Klasifikasi Kelinci
Perkandangan
Bangunan kandang dan peralatan perlu direncanakan untuk menghemat
tenaga kerja. Bangunan kandang dan peralatan yang diperlukan tergantung pada
lokasi peternakan kelinci, besar peternakan dan besar modal dalam investasi
(Herman, 2002). Kandang yang baik memiliki ciri-ciri sirkulasi udara lancar, lantai
tidak lembab, atap tidak kotor, tiang penyangga kokoh dan cukup lama daya
tahannya, sederhana dan murah, disesuaikan dengan jenis ternak, dapat melindungi
ternak dari pengaruh kurang menguntungkan, dan dapat mempermudah penanganan
ternak (Rahardi et al., 1993).
Berdasarkan penempatannya, kandang kelinci dibedakan atas kandang di
dalam ruangan, kandang di luar ruangan, dan kandang yang bisa dipindah-pindah.
4
Sedangkan berdasarkan pengelolaannya dapat dibedakan menjadi kandang battery,
postal, dan ranch. Kandang battery adalah kandang yang tiap ruangan diisi satu ekor
kelinci. Kandang ini biasa digunakan bagi induk yang beranak dan mengasuh anak,
untuk mengawinkan kelinci betina yang sewaktu-waktu dimasukkan ke kandang
jantan dan untuk tempat pembesaran secara berkelompok hingga anak kelinci lepas
sapih. Kandang postal adalah kandang yang tiap ruangannya diisi beberapa kelinci
kandang ini diisi untuk anak kelinci lepas sapih atau kelinci yang seumur dan
besarnya seragam, jenis dan rasnya juga sama. Kandang ranch adalah kandang yang
ruangannya terbagi-bagi menjadi tempat tidur dan tempat bermain (Sarwono, 2002).
Pakan
Keberhasilan suatu usaha ternak ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya
genetik, pakan dan manajemen pemeliharaan (Suryani, 2002). Ternak membutuhkan
nutrisi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu kebutuhan hidup pokok dan
produksi, kebutuhan hidup pokok adalah kebutuhan nutrisi untuk memenuhi proses-
proses hidup tanpa adanya produksi, sedangkan kebutuhan produksi adalah
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan, kebuntingan, produksi susu dan kerja (Blakely
& Bade, 1991). Kebutuhan nutrien kelinci dalam berbagai status fisiologis dapat
dilihat pada Tabel 2.
5
Produktivitas
Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan
(Lukefahr & McNitt, 1983). Suhu, kelembaban udara dan curah hujan merupakan
faktor penting karena berhubungan erat dengan iklim yang berpengaruh terhadap
produktivitas ternak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang
terlihat langsung pada ternak seperti menurunnya nafsu makan ternak dikarenakan
terjadi kenaikan suhu lingkungan yang menyebabkan suhu tubuh ternak meningkat
sehingga ternak merasa panas. Kenaikan suhu tubuh ini mengakibatkan ternak
depresi sehingga mengganggu proses reproduksi. Pengaruh tidak langsung pada
ternak seperti kualitas dan kuantitas makanan yang tersedia bagi ternak,
perkandangan, penyakit dan manajemen pemeliharaan. Kesulitan beradaptasi dengan
lingkungan akan menyebabkan menurunnya produktivitas (Williamson & Payne,
1993).
Dewasa Kelamin
Kelinci mencapai dewasa kelamin pada umur 4-8 bulan tergantung pada
bangsa, makanan dan kesehatan. Kelinci yang mendapat makanan dengan kualitas
baik dapat mencapai dewasa kelamin yang lebih dini. Kelinci betina tipe ringan
mencapai dewasa kelamin pada umur enam bulan, tipe sedang 5-6 bulan dan untuk
tipe berat 7-8 bulan (Herman, 1995).
Dewasa kelamin betina dicapai ketika pertumbuhan tubuhnya mencapai 70-
75% dari dewasa tubuhnya, tetapi biasanya perkawinan ditunda sampai bobot
hidupnya 80% dari bobot hidup dewasa. Kelinci jantan lebih lambat mencapai
dewasa kelamin meskipun telah memperlihatkan aktivitas seksual pada umur dini,
perkawinan yang fertile tidak tercapai sebelum 8-10 minggu (Herman, 1995).
Kebuntingan
Lama bunting dihitung sejak betina kawin sampai beranak. Lamanya berkisar
antara 29-33 hari dengan rata-rata 31 hari. tetapi terdapat juga anak yang lahir pada
hari ke 28 dan kadang-kadang setelah hari ke 35. Kebuntingan yang lebih dari 35
hari tidak umum, kecuali terjadi kesulitan pada induk. Terdapat korelasi negatif
antara lama bunting dan jumlah anak yang dilahirkan. Jumlah anak yang banyak
menyebabkan masa bunting menjadi lebih singkat dan sebaliknya jumlah anak yang
rendah menyebabkan masa bunting lebih lama (Herman, 1995).
6
Litter size
Litter size adalah banyaknya anak yang hidup dengan jumlah berkisar antara
1-13 ekor (Lebas et al., 1986). Jumlah anak perkelahiran yang dihasilkan induk
kelinci berbeda-beda, menurut Fielding (1991), umumnya 8-10 ekor. Litter size ini
bervariasi karena faktor genetik, musim, umur induk, dan periode beranak dewasa.
Musim dingin induk kelinci menghasilkan litter size lebih banyak dan bobot hidup
yang lebih berat, sedangkan musim panas induk kelinci menghasilkan litter size lebih
menurun. Rendahnya litter size banyak dipengaruhi oleh umur induk yang mudah
dan karena induk beranak pertama (Syaifullah, 1993).
Induk pada periode beranak pertama menghasilkan litter size yang rendah
(Rathor et al., 2000). Litter size dipengaruhi oleh parameter yang sangat umum,
diantaranya rata-rata ovulasi, fertilisasi dan ketahanan embrio (Fortune, 1998).
(Soeparman S, 1996) hasil studi litter size pada kelinci dengan perbaikan mana-
jemen, menunjukkan bahwa kelinci persilangan yang diberi pakan 25,50 g dan 75 g
konsentrat dengan rumput lapang (ad libitum), rataan jumlah anak yang dilahirkan
berkisar antara 4,50±1,91 sampai 5,50±1,29 ekor, bobot sapih yang dicapai dengan
penambahan konsentrat 25 g adalah 506,6±157,3 g; 521,3±138,0 g dengan
penambahan 50 g konsentrat dan 531,85±59,5 pada penambahan konsentrat 75 g.
Sex ratio
Pada umumnya perbandingan kelinci jantan dan betina yang dianjurkan
adalah 1:10 (Damron, 2003). Sex ratio merupakan faktor penting untuk manajemen
pengganti induk dan pejantan yang sudah tidak produktif, karena dengan mengetahui
sex ratio maka petani dapat menentukan jumlah ternak unggul yang akan digunakan
sebagai pengganti. Sex ratio tidak berpengaruh pada bobot lahir, pertumbuhan bobot
harian dan bobot sapih (Adjisoedarmoet al., 1985; Lukefahr & McNitt, 1983).
Penyapihan
Penyapihan anakkelinci pada umur 6-9 minggu menghasilkan yang terbaik
(Arrington dan Kelly, 1976). Menurut Cheeke et al., (1982), penyapihan sebaiknya
dilakukan pada umur anak kelinci 28 hari. Penyapihan dilakukan dengan mem-
biarkan anak kelinci dikandang awal dan membawa induk kelinci ke kandang baru
sehingga dapat mengurangi stres pada anak kelinci saat penyapihan, karena kelinci
hewan teritorial yang biasa menetapkan daerah tempat tinggalnya.
7
Penyakit Kelinci
Penyakit kelinci dapat timbul akibat kelengahan dalam menjaga sanitasi
kandang, pemberian pakan yang kurang dalam jumlah maupun gizinya, tertular
kelinci yang sakit dan perubahan cuaca. Kelinci yang sakit mempunyai gejala seperti
lesu, nafsu makan kurang, mata sayu, dan suhu badan naik turun, kelinci yang
menunjukkan gejala seperti itu sebaiknya dipisahkan di kandang karantina untuk
dirawat terpisah. Beberapa penyakit yang sering menyerang kelinci yang
menimbulkan kematian antara lain enteritis complex, pasteurellosis, young doe
syndrome, scabies, dan coccidiosis (Farrell & Raharjo, 1984). Penyakit lain yang
biasa menyerang kelinci adalah pilek, sembelit, pneumonia, kudis, kanker telinga,
ringworm, favus, radang mata, cacingan, kaki bengkok, makan bulu, dan kanibal.
Ternak kelinci yang sudah terkena penyakit, sebaiknya dipisahkan dari ternak
lainnya (Suryani, 2002; Febriliany, 2008).
Bobot Lahir
Bobot lahir dipengaruhi oleh jumlah anak sekelahiran, umur induk dan lama
bunting, serta pakan yang diberikan (Sanford & Woodgate, 1979). Herman (1989)
menyatakan bahwa anak dengan bobot lahir yang tinggi memiliki tenaga yang cukup
kuat untuk mengisap air susu dalam jumlah yang banyak. Anak dengan bobot lahir
yang tinggi memiliki daya hidup yang tinggi, kondisi tubuh menjadi lebih baik dan
lebih tahan terhadap serangan penyakit (Khalil & Soliman,1989). Rata-rata bobot
lahir untuk setiap individu akan turun dengan bertambahnya jumlah anak yang
dilahirkan, tetapi bobot lahir total akan meningkat (Afifi et al., 1989). Soeparman
(1996) melaporkan bahwa rataan bobot lahir pada beranak pertama sebesar
50,36±6,36 g.
Pemasaran
Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan mencipta-
kan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai
dengan orang lain. Pemasaran ini menentukan sekali sukses atau tidaknya sebuah
usaha, dimana kesuksesan finansial sering bergantung pada kemampuan pemasaran.
Finansial, operasi, akuntansi, dan fungsi lainnya tidak akan berarti jika tidak ada
8
cukup permintaan akan produk dan jasa sehingga perusahaan bisa menghasilkan
keuntungan (Kotler & Keller, 2009).
Analisis Pendapatan
Pendapatan adalah selisih antar penerimaan total dan biaya-biaya.
Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani yang diperoleh
selama satu periode yang dihitung dari hasil penjualan dan penaksiran kembali
(Soekartawi et al.,1986).
Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiaan produksi yang
jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu yang meliputi biaya sewa, biaya
penyusutan, pajak, dan lain sebagainya. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah
totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan yang meliputi
bahan baku dan tenaga kerja langsung (Boediono, 1998). Biaya tetap meliputi
penyusutan bangunan, peralatan, dan bibit ternak sedangkan biaya variabel meliputi
pakan, perlengkapan, asuransi, dan biaya lainnya McNitt et al.,(2002).
Besarnya biaya pendapatan usahatani dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal serta faktor manajemen. Faktor internal meliputi umur petani;
pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan; jumlah tenaga kerja
keluarga; luas lahan; dan modal. Faktor eksternal meliputi input seperti ketersediaan
dan harga serta output seperti permintaan dan harga. Faktor manajemen meliputi
penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga dengan
memperhatikan ketiga faktor tersebut akan diperoleh manfaat setinggi-tingginya
(Febriliany, 2008).
Tingkat pendapatan petani untuk setiap komoditas pertanian yang diusahakan
berbeda-beda. Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi,
salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan R/C
ratio (Pasaribu, 2007).