
Sortasi
Pengupasan
dan pengecilan
ukuran
Penambahan air
Penghancuran
dengan blender
Pemanasan
Penyaringan sukrosa dan air As.sitrat
sampai 100 0C
Pemanasan
Ekstrak labu
sampai suhu Glukosa
kuning
120 0C
Pencetakan dan
penambahan
permen mint
Pengemasan
Lolypump
(Hard Candy
Labu Kuning)
16
3.4.3 Prosedur Kerja (Bubur Ganyong Instan)
Tahapan
17
Hasil gelatinisasi dikeringkan selanjutnya digrinder untuk pengecilan
ukuran dan dikemas.
Diagram Proses
Sortasi Pengupasan
Perendaman Pencucian
Pengupasan Pengeringan
Pengeringan Penggrinderan
Pati ganyong
Pengeringan
Penggrinderan
Pengayakan 40 mesh
Pengemasan
Bubur instan
ganyong
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Lolypump (Hard Candy Labu Kuning)
Warna Kuning bening
Aroma Khas permen
Tekstur Keras
Kenampakan Mulus berbentuk bulat
Rasa Manis sedikit asam dan segar
Warna kuning yang dihasilkan pada lolypump berasal dari ekstrak labu yang
ditambahkan. Warna tersebut berasal dari pigmen karoten yang terkandung dalam
labu kuning namun akan rusak/tidak stabil pada suhu tingg. Hal tersebut sesuai
dengan yang tertera dalam (Wahyuni dan Simon, 2015) bahwa karoten adalah salah
satu kandungan dalam labu kuning yang memiliki ketahanan pada suhu tertentu. Pada
suhu 60 C dan pH netral kondisi karotenoid masih stabil sedangkan pada suhu 80
dan 100 C tingkat kestabilannya turun secara signifikan. Dalam (Muchtadi dkk,
2015) juga dikatakan bahwa karoten adalah pigmen yang terkandung dalam buah-
buahan dan salah satunya bisa memberikan warna orange. Namun setelah ekstrak
labu kuning ditambahkan dalam pembuatan lolypump, warna karoten berubah
menjadi kuning dan tidak orang sebagaimana mestinya, hal tersebut jelas dikarenakan
pemanasan suhu tinggi yang digunakan dalam proses pembuatannya sehingga
menyebabkan pigmen karoten yang harusnya berwarna orange terdegradasi menjadi
warna kuning. Dan bening adalah salah satu ciri khas hard candy, warna bening
tersebut bisa dijadikan salah satu tolak ukur keberhasilan proses pembuatan produk
hard candy. Selain itu, warna bening juga bisa menjadi salah satu daya tarik tersendiri
untuk produk hard candy seperti lolypump.
Aroma lolypump seperti tertera pada tabel adalah khas permen. Yang
dimaksud dengan aroma khas permen adalah aroma khas karamelisasi gula. Dalam
proses pembuatan lolypump (hard candy) terjadi proses karamelisasi gula yang
ditambahkan sehingga akan menghasilkan warna yang khas dan normal sebagai
19
permen. Dan lolypump yang dihasilkan juga memenuhi standar SNI karena menurut
SNI (2008) persyaratan mutu permen keras adalah memiliki aroma yang normal.
Tekstur lolypump adalah keras, hal tersebut sudah menjadi suatu keharusan
karena produk lolypump adalah salah satu jenis permen keras (hard candy). Hal
tersebut juga sesuai dengan pengertian hard candy yang diungkapkan dalam
(Koswara, 2009) bahwa hard candy merupakan salah satu jenis permen non kristalin
yang memiliki tekstur keras, penampakan mengkilat dan bening.
Rasa lolypump yang dihasilkan adalah manis, asam, dan segar. Rasa manis
terasa karena lolypump dibuat dengan berbahan baku gula yaitu sukrosa dan maltosa,
rasa asam didapat dari adanya penambahan asam sitrat saat proses pembuatan
lolypump. Penambahan asam sitrat dimaksudkan sebagai penguat citarasa lolypump
yang dihasilkan sekaligus untuk menyeimbangi rasa manis lolypump. Dan sensasi
segar didapat dari penambahan permen mint dalam lolypump, penambahan ini
merupakan inovasi baru yang diciptakan oleh kelompok 10 yang juga bertujuan untuk
penguat rasa dan pemberi sensari segar ketika lolypump dikonsumsi. Dan inovasi
tersebut terbukti tidak merusak dan mengganggu karakteristik organoleptik lolypump
yang lainnya sehingga penambahan permen mint tersebut tetap dilakukan pada
pembuatan produk lolypump.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa produk lolypump yang dibuat dengan
ekstrak labu kuning sebagai pewarna bisa dikatakan berhasil dan karakteristik
organoleptik sudah terlihat sama dengan permen keras yang sering beredar di
pasaran. Dan lolypump juga sudah memenuhi standar SNI permen keras. Namun
terdapat satu kekurangan produk lolypump yang dihasilkan yaitu meski teksturnya
memang keras, sesaat setelah dikonsumsi lolypump akan mengalami degradasi
tesktur di dalam mulut (meleleh). Hal tersebut dikarenakan suhu lolypump yang tidak
0
terlalu tinggi (hanya 120 C) yang seharusnya dalam pembuatan hard candy
menggunakan suhu 150 0C. Suhu 120 0C tersebut diaplikasikan dalam pembuatan
lolypump dengan tujuan untuk mempertahankan warna karena setelah dilakukan
beberapa kali percobaan, jika suhu 150 0C diaplikasikan, dapat merusak warna
lolypump menjadi coklat. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut dalam
20
pembuatan produk permen keras dari ekstrak labu untuk mempertahankan warna
sekaligus teksturnya.
Dalam pembuatan lolypump yang digunakan adalah sari/ekstrak labu kuning
sehingga akan meninggalkan ampas (padatan labu). Untuk memanfaatkan sisa
tersebut, kelompok 10 juga mengolahnya menjadi dodol sebagai produk samping dari
pembuatan lolypump. Namun produk ini hanyalah sebagai pelengkap dan bukan
sebagai produk utama sehingga jumlah yang dihasilkan juga hanya sedikit karena
bahan baku yang digunakan adalah sisa ampas dari pembuatan lolypump.
b. Burinyong (Bubur Instan Ganyong)
Warna Coklat
Aroma Khas susu
Tekstur Halus
Kenampakan Bubuk
Rasa Manis susu
Tampak pada tabel bahwa warna burinyong adalah coklat, warna tersebut
disebabkan karena pati yang digunakan sebagai bahan bakunya diekstrak dengan cara
kering dan mengalami dua kali proses pengeringan, sehingga produk yang dihasilkan
juga akan berwarna coklat. Dalam proses pembuatan burinyong ditambahkan bahan
dengan formulasi sebagai berikut, yaitu 100 % pati ganyong, 60 % susu bubuk, 35 %
tepung kacang merah, 100 % gula, dan 1 % vanili. Formulasi tersebut berdampak
pada karakteristik organoleptik burinyong, salah satunya adalah aroma dan rasa.
Tampak pada tabel hasil bahwa aroma burinyong adalah khas susu dan rasanya pun
manis susu. Hal itu dikarenakan formulasi susu yang ditambahkan lebih dari 50 %.
Pada awal proses pembuatan burinyong tidak menggunakan formulasi tersebut,
namun setelah dilakukan beberapa kali percobaan, formulasi tersebutlah yang
menghasilkan karakteristik burinyong terbaik oleh karena itu formulasi tersebut yang
digunakan.
Terdapat beberapa kendala dalam pemilihan formulasi yang tepat dalam
proses produksi burinyong, salah satunya disebabkan karena rasa asin yang melekat
21
pada pati ganyong yang menjadi bahan baku, sehingga jika gula yang ditambahkan di
bawah 100 % maka rasa burinyong akan asin. Rasa asin tersebut timbul dikarenakan
sebelum proses ekstraksi menjadi pati, ganyong direndam dalam larutan garam terlalu
lama sehingga rasa asinnya masih melekat dan bahkan memengaruhi produk
olahannya. Namun setelah melakukan beberapa kali percobaan, setelah ditambahkan
100 % gula dan 60 % susu, rasa asin tersebut bisa dihilangkan. Hal tersebut pula yang
mendasari tidak adanya penambahan garam dalam pembuatan produk ini.
Karakteristik selanjutnya adalah kenampakan dan tekstur. Sejak awal, produk
ini memang bertujuan untuk dijadikan bubuk sehingga mudah larut ketika diseduh
dan bisa dikonsumsi dalam waktu penyiapan yang singkat. Oleh karena itu dalam
proses pembuatannya, semua bahan yang telah digelatinisasi dikeringkan dan
digrinder serta diayak dengan ayakan 40 mesh. Ayakan 40 mesh dipilih dikarenakan
tesktur burinyong yang diinginkan tidaklah sehalus tepung atau pati, namun tetap
bubuk dan tidak kasar. Maka ayakan 40 mesh dianggap sebagai pilihan terbaik dalam
pembuatan produk ini. Namun dengan ayakan 40 mesh produk ini juga memiliki
tekstur yang halus dan mudah ketika diseduh.
Pengemasan produk ini dilakukan dengan menggunakan kemasan aluminium
foil instan dan direkatkan dengan mesin perekat (siler) agar hermetis dan tidak
terkontaminasi. Seperti namanya, burinyong dimaksudkan sebagai salah satu
makanan instan yang bisa disimpan dalam waktu lama oleh karena itu kemasan yang
digunakan harus hermetis. Pengolahan ganyong menjadi produk burinyong didasari
karena kandungan pati tinggi berupa karbohidrat yang dimiliki ganyong berkisar
antara 22,6%-24,6% (Flach & Rumawas 1996), oleh karena itu kelompok 10
menganggap bahwa mengolahnya menjadi bubur instan adalah pilihan yang tepat
karena bubur biasanya adalah makanan yang disantap sebagai sarapan dan untuk
mengonsumsi burinyong, cukup hanya dengan menyeduhnya saja. selain untuk
menunjang diversifikasi pangan, juga dapat memperkaya olahan ganyong yang
berposisi sebagai umbi lokal namun masih sangat minim pemanfaatannya dan bahkan
tidak diketahui oleh masyarakat. Namun mengingat kandungan protein ganyong yang
sangat rendah yaitu hanya 1 % (Departemen kesehatan, 2004) maka kelompok 10
22
mencoba untuk menambah kandungan protein dalam produk ini dengan cara
mensubstitusi pati ganyong dengan tepung kacang merah sehingga produk ini selain
mengandung kandungan karbohidrat yang tinggi juga kaya akan protein.
23
BAB V
LAPORAN KEUANGAN
1. PEMASUKAN
No Tanggal Pemasukan Jumlah
1 17 Mei 2017 Dana Usaha Rp61.000,00
2 17 Mei 2017 Dana Kelompok Rp341.000,00
2. PENGELUARAN
24
21 15/05/2017 Glukosa 2 cup 11.500 23.000 23.000
22 16/05/2017 Plastik zipper 4 buah 500 2.000 22.000
23 16/05/2017 Kemasan sachet 50 buah 400 20.000
24 16/05/2017 Kertas stiker 8 buah 1.875 15.000 15.000
25 16/05/2017 Kertas stiker 2 buah 3.000 6.000 6.000
26 16/05/2017 Stik lolipop 1 10.000 10.000 34.000
bungkus
27 16/05/2017 Cup warna mini 2 10.000 20.000
bungkus
28 16/05/2017 Sendok plastik mini 1 4.000 4.000
bungkus
29 16/05/2017 Tali rapia 5 gulung 2.000 10.000 26.500
30 16/05/2017 Kertas crepe 3 lembar 2.000 6.000
31 16/05/2017 Lem kertas 1 buah 5.000 5.000
32 16/05/2017 Balon 1 buah 1.000 1.000
33 16/05/2017 Stik balon 1 tangkai 2.000 2.000
34 16/05/2017 Kertas samsons 1 lembar 2.500 2.500
35 17/05/2017 Cup mini 50 buah 50 5.000 5.000
JUMLAH 401.600
3. REKAPITULASI
1. Pemasukan Dana Usaha Rp61.000,00
Dana Kelompok Rp341.000,00
2. Pengeluaran Rp401.600,00
SISA Rp400,00
25
BAB VI
6.1. Kesimpulan
1. Produk burinyong dan lolypump yang dihasilkan dalam kegiatan ini berhasil
mengenalkan komoditi ganyong dan labu kuning sebagai sumber daya lokal
bagi masyarakat.
2. Pengolahan ganyong menjadi burinyong dan labu kuning menjadi lolypump
bisa membuka wawasan dan pengetahuan baru terhadap masyarakan bahwa
umbi minor seperti ganyong dan labu kuning bisa diolah menjadi bahan
pangan skala industri dan bernilai ekonomis tinggi.
3. Pengolahan burinyong dan lolypump bisa menciptakan inovasi baru di bidang
pangan, salah satunya bisa mewujudkan diversifikasi pangan yang sehat, kaya
gizi, dan aman dikonsumsi oleh semua kalangan.
4. Pembuatan burinyong dan lolypump berhasil mengaplikasikan teknologi
dalam pengolahan komoditi lokal yang bahkan jarang dikenal di Indonesia,
dan alur proses pembuatan kedua produk ini tidak pernah terlepas dari peran
teknologi di dalamnya.
6.2. Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos dan W. Purwanto. (2002). Hard candy dengan flavor dari minyak pala. Jurnal
Sains dan Teknologi Indonesia. Vol 4(5):1-6
Grueger B. (2013). Weaning from the breast., Paediatr Child Health, 18(4), 210.
Hidayat, N., Nurika, I.,Purwaningsih, I., (2008)., Potensi Ganyong Sebagai Sumber
Karbohidrat Dalam Upaya Menunjang Ketahanan Pangan., Malang :
Universitas Brawijaya
Hsu CL, Chen W, Weng YM, & Tseng CY. (2003). Chemical composition, physical
properties, and antioxidant activity of yam flour as affected by different drying
method. Food Chemistry,(83), 8592.
Jane, J., Y.Y. Chen, L.F. Lee, A.E. McPherson, K.S. Wong, M. Radosavljevics, and
T. Kasemsuwan. (1999). Effect of amylopectin brain chain length and amylose
content on the gelatinization and pasting properties of starch. Cereal Chem.
76(5): 629 637.
27
Meyer, L. H. (1978). Food Chemistry. Westpost Connecticut: The AVI Ptl. Inc.
Richana N, Sunarti TC., (2004)., Karakterisasi sifat fisikokimia tepung umbi dan
tepung pati dari umbi ganyong, suweg, ubi kelapa, dan gembili J.Pascapanen
1 (1): 29-37.
Richana, N., & Sunarti, T. C. (2004). Karakterisasi sifat fisikokimia tepung umbi
dan tepung pati dari umbi ganyong, suweg, ubi kelapa, dan gembili., Jurnal
pascapanen, 1(1), 29-37
Siddiq M, Ravi R, Harte JB, Dolan KD. (2010)., Physical and functionl
characteristics of selected dry bean (Phaseolus vulgris L.) flours)., Food
Science and Technology (42): 232237.
Smith, P.S. (1982). Starch Derivatives and Their Uses in Foods. Di dalam G.M.A.
Van Beynum and J.A. Rolls (eds). (1982).Food Carbohydrate.. AVI. Publ.
Co. Inc., Westport, Connecticut
Soedarya MP, Drs. Arief Prahasta. (2006). Agribisnis Labu Kuning. CV Pustaka
Grafika: Jawa Barat.
28
Suprapti, L. (2005) . Kuaci dan Manisan Waluh. Kanisius: Yogyakarta
Wahyuni, D. T dan Simon, B. W. (2015). Pengaruh jenis pelarut dan lama ekstraksi
terhadap ekstrak karotenoid labu kuning dengan metode gelombang
ultrasonic. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol 3 (2) hal 390-401. Malang:
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang.
29
LAMPIRAN
Neraca Massa
a. Burinyong
Gula : 828 g
Susu : 507 g
Tepung kacang merah : 284 g
Vanili : 5,7 g
b. Lolypump
Glukosa : 825 g
Sukrosa : 1500 g
Asam sitrat : 15 g
Analisis Biaya
a. Burinyong
1. a. Produk Rp 116.000,00
30
2. b. Kemasan Rp 73.000,00
3. c. Dekorasi Rp 8.000,00
Rp 197.000,00 = 31 unit
Rp 35.000,00 Rp 28.814,00
b. Lolypump
c. No. Modal Produksi (untuk 170 pcs) Harga
1. a. Produk Rp 85.500,00
2. b. Kemasan Rp 40.000,00
3. c. Dekorasi Rp 10.000,00
31
9. Keuntungan per unit @17 pcs Rp 1.451,00
Rp 135.500,00 = 93 unit
Rp 15.000,00 Rp 13.549,00
b. Lolypump
32
Foto Anggota
33
34