Anda di halaman 1dari 41

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI BALI

(PERKANDANGAN, PAKAN, SANITASI)


DI KELOMPOK TANI “TANI MAJU”
DESA PANGKALAN SATU KECAMATAN KUMAI

Disusun oleh
SUTARYO, S.Pt

DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN


PERKEBUNAN
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa atas

limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga karya tulis ilmiah dengan Judul

Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali (Perkandangan, Pakan, Sanitasi) di

Kelompok Tani “Tani Maju” Desa Pangkalan Satu Kecamatan Kumai dapat

disusun.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari dukungan, semangat dan

bimbingan dari berbagai pihak baik bersifat moril maupun materil. Oleh karena

itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu penulis selama kegiatan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah tentu masih terdapat banyak

kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan.

Pangkalan Bun, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..……………. i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………….. iv

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................4

2.1 Sapi Bali ................................................................................................... 4


2.2 Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali ......................................................... 4
2.2.1 Intensif .......................................................................................................4
2.2.2 Semi Intensif ..............................................................................................6
2.2.3 Ekstensif .....................................................................................................6
2.3 Manajemen Perkandangan........................................................................ 8
2.4 Manajemen Pemberian Pakan .................................................................. 10
2.4.1 Pakan Hijauan ..................................................................................... 11
2.4.2 Konsentrat ........................................................................................... 12
2.4.3 Silase ................................................................................................... 12
2.5 Manajemen Sanitasi.................................................................................. 13

BAB III METODE PRAKTEK KERJA LAPANG.......................................................... 14

3.1 Waktu dan Tempat.................................................................................. 14


3.2 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 14
3.3 Diagram Alir/Kerangka Kerja ................. Error! Bookmark not defined.
3.4 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang .. Error! Bookmark not defined.

iii
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH .16

4.1 Gambaran Umum Usaha Tani ................................................................ 16


4.2 Struktur Organisasi dan Job Deskripsi ................................................... 16
4.3 Sejarah Kelompok Tani .......................................................................... 19

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................20

5.1 Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali ............................................................ 20


5.1.1 Intensif ............................................................................................................20
5.2 Manajemen Perkandangan........................................................................... 23
5.3 Manajemen Pemberian Pakan ..................................................................... 26
5.3.1 Pakan Hijauan .................................................................................................26
5.3.2 Konsentrat .......................................................................................................27
5.3.3 Silase ...............................................................................................................28
5.4 Manajemen Sanitasi..................................................................................... 29

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................31

6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 31


6.1 Saran ....................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................32

LAMPIRAN.....................................................................................................................35

iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi...................................................................... 19

v
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman

1. Denah Lokasi Kandang ......................................................... 37

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeliharaan sapi tidak hanya bagaimana sapi-sapi yang dipelihara dapat

makan dan tumbuh. Peternak harus memperhatikan aspek-aspek terkait dalam hal

pemeliharaan. Aspek-aspek tersebut meliputi perkandangan, pakan yang

diberikan, sanitasi, pembibitan, penanganan kesehatan, perkawinan, pengelolaan

limbah, serta aspek terkait lainnya yang diharapkan akan menghasilkan

produktivitas yang tinggi. Kendala yang terdapat di dalam pemeliharaan sapi Bali

diantaranya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap Good Farming

Practices No. 46/Permentan/PK.210/8/2015 dan penerapannya yang

menyebabkan pemeliharaan sapi-sapi tersebut kurang maksimal.

Tiga aspek penting yang harus diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan

sapi Bali yaitu aspek pemberian pakan (feeding), pembibitan (breeding) dan

manajemen. Beberapa peternak tidak memperhatikan aspek tersebut, karena

manajemen pemeliharaan yang bersifat tradisional (diwariskan secara turun-

temurun). Upaya pemerintah melalui Ditjen Peternakan untuk meningkatkan

pemeliharaan ternak ke arah yang lebih baik, maka diterbitkan suatu pedoman

mengenai penerapan aspek teknis peternakan dengan memberikan nilai untuk

setiap aspek teknis yang meliputi perbaikan pakan baik kualitas maupun kuantitas,

penerapan tatalaksana pemeliharaan yang baik dan sehat.

Tata laksana pemeliharaan salah satunya adalah perkandangan. Kandang

berfungsi sebagai pelindung bagi ternak dan penunjang produktivitas. Kandang

1
memudahkan dalam memelihara ternak khususnya penanganan pengawasan

terhadap ternak dapat dilakukan lebih teliti, baik menyangkut masalah kesehatan,

produksi (termasuk laju pertumbuhan – perkembangan), dan reproduksi ternak.

Pakan merupakan hal penting pada usaha peternakan. Jika pakan yang

diberikan tepat, maka hasil yang dicapai akan sesuai dengan yang diharapkan.

Sapi Bali akan menghasilkan bibit dan daging yang baik jika pakan yang

diberikan sesuai kebutuhan. Pemberian pakan seperti rumput, jerami, silase

memiliki serat kasar tinggi yang penting untuk pencernaan sapi. Ternak

ruminansia membutuhkan pakan yang memiliki serat kasar tinggi karena sangat

baik untuk kesehatan pencernaan dan fungsi rumen. Pakan yang memiliki serat

kasar tinggi antara lain jerami dan silase.

Sanitasi pada ternak sangat berperan terhadap kesehatan ternak dan

produktivitas. Adanya sanitasi kandang yang kurang baik membuat limbah

kotoran sapi menumpuk dan mengotori lingkungan. Limbah yang menumpuk

tersebut dapat menjadi penyakit bagi sapi dan lingkungan sekitar. Inilah beberapa

faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas usaha ternak sapi Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana manajemen perkandangan yang ada di Kelompok Tani “Tani

Maju” Desa Pangkalan Satu?

2. Bagaimana manajemen pakan sapi Bali yang dilakukan di Kelompok Tani

“Tani Maju” Desa Pangkalan Satu?

2
3. Bagaimana manajemen sanitasi di Kelompok Tani “Tani Maju” Desa

Pangkalan Satu?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui manajemen perkandangan yang ada di Kelompok Tani “Tani

Maju” Desa Pangkalan Satu?

2. Mengetahui manajemen pakan sapi Bali yang dilakukan di Kelompok Tani

“Tani Maju” Desa Pangkalan Satu?

3. Mengetahui manajemen sanitasi di Kelompok Tani “Tani Maju” Desa

Pangkalan Satu?

1.4 Manfaat

Manfaat dilaksanakannya penyusunan karya tulis ilmiah:

1. Mengetahui proses manajemen pemeliharaan sapi bali (perkandangan,

pakan, sanitasi) dengan membandingkan ilmu teori yang diperoleh dengan

keadaan di lapang.

2. Sebagai pedoman atau informasi bagi para peternak sapi Bali.

3. Sebagai bahan perencanaan dalam mengembangkan peternakan sapi Bali di

Kalimantan Tengah.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Bali

Sapi Bali merupakan salah satu bangsa sapi asli di Indonesia yang

merupakan hasil domestikasi langsung dari Banteng liar. Sapi Bali

dikembangkan, dimanfaatkan dan dilestarikan sebagai sumberdaya ternak asli

yang mempunyai ciri khas tertentu dan mempunyai kemampuan untuk

berkembang dengan baik pada berbagai lingkungan yang ada di Indonesia. Sapi

Bali juga memiliki performa produksi yang cukup bervariasi dan kemampuan

reproduksi yang tetap tinggi. Sehingga, sumberdaya genetik sapi Bali merupakan

salah satu aset nasional yang merupakan plasma nutfah yang perlu dipertahankan

keberadaannya dan dimanfaatkan secara lestari sebab memiliki keunggulan yang

spesifik. Sapi Bali juga telah masuk dalam aset dunia yang tercatat dalam daftar

FAO sebagai salah satu bangsa sapi yang ada di dunia (DGLS, 2003)

2.2 Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali

Manajemen pemeliharaan sapi Bali berdasarkan Permentan No.

6/Permentan/PK.210/8/2015 dapat dilakukan secara intensif, semi intensif dan

ekstensif.

2.2.1 Intensif

Pemeliharaan intensif adalah pemeliharaan dengan cara sapi dikandangkan,

kebutuhan pakan dan air minum disediakan penuh. Pola ini meliputi:

4
1. Pemeliharaan pedet dilakukan sebagai berikut:

a. Melakukan penanganan khusus pedet yang baru lahir sampai umur 7

hari

b. Penimbangan bobot lahir

c Pemasangan nomor identitas pedet

d. Pemeliharaan dalam kandang individu sampai umur1bulan dan

bebas bergerak serta mendapat sinar matahari pagi

e. Pakan hijauan diberikan pada umur sesudah 3 bulan

f. Dilakukan penyapihan pada umur 6-8 bulan.

2. Pemeliharaan pedet lepas sapih dilakukan sebagai berikut:

a. Penimbangan bobot sapih

b. Pedet dipelihara dalam satu kelompok umur dan jenis kelamin yang

sama

c. Pedet bebas bergerak dan mendapat sinar matahari cukup

d. Pemberian pakan dalam jumlah dan mutu sesuai standar dan

pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum).

3. Pemeliharaan sapi dara dilakukan sebagai berikut:

a. Mulai dikawinkan pada umur 18 bulan atau telah mencapai dewasa

tubuh

b. Perkawinan dianjurkan dengan inseminasi buatan

c. Pemberian pakan dalam jumlah dan mutu sesuai standar

d. Pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum)

e. Mencatat tanggal perkawinan,identitas pejantan yang digunakan,dan

hasil pemeriksaan kebuntingan

5
f. Melakukan pemeriksaan kesehatan hewan secara rutin

4. Pemeliharaan induk bunting dilakukan sebagai berikut:

a. Pemberian pakan ditingkatkan mutunya terutama setelah 6 bulan

kebuntingan

b. Pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum)

c. Bebas bergerak

d. Satu bulan sebelum melahirkan sapi ditempatkan pada kandang

beranak

e. Mencatat pelayanan kesehatan hewan.

5. Pemeliharaan untuk penggemukan dilakukan sebagai berikut:

a. Penimbangan bobot badan awal dan bobot badan akhir

b. Pemberian pakan dalam jumlah dan mutu sesuai standar

c. Pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum)

d. Lama penggemukan 4-6 bulan

2.2.2 Semi Intensif

Pemeliharaan sapi dengan cara sapi dikandangkan dan/atau digembalakan

serta sumber pakan utama disediakan sebagian dan/atau berasal dari padang

penggembalaan. Pola budidaya semi intensif ini hampir sama dengan budidaya

intensif, namun dalam penyediaan pakan dan minum tidak sepenuhnya disediakan

di kandang.

2.2.3 Ekstensif

Pemeliharaan ekstensif adalah pemeliharaan sapi dengan cara sapi tidak di

kandangkan dan sumber pakan utama berasal dari padang penggembalaan.

Pemeliharaan ini dapat dilakukan ke ternak pada beberapa fase, yaitu

6
1. Pemeliharaan pedet dilakukan sebagai berikut:

a. Pedet dijaga dari kemungkinan gangguan penyakit dan aman dari

kemungkinan kecelakaan

b. Pedet dibiarkan selalu bersama induknya sampai umur lepas sapih

yaitu umur 6 sampai dengan 8 bulan.

2. Pemeliharaan pedet lepas sapih dilakukan sebagai berikut:

a. Sapi ditempatkan di paddock dalam satu kelompok umur dan jenis

kelamin yang sama

b. Sesuaikan dengan kapasitas tampung pastura.

3. Pemeliharaan sapi dara dilakukan sebagai berikut:

a. Sapi ditempatkan di paddock berdasarkan kelompok umur dan jenis

kelamin.

b. Mulai dikawinkan pada umur 18 bulan atau telah mencapai dewasa

tubuh

c. Sapi dara siap kawin ditempatkan pada paddock khusus untuk

perkawinan

d. Perkawinan biasanya dilakukan dengan kawin alam.

e. Mencatat tanggal perkawinan, identitas pejantan yang digunakan, dan

hasil pemeriksaan kebuntingan.

4. Pemeliharaan induk bunting dilakukan sebagai berikut:

a. Sapi bunting ditempatkan pada paddock terpisah, diberi pakan dan

vitamin/mineral tambahan.

b. Pengawasan dilakukan untuk penanganan sapi yang memperlihatkan

tanda-tanda akan melahirkan.

7
c. Mengeluarkan induksapi yang telah menunjukkan tanda- tandaakan

melahirkan, dan menempatkan pada paddock terpisah.

d. Perkawinan biasanya dilakukan dengan kawin alam.

e. Pencatatan tanggal perkawinan, identitas pejantan yang digunakan,

dan hasil pemeriksaan kebuntingan.

5. Pemeliharaan pejantan dilakukan sebagai berikut:

a. Ditempatkan pada paddock tersendiri.

b. Pemberian pakan dalam jumlah dan mutu sesuai standar.

c. Melakukan pemeriksaan kesehatan hewan secara rutin.

d. Penggunaan pejantan dalam perkawinan perlu diatur untuk

menghindari terjadinya perkawinan sedarah

2.3 Manajemen Perkandangan

Kandang merupakan salah satu faktor lingkungan hidup ternak dan harus

memberikan jaminan untuk hidup yang sehat dan nyaman. Bangunan kandang

diupayakan mampu melindungi ternak dari gangguan yang berasal dari luar

seperti sengatan matahari, cuaca buruk, hujan dan tiupan angin kencang. Secara

umum kontruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, bersikulasi udara baik.

Oleh karena itu, kontruksi kandang yang perlu mendapat perhatian adalah arah

kandang, ventilasi, atap, dinding dan lantai (Sugeng dan Sudarmono,2008).

Menurut Sarwono dan Arianto (2003), jarak kandang yang dianjurkan

adalah >50 m dari rumah. Selanjutnya ditambahkan oleh Santoso (2006), bahwa

perlengkapan kandang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak. Di samping

itu dengan adanya drainase akan membuat lingkungan kandang bersih sehingga

8
tidak ada air yang tergenang. Menurut Pasaribu (2008), untuk mendirikan kandang

sapi harus memperhatikan beberapa hal antara lain:

1. Penentuan lokasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi kandang adalah

sumber air bersih untuk air minum, memandikan sapi, pembersihan kandang dan

peralatan kandang. Kandang tempatnya lebih tinggi dari lingkungan sekitar atau

sekitar bangunan kandang tidak ada pohon besar, selain itu kandang agak jauh

dari pemukiman penduduk pada jarak yang dianjurkan dalam Good Farming

Practise (GFP) adalah 25 meter dari pemukiman penduduk.

2. Kontruksi kandang

Kontruksi kandang harus memperhatikan dinding kandang terbuka (tidak

seluruhnya di tutup) supaya sirkulasi udara berjalan lancar, atap kandang kuat dan

tahan lama. Hal ini penting untuk menahan curah hujan, terik matahari dan di

sarankan sebaiknya atap menggunakan genteng. Lantai kandang tidak licin, tidak

tembus air dan tahan lama, maka kemiringan lantai adalah 3 cm tiap meter ke arah

parit. Parit kandang terbuat dari semen, berbentuk melekuk atau persegi dengan

lebar 20–30 cm dan dibuat miring kesaluran pembuangan kotoran.

3. Tempat pakan

Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan tempat pakan adalah terbuat

dari kayu atau semen yang dasarnya rapat sehingga pakan yang diberikan tidak

tercecer atau terbuang. Tempat minum tidak bocor, mudah dibersihkan dan cukup

untuk keperluan karena ternak membutuhkan air minum minimal 30 liter per hari

per ekor.

9
4. Bentuk kandang

Berdasar penempatan atau peruntukan ternak, bentuk kandang dibedakan

menjadi kandang tunggal dan kandang ganda. Kandang tunggal adalah kandang

dengan penempatan sapi satu baris. Kandang baris adalah kandang dengan

penempatan sapi dua baris yaitu saling berhadapan (head to head) atau saling

berlawanan (tail to tail). Tipe kandang head to head dan tail to tail ukurannya

adalah sebagai berikut tempat pakan lebar 80-90 cm, dalam 25-30 cm, panjang

105-110 cm, tinggi dari lantai 60 cm. Tempat minum 1 m (lebih besar lebih baik)

dan parit lebar 25-30 dam dala 10-20 cm. Ukuran lantai kandang 165-180 cm

(sesuaikan dengan panjang badan sapi), kemiringan 3 cm tiap meter, panjang

untuk tiap ekor sapi 125-150 cm.

5. Peralatan kandang

Peralatan kandang adalah alat yang digunakan untuk kegiatan pembersihan

kandang dan lingkungan, pembersihan ternak sapi dan kegiatan pemberian pakan

dan minum. Peralatan yang lazim digunakan adalah ember, cangkul, garpu, skop,

sapu lidi, garu, sikat ijuk atau plastik, gerobak dorong dan seperangkat mesin air

serta selang untuk suplai air minum dan memandikan sapi.

2.4 Manajemen Pemberian Pakan

Pakan merupakan kebutuhan utama ternak. Pakan yang diberikan akan

digunakan oleh tubuh sehingga mampu bertahan hidup dan kesehatan terjamin

(Sudarmono dan Sugeng, 2008). Pakan dibutuhkan oleh ternak untuk tumbuh dan

berkembang biak. Pakan yang baik mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok

ternak. Pakan yang baik mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak,

air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2002).

10
Pengelolaan pakan akan sangat menentukan tingkat keberhasilan

pemeliharaan sapi. Ketersediaan padang penggembalaan pada pemeliharaan

ternak sapi diperlukan sebagai sumber pakan hijauan. Pemberian pakan dapat

dilakukan dengan pemotongan rumput, kemudian diberikan pada ternak sapi yang

ada di dalam kandang. Pemberian pakan seperti ini disebut cut and carry. Selain

itu, rumput juga dapat dikonsumsi langsung oleh sapi di areal padang

penggembalaan berdasarkan pada daya tampung (stocking rate). Padang

penggembalaan tersebut untuk mencukupi kebutuhan penggembalaan setiap Unit

Ternak (UT) (Santosa, 2005). Ketersediaan pakan harus mencukupi kebutuhan

ternak, baik yang berasal dari hijauan/rumput, maupun pakan konsentrat yang

dibuat sendiri atau berasal dari pabrik (Direktorat Jenderal Peternakan, 2015).

2.4.1 Pakan Hijauan

Hijauan adalah pakan ternak berupa tanam-tanaman dan mengandung serat

kasar yang dapat dikonsumsi oleh ternak (Firman, 2010). Menurut Sudarmono

dan Sugeng (2008), pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang berasal dari

tanaman atau tumbuhan berupa dedaunan, terkadang termasuk batang, ranting dan

bunga.

Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008), pakan hijauan termasuk ke dalam

kelompok bangsa rumput (Gramineae), legume dan tumbuhan lainnya. Pemberian

dapat dilakukan dalam dua macam bentuk, yakni hijauan segar dan hijauan

kering. Hijauan segar adalah hijauan yang diberikan dalam keadaan segar

sedangkan hijauan kering dapat berupa hay.

11
2.4.2 Konsentrat

Menurut Firman (2010), konsentrat adalah bahan pakan yang dicampurkan

bersama bahan pakan lainnya guna meningkatkan keserasian komposisi gizi dari

keseluruhan pakan. Menurut Sarwono (2002), pemberian kosentrat tidak

dianjurkan secara berlebihan, sebaiknya pemberian kosentrat tidak dilakukan terus

menerus melainkan diselingi dengan pemberian hijauan.

Pemberian pakan dapat dilakukan dengan cara tidak terbatas (adlibitum) dan

dibatasi (restricted). Pemberian secara adlibitum sering kali tidak efisien karena

akan menyebabkan bahan pakan banyak terbuang dan pakan sisa menjadi busuk

sehingga ditumbuhi jamur dan sebagainya yang akan membahayakan ternak bila

termakan (Santosa, 2006). Pemberian pakan dapat dilakukan dengan tiga cara

yaitu pengembalaan (Pasture fattening), kereman (Dry lot fattening) dan

kombinasi cara pertama dan kedua (Menristek, 2000)

2.4.3 Silase

Silase merupakan awetan basah segar yang disimpan dalam silo. Silo adalah

sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, hijaun disimpan dengan kondisi

anaerob. Pada suasana anaerob tersebut akan mempercepat pertumbuhan bakteri

untuk membentuk asam laktat (Mugiawati, 2013). Hijauan yang ideal digunakan

sebagai silase adalah segala jenis tumbuhan atau hijauan serta biji-bijian, terutama

yang banyak mengandung karbohidrat seperti rumput, sorgum, jagung, biji-bijian,

tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas dan

jerami padi. Pakan yang diawetkan tersebut difermentasi selama sekitar 3 minggu

(Direktorat Pakan Ternak 2011).

12
2.5 Manajemen Sanitasi

Menurut BPTP-Ungaran (2000) sanitasi kandang merupakan suatu kegiatan

pencegahan yang meliputi kebersihan bangunan tempat tinggal ternak atau

kandang dan lingkungannya untuk menjaga kesehatan ternak serta pemiliknya.

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi sanitasi kandang antara lain

lokasi kandang, konstruksi bangunan kandang, kebersihan kandang dan kepadatan

lalat. Penempatan kandang sebaiknya tidak menjadi satu dengan rumah atau

berjarak minimal 25 meter dari rumah maupun dari bangunan umum lainnya,

lokasi kandang lebih tinggi dari sekitarnya, tersedia air bersih yang cukup dan

terdapat tempat untuk pembuangan kotoran atau sisa pakan ternak. Selain lokasi

kandang, hal lain yang mempengaruhi kondisi sanitasi kandang yaitu konstruksi

bangunan kandang.

Sanitasi yang dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang secara rutin

dan kebersihan tubuh ternak salah satunya dengan cara memandikan sapi.

Menurut Ernawati et al. (2000) dalam melakukan sanitasi ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan yaitu persyaratan kandang, lokasi kandang, arah kandang dan

kebersihan kandang.

13
BAB III

METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Pengamatan dilaksanakan pada bulan Juli 2023 di Kelompok Tani “Tani

Maju” Desa Pangkalan Satu Kecamatan Kumai.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan karya tulis

ilmiah ini adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan (Observasi)

Metode observasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan mengadakan

pengamatan secara langsung terhadap objek yang diamati. Observasi dilakukan

untuk memperoleh fakta-fakta yang berhubungan dengan pelaksanaan Penelitian.

Metode ini untuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi Bali (perkandangan,

pakan, sanitasi) secara langsung.

b. Wawancara

Menurut Soekartawi (2002) dijelaskan bahwa pengertian interview atau

wawancara adalah kegiatan mencari bahan (keterangan, pendapat) melalui tanya

jawab lisan dengan yang nara sumber. Metode wawancara digunakan dengan

melakukan wawancara langsung kepada pengurus kelompok ternak. Keterangan

yang diperoleh selanjutnya akan dikumpulkan sebagai materi pembahasan untuk

menyusun karya tulis ilmiah.

14
c. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan sumber literatur. Sumber

literatus tersebut berupa buku, arsip, jurnal, internet dan lain sebagainya yang

bersifat informatif dan relevan.

15
BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani “Tani Maju”

Kelompok Tani (Poktan) “Tani Maju” berada di Desa Pangkalan Satu, RT

006, RW 002, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Propinsi

Kalimantan Tengah. Kelompok Tani “Tani Maju” diketuai oleh Bapak Tamin

selaku ketua kelompok tani.

Kelompok Tani “Tani Maju” melakukan usaha dan kegiatan budidaya

tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan. Kegiatan tersebut

untuk tujuan pemanfaatan lahan pekarangan atau lahan usaha yang

diselenggarakan melalui budidaya tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan

peternakan, serta pengolahan hasil dan pemasaran semua produknya. Kelompok

Tani “Tani Maju” memberikan pelayanan kepada para anggota untuk tujuan

produktif dan kesejahteraan dengan pelayanan yang mudah dan cepat,

memberikan program pendidikan secara teratur dan terus menerus bagi para

anggota untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota dalam

pengelolaan usaha. Kelompok Tani “Tani Maju” memiliki luas lahan 50 x 50 m2,

memiliki luas kandang 35 x 4 m 2 dan memiliki luas tempat pembuatan pupuk

organik 9 x 6 m2.

4.2 Struktur Organisasi dan Job Deskripsi

Susunan struktur organisasi dari kelompok Tani “Tani Maju” Desa

Pangkalan Satu Kecamatan Kumai sebagai berikut :

16
KETUA

TAMIN

SEKRETARIS
TUKADI

BENDAHARA
SUBAKAT

ANGGOTA
KELOMPOK TANI

Gambar 1. Struktur Organisasi Kelompok Tani “Tani Maju”

Sedangkan job deskripsi dari struktur di atas:

a. Ketua Kelompok

Tugas Ketua Kelompok antara lain mengkoordinasikan, mengorganisasikan

dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelompok, dengan rincian

sebagai memimpin rapat pengurus, memimpin rapat anggota, menandatangani

surat menyurat, mewakili kelompok dalam pertemuan dengan pihak lain dan

memimpin pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Apabila diperlukan

dapat juga dipilih wakil ketua dengan tugas antara lain mewakili ketua bilamana

ketua berhalangan dalam melaksanakan tugas-tugasnya serta melaksanakan tugas-

tugas yang diberikan oleh ketua sebatas ruang lingkup tugas-tugas ketua tersebut.

17
b. Sekretaris

Tugas Sekretaris kelompok bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

administrasi kegiatan non keuangan dengan rincian sebagai berikut yaitu

mencatat segala keputusan penting dalam setiap rapat, menindaklanjuti hasil-hasil

rapat, menyampaikan hasil-hasil rapat dengan cara membuat notulen dan

disampikan dalam rapat berikutnya, membuat dan menyimpan serta

menyampaikan hasil notulen rapat kepada pengurus, membuat undangan-

undangan, menyiapkan surat menyurat dan pengarsipannya, membuat karya tulis

ilmiah-karya tulis ilmiah (karya tulis ilmiah bulanan, karya tulis ilmiah tahunan).

c. Bendahara

Tugas Bendahara kelompok bertanggung jawab menangani seluruh kegiatan

administrasi keuangan kelompok dengan rincian tugas sebagai berikut menerima

pembayaran atas nama kelompok dan menyimpannya dengan baik, melakukan

pembayaran atas persetujuan ketua kelompok, menyimpan dan memelihara arsip

transaksi keuangan, menyelenggarakan dan memelihara administrasi keuangan

kelompok dan menyusun karya tulis ilmiah keuangan secara berkala (bulanan dan

tahunan).

d. Anggota

Setiap anggota kelompok tani maju mempunyai hak dan kewajiban. Adapun

hak tersebut antara lain : berhak untuk menyampaikan usul/saran/pendapat kepada

pengurus baik dalam rapat maupun diluar forum rapat, memilih dan dipilih

menjadi pengurus kelompok, memperoleh pelayanan yang sama sesuai bidang

kegiatan yang dilakukan dalam kelompok, serta memperoleh manfaat baik berupa

keuntungan material yang diperoleh dari berkelompok tersebut. Sedangkan

18
kewajiban anggota kelompok antara lain mematuhi aturan-aturan atau

kesepakatan dalam kelompok, mematuhi keputusan-keputusan rapat, hadir dan

aktif pada setiap rapat-rapat anggota .

4.3 Sejarah Kelompok Tani

Kelompok Tani “Tani Maju” adalah kelompok tani yang berdiri dari Tahun

2015 dan disahkan dengan akta pendirian pada Tanggal 07 September 2017.

Kelompok tani ini diketuai oleh Bapak Tamin, beranggotakan 32 orang dan yang

berperan aktif di bidang peternakan berjumlah 6 orang. Kemudian 4 orang telah

mengundurkan diri dan tersisa 2 orang. Kelompok tani yang diketuai oleh Bapak

Tamin menerapkan potensi pertanian dan peternakan (pemeliharaan sapi dan

pengolahan pupuk padat), dengan bimbingan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)

maka Kelompok Tani “Tani Maju” sampai sekarang tetap menerapkan potensi di

bidang pertanian dan peternakan.

Pada awalnya ternak sapi yang ada di kelompok tani diperoleh dari bantuan

(Hibah) Dinas Pertanian dan Peternakan Kotawaringin Barat. Pada Tanggal 10

Oktober 2015 bantuan hibah ternak sapi sejumlah 25 ekor dan berkembang pada

Tahun 2018 sampai saat ini telah bertambah menjadi 40 ekor. Awal Tahun 2019

mulai berkembang pengolahan pupuk organik padat. Tujuan utama dari

peternakan sapi di Kelompok Tani “Tani Maju” adalah untuk mengembangkan

potensi ternak sapi dan sebagai swadaya masyarakat/petani/peternak yang ada di

Desa Pangkalan Satu.

19
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali

Manajemen pemeliharaan sapi potong meliputi tiga sistem yaitu

pemeliharaan secara intensif, semi intensif dan ekstensif. Pemeliharaan intensif

banyak digunakan di Indonesia, karena pemeliharaan sepenuhnya dilakukan di

kandang. Sapi yang dipelihara secara intensif lebih efisien karena memperoleh

perlakuan lebih teratur dalam hal pemberian pakan, pembersihan kandang,

memandikan sapi (Sugeng, 2000). Pemeliharaan sapi di Kelompok Tani “Tani

Maju” adalah sistem pemeliharaan menggunakan sistem intensif.

5.1.1 Pemeliharaan Pedet

Pemeliharaan intensif adalah pemeliharaan dengan cara sapi dikandangkan

dan kebutuhan pakan serta air minum disediakan oleh peternak. Pemeliharaan

pedet di Kelompok Tani “Tani Maju” tidak memiliki perlakuan khusus. Setelah

dilahirkan, pedet mendapatkan kolostrum langsung dari induk tanpa ada batasan

pemberian. Setelah pedet lahir sebaiknya dilakukan penimbangan bobot lahir,

pemasangan nomor identitas pedet, pemeliharaan dalam kandang individu sampai

umur 1 bulan dan bebas bergerak serta mendapat sinar matahari pagi, pakan

hijauan diberikan sesudah 3 bulan dan dilakukan penyapihan pada umur 6-8 bulan

(Permentan, 2015). Sedangkan di Kelompok Tani “Tani Maju”, pedet tidak

mendapat perlakuan khusus seperti yang telah ditetapkan oleh Permentan. Pedet

dipelihara dengan cara dilepas di area kandang pemeliharaan. Pedet memperoleh

pakan dari induk dan pakan hijauan sesuai yang diberikan ke induk.

20
5.1.2 Pemeliharaan Pedet Lepas Sapih

Pemeliharaan pedet lepas sapih di Kelompok Tani “Tani Maju” dilepas di

area kandang dan mendapatkan pakan yang sama dengan induk sejak pedet lahir.

Pedet sampai umur 8 bulan dalam pemeliharaan masih bersama induk. Tidak ada

perlakukan khusus untuk ternak lepas sapih akan tetapi penyapihan

(pemberhentian pemberian air susu) dikelompok dapat dilakukan sedini mungkin

karena pedet sudah mampu mengkonsumsi pakan yang dikonsumsi induk.

Penyapihan pedet lebih dini akan mempercepat pemulihan organ reproduksi induk

sehingga aktivitas reproduksinya cepat kembali normal dan induk siap

dikawinkan/bunting kembali (Affandhy et al., 2010).

5.1.3 Pemeliharaan Sapi Dara

Peternakan di Kelompok Tani “Tani Maju” mulai mengawinkan sapi dara

saat sapi menunjukan tanda-tanda birahi atau telah mencapai dewasa tubuh (umur

18 bulan). Sapi dara yang siap kawin ditempatkan pada kandang jepit untuk

memudahkan proses perkawinan melalui inseminasi buatan (IB) oleh petugas

setempat. Petugas IB mencatat tanggal perkawinan, dan hasil pemeriksaan

kebuntingan. Untuk pemeliharaan sapi dara, pemeliharaan sama dengan ternak

sapi yang lain dengan pemberian pakan konsentrat 3 kg/e/h dan pakan hijauaan 20

kg/e/h. Hal ini sudah baik dan sejalan dengan pola pemeliharaan sapi Bali

berdasarkan (PermentanNo. 6/Permentan/PK.210/8/2015).

5.1.4 Pemeliharaan Induk Bunting

Menurut Permentan (2015) induk bunting sebaiknya mendapat perlakuan

khusus yaitu pemberian pakan ditingkatkan mutunya terutama setelah 6 bulan

kebuntingan, pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum), bebas

21
bergerak, satu bulan sebelum melahirkan sapi ditempatkan pada kandang beranak,

mencatat pelayanan kesehatan hewan. Peningkatan mutu pakan untuk ternak

bunting di Kelompok Tani “Tani Maju” dilakukan dengan cara pemberian

konsentrat dengan jumlah 4 kg/e/h dan hijauaan 20 kg/e/h. Sedangkan untuk

kandang beranak belum tersedia di kelompok, hal ini dikarenakan keterbatasan

kandang dan biaya sehingga kandang beranak belum tersedia sesuai yang

ditetapkan Permentan (2015).

5.1.5 Pemeliharaan untuk Penggemukan

Pada prinsipnya, perbedaan sistem penggemukan sapi terletak pada teknik

pemberian pakan dan konsentrat, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi

yang akan digemukkan serta lama penggemukan (Siregar, 2010). Penggemukan

sapi Bali di Kelompok Tani “Tani Maju” dilakukan dengan memberi pakan

hijauan dan konsentrat setiap harinya. Pemberian pakan hijauan diberikan pukul

10:00 WIB , air minum pukul 11:00 WIB dan pemberian pakan konsentrat pukul

15:00 WIB setelah itu pukul 16:00 WIB sapi diberi lagi pakan hijauan (pemberian

pakan konsentrat 6 kg/e/h dan hijauan 20 kg/e/h setiap harinya). Kelompok tani

hanya memperhatikan sapi jika sapi telah terlihat gemuk dan besar maka sapi akan

siap untuk dijual. Sapi belum dilakukan penimbangan bobot badan secara rutin.

Kelompok Tani “Tani Maju” menerapkan sistem penggemukan kereman.

Penggemukan sistem kereman dilakukan dengan cara menempatkan sapi-sapi

dalam kandang secara terus menerus selama beberapa bulan. Pemberian pakan

dan air minum dilakukan dalam kandang. Pakan yang diberikan terdiri dari

hijauan dan konsentrat dengan perbandingan yang tergantung pada ketersediaan

pakan hijauan dan konsentrat (Siregar, 2010). Penggemukan dengan pola kereman

22
ini, pada umumnya banyak dilakukan di lokasi-lokasi yang memiliki ketersediaan

sapi bakalan yang cukup banyak dan biasanya tersedia sepanjang tahun (Abidin,

2008).

5.2 Manajemen Perkandangan

Manajemen perkandangan yang diterapkan di Kelompok Tani “Tani Maju”

belum sesuai dengan standar-standar yang ada baik dalam segi penentuan lokasi,

kontruksi kandang, dan lain-lainnya. Karena kandang memiliki fungsi yang

penting untuk sapi dan peternak, antara lain melindungi sapi dari berbagai cuaca

seperti panas, dingin, dan hujan, sarana untuk melakukan kegiatan produksi, dan

sebagai tempat untuk peternak melakukan kegiatan usaha (Alif, 2017).

5.2.1 Penentuan Lokasi

Peternakan sapi potong di Kelompok Tani “Tani Maju” terletak di Desa

Pangkalan Satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat Kalimantan

Tengah. Jarak antara kandang dengan pemukiman penduduk yaitu 12 m. Ternak

yang ada di Kelompok Tani “Tani Maju” masih sulit mendapatkan sumber air,

karena belum tersedia sumur untuk sumber air. Hal ini belum sesuai dengan

pendapat Parsaribu (2008) yang menyatakan kandang harus jauh dari pemukiman

penduduk dengan jarak yang dianjurkan dalam Good Farming Practise (GFP)

adalah 25 meter dari pemukiman penduduk dan sumber air harus mudah

didapatkan guna memenuhi kebutuhan ternak.

Menurut Rasyid (2012), lokasi bangunan untuk kandang harus ditentukan

secara baik, diantaranya adalah

1. Tersedianya sumber air, terutama untuk minum ternak.

2. Dekat dengan sumber pakan

23
3. Tersedia sarana transportasi yang memadai, hal ini terutama untuk

pengangkutan makanan serta pemasarannya.

4. Memiliki permukaan yang tidak lebih rendah dari daerah di

sekelilingnya, sehingga terhindar dari genangan air hujan serta untuk

mempermudah pada pengolahan kotoran

5. Berjauhan dari lokasi bangunan umum atau perumahan penduduk.

6. Tidak mengganggu kesehatan dilingkungan sekitar.

7. Tidak dekat dengan jalanan umum.

8. Limbah terolah dengan baik.

5.2.2 Kontruksi Kandang

Kandang di Peternakan Kelompok Tani “Tani Maju” tidak memiliki dinding

sehingga sirkulasi udara berjalan lancar. Hal ini sesuai dengan pendapat Suyasa et

al. (2016) sirkulasi udara di dalam kandang yang lancar dapat memberikan

kenyamanan kepada ternak, maupun peternak. Secara umum atap kandang dapat

terbuat dari seng, asbes, genteng, dan rumbia (Yani dan Purwanto, 2006). Atap

kandang Kelompok Tani “Tani Maju” menggunakan seng namun sangat rendah

sehingga suhu dikandang terasa sedikit panas. Kondisi ini tidak begitu

berpengaruh terhadap ternak karena beberapa sapi lokal di Indonesia seperti sapi

Bali, Madura dan Pasundan juga memiliki daya tahan terhadap panas yang baik

(Putra et al., 2014).

Lantai kandang Kelompok Tani “Tani Maju” tidak dibuat dengan

kemiringan yang tepat sehingga kotoran sapi tidak langsung menuju saluran

pembuangan akibatnya lantai menjadi licin. Kondisi lantai kandang yang sudah

banyak terdapat lubang selain berbahaya untuk ternak kondisi ini juga

24
menyulitkan dalam pembersihan kotoran sapi yang ada dikandang. Kemiringan

lantai kandang adalah 3 cm tiap meter ke arah saluran pembuangan (Parsaribu

2008). Pembuatan lantai kandang juga harus memenuhi syarat, dimana lantai

kandang tidak licin, tidak mudah menjadi lembab, tahan pijakan, tahan lama, serta

memberikan kenyamanan pada sapi baik pada saat berbaring maupun berdiri

(Simamora et al., 2015).

5.2.3 Tempat Pakan

Tempat pakan di Kelompok Tani “Tani Maju” ada yang menggunakan

bahan kayu dan ada juga yang menggunakan semen yang dasarnya rapat sehingga

pakan yang diberikan tidak tercecer atau terbuang. Tempat pakan juga mudah

untuk dibersihkan, hal ini sesuai dengan pendapat Parsaribu (2008). Tempat

minum terbuat dari bahan plastik (ember, tong yang dibelah 2) yang tidak bocor

dan mudah dipindahkan karena pemberian minum dilakukan secara bergantian.

5.2.4 Bentuk Kandang

Dilihat dari penempatan atau peruntukan ternak sapi, kandang yang ada di

Kelompok Tani “Tani Maju” adalah kandang tunggal. Kandang tunggal adalah

kandang dengan penempatan sapi satu baris (Parsaribu, 2008). Ukuran Kandang

di kelompok tani luas kandang 35 x 4 m². Sapi pada kandang tunggal diikat

dengan tali yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perebutan pakan (Rasyid

dan Hartati, 2007).

5.2.5 Peralatan Kandang

Peralatan kandang yang ada di Kelompok Tani “Tani Maju” adalah alat

yang digunakan untuk pembersihan kandang dan lingkungan, serta untuk

pembesihan pakan dan minum. Peralatan yang digunakan antara lain ember,

25
cangkul, sabit, sekop, sapu lidi, garu, gerobak dorong/angkong. Peralatan kandang

yang ada sudah cukup baik Cangkul dan gerobak dorong/angkong digunakan

peternak untuk membersihkan kotoran sapi. Sedangkan sabit dan sapu lidi

digunakan untuk membersihkan rumput dan daun yang ada di dalam kandang dan

sekitar kandang. Beberapa perlengkapan kandang yang baik untuk sapi potong

meliputi tempat pakan, tempat minum, saluran drainase, dan tempat penampungan

kotoran (Rasyid dan Hartati, 2007).

5.3 Manajemen Pemberian Pakan

Keberhasilan usaha ternak sapi potong ditentukan oleh salah satu faktor

terbesar yaitu pakan. Pakan adalah semua yang dapat dimakan oleh ternak, baik

berupa bahan organik maupun anorganik, yang sebagian atau seluruhnya dapat

dicerna dan tidak mengganggu kesehatan ternak (Djarijah, 2008).

5.3.1 Pakan Hijauan

Pemberian pakan hijauan di Kelompok Tani “Tani Maju” diberikan dua kali

sehari yaitu pada jam 10.00 dan 16.00 WIB. Sedangkan pemberian air minum

diberikan jam 11:00 WIB secara Ad libitum. Pakan yang diberikan berupa hijauan

dan konsentrat. Konsentrat yang diberikan adalah campuran ampas tahu dan

molases. Sedangkan hijauan yang diberikan berupa rumput segar yang berasal dari

rawa-rawa yang ada disekitar daerah lokasi kelompok tani dan terkadang juga

diberikan rumput gajah yang berasal dari lahan Hijauan Makanan Ternak (HMT)

milik kelompok. Hijauan diambil pada pagi hari dan diangkut menggunakan

Tossa milik kelompok tani. Hijauan yang diberikan ke ternak per harinya adalah

20 kg/e/h.

26
Pemberian hijauan dapat dilakukan secara bertahap dan minimal 4 kali

dalam sehari, namun tergantung dari ketersediaan (Siregar, 2008). Frekuensi

pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan dapat meningkatkan kemampuan

sapi untuk mengkonsumsi ransum dan juga meningkatkan kencernaan bahan

kering hijauan. Peningkatan kecernaan bahan kering ransum akan menambah

jumlah zat-zat gizi yang dapat dimanfaatkan untuk produksi, termasuk

pertumbuhan (Siregar, 2008).

5.3.2 Konsentrat

Konsentrat di Kelompok Tani “Tani Maju” diberikan setiap hari pada jam

15:00 WIB. Konsentrat yang diberikan adalah campuran ampas tahu dan molases.

Ampas tahu sebelum diberikan ke ternak terlebih dahulu dicampur dengan

molases, air, dan garam (disesuaikan dengan jumlah ampas tahu). Pemberian

konsentrat diutamakan untuk ternak jantan dan betina bunting/laktasi. Pemberian

konsentrat jumlahnya lebih banyak dari ternak yang lain (dengan pemberian

konsentrat untuk ternak jantan 6 kg/e/h dan untuk ternak betina bunting/laktasi 4

kg/e/h sedangkan untuk ternak yang lain diberikan 3 kg/e/h). Hal ini bertujuan

untuk meningkatkan mutu gizi pakan sehingga mempercepat pertumbuhan dan

perkembangan ternak jantan dan menambah energi serta sumber protein bagi

betina laktasi. Selain itu penambahan konsentrat dalam pakan ternak merupakan

suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan

diperoleh produksi yang tinggi. Penggunaan konsentrat dapat meningkatkan daya

cerna bahan kering ransum, pertambahan bobot badan, serta efisien dalam

penggunaan ransum (Akoso, 2009).

27
Pemberian pakan ke ternak jika hanya hijauan saja, maka proses

pertumbuhan dan penggemukan sapi tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap pertambahan bobot badan dalam waktu yang singkat.

Pertambahan bobot sapi meningkat dengan waktu penggemukan yang relatif

singkat jika pemberian pakan sapi terdiri dari konsentrat dan hijauan (Setiadi,

2010).

5.3.3 Silase

Kelompok Tani “Tani Maju” telah menerapkan pembuatan pakan

fermentasi yaitu silase. Pembuatan silase di Kelompok Tani “Tani Maju” telah

dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil silase yang pertama sudah baik dan telah

diberikan ke ternak sapi. Silase yang dibuat di kelompok berbahan rumput gajah.

Namun produksi silase di kelompok akan diproduksi jika hijauan di lahan HMT

yang dimiliki sangat melimpah sehingga peternak dapat mengolah hijauan

tersebut menjadi pakan fermentasi. Hal ini karena silase digunakan sebagai

cadangan pakan apabila rumput sulit didapat.

Bahan dan alat yang digunakan untuk pembuatan silase:

a. Bahan

1. Rumput gajah

2. Tetes tebu /molasses (3 tutup botol)

3. Dedak halus (setengah ember).

4. Air

b. Alat

1. Kantong plastik.

2. Ember

28
3. Gembor

4. Chopper

5. Terpal

Pembuatan silase yang dilakukan oleh Kelompok Tani “Tani Maju” adalah

sebagai berikut:

1. Siapkan alat-alat yang akan digunakan

2. Potong rumput gajah dengan menggunakan mesin chopper.

3. Rumput yang sudah dichopper letakkan di atas terpal.

4. Campurkan rumput yang telah di chopper dengan tetes tebu, dedak sehingga

menjadi satu campuran.

5. Kemudian masukkan bahan pakan yang telah dicampur ke dalam plastik dan

dipadatkan sehingga tidak ada rongga udara (tidak ada ruang kosong dan

harus benar-benar padat).

4. Setelah pakan hijauan dimasukkan semua, simpan di dalam ruangan tertutup

selama 3 minggu.

Prinsip pembuatan silase adalah mempertahankan kondisi kedap udara

dalam silo semaksimal mungkin. Kondisi kedap udara dapat diupayakan dengan

cara pemadatan bahan silase semaksimal mungkin dan penambahan sumber

karbohidrat (Santoso et al., 2009).

5.4 Manajemen Sanitasi

Kebersihan kandang merupakan salah satu cara untuk menjaga kondisi

sanitasi kandang. Dalam menjamin kondisi kebersihan kandang maka diperlukan

prosedur untuk melakukan pembersihan kandang. Pada peternak sapi di

Kelompok Tani “Tani Maju”, salah satu prosedur pembersihan kandang yaitu

29
melakukan pembersihan kotoran ternak secara rutin setiap harinya. Frekuensi

dalam melakukan pembersihan pada umumnya peternak sapi potong di Kelompok

Tani “Tani Maju” membersihkan kandang sebanyak satu kali dalam sehari yaitu

pada saat pagi hari atau sore hari. Kotoran ternak yang dibersihkan disimpan di

tempat penampungan pertama yang kemudian akan diolah menjadi pupuk.

Sanitasi yang dilakukan di kelompok telah dilakukan secara baik, namun

masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu masih belum tersedianya

sumber air yang dapat digunakan untuk membersihkan kandang dan memandikan

ternak serta lokasi kandang yang sangat dekat dengan pemukiman. Bangunan

kandang juga perlu diperhatikan kembali. Penempatan kandang sebaiknya dengan

jarak minimal 25 meter dari rumah maupun dari bangunan umum lainnya. Lokasi

kandang lebih tinggi dari sekitarnya, tersedia air bersih yang cukup dan terdapat

tempat untuk pembuangan kotoran atau sisa pakan ternak sapi. Selain lokasi

kandang, hal lain yang mempengaruhi kondisi sanitasi kandang yaitu konstruksi

bangunan kandang (BPTP-Ungaran 2000).

30
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Manjemen pemeliharaan sapi Bali dan perkandangan di Kelompok Tani

“Tani Maju” cukup baik, namun masih ada beberapa hal yang harus

dibenahi. Sehingga perlu adanya beberapa perbaikan dalam pemeliharaan

ternak dan pembenahan terhadap kontruksi bangunan kandang agar ternak

nyaman dan aman.

2. Manajemen pemberian pakan di Kelompok Tani “Tani Maju” sudah cukup

baik dalam segi ketersediaan hijauan dan pemberian konsentrat. Pemberian

hijauan diberikan 2 kali dalam sehari. Sedangkan konsentrat diberikan 1 kali

dalam sehari. Jumlah pemberian hijauan sebanyak 20 kg/e/h, konsentrat

sebanyak 6 kg/e/h untuk jantan dan 4 kg/e/h untuk betina bunting/laktasi

sedangkan untuk ternak yang lainnya diberikan konsentrat 3 kg/e/h.

3. Manajemen sanitasi kandang yang ada di Kelompok Tani “Tani Maju”

masih perlu diperhatikan terutama kebutuhan air untuk sumber air, untuk

memandikan/membersihkan ternak dan untuk membersihkan kandang agar

memudahkan proses sanitasi sehingga ternak dan peternak dapat terhindar

dari penyakit.

6.1 Saran

1. Diharapkan peternak selalu meningkatkan atau membenahi manajemen

pemeliharaan sapi yang ada menjadi lebih baik.

31
2. Memperhatikan dalam pembuatan kandang, bahan serta kontruksi kandang

harus sesuai dengan syarat pembuatan kandang agar ternak nyaman dan

mudah dalam pembersihan.

3. Selalu meningkatkan kualitas pakan yang diberikan ke ternak sapi.

4. Diharapkan segera menyediakan sumber air (sumur) agar kebersihan

kandang dan ternak dapat terpenuhi dan terjaga.

32
DAFTAR PU STAKA

Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Catatan XIVEd.Revisi. Agro Media


Pustaka. Jakarta.

Akoso, B.T. 2009. Epidemologi dan Pengendalian Antraks, Kanisius. Yogyakarta.

Alif, S.M. 2017. Kiat Sukses Penggemukan Sapi Potong. Yogyakarta: Biogenesis.
Hal: 7-8.

BPTP-Ungaran. 2000. Sanitasi Kandang Sapi Perah. Jawa Tengah: BPTP


Ungaran.

DGLS. 2003. National Report on Animal Genetic Resources Indonesia.


Directorate Generale of Livestock Services (DGLS), Directorate of
Livestock Breeding. Indonesia.
Djarijah, A.S. 1996. Usaha Ternak Sapi. Yogyakarta: Sanisius.
Direktorat Budidaya Ternak. 2015. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Ternak
Bali. Jakarta.
Direktorat Pakan Ternak. 2011. Pedoman Umum Pengembangan Lumbung Pakan
Ruminansia. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan.

Ernawati. 2000. Sanitasi Kandang Sapi Perah. Jawa Tengah : Departemen


Pertanian BPTP Ungaran

Firman, A. 2010. Agribisnis Sapi Perah Dari Hulu Sampai Hilir. Widya
Padjadjaran. Bandung.

Menristek. 2000. Budidaya Ternak Bali. Jakarta. Kementrian Pertanian Republik


Indonesia. 2015. Pedoman Budi Daya Sapi Bali yang Baik. Jakarta.

Mugiawati, R.E. 2013. Kadar air dan pH silase Rumput Gajah pada hari ke-21
dengan penambahan jenis additive dan bakteri asam laktat. J. Ternak
Ilmiah 1 (1): 201-207.

Pasaribu, K. 2008. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Bali. Direktorat Jendral


Peternakan. Jakarta.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 46 / Permentan / PK. 210/


8/2015

Rasyid A, Hartati. 2007. Petunjuk teknis perkandangan sapi potong. Pusat


Penyusunan karya tulis ilmiahdan Pengembangan Peternakan Badan
Penyusunan karya tulis ilmiahdan Pengembangan Pertanian. Pp. 1-38.

33
Santoso, B. Hariadi, B. Tj., Manik, H. Dan Abubakar, H., 2009. Kualitas Rumput
Unggul Tropika Hasil Ensilase dengan Bakteri Asam Laktat dari Ekstrak
Rumput Terfermentasi. Media Peternakan, 32(2):137-144.

Santoso, U. 2006. Manajemen Usaha Ternak Bali. Penebar Swadaya. Jakarta.


Sarwono, B. dan Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Bali Secara Cepat. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Setiadi, B. 2010. Beternak Sapi Pedaging dan Masalahnya. Semarang: Aneka
Ilmu.
Simamora T, Fuah AM, Atabany A, Burhanuddin. 2015. Evaluasi aspek teknis
peternakan sapi perah rakyat di Kabupaten Karo Sumatera Utara. J. Ilmu
Prod. Teknol. Hasil Peternakan. 3(1): 52-58.
Siregar. 2008. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sudarmono, A. S dan Y. B. Sugeng. 2008. Sapi Bali. Penebar Swadaya.


Semarang.

Sugeng, 2008. Sapi Potong. Jakarta: Penebar Swadaya

Sugeng. 2008. Sapi Potong. Jakarta: Penebar Swadaya.


Suyasa IKG, Sarini NP, Lindawati SA. 2016. Penerapan manajemen pencegahan
penyakit di peternakan F4S Mupu Amerta, Banjar Sale, Desa Abuan,
Bangli. J. Trop. Anim. Sci. 4(1): 1-6.
Yani A, Purwanto BP. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respons fisiologis
sapi peranakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk
meningkatkan produktivitasnya (Ulasan). Med. Peternakan. 29(1): 35-46.

34
LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Lokasi Kandang

KANDANG

KAKA
N SEI
JALA

POM
MINI

MASJID

35

Anda mungkin juga menyukai