Anda di halaman 1dari 12

PENGAMATAN FREKUENSI PREHENSI, REMASTIKASI DAN PAKAN

PADA KAMBING BOER, PE DAN DOMBA


(Laporan Praktikum Biokimia Nutrisi)

Oleh

Kelompok 3

Wilda Rahma
1754241003

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kambing merupakan hewan domestikasi tertua yang telah


bersosialisasidengan manusia lebih dari 1000 tahun. Kambing
tergolong pemamah biak,berkuku genap dan memiliki sepasang
tanduk yang melengkung. Kambingmerupakan hewan
pegunungan hidup dilereng-lereng yang curam yang
memilikisifat adaptasi yang cukup baik terhadap perubahan
musim (Sarwono, 2009).

Ternak kambing tersebar di berbagai daerah,mampu beradaptasi


pada kondisi lingkungan dan sumberdaya yang minimum,
menghasilkan nilai fungsional sebagai kambing pedaging,
kambing penghasil susu dan bulu, disamping juga multi guna
sebagai hewan penghasil daging, susu dan jasa (Dinas Kesehatan
Hewan, 2010).

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan


ternak,bagian tubuh yang erat hubungannya dengan bobot
badan adalah sifat perdagingannya, umur, genetik, jenis kelamin,
keadaan ternak dan lingkungan ternak (Salerno, 1990).Buterfield
(1988) menambahkan bahwa umur, bobot badan bangsa ternak,
jenis kelamin dan makanan mempengaruhi persentase daging,
lemak dan tulang pada setiap peningkatan bobot badan.
Ruminansia berasal dari kata ruminare yang artinya memamah
biak.
Salah satu dari banyak klasifikasi tingkah laku hewan adalah
tingkah laku
ingestif. Tingkah laku ini mempunyai arti yang lebih luas dari
sekedar mencari
makan, seperti halnya ternak mamalia yang masih muda yang
mendapat makanan
dalam bentuk susu cair. Tingkah laku ingestif meliputi makan
atau merumput
(prehensi, mastikasi, dan deglutisi), minum, ruminasi, dan
menjilat (Rasyid,
2008).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini yaitu :


1. mengetahui frekuensi prehensi kambing PE, Boer dan Domba;
2. mengetahui frekuesni remastikasi kambing PE, Boer dan Domba.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kambing merupakan ternak yang dipelihara oleh masyarakat secara luas karena
kambing mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan, antara lain cepat
berkembangbiak yaitu sering beranak lebih dari 1 ekor (1 – 4 ekor). Kambing di
daerah tropis umumnya dalam waktu 2 tahun dapat beranak 3 kali (Sindoeredjo,
1996).Kemampuan beranak banyak merupakan satu hal yang spesifik dari sifat
produksi ternak kambing dan sifat ini merupakan hasil interaksi yang besar antara
faktor genotipe dan lingkungan (Iniquezet al., 1993). Kambing yang memiliki
genotip jumlah anak perkelahiran yang banyak tidak akan muncul, apabila
lingkungan tidak mendukung. Demikian juga kambing yang dipelihara dalam
lingkungan yang baik tidak akan menampilkan jumlah anak perkelahiran yang
banyak apabila induk tersebut tidak mempunyai genetik tersebut.

Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan bangsa kambing hasil


persilangan antara kambing kacang dengan kambing Etawah. Spesifikasi dari
kambing ini adalah hidung agak melengkung, telinga agak besar dan terkulai.
Berat tubuh bangsa kambing PE sekitar 32 - 37 kg dan produksi air susunya 1 -
1,5 liter per hari. Keunikan kambing PE adalah bila kambing jantan dewasa
dicampur dengan kambing betina dewasa dalam satu kandang akan selalu gaduh
atau timbul keributan (Murtidjo, 1993). Kambing PE merupakan jenis ternak
dwiguna yaitu penghasil daging dan susu (Setiawan dan Arsa, 2003).

Menurut Markel dan Subandryo (1997), bahwa karakteristik kambing PE adalah


kuping menggantung ke bawah dengan panjang 18-19 cm, tinggi badan antara 75-
100 cm, bobot jantan sekitar 40 kg dan betina sekitar 35 kg. Kambing PE jantan
berbulu di bagian atas dan bawah leher, rambut pundak dan paha belakang lebih
lebat dan panjang. Kambing PE betina memiliki rambut panjang hanya pada
bagian paha belakang.

Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil


persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang
dengan kambing yang berasal dari India dan Timur dekat.
Kambing ini tahan hidup di padang penggembalaan yang kering
didaerah tropik dan sub-tropik asal tidak lembab. Kambing Boer
yang dimuliakan adalah yang berwarna putih dengan bercak-
bercak merah dan dengan makanan yang baik merupakan
pedaging yang istimewa (Mason, 2002).

Domba termasuk ke dalam ruminansia karena proses pencernaannya


dilakukan dengan menelan bahan pakan terlebih dahulu, kemudian mengeluarkan
makanan yang sudah setengah dicerna dalam perutnya dan mengunyahnya
kembali. Ruminansia berasal dari kata ruminare yang artinya memamah biak.
Salah satu dari banyak klasifikasi tingkah laku hewan adalah tingkah laku
ingestif. Tingkah laku ini mempunyai arti yang lebih luas dari sekedar mencari
makan, seperti halnya ternak mamalia yang masih muda yang mendapat makanan
dalam bentuk susu cair. Tingkah laku ingestif meliputi makan atau merumput
(prehensi, mastikasi, dan deglutisi), minum, ruminasi, dan menjilat (Rasyid,
2008). Prehensi adalah suatu proses gerakan untuk memperoleh (mengambil)
pakan dan memasukannya ke dalam mulut. Proses ini umumnya berbeda pada
beberapa jenis ternak. Bagian-bagian gigi, bibir, dan lidah berfungsi sebagai organ
untuk prehensi (Rahmadi, dkk, 2003).

Proses remastikasi terjadi secara lebih lambat dibandingkan mastikasi


yaitu 55 kali per menit. Seekor domba rata-rata melakukan ruminasi selama
delapan jam, walaupun aktivitas ini bisa dikendalikan sesuai kehendak, misalnya
remastikasi pada saat pengeluaran bolus bergantung juga pada keadaan sekitar.
Bolus yang terbentuk setelah regurgitasi dan pengunyahan akan dikeluarkan untuk
diremastikasi. Material yang di regurgitasi biasanya terdiri atas hijauan dan cairan.
Satu kali remastikasi biasanya berlangsung rata-rata satu menit (Frandson, 1993).

Berdasarkan hasil dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa frekuensi prehensi,


mastikasi, dan remastikasi pada Domba Garut yang dikandangkan secara berturut-
turut adalah 750 kali per hari atau 63 kali per jam, 13.998 kali per hari atau 1.166
kali per jam, dan 10.584 kali per hari atau 882 kali per jam. Frekuensi prehensi,
mastikasi, dan remastikasi dapat dipengaruhi oleh temperatur, kelembapan,
ukuran pakan dan jenis kelamin (.Yosephine Dina dkk, 2015 ). dapat dipengaruhi
oleh temperatur, kelembapan, ukuran pakan dan jenis kelamin.
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan di hariSenin, 24 Febuari 2019 pukul 07.00- 09.40 di
Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan Ternak di Jurusan Peternakan,
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu neraca dan stopwatch dan bahan
yang digunakan yaitu silase.

C. Cara Kerja
Prosedur praktikum yang dilakukan yaitu:

1. menyiapkan alat dan bahan;


2. menimbang pakan silase sebanyak 2kg
3. memberikan pakan ke kambing dan dihitung prehensunya
4. menimbang sisa pakan;
5. mengamati perilaku remastikasi, mastikasi.
6. mencatat hasil pengamatan.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Tabel Hail Pengamatan Prhensi, Mastikasi, dan Jumlah Pakan

Jenis Ternak Prehensi(kali/jam) Remastikasi(kali/jam J. Pakan(gr)


)
PE 62 1140 50
Boer 79 948 50
Domba 42 782 50

B. Pembahasan

Kambing menurut Sindoeredjo (1996). merupakan ternak yang dipelihara oleh


masyarakat secara luas karena kambing mempunyai beberapa sifat yang
menguntungkan, antara lain cepat berkembangbiak yaitu sering beranak lebih dari
1 ekor (1 – 4 ekor). Kambing di daerah tropis umumnya dalam waktu 2 tahun
dapat beranak 3 kali. Dari beberapa hasil persilangan kambing mempunyai
beragam macam jenis. Di Praktikum kali ini kami hanya menggunakan 2 jenis
macam saja yaitu PE ( Peranakan Etawa ) dan Boer. Kedua persilangan ini bisa
berhasil karena dua faktor menurut Iniquezet al., (1993) yaitu faktor genotip dan
lingkungan yang mendukung.

Kambing PE ( Peranakan Etawa ) merupakan bangsa kambing hasil persilangan


antara kambing kacang dengan kambing Etawah yang memiliki ciri ciri yang
dinyatakan oleh Murtidjo, (1993) memiliki hidung agak melengkung, telinga agak
besar dan terkulai.

Pada praktikum ini kami mengamati 3 tingkah laku ternak yaitu prehensi,
remastikasi dan sisa pakan nya. Prehensi menurut Rahmadi, dkk, (2003). adalah
suatu proses gerakan untuk memperoleh (mengambil) pakan dan memasukannya
ke dalam mulut. Perilaku mastikasi dan prehensi termasuk kedalam perilaku
ingestif menurut Rahmadi, dkk, (2003).

Di praktikum ini jika dilihat dai tabel frekuensi prehensi pada kambing PE yaitu
sebanyak 62 kali/ jam, mastikasi 1140 kali/ jam dan sisa pakan yang diberikan
awal 2kg sisanya hanya 50 gr. Jika dibandingkan dengan kambing Boer yaitu
prehensi Boer lebih rendah darupada PE 42 kali/ jam, remastikasi nya juga hanya
782. Sisa Pakan yang diberikan 50 gr. Jenis yang terakhir yaitu Domba memiliki
prehensi 79 kali/ jam,remastikasi 948 kali/jam dan sisa pakan 50gr. Perilaku
beragam diaas menurut .Yosephine Dina dkk (2015) dikarenakan dapat
dipengaruhi oleh temperatur, kelembapan, ukuran pakan dan jenis kelamin
V. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum dapat disimpulkan bahwa ketiga jenis terna tersebut


memiliki perilaku prehensi, remastikasi dan sisa jumlah pakan berbeda beda
dikarenakan ada beebrapa fator yaitu jeenis ternak sendiri, umur, dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Iniquez, L., Sanchez M. and Ginting, S.1993. Long-term Production of Sumatra


Sheep in an Integrated Sheep and Ruber Plantation System.Dalam:Tomaszewska,
M.W. dkk (eds). 1993.Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret
UniversityPress. Surakarta. Hal 1-

Mason, I.L. 2002. American Boer Goat Association. Brochure. New York

Murtidjo, B.A. 1993. Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Edisi 1.
Kanisius. Yogyakarta

Rahmadi, Didiek. Sunarso. Achmad, Joelal. Pangestu, Eko. 2003. Nutrisi dan
Makanan Ternak. Universitas Diponegoro. Semarang. Vol 4.

Rasyid, Ilhami. N. I. Tingkah Laku Ternak. 2008. Fakultas Peternakan Jendral


Sudirman. Purwokerto. Vol

Sindoeredjo, S. 1996. Pedoman Pemeliharaan Kambing Perah. Balai Pustaka,


Jakarta
Setiawan T, dan Tanius A. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawah.
Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 1.

Yosephine Diba dkk., 2015. Tingkah Laku Prehensi, mastiasi dan remastikasi
pada domba garut dyang dikandangkan

Anda mungkin juga menyukai