OLEH
SITI HAZRA
E10022040
A.5
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT. Yang telah banyak
memberikan karunia dan nikmatnya kepada kita semua terkhusus pada penulis.
Yang mana telah dapat menyelesaikan laporan mingguan praktikum ini tepat pada
waktunya. Penulis menyadari dalam pembuatan laporan ini terdapat kekurangan.
Oleh karna itu penulis sangat membutuhkan saran yang dapat membangun
sehingga untuk laporan selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi. Penulis sangat
berharap laporan praktikum dapat bermanfaat untuk kita semua, atas partisipasi
dan dukungan dari semua pihak dalam pembuatan laporan mingguan ini penulis
ucapkan terima kasih.
SITI HAZRA
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1. latar belakang............................................................................... 1
1.2. Tujuan........................................................................................... 6
1.3.manfaat........................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 8
2.1.pengenalan bahan pakan................................................................ 8
2.2.pengenalan alat lab........................................................................ 9
2.3.preparasi sampel............................................................................ 9
2.4.formulasi ransum........................................................................... 10
2.5.pencampuran ransum.................................................................... 10
2.6.analisis proksimat.......................................................................... 11
2.6.1.kadar air...................................................................................... 12
2.6.2.kadar abu.................................................................................... 12
2.6.3.protein kasar............................................................................... 13
2.6.4.serat kasar................................................................................... 14
BAB III MATERI DAN METODA.............................................................. 15
3.1.tempat dan waktu........................................................................... 18
3.2 materi.............................................................................................. 18
3.3metoda..............................................................................................18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................19
4.1.pengenalan bahan pakan..................................................................20
4.2.pengenalan alat lab..........................................................................20
4.3.preparasi sampel..............................................................................21
4.4.formulasi ransum.............................................................................21
4.5.pencampuran ransum......................................................................22
ii
4.6.analisis proksimat..........................................................................26
4.7.kadar air.........................................................................................26
4.8.kadar abu.......................................................................................26
4.9protein kasar...................................................................................26
4.10.serat kasar.....................................................................................26
BAB V PENUTUP...........................................................................................27
5.1 kesimpulan.......................................................................................27
5.2.saran.................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu komponen utama yang penting dalam suatu usaha
peternakan. Pakan memegang peran penting bagi produktifitas ternak. Pakan yang
diberikan pada ternak khususnya pada ternak ruminansia adalah pakan yang
mengandung serat, protein serta zat nutrisi lain yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup ternak, oleh sebab itu pakan haruslah tetap tersedia. Akan tetapi,
pada kenyataannya, ketersediaan bahan pakan sampai saat ini masih menjadi
pembatas dalam pengembangan usaha peternakan di Indonesia. Hal tersebut
terjadi karena lahan hijauan terbatas, dan biaya pakan dapat mencapai 60-70%
dari total biaya produksi peternakan, sehingga membuat peternak cenderung
merugi dan kesulitan dalam mengembangkan usaha peternakan.
1
Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah
dari suatu objek dalam lingkungan alam dan sosial (Rahayu et al., 2017).
Ketepatan hasil analisis kimia sangat tergantung pada ketersediaan, serta kualitas
perlengkapan yang digunakan, di samping penjelasan pelaksana tentang dasar
analisa yang dikerjakan dan kecermatan serta ketelitian kerjanya sendiri.
Penindakan perlengkapan pokok yang banyak dipergunakan ialah persyaratan
yang penting demi keselamatan serta berhasilnya pekerjaan analisa kimia. Oleh
sebab itu pengetahuan tentang alat kimia harus diperhatikan (Yos F. da Lopes,
2019).
2
bahan pakan non konvensional yang mempunyai nilai ekonomis rendah, tidak
bersaing dengan manusia, serta tersedia secara terus- menerus. Sumber bahan
pakan yang dimaksud dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan limbah, baik
limbah pertanian, limbah perkebunan, yang masih belum lazim digunakan, limbah
perikanan, limbah restoran, limbah rumah potong hewan, dan sumber lain dari
alam yang kurang dimanfaatkan.
3
kandungan nutrisi dan kualitas suatu bahan pakan tersebut.
Melaluiproses analisis proksimat dapat diketahui bahwa terdapat enam macam
fraksi yaitu kadar air,kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar
serat kasar dan kadar bahan ekstratanpa Nitrogen (BETN). Analisis
proksimat dulu dikenal dengan analisis Weende yang berarti hasilnya hanya
mendekati sempurnaAnalisis proksimat yang dilakukan pada praktikum ini
adalah berupa analisa kadarair,kadar abu,bahan kering dan analisa behan
organik,pada setiap analisis terdapat metodeyang berbeda.pada
dasarnya,analisis proksimat bermanfaat dalam
mengidentifikasikankandungan zat makanan dari suatu pakan atau pangan
yang belum diketahui sebelumnyayang selanjutnya disebut sampel.selain
dari itu analisis proksimat merupakan dasar dari analisis-analisisyang lebih
lanjutAnalisis proksimat bermanfaat dalam menilai dan menguji kualitas suatu
bahan pakanatau pangan dengan membandingkan nilai standar zat makanan
dengan hasil analisisnya.Dengan demikian analisis proksimat ini dapat
bermanfaat bagi dunia peternakan, terutamadalam pemberian nutrisi yang dapat
memenuhi kebutuhan ternak.
Proses pencarian kadar air suatu bahan yang digunakan sebagai sampel atau
data untuk penenlitian di daerah tertentu dilakukan oleh Teknik Sipil, penentuan
kadar air dapat dilakukan dengan metode pengovenan atau dengan metode
pengeringan secara alami. Bahan yang sering dipakai dalam pencarian kadar air
adalah seperti tanah, pasir, dan koral. Pencarian kadar air tersebut terkadang
digunakan dalam bebrbagai penelitian seperti mekanika tanah, kadar air tanah
maupun penelitian yang lainya. Selama Teknik Sipil melakukan pencarian kadar
air pada obyek tanah, pasir, dan koral, oven yang digunakan untuk pengeringan
obyek tersebut membutuhkan suhu ±110°C dan membutuhkan waktu sekitar 1 ×
24 sampai 2 × 24 jam untuk mendapatkan kadar air yang diinginkan. Dengan
waktu 1 × 24 sampai 2 × 24 jam pengovenan, energi yang dikeluarkan sangat
tidak efisiensi dan mengeluarkan banyak biaya.
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang
terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan
anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga
4
dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan
total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses
pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah
disebut sebagai kadar abu.
Protein adalah salah satu nutrien yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yang
sangat penting terutama bagi ternak muda untuk pertumbuhan. Protein berfungsi
dalam menggantikan sel-sel tubuh yang rusak, sebagai antibodi dalam menjaga
sistem kekebalan tubuh ternak, sebagai transportasi bagi nutrien dan sebagai
komponen penyimpanan. Kebutuhan protein dalam ransum dipengaruhi oleh
jumlah yang dibutuhkan untuk hidup pokok, pertumbuhan, dan produksi. Ternak
ruminansia biasanya mengonsumsi protein dalam bentuk protein kasar pada
pakan. Protein kasar ada dua macam yaitu protein yang mudah terdegradasi
(Rumen Degradable Protein) dan protein yang tidak terdegradasi (Rumen
Undegradable Protein) atau biasa disebut dengan by pass protein. Pemberian
protein pakan ternak ruminansia harus diperhatikan karena adanya dua organisme
yang akan memanfaatkan protein pakan antara lain mikroba rumen dan ternak.
Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin yang sebagian besar
tidak dapat dicerna unggas dan bersifat sebagai pengganjal atau bulky (Wahju,
2004). Keterbatasan penggunaan serat kasar dalam ransum unggas disebabkan
karena serat kasar memiliki sifat meningkatkan gerak laju pakan dalam saluran
pencernaan dengan demikian penyerapan zat makanan tidak optimal (Ironkwe dan
Oruwari, 2012), selain itu peningkatan gerak laju pakan juga menyebabkan
saluran pencernaan lebih cepat kosong dan menstimulasi ayam untuk
mengkonsumsi lebih banyak ransum, namun nilai manfaatnya rendah. Tingginya
kandungan serat kasar dalam ransum dapat mengganggu kecukupan energi unggas
dengan menghalangi penyerapan nutrien dari pakan dalam saluran pencernaan.
Serat kasar pada unggas memiliki manfaat yaitu membantu gerak peristaltik usus,
mencegah penggumpalan pakan pada seka, mempercepat laju digesta dan memacu
perkembangan organ pencernaan. Penggunaan serat kasar dalam ransum harus
disesuaikan dengan kebutuhan agar produktivitas ternak dapat dicapai. Kebutuhan
serat kasar pada ayam broiler maksimal 6%. Serat kasar yang berlebihan akan
mengurangi efisiensi penggunaan nutrien-nutrien lainnya, sebaliknya apabila serat
5
kasar yang terkandung dalam ransum terlalu rendah, maka hal ini juga membuat
ransum tidak dapat dicerna dengan baik. Pemberian serat kasar diatas 7% dalam
ransum akan menyebabkan hambatan pertumbuhan karena konsumsi pakan
rendah sehingga mengakibatkan nutrien hilang bersama keluarnya eksreta dan
efisiensi penggunaan pakan tetap, dan semakin tinggi nilai rasio efisiensi protein,
maka semakin efisien ternak . Serat kasar yang tinggi dalam ransum dapat
menyebabkan peradangan pada dinding usus halus dan jika terlalu rendah dapat
menyebabkan villi usus halus di pengaruhi lendir yang dapat menggangu
pencernaan makanan. Peningkatan kadar serat dalam ransum cenderung
memperpanjang usus. Semakin tinggi kadar serat dalam ransum maka laju
pencernaan dan penyerapan nutrien akan semakin lambat,sehingga akan
berpengaruh terhadap performan ayam broiler. Pada saat pemberian serat kasar
usus bertambah panjang dan diharapkan saat pemulihan dengan kandungan serat
kasar normal (4%) dapat memperlama atau meningkatkan pencernaan dan
penyerapan.
1.2 tujuan
6
1.3 Manfaat
7
BAB 11
TINJUAN PUSTAKA
Pakan lokal adalah setiap bahan baku yang merupakan sumberdaya lokal yang
berpotensi sebagai pakan secara efisien baik sebagai suplemen, komponen
konsentrat atau pakan dasar. Pakan lokal tersebut dapat berupa hasil sisa tanaman
(crop residues), hasil ikutan atau samping atau limbah tanaman (crop byproducts)
dan hasil ikutan atau samping atau limbah agroindustri (agroindustry byproducts)
(Wiryawan, 2012).
Badarina et al. (2014) menyatakan bahwa kulit kopi memiliki zat anti nutrien
berupa kafein, tannin dan polifenol. Zat anti-nutrien tannin pada kulit kopi mampu
mengganggu aktivitas kecernaan.
Saputro et al. (2016) nilai TDN berhubungan erat dengan bahan organik yang
merupakan gambaran ketersediaan nutrien dalam pakan yang dapat dicerna.
8
Tingginya kecernaan bahan organik menyebabkan nilai TDN juga tinggi.
Hambadoku dan Ina (2019) menyatakan bahwa kecernaan bahan kering dan bahan
organik yang tinggi akan menghasilkan nilai TDN yang tinggi dan begitu pula
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena bahan organik menghasilkan energi yang
dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba di dalam rumen. Energi digunakan
oleh mikroba untuk melakukan aktvitasnya, sehingga semakin tinggi nilai
kecernaan bahan organik maka semakin banyak kandungan nutrien pakan yang
mampu dicerna.
Kemampuan proses sains akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh
sarana dan prasarana laboratorium yang cukup. Hal ini dikarenakan siswa akan
9
memperoleh pengetahuan yang cukup mengenai sarana dan prasarana dari
laboratorium khususnya mengenai alat-alat laboratorium dan kegunaannya.
Penggunaan dari alat-alat laboratorium mempunyai peranan yang sangat penting
sehingga laboratorium akan berfungsi dengan maksimal (Anita et al., 2018).
Widyaningsih & Yusuf (2016) menjelaskan bahwa ada enam dasar indikator
keterampilan proses sains yaitu: 1) pengamatan (observation); 2) komunikasi
(communication); 3) pengelompokan (classification); 4) pengukuran
(measurement); 5) kesimpulan (inference); dan 6) ramalan (prediction). Keenam
indicator tersebut dapat dicapai bila pembelajaran berbasis praktikum dilakukan.
Siswa akan lebih antusias dalam praktikum bila sudah mengenal alat-alat yang
akan digunakan dilaboratorium.
Dalam analisis amfetamin dengan urine ada beberapa metode yang digunakan
yaitu screening test, kromatografi lapis tipis, spektrofotometri dan gas
kromatografi. Gas kromatografi membutuhkan beberapa tahapan pra analisis
dengan preparasi sampel seperti presipitasi protein, ekstraksi cair-cair, ekstraksi
padatcait atau padat, ekstraksi mikro fase padat namun dalam analisis
menggunakan gas kromatografi lebih sering menggunakan ekstraksi cair-cair
(Muji & Firman, 2018).
10
Preparasi dilakukan untuk mengetahui persiapan sampel yang paling tepat,
cepat, dan akurat, untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan berbagai jenis
metode preparasi sampel sebelum dianalisis menggunakan gas kromatografi
(Rizalina et al., 2018).
Analisis kadar air bertujuan untuk mengetahui kandungan air dalam Chlorella
sp. Jumlah air yang terkandung dalam sampel dapat mempengaruhi proses
ketahanan sampel saat proses penyimpanan. Selain itu, sampel dengan kadar air
yang rendah dapat mencegah tumbuhnya mikroorganisme yang dapat
mendegradasi senyawa aktif yang terkandung dalam Chlorella sp. (Hayati dkk.,
2012).
Kadar air Chlorella sp. yang diperoleh sebesar 10,48%. Nilai tersebut berada
di bawah kadar air maksimum yang disyaratkan agar proses ekstraksi dapat
berjalan dengan lancar yaitu 11% (Setyaningsih dkk., 2013).
Saponin memiliki molekul yang dapat menarik air atau hidrofilik dan molekul
yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik sehingga dapat menurunkan tegangan
permukaan sel yang akhirnya menyebabkan hancurnya bakteri (Ji Ys, 2012).
11
2.4 formulasi ransum
Metode trial and error banyak digunakan untuk menghasilkan ransum komplit
yang memperhitungkan beberapa nutrisi sebagai pembatas. kandungan nutrisi
yang dipertimbangkan di dalam melakukan perhitungan, antara lain energi
metabolis, protein dan serat kasar serta lemak (Suci Dwi Margi, 2013).
Adapun bahan pakan ternak dalam penelitian ini yang akan digunakan untuk
menyusun ransum alternatif sapi perah pada peternakan sapi perah Bestcow Farm
Jember terdiri dari dua jenis bahan pakan yaitu pakan yang berasal dari hijauan
dan konsentrat seperti yang disajikan pada Tabel 2. Penyusunan ransum ternak
sapi perah menggunakan metode trial and error dengan aplikasi microsoft excel
pada fasilitas solver (Destarianto et al., 2018).
Utomo (2012) yang menyatakan bahwa pakan ternak dapat berasal dari
hijauan pakan, hasil samping tanaman pertanian, hasil pertanian, hasil samping
industri pertanian, hasil samping industri perkebunan, dan hasil industri kelautan.
Selain sebagai sumber protein dan asam amino yang baik, limbah ikan juga
merupakan sumber mineral, phospor, kalsium dan vitamin bagi ternak khususnya
ternak unggas. Hasil analisis proksimat limbah ikan leubim (kulit, tulang, insang
dan kepala) mempunyai kandungan protein kasar berkisar antara 47,90 - 64,09%
(Daud et al., 2020).
Menurut Agustina et al. (2013) nutrien yang terserap sempurna dalam tubuh
akan meningkatkan konsumsi pakan ternak sehingga pertumbuhan dan produksi
akan semakin baik
Semakin rendah nilai konversi ransum, maka ransum tersebut semakin efisien
dalam penggunaannya, sebaliknya semakin tinggi nilai konversi ransum semakin
12
rendah efisiensi penggunaan ransum. Pertumbuhan ternak yang baik
mencerminkan efisiensi penggunaan ransum yang terlihat dari menurunnya angka
konversi ransum (Nurhayati et al., 2016).
2.5.pencampuran ransum
2.6.analisis proksimat
Daging ikan memiliki kadar air yang banyak (Suwandi et al. 2014). Ikan yang
hidup diperairan tawar memiliki tekanan osmotik yang lebih besar (hiperosmotik)
daripada tekanan osmotik lingkungannya sehingga air cenderung berdifusi masuk
kedalam tubuh ikan melalui permukaan tubuh yang semipermiable.
13
Analisis proksimat merupakan analisis kandungan zat gizi menyeluruh yang
meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lipida, dan kadar karbohidrat
(Lestari dkk, 2013.), analisis ini dilakukan agar dapat mengetahui komposisi gizi
suatu bahan makanan yang dengan ini kita bisa menentukan kadar zat gizi
makanan yang bisa dikonsumsi.
Kadar protein juga merupakan zat gizi yang penting dalam bahan pangan,
Protein merupakan zat gizi yang berfungsi untuk pertumbuhan, mempertahankan
sel atau jaringan yang sudah terbentuk, dan untuk mengganti sel yang sudah
rusak, oleh karena itu protein sangat diperlukan dalam masa pertumbuhan. Selain
itu juga protein berperan sebagai sumber energi. (Kemenkes RI, 2014). Sama
halnya dengan kadar abu, kadar protein dari jagung Momala merupakan
kandungan protein tertinggi kedua dari kandugan protein jagung varietas Tunu’
ana. Kandungan protein jagung Momala sebesar 11,51 ± 0,24 %, dan yang
terendah adalah jagung varietas Gumarang yaitu sebesar 6,88±0.01 %.
Perbedaan kadar abu tersebut dipengaruhi oleh habitat hidup. Kandungan abu
pada ikan bergantung pada habitat hidup ikan tersebut yang berhubungan dengan
kandungan mineral yang terdapat dalam tubuh ikan (Suwandi et al., 2014). Kadar
abu yang terkandung didalam ikan dipengaruhi oleh kandungan mineral yang
terdapat pada habitat hidup ikan (Suwandi et al., 2014).
14
BAB III
MATERI DAN METODA
3.2 Materi
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengenalan bahan
pakan adalah tepung mbm, tepung calopogonium ,tepung kulit alpukat ,tepung
bulu ayam tepung MBM sengon bungkil kedelai tepung kulit buah naga tepung
sentrasema tepung rumput gajah tepung indigofera tepung lamtoro ampas tahu
bungkil inti sawit tepung jagung Bekasi tebu molase tepung kerang garam halus
urea tepung kulit nanas tepung kulit alpukat tepung bonggol jagung sekam padi
tepung pelepah pisang kulit jeruk tepung rumput signal tepung serbuk gaji dan
pasir.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum preparasi sampel yaitu
selektif daun rumput gajah 5.000 gram atau 5 kilo, terpal 1x1 m plastik bening,
tali rafia, label gunting dan timbangan.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum analisis proksimal yaitu
tepung onggok tepung rumput benggala dan tepung kulit kerang sedangkan alat
yang digunakan yaitu cawan porselin, asikator, open 105, penjepit neraca analitik
cawan porselin desikator tanur penjepit pembakar bunsen pemanas listrik corong
pipet katalis campuran H2SO4 pekat H2SO4 0,3 m NaOH 40% NaOH 0,3 m
indikator campuran kertas saring bebas lemak sarung tangan karet batu didih
pinset pelarut gelas piala pemanas listrik.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum formulasi rangsang adalah
Microsoft Excel dan charger serta laptop.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pencampuran sum yaitu
terpal plastik 10 kg timbangan kertas label tepung ikan 500 gram tepung tulang
500 gram bengkel kedelai 750 gram tidak padi 1500 gram dan molases 250 ml.
15
3.3 Metoda
Metode yang dipakai pada praktikum pengenalan bahan pakan ini adalah
dengan sistem rolling dalam waktu 15 menit sampai semua kelompok
mengidentifikasi bahan dengan cara organolitik.
Metode yang digunakan pada praktikum preparasi sampel yaitu mencari
bahan kemudian menjemur bahan tersebut dan ditimbang berat sebelum dan
sesudahnya setelah itu bentang terpal dan letakkan sampel yang sudah
dihancurkan di atas terpal lalu diratakan sama rata timbang daun atau sampel
tersebut diambil sedikit kemudian diberi label.
Metode yang dilakukan pada praktikum analisis proksimal yaitu dengan
metode prosedur AOAC 1984.Kadar air Cawan porselen yang telah dicuci bersih,
dikeringkan didalam oven selama 1 jam pada suhu 105 °C. Cawan kemudian
didinginkan di dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang (C).Sampel
ditimbang sebanyak 0,5-1 g (D) dan dimasukkan kedalam cawan porselen.
Kemudian cawan dan sampel tersebut dikeringkan dalam oven 105 °C selama ±
12-16 jam.Cawan dan sampel (E) dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam
eksikator selama 10-20 menit sampai diperoleh berat yang tetap. Kadar abu
Cawan porselen yang telah dicuci bersih dikeringkan di dalamoven sekitar 1
jam pada temperatur 105°C. Kemudiandidinginkan didalam eksikator sekitar 10-
20 menit danditimbang dengan teliti (F).Sampel ditimbang dengan teliti sebanyak
3 g untuk sampel hijauan atau 5 g untuk konsentrat (G) dan dimasukkan kedalam
cawan porselen.Pijarkan sampel yang terdapat dalam cawan porselen di atas
pembakar Bunsen hingga tak berasap.Selanjutnya bakar cawan porselin berisi
sampel dalam tanur bersuhu 600°C.Biarkan sampel terbakar selama 4-5 jam atau
sampai warna sampel berubah menjadi putih semua.Matikan tombol tanur, lalu
biarkan cawan di dalam tanur hingga suhu turun mencapai 120°C sebelum
dipindahkan kedalam eksikator. Setelah dingin cawan ditimbang dengan teliti
(H).Protein Timbang sampel dengan teliti sejumlah 0,3 g (1) dan masukkan ke
dalam labu destruksi. Tambahkan kira-kira 0,2 g katalis campuran dan 5 ml.
H.SO, pekat. Panaskan campuran tersebut dalam lemari asam. Perhatikan proses
destraksi selama pemanasan agar tidak meluap. Destruksi dibentikan bila larutan
sudah menjadi hijau terang atau jernih, lalu dinginkan dalam lemari asamLarutan
16
dimasukkan kedalam labu destilasi dan diencerkan dengan 60 mL akuades.
Masukkan beberapa buah batu didih.Siapkan labu Erlenmeyer yang berisi 25 mL
H.SO, 0.3 N dan 2 tetes indikator campuran (Methyl red 0,1% dan Bromcresol
pren 0,2% dalam alkohol) dan hubungkan ke sistem destilasi, yakni bagian ujung
pipa ke dalam larutan erlenmeyer (Fungsi larutan ini adalah untuk menangkap
hasil sulingan yang mengandung NH)Tuangkan perlahan-lahan (melalui dinding
labu) 20 ml. NaOH 40% dan segera hubungkan dengan destilator. Penyulingan
dilakukan hingga N dari cairan tersebut tertangkap oleh H,SO, yang ada dalam
erlenmeyer (2/3 dari cairan yang ada pada labu destilasi menguap atau terjadi
letupan-letupan kecil atau erlenmeyer mencapai volume 75 mL). Labu erlenmeyer
berisi sulingan diambil dan dititer kembali dengan NaOH 0,3 N (I). Perubahan
dari warna biru ke hijau menandakan titik akhir titrasi. Bandingkan dengan titar
blanko (K). Serat Keringkan kertas saring Whatman No. 41 di dalam oven 105°C
selama satu jam dan timbang (0). Timbang dengan teliti 1 g (P) sampel dan
masukkan kedalam gelas piala. Tambahkann 50 mL H.SO, 0,3 N dan didihkan
selama 30 menit. Setelah 30 menit, tambahkan dengan cepat 50 mL. NaOH 1,5
Ndan didihkan kembali selama 30 menit.Cairan disaring melalui kertas saring
yang telah diketahui beratnya didalam corong Buchner yang telah dihubungkan
dengan pompa vakum.Kertas saring bersama residu dicuci berturut-turut dengan
50 ml. H₂O panas, 50 mL H.SO, 0,3 N, 50 mL H₂O panas dan aceton.Kertas
saring berisi residu dimasukkan kedalam cawan porselen bersih dan kering oven.
Cawan berisi sampel dikeringkan dalam oven 105°C sampai didapat berat yang
konstan, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (Q).Pijarkan sampel dalam
cawan hingga tak berasap. Kemudian cawan bersama isinya dimasukkan kedalam
tanur 600°C selama 3-4 jam. Setelah isi cawan berubah menjadi abu yang
berwarna putih, cawan lalu dikeluarkan dari tanur, didinginkan dalam eksikator,
dan ditimbang (R).
Metode yang digunakan pada praktikum formulasi ransum yaitu
menggunakan metode trial and error atau metode coba-coba yang mendapatkan
nilai nutrisi dari ransum yang sesuai dengan kebutuhan atau keinginan yang telah
ditentukan sebelumnya.
17
Metode yang digunakan pada praktikum pencampuran sum ini yaitu mula-
mula menimbang bahan sesuai yang telah ditentukan kemudian mencampur yang
terlebih dahulu yang halus kemudian cair kemudian kasar tetapi jika ada tidak
padi dan molase itu terlebih dahulu dicampurkan perlu diketahui jika tahap
bertahap harus diaduk hingga menjadi homogen.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan pakan adalah sesuatu yang di berikan untuk ternak sebagai pakan
ternak dalam bentuk organik ataupun anorganik yang bisa sebagian atau benar-
benar di cerna tanpa mempengaruhi kesehatan ternak.
Bahan pakan sumber protein hewani adalah protein yang berasal dari
hewan. Tepung ikan adalah suatu produk padat kering yang di hasilkan dengan
jalan mengeluarkan sebagian besar cairan dan sebagian/seluruh lemak yang
dikandung di dalam tubuh ikan (Herlina dkk 2017).
19
Tabel 2 sumber protein nabati
20
Tabel 4 Energi berbentuk cairan
No Bahan pakan Tingkat kekentalan Warna Bau Rasa
1 Molases Kental Hitam Harum Kecap
Sumber:pratikum BPFR 2023 kelas A-peternakan
Tabel 5 Sumber mineral
No Bahan pakan Bentuk fisik Warna Bau
1 Tepung tulang Tepung Coklat Tulang
2 Tepung kerang Tepung Putih Tidak ada
3 Garam halus Butiran Putih Tidak ada
4 Uren Butiran Putih Uren
Sumber:pratikum BPFR 2023 kelas A-peternakan
Bahan baku pakan sumber mineral ada yang berasal dari bahan organik
(alami) maupun anorganik. Mineral adalah salah satu komponen nutrisi yang
memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup ternak di butuhkan baik untuk
memelihara kesehatan, pertumbuhan, produksi, reproduksi, dan kekebalan tubuh
hewan.
Tabel 6 Limbah pertanian
No Asal limbah Bentuk fisik Warna
1 Sekam padi Tepung Coklat
2 Kulit pisang Tepung Coklat
3 Bungkil inti sawit Butiran Coklat
4 Singkong Tepung Putih
5 Kulit jeruk Tepung Orange
6 Kulit buah naga Tepung Coklat kemerahan
7 Kulit alvukad Tepung Coklat
8 Bonggol jagung Tepung Abu-abu
9 Bagase tebu Serat kasar Putih
10 Kulit nanas Tepung Coklat
Sumber:pratikum BPFR 2023 kelas A-peternakan
21
Limbah pertanian dapat di manfaatkan sebagai pakan pendukung untuk ternak
terutama ruminansia. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang
tersedia melimpah sepanjang tahun, namun kualitas jerami padi sangat rendah
karena tingginya kadar serat kasar (Anita Sari dkk 2016)
Tabel 7 Tanaman pakan
No Nama hijauan Nama latin
1 Rumput gajah Pennisetum purpureum
2 Rumput benggala Panicum maximum
3 Rumput lapang Brachia decumbens
4 Calopo Calopogonium lathyroides
5 Centrosema Centrosema pubescens
6 Kumpai Hymenochine amplexlcaulis
7 signal Brachiaria mutica
8 lamtoro Leuchaina leucocephala
Sumber:pratikum BPFR 2023 kelas A-peternakan
Hijauan pakan adalah produk yang di hasilkan dari tanaman pakan atau
tumbuhan lain yang menghasilkan biomasa dan berclorofil yang dapat berfungsi
sebagai hijauan pakan.
Tabel 8 Bahan palsuan pakan
No Nama bahan Warna Bentuk Dicampur dengan
1 T. Batu bata Orange Tepung Tepung darah
2 Serbuk gergaji Cream Tepung Tepung kulit
jeruk
3 pasir Abu-abu Tepung Bungkil
Sumber:pratikum BPFR 2023 kelas A-peternakan
Palsuan bahan pakan ternak ada untuk mencampurkan kebutuhan ternak
yang di jual guna meningkatkan keuntungsn si penjual pakan.
22
4.2 Preparasi sampel
Preparasi sampel adalah suatu proses persiapan sampel sebelum di uji secara
analisis. Sampel merupakan bagian dan suatu bahan yang di ambil secara acak
dari bahan tersebut untuk selanjutnya di evaluasi pengambilan sampel perlu
memperhatikan beberapa hal seperti homogenitas sampel, cara pengambilan
sampel, penanganan sampel, prosesing sampel, dan penentuan kadar sampel segar.
23
Kadar air% = 4.54%
Kadar bahan kering = 95.46% / 100% - 4.54% = 95.46%
Hari 4
BKU = 1900 g Kadar air = 200 g
Kadar air% = 9.53%
Kadar bahan kering = 90.47% / 100% - 9.53% = 90.47%
24
Keterangan: (AB1= Tepung rumput benggala 1)(AB2= Tepung rumput benggala
2)
(AK1= Tepung kerang 1)(AK2=tepung kerang 2)(AO1=onggok 1)(AO2= onggok
2)
Rumput benggala (Panicum maximum cv. Jacq) merupakan salah satu
tanaman pakan ternak yang memiliki potensi dan kandungan nutrien yang cukup
baik. Rumput benggala (Panicum maximum cv. Gatton) mempunyai nilai nutrisi
BK: 8,80%, PK: 5,98%, LK: 2,24%, SK: 36,38%, Abu: 9,98%, Ca: 1,09%, P:
0,41% dan Energi: 4034 (Fanindi dan Sutedi 2014)
25
Tabel 11 Data formulasi ransum dari kebutuhan nutrient
Feed ingredient proportion DM CP ME CF EE P
Tepung ikan 10 9.2 6.65 308 0.08 1.06 0.305
Bungkil kedelai 15 12.9 5.655 343.5 1.05 2.895 0.099
Ampas tahu 30 3.9 6.498 870 6.078 3.177 0.264
Molases 5 3.85 0.27 114 0.5 0.015 0.006
Tepung tulang 10 8.6 2.554 245 0.388 0.47 0.548
Dedak padi 30 25.8 4.14 819 3.48 4.23 0.453
Total 100 64.25 25.767 2699.5 11.576 11.847 1.678
Sumber:pratikum BPFR 2023 kelas A-peternakan
Tabel 12 Proporsi dan harga
Feed ingredient Proportion weight price
Tepung ikan 10 500 7500
Bungkil kedelai 15 750 5475
Ampas tahu 30 1500 1500
Molases 5 250 7000
Tepung tulang 10 500 12000
26
4.5 Mencampur ransum
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat di simpulkan Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang bisa diberikan
untuk ternak baik dalam bentuk bahan organik ataupun anorganik yang sebagian atau
benar-benar dicerna tanpa mempengaruhi kesehatan ternak. Bahan pakan terbagi menjadi
bahan pakan sumber protein ( meliputi hewani dan nabati) bahan pakan sumber
energi , bahan pakan sumber mineral ,bahan pakan asal limbah pertanian, hijau dan
tanaman pakan, serta bahan palsuan. Dengan kelas hijauan kering, hijauan segar, sumber
energi, sumber protein ,sumber mineral, sumber vitamin ,dan adiktif.
Dapat disimpulkan dalam preparasi sampel ada beberapa komponen yang perlu
diketahui untuk melakukan preparasi sampel yaitu cara pengambilan sampel,
homogenitas sampel, cara pengambilan jumlah sampel, proses yang sampel menghitung
kadar air bahan kering masing-masing sampai memiliki kandungan dan nutrisi yang
berbeda dari setiap jenis bahan pakan.
Dapat disimpulkan dalam praktikum analisis proksimal kita dapat mengetahui
jumlah kandungan nutrisi yang terdapat di dalam suatu bahan pakan.
Dapat disimpulkan dalam praktikum formulasi ransum kita dapat penyusunan bahan
pakan dengan tujuan memenuhi kebutuhan nutrisi ternak dengan modal atau biaya
seminim mungkin. Yang mana cara ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu trial
and error yaitu metode coba-coba dengan bantuan Microsoft Excel.
Dapat disimpulkan dalam praktikum unsur bahwa hasil formulasi dan pencampuran
ransum kami masih 50/50% untuk memenuhi akan kebutuhan pokok nutrisi ayam petelur
fase grower.
5.2 Saran
Saran yang diberikan untuk praktikum yang sudah dilakukan yang masing-
masing sub judul agar mahasiswa atau pratikan pahami dan mengerti apa yang
sudah dipratikumkan dan juga saran untuk mahasiswa agar bisa cepat mengerti
28
dari semua praktikum yang sudah dilakukan. Serta lebih focus dan cepat tanggap
pratikum ini agar lebih tertib.
29
DAFTAR PUSTAKA
Anita, A., Saputri, D. F., Nurhayati, N., Wahyudi, W., Nurussaniah, N., Angraeni,
L., & Darmawan, H. (2018). Pengabdian Pada Masyarakat Pengenalan
AlatAlat Laboratorium Fisika Lanjut Bagi Guru Mgmp Ipa Smp/Mts
Kabupaten Bengkayang. GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(2), 219– 228.
Ayuni, N. P. B., Zunaena, M., Oktaviani, R. D., Kristinah, N., & Yuliyati, S.
(2018). Pengetahuan Mahasiswa Pendidikan Biologi Tentang Peralatan
Laboratorium Biologi. Nectar: Jurnal Pendidikan Biologi, 1(1), 1–7.
Badarina, I., D. Evvyernie, T. Toharmat, E. N. Herliyana. 2014. Fermentabilitas
rumen dan kecernaan in vitro ransum yang disuplementasi kulit buah kopi
produk fermentasi jamur Pleurotus ostreatus. Jurnal Sain Peternakan
Indonesia 9 (2): 103 - 109.
Daud, M., Yaman, M,A., Zulfan, and Asril, 2020. Effects of probiotic
supplementation in rations containing leubim fish waste (Canthidermis
maculata) on the performance of local ducks. IOP Conf. Series: Earth and
Environmental Science 425 (2020) 012003. doi:10.1088/1755-
1315/425/1/012003.
Destrianto, P., A. Sutirtoadi, dan N. Faizah. 2018. Desain aplikasi penentuan
formulasi ransum pada ternak sapi potong. Jurnal Teknologi Informasi dan
Terapan. 5(1): 43-48.
Dwi Margi, Suci. 2013. “Pakan Itik Pedaging dan Petelur”. Jakarta:Penebar
Swadaya
Hambadoku, M dan Y.T.Ina. 2019. Evaluasi kecernaan In Vitro bahan pakan hasil
samping agro industri. Jurnal Agripet. 19 (1): 7 - 12.
Hayati, E.K., Jannah, A., & Ningsih, R. (2012). Identifikasi senyawa dan aktivitas
antimalaria in vivo ekstrak etil asetat tanaman anting-anting (Acalypha
indica, L.). Molekul, 7(1), 20-32.
Imamah, N., Fasya, A.G., Nasichuddin, A., & Adi, K.A. (2015). Pemisahan
senyawa steroid fraksi etil asetat hasil hidrolisis ekstrak metanol mikroalga
Chlorella sp. menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dan
identifikasinya menggunakan spektrofotometer FTIR. Skripsi, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Malang, Kimia
Ismoyowati., Indrasanti, D., Sulistyawan, I.H., 2018. The Differences of feed
quality and egg production performance of Tegal and Magelang ducks on
farming in central. Buletin Peternakan. 42(3): 197-202.
Ji YS., Lestari, N.D., Rinanda, T. (2012). Uji Aktivitas antibakteri ekstrak etanol
30% dan 96% kelopak bunga rosella ( Hibiscus sabdariffa) terhadap bakteri
Streptococcus pyogenes secara in vitro. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala,
12(1), 31-36
Lestari Lily Arsanti, Fatma Zuhrotun Nisa, Sudarmanto S. 2013. Modul Tutorial
Analisis Zat Gizi. Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.
Lestari, M. Y., & Diana, N. (2018). Keterampilan Proses Sains ( KPS ) Pada
Pelaksanaan Praktikum Isika Dasar I. Indonesian Journal of Science and
Mathematics Education, 01(1), 49–54.
Miranti, M., Prasetyorini., Suwary, C. (2013). Perbandingan aktivitas antibakteri
ekstrak etanol 30% dan 96% kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Ekologia, 13(1), 9-18.
Muji, R., & Firman, S. M. (2018). Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik
(TLM) Toksikologi Klinik. In Buku.
Nuarisma F. 2012. Analisa kadar air belut sawah (Monopterus albus). [Skripsi].
Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Nurhayati., Berliana., Nelwilda., 2016. Performa ayam broiler yang
mengkonsumsi kulit nanas yang difermentasi dengan yogurt dalam ransum
mengandung gulma obat. Jurnal Agripet. 16: 31-36,
Rewandi, Merakati Handajaningsih, Hasanudin, 2014. Teknik Budidaya Jagung
dengan Sistem Organik di Lahan Marjinal.UNIB Press, Bengkulu.
Ridla, M. 2014. Pengenalan Bahan Makanan Ternak. IPB Press. Bogor.
Riski, P., B. P. Purwanto dan A. Atabany. 2016. Produksi dan kualitas susu sapi
FH laktasi yang diberi pakan daun pelepah sawit. Jurnal ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. 4 (3): 345 - 349.
Rizalina, H., Cahyono, E., Mursiti, S., & Nurcahyo, B. (2018). Optimasi
Penentuan Kadar Metanol dalam Darah Menggunakan Gas
Chromatography. Indonesian Journal of Chemical Science, 7(3), 254–261.
Saputro, T. S. D. Widyawati dan Suharto. 2016. Evaluasi nutrisi perbedaan rasio
dedak padi dan ampas bir ditinjau dari nilai TDN ransum domba lokal
jantan. Jurnal Sains Peternakan. 14 (1): 27 - 35.
Selian , L.S., Warganegara, E dan Apriliana, E., 2013, Uji Most Probable Number
(MPN) dan Deteksi Bakteri Koliform Dalam Minuman Jajanan yang dijual
Di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung ; ISSN
2337-3776
Setyaningsih, D., Nurmillah, O.Y., & Windarwati, S. (2013). Kajian aktivitas
antioksidan dan antimikroba ekstrak biji, kulit buah, batan dan daun
tanaman jarak pagar (Jatropha cucas, L.). Institiut Pertanian Bogor.
Simanjuntak, N. D. P., Rohiat, S., & Elvinawati, E. (2017). Hubungan Antara
Sarana Laboratorium Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI
MIPA 5 di SMA Negeri 3 Kota Bengkulu. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu
Kimia, 1(2), 102–105.
Supratman, H., Setiyatwan, H., Budinuryanto, D.C., Fitriani, A., Ramdani, D.,
2016. Pengaruh imbangan hijauan dan konsentrat pakan komplit terhadap
konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba. Jurnal
Ilmu Ternak. 16 (1): 31 – 35.
Sutardi. 2016. Kandungan bahan aktif tanaman pegagan dan khasiatnya untuk
meningkatkan sistem imun tubuh. Jurnal Litbang Pertanian vol. 35. No. 3
Suwandi R, Nurjanah., Margaretha M. 2014. Proporsi bagian tubuh dan kadar
proksimat ikan gabus. JPHPI 17(1).
Usman,Y., M. N Husin dan R Ratni. 2013. Pemberian kulit biji kopi dalam
ransum sapi aceh terhadap kecernaan secara In Vitro. Puslitbang
Peternakan, Bogor. 13 (1) :49-52.
Utomo, R. 2012. Bahan Pakan Berserat untuk Sapi. Cetakan Pertama. PT. Citra
Aji Parama. Yogyakarta
Waskito, W. M. (2013). Pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap gala Ayam
Broiler. Disertasi. Universitas Padjadjaran.: Bandung
Widyaningsih, S. W., & Yusuf, I. (2016). Keterampilan Proses Sains Mahasiswa
Melalui Penggunaan Media Laboratorium Virtual Pada Mata Kuliah Fisika
Dasar Universitas Papua. Jurnal Pancaran, 5(3), 99–110.
Wiryawan, G.K. dan Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. 2012.
Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.
LAMPIRAN