KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah
Mata Kuliah Manajemen Agribisnis Pangan dan Hortikultura yang berjudul
“Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan di Kabupaten Pelalawan” ini
meskipun dengan sangat sederhana.
Harapan penulis semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki
bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2. Tujuan........................................................................................................................... 3
1.3. Manfaat......................................................................................................................... 3
BAB II. ISI....................................................................................................................... 4
2.1. Pentingnya Pengamatan Mulai Dari Produksi dan Konsumsi................4
2.1.1. Pentingnya Pengamatan Sisi Produksi....................................................5
2.1.2. Pentingnya Pengamatan Sisi Konsumsi..................................................6
2.2. Prospek Komoditi Dari Sisi Permintaan (Ekspor atau Impor) dan Daya
Saing.................................................................................................................................. 6
2.3. Permasalahan Komoditi Dari Sistem Agribisnis..........................................8
2.3.1. Agribisnis Hulu................................................................................................. 8
2.3.2. Agribisnis On Farm.......................................................................................... 9
2.3.3. Agribisnis Hilir............................................................................................... 10
2.3.4. Pemasaran........................................................................................................ 10
2.3.5. Penunjang......................................................................................................... 11
2.4. Analisis Usahatani Tanaman Pangan Padi...................................................11
2.5. Pemasaran dalam Agribisnis Dari Tanaman Pangan Padi....................15
a. Lembaga Pemasaran yang Terlibat................................................................15
b. Saluran Pemasaran................................................................................................ 16
c. Efisiensi Pemasaran.............................................................................................. 17
d. Fungsi Pemasaran.................................................................................................. 18
2.6. Risiko dalam Agribisnis Tanaman Pangan Padi........................................20
2.7. Teknologi Alternatif dalam Upaya Pengembangan Tanaman Pangan
Padi....................................................................................................................................22
2.8. Kelembagaan Pendukung dalam Pengembangan Tanaman Pangan
Padi...................................................................................................................................23
BAB III. PENUTUP..................................................................................................... 27
3.1. Kesimpulan............................................................................................................... 27
ii
3.2. Saran........................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 29
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1
ataupun dunia, dan terjadinya perubahan pola makanan pokok pada
beberapa daerah tertentu, dari umbi-umbian ke beras.
2
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Praktikum Manajemen Agribisnis Pangan dan Hortikultura serta
untuk mengetahui:
1.3. Manfaat
3
BAB II. ISI
Masyarakat sebagai konsumen mulai memiliki pola pikir yang lebih tajam,
tidak hanya peduli pada faktor pemenuhan kebutuhan pribadi sesaat saja,
namun juga peduli pada penciptaan kesejahteraan jangka panjang. Mereka
semakin menyadari adanya hubungan antara gaya hidup dan konsumsi
individu dengan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang besar.
Hubungan yang dimaksud disini adalah bagaimana perilaku konsumtif
mereka ternyata merupakan salah satu bagian dari rantai panjang yang
menghubungkan berbagai macam aspek yang melibatkan berbagai pihak lain
serta memberikan dampak kepada pihak-pihak tersebut.
4
dapat memperoleh sekedar penghasilan bagi kepentingan keluarga, dengan
menghiraukan keterkaitan status sosial, derajat, pangkat dan jabatan. Bagi
masyarakat desa yang berjualan di pasar tradisional tidak mengenal arti
ekonomi secara global dalam wawasan teori walaupun yang dilaksanakan
mengarah pada transaksi pasar yang disesuaikan faktor produksi, artinya
barang yang dijual akan memperoleh keuntungan walaupun sedikit.
Barang yang dibuat atau diciptakan para petani kecil biasanya berupa
benda konsumsi misalnya beras, jagung, ketela, dan kacang-kacangan. Jika
melihat dari usaha pengadaan barang para petani yang didapat dari hasil
tanaman, maka akan ada konsep tentang produksi pertanian, populernya
disebut agribisnis, artinya cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan
pangan, sehingga strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek
bendanya, penyediaan bahan baku, pasca panen, proses pengolahan hingga
tahap pemasaran (Wikipedia, Google). Dari segi ruang lingkup teori secara
luas berorientasi pada ilmu ekonomi regional yaitu ilmu yang mempelajari
usaha manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memasukkan unsur
perbedaan potensi satu wilayah dengan wilayah lain (R.Tarigan, 2004, hal 1).
5
Konsumsi adalah pengeluaran untuk barang dan jasa seperti makanan,
pakaian, transportasi, pengobatan dan perumahan. Dalam kehidupan sehari-
hari suatu keluarga menggunakan uang mereka dengan cara yang berbeda,
namun secara statistik menunjukkan bahwa rata-rata terdapat pola
keteraturan umum dalam mengalokasikan dana untuk pembelian makanan,
pakaian dan barang-barang pokok lainnya (Samuelson, 1997. Hal 161).
2.2. Prospek Komoditi Dari Sisi Permintaan (Ekspor atau Impor) dan
Daya Saing
Nilai impor yang semakin kecil dan nilai ekspor yang semakin besar
merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara dalam melakukan
perdagangan antar negara. Secara empirik situasi tersebut tercerminkan
pada penurunan rasio impor terhadap ekspor atau peningkatan surplus
perdagangan suatu negara. Namun seberapa jauh tujuan tersebut dapat
dicapai sangat tergantung kepada daya saing produk yang dihasilkan. Jika
6
daya saing produk yang dihasilkan relatif lemah dibandingkan negara lain
maka akan terjadi defisit perdagangan, dengan kata lain nilai impor lebih
tinggi daripada nilai ekspor.
7
Komoditas beras merupakan komoditas strategis yang memiliki
sensitivitas politik, ekonomi, dan kerawanan sosial yang tinggi. Peran
strategis beras dalam perekonomian nasional adalah: (1) usahatani padi
menyediakan kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 21
juta rumah tangga petani; (2) merupakan bahan pangan pokok bagi 95
persen penduduk Indonesia yang jumlahnya sekitar 205 juta jiwa, dengan
pangsa konsumsi energi dan protein yang berasal dari beras di atas 55
persen; dan (3) sekitar 30 persen dari total pengeluaran rumah tangga
miskin dialokasikan untuk beras.
8
maka keberlanjutan agribisnis padi yang menyediaan pangan bermutu untuk
mendukung ketahanan pangan dapat berjalan berkesinambungan. Faktor
yang sangat krusial pada agribisnis padi adalah ketersedian pupuk dan
pestisida organik yang merupakan input utama dalam agribisnis padi. Pupuk
dan pestisida organik harus dijamin kemurniannya. Kelembagaan
penyediaan pupuk dan pestisida organik meliputi dua unsur yaitu peternak
sebagai penyediaan bahan baku pupuk dan pestidida organik dan produsen
pupuk dan pestisida yang mengolah kotoran ternak menjadi pupuk dan
pestisida organik. Kelompok peternak dan kelompok produsen pupuk
organik menjadi alternatif yang paling memungkinkan dalam desain
kelembagaan ini. Keanggotaan kelompok peternak dan kelompok produsen
ternak hampir sama meskipun tidak sama persis karena seorang peternak
tidak otomatis sebagai produsen pupuk dan produsen pupuk belum tentu
sebagai peternak meskipun bisa menjadi anggota keduanya.
9
sehingga budidaya padi tidak menyimpang dari prosedur yang telah
ditetapkan. Terjaminnya kelembagaan ini maka keberlanjutan kelembagaan
agribisnis padi juga akan terjamin sehingga kontribusi dalam menyediaan
pangan bermutu untuk mendukung ketahanan pangan dapat berjalan
berkesinambungan.
2.3.4. Pemasaran
10
2.3.5. Penunjang
1. Satu kali musim tanam adalah mulai dari persiapan penanaman benih
padi sampai dengan padi siap dipasarkan selama 4 bulan.
2. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan usahatani padi sawah
yang di hitung dalam satu kali proses produksi, terdiri dari :
a. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, yaitu meliputi :
Pajak bumi bangunan (PBB), yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk membayar pajak atas tanah atau lahan sawah, dihitung
dalam satuan rupiah per satu kali proses produksi.
Penyusutan alat, dinyatakan dalam satuan rupiah per satu kali
proses produksi. Besarnya penyusutsan alat dihitung dengan
11
menggunakan metode garis lurus adalah sebagai berikut:
Penyusutan = (Nilai beli – Nilai sisa) / Umur ekonomi
Nilai sisa merupakan nilai pada waktu alat itu sudah tidak
dapat digunakan lagi atau di anggap nol.
Bunga modal dihitung dalam satuan rupiah, dan besarnya nilai
bunga modal disesuaikan dengan standar bunga bank yang
berlaku pada saat penelitian.
b. Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dan habis dalam satu
kali proses produksi diantaranya :
Benih padi dihitung dalam satuan kilogram dan dinilai dalam
satuan rupiah.
Tenaga kerja dihitung dalam satuan HKSP dan dinilai dalam
satuan rupiah.
Pupuk berupa pupuk organik dihitung dalam satuan kilogram
dan dinilai dalam satuan rupiah.
Obat semprot (pestisida) dihitung dalam satuan liter dan
dinilai dalam satuan rupiah.
Bunga modal dihitung dalam satuan rupiah, dan besarnya nilai
bunga modal disesuaikan dengan standar bunga bank yang
berlaku pada saat penelitian.
3. Jumlah produksi adalah banyaknya padi dalam satu kali proses
produksi.
4. Harga produksi adalah harga penjualan padi yang diterima oleh
pedagang pengecer maupun pedagang pengepul yang dihitung dalam
satuan rupiah.
5. Penerimaan adalah produksi total dikalikan dengan harga jual produk
dan dinilai dengan satuan rupiah.
6. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan.
7. R/C adalah perbandingan nilai penerimaan total dengan biaya total.
1. Analisis Biaya
TC = FC + VC
12
Dimana :
2. Analisis Penerimaan.
TR = Y . Py
Dimana :
Py = Harga
3. Analisis Pendapatan.
Π = TR – TC
Dimana :
Π = Pendapatan
4. R/C.
R/C = TR / TC
Dimana :
R/C < 1, maka usaha tersebut rugi sehingga tidak layak diteruskan
13
R/C = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (impas) sehingga
tidak layak diteruskan.
R/C > 1, maka usaha tersebut untung dan layak untuk diteruskan.
Besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, dan R/C dari usahatani padi sawah
dihitung per setengah hektar per satu kali proses produksi atau selama 4
bulan.
Biaya Tetap
Rata-rata biaya tetap total usahatani padi sawah per satu kali proses
produksi sebesar Rp. 151.304,46. Biaya tetap yang paling besar adalah
penyusutan alat dan bangunan yaitu Rp. 126.203,70 (83,41%) dari biaya
total yang dikeluarkan Petani. Adapun penggunaan biaya tetap lainnya yaitu
pajak bumi dan bangunan Rp. 20.693,83 (13,68%), dan bunga atas modal
tetap yang dikeluarkan Rp. 4.406,93 (2,91%).
Biaya Variabel
Rata-rata biaya variabel total usahatani padi per satu kali proses
produksi sebesar Rp. 1.865.284,51. Rata-rata biaya variabel yang paling
besar adalah biaya tenaga kerja yaitu Rp. 1.247.666,67 (66,89%) dari biaya
total yang dikeluarkan Petani. Adapun penggunaan sarana produksi Rp.
563.289,17 (30,20%) dan bunga variabel Rp. 54.328,67 (2,91%). Penerimaan
Usahatani Padi sawah Hasil produksi padi yang dihasilkan dalam satu kali
proses produksi 1223,60 kg.
Hasil produksi padi yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi
1223,60 kg. Sedangkan harga hasil produksi yang berlaku di daerah
penelitian adalah Rp. 4.400 per kg, jadi rata-rata penerimaan yang diperoleh
Petani dalam satu kali proses produksi sebesar Rp. 5.383.840.
14
R/C untuk usahatani padi dapat dihitung sebagai berikut :
R/C = 2,67
15
panen dan selanjutnya petani menyimpan gabah di LDM dan dijual
ketika harga gabah tinggi. Namun saat ini peran LDM masih belum
optimal, sehingga campur tangan Pemerintah melalui Bulog,
sangat diharapkan untuk mengatasi hal ini
b) Penggilingan melakukan seluruh fungsi pemasaran yang meliputi
fungsi pertu-karan berupa pembelian dan penjualan, fungsi fisik
berupa pengangkutan, pengolahan (penjemuran dan penggilingan),
pengemasan, dan penyimpanan serta fungsi fasilitas berupa
standardisasi, penanggungan risiko, permodalan dan informasi pasar
c) Pedagang grosir kecamatan hanya melakukan fungsi fisik berupa
pengangkutan dan penyimpanan serta fungsi fasilitas berupa fungsi
permodalan dan fungsi informasi pasar
d) Pedagang grosir pasar melakukan fungsi pembelian, fungsi penjualan,
fungsi pengangkutan, fungsi penanggungan risiko, fungsi permodalan
dan fungsi informasi pasar
e) Pedagang pengecer di Kabupaten Pelalawan melakukan fungsi
pemasaran yang sama, yakni fungsi pertukaran berupa fungsi
pembelian dan fungsi penjualan, fungsi fisik berupa fungsi
pengangkutan dan fungsi pengemasan, serta fungsi fasilitas berupa
penanggungan risiko dan fungsi permodalan.
b. Saluran Pemasaran
c. Efisiensi Pemasaran
16
resmi di sepanjang jalan antara produsen dengan konsumen. Peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan konsumen juga menyebabkan semakin
kompleknya peran dan fungsi pemasaran sehingga berakibat pada tingginya
biaya pemasaran yang harus dikeluarkan. Semakin tinggi biaya pemasaran
menyebabkan semakin rendah tingkat harga produk di tingkat produsen.
d. Fungsi Pemasaran
17
padi yaitu petani, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Adapun
fungsi-fungsi pemasaran tersebut meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik dan
fungsi fasilitas.
- Fungsi pertukaran
a) Fungsi pembelian
b) Fungsi penjualan
- Fungsi fisik
18
Kemudian pedagang pengumpul akan membawa gabah tersebut ke jalan
lintas agar memudahkan dalam proses transakasi baik dipihak petani,
pedagang pengumpul maupun pedagang besar. Biaya pengangkutan yang
dikeluarkan pedagang pengumpul adalah sebesar 326,1/kg. Pemasaran
gabah oleh pedagang pengumpul ke pedagang besar menggunakan mobil.
Jadi setelah gabah tersusun dipinggiran jalan lintas maka mereka akan
mengangkutnya ke mobil fuso yang ditutupi dengan plastik terpal. Umumnya
mereka berangkat pada pada sore ataupun malam hari karena proses
panen gabah pada umumnya selesai sore hari. Biaya transportasi
yang dikeluarkan oleh pedagang besar dalam pengangkutan gabah
tersebut adalah Rp 207,5/kg.
- Fungsi fasilitas
a) Fungsi pembiayaan
Yang terlibat dalam menentukan harga padi dari petani dilakukan oleh
pedagang besar karena pedagang besar menyesuaikan harga gabah yang
ada di Kabupaten lain seperti Siak dan biasanya awal panen dan
pertengahan panen harga gabah stabil tetapi pada akhir panen maka harga
gabah tidak stabil hal ini dikarenakan stok gabah sudah banyak dan
gabah yang dipanen sudah tidak bagus lagi dan warna kulit gabah tidak
cerah seperti umumnya karena diserang oleh hama penyakit seperti
wereng atau belalang. Adapun harga jual gabah yang ditetapkan petani
ke pedagang pengumpul yaitu Rp3.750/kg dan pedagang pengumpul
menjual ke toke besar sebesar Rp 4.800/kg.
19
2.6. Risiko dalam Agribisnis Tanaman Pangan Padi
Sebagian besar dari petani padi sawah sebagian besar termasuk dalam
dalam kategori petani subsisten, karena kegiatan usahatani yang dilakukan
20
bukan hanya untuk tujuan komersialisasi tetapi juga untuk memenuhi
kebutuhan pangan rumah tangganya. Kehidupan petani di pedesaan cukup
dekat dengan batas subsistem dan selalu mengalami ketidakpastian cuaca,
sehingga petani tidak mempunyai kesempatan untuk menerapkan
perhitungan keuntungan maksimum dalam berusahatani. Petani akan
berusaha menghindari kegagalan dan bukan memperoleh keuntungan yang
besar dengan mengambil risiko (Sriyadi,2010). Berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh petani seperti tersebut diatas menjadi kendala bagi mereka
untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan mewujudkan ketahanan
pangan rumah tangganya. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan
risiko yang harus dihadapi oleh petani dalam melakukan aktivitas
usahataninya.
21
produktivitas usahatani padi dan jagung adalah dengan mengintegrasikan
antar sektor dan antar wilayah dalam pengembangan usaha pertanian di
Indonesia.
22
menggabungkan semua komponen usahatani terpilih yang serasi dan saling
berhubungan, untuk mendapatkan hasil panen yang optimal dan menjaga
kelestarian lingkungan (Sumarno, 2000). Selanjutnya Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (2011) menyatakan bahwa Pengelolaan Tanaman dan
Sumberdaya Terpadu atau disingkat PTT adalah pendekatan dalam upaya
mengelola lahan, air, tanaman, OPT dan iklim secara
terpadu/menyeluruh/holistic dan dapat diterapkan secara lumintu
(berkelanjutan). PTT dapat diilustrasikan sebagai sistem pengelolaan yang
menggabungkan berbagai sub sistem pengelolaan, seperti sub sistem
pengelolaan hara tanaman, Konservasi tanah dan air, Bahan organik dan
organisme tanah, tanaman (benih, varietas, bibit, populasi tanaman dan jarak
tanam), pengendalian hama dan penyakit/ organisme pengganggu tanaman,
dan sumber daya manusia.
23
Ketersediaan dan aplikasi sarana produksi (saprodi) yang sesuai
dengan kebutuhan komoditas merupakan salah satu faktor keberhasilan
usaha tani. Sarana produksi utama yang dibutuhkan petani padi sebagai
kegiatan utama di desa penelitian adalah benih, pupuk, khususnya pupuk
anorganik dan obat-obatan. Umumnya ketidak cukupan saprodi di desa
hanya bersifat sementara. Keterbatasan ketersediaan saprodi di kios
terdekat salah satunya dapat diantisipasi melalui peran serta aktif Kelompok
Tani, Gapoktan maupun Koperasi sebagai wadah untuk menyediakan
kebutuhan saprodi bagi petani. Pada umumnya saprodi relatif tersedia di
kios setempat, masalah yang ditemui adalah keterlambatan dalam
pendistribusian saprodi. Bilaketersediaan saprodi tidak merupakan kendala,
justru masalah modal terbatas merupakan faktor dominan di kalangan
petani.
24
Alsintan yang umum dipergunakan oleh petani padi antara lain adalah
traktor, pompa air dan alat pasca panen seperti threser dan penggilingan
padi (RMU). Traktor dan pompa air selain milik individu sebagian ditemukan
dimiliki oleh kelompok. Petani di beberapa wilayah tertentu sudah
mempunyai hubungan langganan dengan penjual jasa alsintan. Lokasi para
penjual jasa alsintan tersebut umumnya masih berada di dalam desa.
25
baik sebagai wadah dalam mengorganisir berbagai kegiatan dan
mengakomodir kebutuhan informasi usaha tani bagi petani, bila dijalankan
sesuai fungsinya secara efektif, efisien dan tepat guna. Keberhasilan
pelaksanaan program pembangunan dan kebijakan di bidang pertanian baik
dalam bidang penetrasi dan pengembangan serta akselerasi teknologi usaha
tani, maupun penyuluhan dan informasi pasar, menjadi salah satu cermin
berfungsinya kelembagaan suatu kelompok tani. Peran kelompok tani atau
Gapoktan menjadi penting terkait dengan mendukung program pemerintah
dan pendistribusian saprodi.
3.1. Kesimpulan
26
ataupun dunia, dan terjadinya perubahan pola makanan pokok pada
beberapa daerah tertentu, dari umbi-umbian ke beras.
27
padi.Dalam memasarkan hasil, umumnya petani menjual per satuan unit,
namun demikian sistem tebasan semakin berkembang karena dinilai lebih
praktis dan cepat memperoleh uang tunai. Pemasaran hasil (gabah/beras)
relatif lancar, hanya masalah harga yang murah di musim panen
raya.Keberadaan kelompok tani tidak semua berfungsi dengan baik,
terutama dibentuk karena bukan dari bawah, sehingga untuk kondisi yang
demikian peluang keberlanjutan kegiatan diragukan. Namun demikian
kelompok tani atau Gapoktan akan berkembang bila kegiatannya didukung
oleh modal sosial kelompok.
3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada makalah ini adalah agar lebih
mendalami bagaimana usahatani tanaman pangan, khususnya padi, di
lapangan langsung. Serta lebih berhati-hati dalam menghitung biaya tetap
dan variable dalam usahatani padi.
DAFTAR PUSTAKA
Purwantini, Tri Bastuti dan Wahyuning K. Sejati. 2013. Peran
Kelembagaan Agribisnis Penunjang dalam Usaha Tani Padi.
28
Dewi, Listiana. 2017. Analisis Sistem Agribisnis Padi Sawah di
Kawasan Ekosistem.
http://eprints.undip.ac.id/54409/2/BAB_I.pdf
29