Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium merupakan tempat melakukan penelitian dan berbagai


percobaan. Dalam penggunaan alat-alat dalam laboratorium tidaklah semudah
mempergunakan peralatan rumah tangga, walaupun keduanya memiliki fungsi yang
tidak jauh berbeda. Jika tidak berhati-hati dalam penggunaannya, peralatan
laboratorium dapat rusak, hasil penelitian gagal atau kurang memuaskan dan bahakan
dapat menyebabkan dampak negatif pada keselamatan diri kita sendiri. Alat-alat
dalam laboratorium perlu kita rawat dan diperhatikan karena akan sangat berguna.
Setiap alat memiliki fungsi dan prosedur kerja yang berbeda-beda oleh karena itu
penting bagi kita untuk mengenal prosedur kerja setiap alat dan kegunannya masing-
masing.
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak
beracun terhadap ternak tersebut.Bahan pakan dibagi dua yaitu bahan kering dan
air.Sedangkan bahan kering juga dibagi dua yaitu bahan organik dan abu.Selanjutnya
bahan organik dibagi lagi menjadi protein kasar dan bahan organik tanpa
nitrogen.Bahan organik tanpa nitrogen dibagi lagi menjadi lemak kasar dan
karbohidrat.Terakhir karbohidrat dibagi lagi menjadi serata kasar dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen.Sedangkan pengertian bahan pakan yang lain yaitu Bahan pakan
merupakan semua bahan pakan yang dapat dimakan oleh ternak yang mengandung
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral yang disusun menjadi satu bahan pakan
dan tidak meracuni ternak.Formulasi adalah mencampur berbagai macam bahan
pakan menjadi ransum dan ransum adalah campuran dari berbagai bahan pakan.Jadi,
bahan pakan formulasi ransum merupakan matakuliah penting dikarenakan mata
kuliah wajib fakultas dan diharapkan dapat menyusun ransum dalam bahan pakan dan
membuat pakan ternak.

1
Selanjutnya yang diprakikumkan adalah preparasi sampel dimana preparasi
sampel disebut juga dengan persiapan sampel, maksud dari persiapan sampel disini
yaitu menyiapkan sampel bahan pakan yang akan dianalisis guna mengetahui kualitas
dan kandungan yang terdapat dalam bahan pakan tersebut.Untuk memformulasi
ransum yang baik, diperlukan penjelasan mengenai beberapa zat-zat makanan seperti
zat makanan anorganik (udara, air, dan mineral), zat makanan organik (vitamin,
karbohidrat, lemak dan protein), serta kuantitas dan kualitas zat gizi yang dibutuhkan
tubuh ternak. Kualitas bahan pakan (dan komponennya) ini dapat dinilai melalui tiga
tahapan penilaian, yaitu secara fisik, kimia, dan biologis.

Sebagian besar, unsur pokok dalam bahan pangan terdiri dari lima kategori
yaitu air, mineral, karbohidrat, lemak dan protein. Kelima kategori ini dibutuhkan
untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup pokok pada manusia, termasuk
hewan ternak. Makanan ternak berisi zat gizi dengan kandungan yang berbeda-beda
karena itu tidak semua bahan makanan dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan
ternak. Pada dasarnya, analisis proksimat bermanfaat dalam mengidentifikasi
kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan yang belum diketahui
sebelumnya. Selain dari itu, analisis proximat merupakan dasar dari analisis- analisis
yang lebih lanjut.

Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam mencampur ransum adalah


mengetahui bahan mana yang harus dicampur agar hasilnya rata atau homogen.
Tingginya konsumsi ternak terhadap pakan membuat para peternak sapi, ayam,
kambing maupun hewan ternak lainnya mencari alternatif pakan selain hijauan dan
dedak padi pada umumnya.

1.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum pengenalan alat-alat laboratorium serta


fungsinya dalam praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum adalah untuk
mengenalkan pada praktikan alat-alat yang ada di laboratorium yang dipakai untuk
melakukan praktikum sesuai dengan fungsinya

2
Tujuan dari pratikum pengenalan bahan pakan adalah agar pratikan dapat
menjelaskan berbagai macam bahan pakan sumber protein (hewani & nabati), energy
(biji-bijian, lemak/minyak dan hijauan), vitamin dan mineral. Disamping itu para
pratikan juga ,di harap kan dapat menjelaskan bahan pakan yang tergolong aditif
(obat-obatan,probiotik, simbiotik dan minyak essensial), suplemen (premix) dan
bahan pakan palsuan (sekam, pasir dan serbuk gergaji).
Tujuan dari praktikum preparasi sampel, agar praktikan dapat mengetahui
langkah-langkah cara pengambilan sampel, cara pengambilan sampel di bagi menjadi
2 yaitu selektif dan aselektif , selektif yaiti pengambilan sampel secara acak dan
aselektif adalah pengambilan sampel secara keseluruhan.
Tujuan dari praktikum Formulasi Ransum, agar praktikan dapeat menyusun
ransum sesuai dengan tujuan kebutuhan ternak, dan mengetahui komposisi pakan
yang baik untuk ternak agar mendapatkan bobot badan ternak yang maksimal dengan
meminimalisisr harga bahan pakan seminim mungkin. menyebabkan gangguan
kesehatan atau produksi pada ternak yang mengkonsumsi.
Tujuan dari praktikum analisis proksimat, untuk mengetahwi mengeahui
kandungan zat makanan dari bahan pakan yang akan diuji, dan meningkatkan
kemampuan praktikan dalam menganalisis bahan pakan ,Serta menentukan
kandungan dalam bahan pakan yaitu kandungan air, abu, protein kasar ,lemak kasar
,serat kasar, dan Bahan Ekstrat Tanpa Nitrogen (BOTN dari beberapa sampel /bahan
pakan yang digunakan
Tujuan dari praktikum Mencampur Ransum, yaitu agar praktikan mendapatkan
pengalaman cara-cara mencampur ransum secara manual dan memiliki kemampuan
untuk mencampur ransum secara manual tanpa menggunakan alat-alat atau mesin
untuk mencampur ransum tersebut. Pada praktikum ini praktikan akan diajarkan
bagaimana mencampur ransum ternak unggas khususnya secara benar sesuai dengan
kebutuhan gizi ternak

3
1.3. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pratikum pengenalan alat-alat
laboratorium tersebut adalah, pratikan jadi tahu apa saja manfaat dan fungsi dari alat-
alat laboraturium tersebut.
Manfaat yang dapat diambil dari pratikum pengenalan bahan pakan ini adalah
pratikan dapat mengetahui berbagai macam bahan pakan sumber protein (hewani &
nabati), energy (biji-bijian, lemak/minyak dan hijauan), vitamin dan mineral.
Disamping itu para pratikan juga ,di harap kan dapat menjelaskan bahan pakan yang
tergolong aditif (obat-obatan,probiotik, simbiotik dan minyak essensial), suplemen
(premix) dan bahan pakan palsuan (sekam, pasir dan serbuk gergaji).
Manfaat dari pratikum preparasi sampel adalah praktikan dapat mengetahui
langkah-langkah kerja sebelum melaksanakan analisis atau hal-hal yang akan yang
harus diperhatikan dalam menganalisis bahan pakan yang akan di praktikumkan pada
judul analisis proksimat. Serta mengetahui cara perhitungan-perhitungan dalam
menentukan kualitas bahan pakan yang dianalisis dengan menggunakan rumus yang
telah ditentukan.
Manfaat dari praktikum Formulasi Ransum ini yaitu mahasiswa dapat
menyusun ransum sesuai dengan tujuan kebutuhan ternak.
Manfaat dari pratikum analisis proksimat adalah untuk menilai dan menguji
kualitas suatu bahan pakan atau pangan dengan membandingkan nilai standar zat
makanan dengan hasil analisisnya.Hasil analisis ini pada akhirnya dapat dijadikan
dasar formulasi ransum untuk dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan ternak.
Manfaat dari praktikum Mencampur Ransum ini yaitu praktikan mendapatkan
pengalaman cara-cara mencampur ransum secara manual dan memiliki kemampuan
untuk mencampur ransum secara manual tanpa menggunakan alat-alat atau mesin
untuk mencampur ransum tersebut.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium

Ahmad (2009) Destilasi merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih
komponen zat cair berdasarkan pada titik didih. Secarasederhana destisi dilakukan
dengan memanaskan/menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali
supaya jadi cair dengan bantuan kondensor.
Aziz (2010) erlenmeyer Berfungsi utk menampung larutan,bahan atau cairan.
Labu Erlenmeyer dpt digunakan utk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan
komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dlm kultur cair, dll.
Day, R.A. Jr dan A. L Underwood (2000) dalam menimbang sampel yang
berukuran amat kecil tidak mungkin menggunakan neraca lengan agar didapatkan
berat yang konstan maka digunakanlah neraca analitik.
Fujiati (2002) adapun alat-alat gelas yang sering digunakan dalam proses
percobaan adalah gelas piala, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, pipet
tetes, dan buret.
MCasandra (2001) Dia menyatakan bahwa Fungsi dari Cawan Porselin adalah
untuk mereaksikan zat dalam suhu tinggi, mengabukan kertas saring, menguraikan
endapan dalam gravimetric sehingga menjadi bentuk stabil.
Simautah (2008) Neraca analitik adalah neraca yang digunakan untuk
menimbang zat yang butuh ketelitian tinggi dan dalam skala kecil/mikro (biasanya
hingga 4 desimal 0,0001 gram)
Wanda Harjadi (2000) Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan
untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya
dapat rusak atau bahkan berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur.
Pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar dapat diketahui
cara penggunaan alat tersebut dengan baik dan benar, sehingga kesalahan prosedur
pemakaian alat dapat diminimalisasi sedikit mungkin.

5
2.2. Pengenalan Bahan Pakan
Aristanto(2001) mineral atau zat anorganik sering disebut dengan abu mineral
ini dibutuhkan dalam jumlah yang relative sedikit tetapi jika tidak terpenuhi
kebutuhannya di dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan bag itubuh. Salah satu
sumber mineral ini adalah tepung tulang, tepung kulit kerang, tepung bekicot.
M. Rasyraf (2007) yang menyatakan bahwa bahan pakan sumber energi yang
utama adalah bahan pakan yang kandungan utamanya berupa karbohidrat yang mana
lebih mudah dimetabolisme daripada energi yang berasal dari lemak.
Mustari,S.P. dkk., (2000)Pakan sumber protein yang baik adalah yang berasal
dari tumbuhan seperti bungkil dan bakatul, juga yang berasal dari hewani seperti
tepung ikan.
Parraksi.A, (2002) Hijauan merupakan bahan pakan utama ternak ruminansia
yang merupakan sumber vitamin yang diperoleh dari pencernaan serat.
Rudini (2006), Dia menyatakan bahwa bahan-bahan pemalsu pakan
merupakan bahan-bahan yang bentuk, tekstur, hampir sama dengan bahan pakan yang
dipalsukan akan tetapi satu hal yang sulit untuk dipalsukan yaitu bau.
Widya (2005) menyatakan bahwa nilai nutrisi limbah bervariasi dari bahan
yang bergizi tinggi serta mengandung protein dan energi yang mudah dicerna sampai
kepada produk yang sedikit nilai nutrisinya seperti sekam padi dan kerabang kacang
tanah.
Widyanti (2003) Bahan pakan dapat berupa dari tumbuhan ataupun dari
hewan, dimana ternak ruminannsia lebih memerlukan bahan pakan yang dari
tumbuhn atau yang memiliki kadar serat yang tinggi, sedangkan untuk hewann non
ruminansia lebih memerlukan bahan pakan yang berasal dari hewani sebab ternak non
ruminansia ini perlu menyuplai protein dari ransum sebab tidak ada sumber protein
dari tubuh.

6
2.3. Preparasi Sampel

Abu sajid (2009) pengambilan sampel secara aselektif yaitu semua unsure
yang ada di populasi mempunyai peluang yang sama untuk terambil sebagai sampel
yang mewakili polpulasinya.
Abu sajid (2009) pengambilan sampel secara selektif itu tidak semua unsure
dala populasi mempunyai peluang yang sama untuk tertarik sebagai sampel.
Fairfield (2003) pengolahan atau penyimpanan yang kurang tepat dapat
mengakibatkan kerusakan dan terjadi serangan jamur akibat kadar air yang tinggi,
ketengikan dan serangan serangga. Pengawasan mutu bahan baku harus dilakukan
secara ketat saat penerimaan dan penyimpanan. Pemilihan dan pemeliharaan kualitas
bahan baku menjadi tahap penting dalam menghasilkan ransum yang berkualitas
tinggi. Kualitas ransum yang dihasilkan tidak akan lebih baik dari bahan baku
penyusunnya.
Masnah (2003) dalam mengambil sampel yang akan di analisis cukup 10%
karena jumlah tersebut dianggap sudah bisa mewakili daari keseluruhan jumlahn
sampel sebenarnya.
Parraksi.A, (2002) Hijauan merupakan bahan pakan utama ternak ruminansia
yang merupakan sumber vitamin yang diperoleh dari pencernaan serat.
Plumstead dan Brake (2003) Langkah awal untuk menjamin kualitas ransum
adalah pengambilan sampel dan pengujian bahan baku sebelum dilakukan
pembongkaran. Pengawasan mutu dan prosedur analisis tidak akan terlepas dari
kegiatan pengambilan sampel. Proses pengambilan sampel menekankan pola
sampling, jumlah sampel yang diambil, ukuran sampel dan penyimpanan sampel
yang benar.
Sudjana (2002) kehomogenitasan suatu sampel sangat penting karena dalam
suatu analisis tidak mungkin keseluruhan dari sampel akan di analisis akan tetapi
hanya sebagian atau cukup untuk mewakili dari seluruhan bahan yang akan dianalisis.

7
2.4. Formulasi Ransum

Barnes, Jones D. (2000) ada berapa faktor penting yang harus diperhatikan
dalam formulasi ransum ayam broiler fase starter dan memasuki fase grower yaitu
kebutuhan protein, energi, serat kasar, Ca dan P. Komponen nutrient tersebut sangat
berpengaruh terhadap produksi ayam broiler terutama untuk pertumbuhan dan
produksi daging. Kebutuhan nutrien ransum digunakan ternak untuk hidup pokok dan
produksi.
Barnes, Jones D. (2000) Ransum yang berkualitas baik merupakan salah satu
syarat untuk dapat menghasilkan produksi ayam broiler yang optimal. Produksi
optimal dapat dicapai bila bahan pakan yang digunakan dapat memenuhi keperluan
gizi dalam tubuh ayam.
Darwin (2008) Premix mengandung mineral dan pemberian sejumlah mineral
bersifat esensial untuk kesehatan, pertumbuhan, dan produksi ternak yang optimal.

Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan (2002), sesuai dengan


standar, komposisi pakan yang berasal dari jagung, adalah untuk ayam pedaging 54
persen, ayam petelur 47,14 persen dan untuk ternak babi grower sebesar 49,34
persen. Dengan demikian fungsi jagung khususnya untuk pakan menjadi sangat
penting.
Faishal (2011) kelemahan dari metode coba-coba yaitu meskipun metode ini
merupakan penyusunyan ransum dengan cara yang paling mudah tetapi
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup besar.
Leeson,S. and J.D. Summers, (2001) Ransum merupakan gabungan dari
beberapa bahan yang disusun sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan
ternak.
M, Astawan, (2007) Ransum yang berkualitas baik merupakan salah satu
syarat untuk dapat menghasilkan produksi ayam broiler yang optimal. Produksi
optimal dapat dicapai bila bahan pakan yang digunakan dapat memenuhi keperluan
gizi dalam tubuh ayam.

8
Mardiana (2011) kelemahan dari metode ini yaitu meskipun metode ini
merupakan penyusunyan ransum dengan cara yang paling mudah tetapi
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup besar.

2.5. Analisis Proksimat

Abdul Aziz (2001) terdapat kelemahan analisis proksimat, yaitu: (a). sistem
tidak mencerminkan zat makanan secara individu dari bahan makanan, (b). kurang
tepat, terutama untuk analisis serat kasar dan lemak kasar, akibatnya untuk kalkulasi
BETN juga kurang tepat, (c). proses membutuhkan waktu yang cukup lama (d). tidak
dapat menerangkan lebih jauh tentang daya cerna, palatabilitas dan tekstur suatu
bahan pakan dan (e). problem utama dari sistem WEENDE adalah untuk serat kasar.
air menurut kamal (2004) adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan
selama beberapa waktu padasuhu 100°C sampai 110°C dengan tekanan udara bebas
sampai sisanyayang tidak menguap mempunyai bobot tetap.
Baker, S. and T. Herrman. (2002) Kadar air adalah persentase kandungan air
suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat
kering (dry basis). Kadar air mempunyai peranan yang besar terhadap mutu suatu
produk. Mutu stabilitas suatu produk ditentukan oleh kadar air yang merupakan salah
satu syarat utama pada suatu produk. Syarat tersebut harus dipenuhi karena adanya
kadar air yang melebihi standar akan menyebabkan produk tersebut rentan ditumbuhi
mikroba atau jasad renik lainnya sehingga akan mempengaruhi kestabilannya.
Kandungan air dalam bahan makanan menentukan acceptability, kesegaran,dan
sangat berpengaruh terhadap masa simpan bahan pangan, karena air dapat
mempengaruhi
Child (2001) bahwa bungkil kopra masih mengandung protein, karbohidrat,
mineral dan sisa-sisa minyak yang masih tertinggal. Karena kandungan protein yang
cukup tinggi, maka bungkil kelapa cukup baik apabila digunakan sebagai makanan
ternak.
H. Saiful Anam (2011) Bungkil Sawit atau disebut juga Bungkil inti sawit
(BIS) merupakan salah satu hasil samping pengolahan inti sawit dengan kadar 45-

9
46% dari inti sawit. BIS umumnya mengandung air kurang dari 10% dan 60% fraksi
nutrisinya berupa selulosa, lemak, protein, arabinoksilan, glukoronoxilan, dan
mineral. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik

Hafez, E.S.E. (2000) Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi
kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan
kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan
maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat.
Hasanudin (2010) Bungkil kelapa mengandung 11% air, minyak 20%, protein
45%, karbohidrat 12 dan 5% abu. Bungkil kelapa banyak dimanfaatkan sebagai pakan
ternak karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Negara pengimpor
bungkil kelapa terbesar adalah Belgia yang mendatangkan bungkil kelapa dari Ceylon
rata-rata 24.000 ton per tahun.
Kemal, M. (2001) bahwa dalam suatu analisi bahan pakan tidak mungkin di
analisis dalam keadaan kasar karena jika sampel tersebut dalam keadaan kasar tidak
bisa dianalisis secara kimia, akan tetapi harus digiling terlebih dahulu sampai berubah
bentuk menjadi sampel yang benar-benar halus.
Sutardi (2000) Penentuan kandungan air dari suatu bahan sebenarnya
bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari suatu bahan. Pada penetapan
kadar air digunakan silica disk, hal ini dikarenakan jika memakai vochdoos akan
mengalami peleburan pada saatpembakaran pada tanur, pengovenan 105%
berfungsi untuk memperoleh bahan kering dengan cara menguapkan kadar air.
Kurang lebih 70% tubuh ternak terdiri dari air, bila terjadi pengurangan air hingga
20% akan menyebabkan kematian. Kebutuhan air untuk hewan yang lebih muda
relatif tinggi, juga akan meninggi bila suhu udara semakin tinggi. Kebutuhan air
dalam tubuh ternak dapat dicukupi melalui air minum, air dalam bahan makanan dan
air metabolic (air yang berasaldari proses metabolisme zat makanan dalam tubuh).

10
2.6. Mencampur Ransum
A. Husin (2009) Kelebihan penambahan dedak padi dalam ransum dapat
menyebabkan ransum mengalami ketengikan selama penyimpanan. Bulk desinty
dedak padi yang baik adalah 337,2-350,7 g/l. Dedak padi yang berkualitas baik
protein rata-rata dalam bahan kering adalah 12,4%, lemak 13,6% dan serat kasar

Anas (2005) Tepung ikan yang baik baunya harum, tidak amis dan tidak
anyir. Kandungan proteinnya diatas 55 %, kandungan lemaknya < 12 %, butirannya
halus, tidak terlalu banyak mengandung tulang. Tepung ikan yang terlalu amis atau
anyir menandakan bahwa bahan baku tepung ikan tidak segar.
Leeson,S. and J.D. Summers (2001) Ransum merupakan gabungan dari
beberapa bahan yang disusun sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan
ternak.
Mardiana (2011) kelemahan dari metode ini yaitu meskipun metode ini
merupakan penyusunyan ransum dengan cara yang paling mudah tetapi
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup besar.
Rasyid, Dkk (2003) menyatakan bahwa asam amino sebagai zat makanan
diperlukan tubuh sama halnya seperti mineral, energi, vitamin dan asam lemak.
Rasyid, Dkk (2003) menyatakan bahwa ransum adalah campuran bahan-bahan
ransum untuk memenuhi kebutuhan zat-zat nutrisi yang seimbang dan tepat.
Uaiskunilhaq (2009) Komponen dari bahan makanan yang dapat dicerna dan
digunakan dalam tubuh ternak terdiri dari : karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan air.

11
BAB III
MATERI DAN METODA

3.1. Tempat dan Waktu

Adapun waktu dan tempat praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum
kali ini mulai dari pengenalan alat laboratorium sampai menyusun ransum bertempat
di Laboratorium Gedung C Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Dilaksanakan
mulai Hari Senin tanggal 25 Februari - 2019 pukul 09.30 WIB s/d selesai.

3.2. Materi

Di dalam praktikum BPFR ini seorang praktikan tak kan terlepas dari yang
namanya alat alat laboratorium dan bahan pakan..
Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum tentang Pengenalan Alat
Laboratorium yaitu Neraca, oven, eksikator, cawan porselen, tanur, peralatan gelas,
peralatan penyaring, penjepit, buret, alat soklet dan kertas saering.
Adapun peralatan yang digunakan pada praktikumtentang Pengenalan Bahan
Pakan yaitu rumput gajah, rumput benggala, rumput raja, rumput calopo, tepung
ikan, tepung tulang, tepung kulit kerang, tepung jagung, tepung pati ubi kayu, bungkil
kelapa, bungkil kedele, bungkil inti sawit, menir,sekam, dedak, tongkol jagung,
ampas tebu, ampas tahu, serbuk gergaji.
Adapun peralatan yang digunakan pada prakikum tentang Preparasi Sampel
yaitu beberapa jenis bahan pakan.
Adapun peralatan yang di jelaskan pada praktikum yang berjudul Analisi
Proksimat yaitu konsentrat, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil inti sawit, tepung
daun ubi, tepung bijin durian, tepung jagun,g tepung kulit durian, H2 SO4 0.3 n,
NaOH 1.5 N, aseton, katalitas campuran, H2 SO4 pekat, NaOH 40%, NaOH 0.3 n,
aquades, indiktor campuran ( methyl red 0.1 %, dan bromcresol green 0.2 % dalam
alkohol ) dan pelarut (kloroform), cawan porselen, eksikator, oven 1050 C, penjepit,
neraca analitik, tanur, pembakar bunzen, gelas piala, corong buchner, pompa vakum,

12
pemanas listrik, labu destruksi, labu destilasi, destilator, labu erlenmeyer 250 ml, labu
erlenmeyer 500 ml, biuret, corong, pipet, gelas ukur, batu didih, cawan porselen,
neraca analitik, pembakar bunsen, tanur, eksikator, pemanas listrik, biuret, corong
buchner, pipet, gelas ukur, batu didih, oven, gelas piala, pompa vakum, kertas saring
no 41, soxhlet, kertas saring bebas lemak, sarung tangan karet, kapas bebas lemak,
pinset , batu didih, serbet, dan tissue.
Adapun peralatan yang di jelaskan pada praktikum yang berjudul Formulasi
Ransum yaitu tabel NRC, tabel kebutuhan ternak, tabel komposisi bahan makanan
ternak, kalkulator, dan alat tulis lainnya.
Adapun peralatan yang di jelaskan pada praktikum Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum yang berjudul Mencampur Ransum yaitu tepung ikan, tepung
jagung, dedak, minyak sayur, premix, terpal, serbet atau tisu, timbangan, bungkil
kedele,

3.3 Metoda

Dalam setiap kali melaksanakan praktikum tentunya mempunyai prosedur


atau cara kerja masing-masing, yaitu :
Adapun cara kerja pada pengamatan yang berjudul Pengenalan Alat
Laboratorium yaitu kita melihat atau mengamati bentuk dari alat- alat yang ada
dilaboratorium dan mengetahui fungsi masing-masing dari alat-alat ter
sebut.
Adapun cara kerja pada praktikum yang berjudul Pengenalan Bahan Pakan
yaitu praktikan melihat kandungan, cara pakai, bentuk, atau warna pada vitamin,
produsen, tekstur dan indikasi pada vitamin. Kemudian dikelompokkan bahan pakan
tersebut menurut kandungan gizinya yaitu sumber protein nabati, sumber protein
hewani, sumber energi yang berbentuk biji-bijian atau butiran dan berbentuk tepung,
sumber mineral, agro industri, dan bahan pakan palsuan.
Adapun cara kerja pada praktikum yang berjudul Preparasi Sampel yaitu
sebelum dikeringkan sampel, sampel (bahan segar dipotong-potong untuk
mendapatkan partikel yang lebih kecil agar cepat kering), sejumlah sampel ditimbang

13
(A g) kemudian dijemur sampai kering dibawah sinar matahari atau dikeringkan
dalam oven dengan temperatur 50-60o selama 42-48 jam. Setelah kering sampel
ditimbang ( B g ) dan digiling untuk analisis lebih lanjut. Selisih antara berat sebelum
dengan setelah dikeringkan merupakan kadar air (KA) dari sampel segar, dan
selanjutnya dapat ditentukan bahan kering (BK) udara sampel.

Maka untuk rumus menentukan kadar air, yaitu :

𝐀−𝐁
𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐀𝐢𝐫 (%, 𝐘) = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐀

𝐁
𝐁𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 (%) = 𝐀 𝐱 𝟏𝟎𝟎%

Bahan Kering (%) = 100 % - % kadar air

Untuk mengetahui bahan kering sesungguhnya (As Dry Matter) maka bahan kering
udara (PARTIAL DRY MATTER) dikali dengan bahan kering oven (Dry Matter).
Konfersi zat makanan dari suatu basis bahan kering ke basis bahan kering oven
diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus :

% 𝐙𝐌 𝐏𝐀𝐃𝐀 𝐏𝐀𝐑𝐓𝐈𝐀𝐋 𝐃𝐑𝐘 𝐌𝐀𝐓𝐓𝐄𝐑 𝐱 𝟏𝟎𝟎 %


𝐙𝐌 (% 𝐃𝐌) =
% 𝐁𝐊 𝐏𝐀𝐃𝐀 𝐏𝐀𝐑𝐓𝐈𝐀𝐋 𝐃𝐑𝐘 𝐌𝐀𝐓𝐓𝐄𝐑

Menentukan kadar air total :

(𝟏𝟎𝟎−𝐘) . 𝐗
𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐀𝐢𝐫 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 (%) = 𝐘 + 𝟏𝟎𝟎

% Bahan Kering sesungguhnya = 100 % - % KA Total

14
Adapun cara kerja pada Praktikum yang berjudul Analisi Proksimat yaitu
Pada pelaksanaan praktikum Analis proksimat, ada 6 sub judul yang dipraktikumkan
diantaranya adalah penentuan kadar air, penentuan kadar abu, penentuan protein
kasar, penentuan lemak kasar, penentuan serat kasar dan penentuan Bahan Ektrat
Tanpa Nitrogen.
Cara kerja Penentuan Kadar Air yaitu pertama cawan porselen dicuci bersih
lalu dikeringkan didalam oven selama 1 jam dengan menggunakan temperatur
1050 C, kemudian didinginkan didalam eksikator sekitar 10-20 menit lalu ditimbang
(C). setelah itu Sampel ditimbang sebanyak 3 gram (D) lalu dimasukkan kedalam
cawan porselen, kemudian cawan dan sampel dimasukkan kedalam oven 1050 C
untuk dikeringkan selama 12 – 16 jam. Kemudian cawan dan sampel (E)
dikeluarkan dari oven kemudian didinginkan didalam eksikator selama 10–20 menit
sampai diperoleh berat yang tetap (sampel di timbang).

(C+D) - E
Rumus Kadar Air (X,%) = ----------------------x 100%
D

Keterangan : C = Berat Cawan Porselen


D = Berat Sampel
E = Berat Sampel dan Cawan yan telah dikeringkan

Cara kerja Penentuan Kadar Abu yaitu pertama cawan porselen yang bersih,
dikeringkan didalam oven sekitar 1 jam pada temperatur 1050 C, lalu didinginkan
didalam eksikator sekitar 10–20 menit dan ditimbang dengan teliti (F). setelah itu
sampel ditimbang dengan teliti 3 gram untuk hijauan dan 5 gram untuk kosentrat (G)
lalu dimasukkan kedalam cawan porselen. Pijarkan sampel yang terdapat dalam
cawan porselen hingga tak berasap pada pemanas bunsen. Bakar cawan porselen yang
berisi sampel dalam tanur yang bersuhu 6000 C. sampel dibiarkan terbakar sampai 3–
4 jam atau sampai berwarna putih semuanya. setelah sampel berwarna putih semua,

15
lalu dinginkan dalam tanur pada suhu 1200 C sebelum dipindahkan kedalam
eksikator, sesudah dingin sample ditimbang dengan teliti (H).

𝐇−𝐅
Rumus Kadar Abu (%) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑮

Keterangan : F = Berat Cawan Porselen


G= Berat Sampel
H= Berat Cawan dan Sampel yang telah dikeringkan

Cara kerja Penentuan Protein Kasar yaitu sampel ditimbang sebanyak 0.3
gram (I) lalu dimasukkan kedalam labu destruksi. Tambahkan kira–kira 0.2 gram
katalis campuran dan 5 ml H2 SO4 pekat. Kemudian campuran tersebut dipanaskan
dalam lemari asam. Lihat proses destruksi selama pemanasan agar tidak meluap. bila
larutan sudah menjadi warna jernih maka destruksi dihentikan, lalu dinginkan dalam
lemari asam. larutan dimasukkan kedalam labu destilasi dan diencerkan dengan 90 ml
aquades. Masukkan beberapa buah batu didih, dimana fungsi dari batu didih adalah
percepatan panas. Dengan pelan–pelan ditambahkan 20 ml NaOH 40% melalui
diding labu dan dihubungkan dengan destilator. sulingan (NH3 dan air) ditangkap
oleh labu Erlemeyer yang berisi 25 ml H2 SO4 0.3 N, 3 tetes indikator campuran yaitu
Methyl red 0.1 % dan Bromcresol green 0.2% dalam alkohol. penyulingan dilakukan
hingga nitrogen dari cairan tersebut tertangkap oleh H2 SO4 yang ada dalam
erlenmeyer ( 2/3 dari cairan yang ada pada labu destilasi menguap atau terjadi
letupan–letupan kecil atau erlenmeyer mencapai volume 100 ml. setelah itu labu
erlenmeyer yang berisi sulingan diambil dan dititrasi kembali dengan NaOH 0.3N (J).
Perhatikan perubahan warna yang terjadi pada saat dititrasi jika warna berubah
menjadi warna bru kehijau-hijauan

(𝐊−𝐉 )𝐱 𝐍𝐨𝐫𝐦 𝐍𝐚𝐨𝐡 𝐱 𝟎,𝟎𝟏𝟒 𝐱 𝟔,𝟐𝟓


Rumus Protein Kasar (%) = x 100%
𝐈

16
Keterrangan : I = Berat Sampel
J = Konsentrasi NaOH
K= Titer Blangko

maka titrasi dihentikan karena sudah menandakan titik akhir titrasi. Lalu
bandingkan dengan titer blanko (K).
Cara kerja Penentuan Lemak Kasar yaitu sampel ditimbang dengan teliti
sebanyak 1 gram (L) dan dibungkus dengan menggunakan kertas saring yang bebas
lemak. Lalu dikeringkan dalam oven 1050 C selama 5 jam setelah itu didinginkan
dalam eksikator lalu ditimbang (M). sampel dimasukkan kedalam tabung ekstraksi
soxhlet. soxhlet diisi dengan pelarut melalui kondensor dengan corong. Alat
pendingin dialirkan dan panas dihidupkan. Ekstraksi berlangsung selama 16 jam
sampai pelarut pada alat soxhlet terlihat jernih. sampel dikeluarkan dari alat soxhlet
dan dikeringkan dalam oven 1050 C selama 5 jam, kemudian didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang (N).

𝐌−𝐍
Rumus Lemak Kasar (%) = x 100 %
𝐋

Keterangan : L = Berat Sampel


M= Berat Sampel dan Kertas Saring Open
N= Berat sampel yang telah di masukkan pada tabung
ekstraksi soklet dan diopen selama 5 jam.

Cara kerja Penentuan Serat kasar yaitu kertas saring whatman No 41


dikeringkan didalam oven 1050 C selama satu jam lalu ditimbang (O).Timbang
sample dengan teliti (P) dan masukkan kedalam gelas piala. Tambahkan 50 ml H2 SO4
0.3 N dan didihkan selama 30 menit dalam pemanas listrik. setelah 30 menit
didihkan, tambahkan dengan cepat 50 ml NaOH 1.5 N dan didihkan kembali selama
30 menit. Lalu cairan disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah

17
diketahui beratnya didalam corong Buchner yang telah dihubungkan dengan pompa
vakum. kertas saring bersama residu dicuci berturut – turut dengan 50 ml H2O panas,
50 ml H2 SO4 0.3 N, 50 ml H2 O panas dan aceton secukupnya. kertas saring berisi
residu dimasukkan kedalam cawan porselen yang bersih dan dikeringkan dalam
oven1050C sampai didapat berat yang konstan, didinginkan dalam eksikator lalu
ditimbang (Q). pijarkan sampel dalam cawan hingga tidak mengeluarkan asap.
Kemudian cawan bersama isinya dimasukkan kedalam tanur 6000 C selama 3–4 jam.
setelah isi dari cawan berubah warna menjadi warna putih, lalu diangkat, didinginkan
dan dilakukan penimbangan (R).

𝐐−𝐑−𝐎
Rumus Serat Kasar (%) = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐏

Keterangan : O = Berat Kertas Saring Whatman No. 41


P = Berat Sampel
Q= Berat kertas sarin dan residu yang telah di keringkan
dalam open
R = Berat kertas saring dan residu yang telah dikeringkan
pada tanur suhu 6000
Adapun cara kerja pada praktikum yang berjudul Formulasi Ransum yaitu
praktikan terlebih dahulu menentukan jenis ransum yang akan disusun, kemudian
tentukan kandungan zat makanan masing-masing bahan pakan penyusun ransum
(tabel komposisi zat makanan/bahan pakan), tentukan jumlah ransumyang akan
disusun dan perkirakan presentase penggunaan setiap bahan pakan dari setiap total
bahan pakan, setelah itu menghitung kontribusi zat gizi (PK, SK, LK, Energi
Metabolis atau TDN) dari masing-masing jenis bahan pakan (presentasesetiap bahan
makanan dapat diubah sampai sesuai dengan kandungan gizi dari ransum yang
dibuat, setelah itu dibandingkan hasil perhitungan ransum yang dibuat dengan
kebutuhan ternak yang bersangkutan, barulah dapat dihitung biaya ransum per kg.
berdasarkan hasil yang didapat.

18
Adapun cara kerja pada praktikum yang berjudul Mencampur Ransum ini
yaitu pertama bahan pakan di timbang sesuai kebutuhan, lalu bahan pakan tersebut
diletakan di atas terpal pada bagian pinggir secara terpisah sebelum dicampur. Untuk
pencampuran pertama dedak di aduk dengan minyak agar tidak berdebu dan
campurkan premix dengan tepung ikan di aduk hingga hasilnya homogen lalu
campurkan jagung, bungkil kedele dan campiran dedak dan minyak tadi serta
taburkan sedikit demi sedikit campuran dari premik dan tepung ikan secara perlahan-
lahan lalu di aduk sampai homogen. Setelah semua bahan pakan atau ransum
tercampur dengan homogen ransum tersebut di masukan di dalam plastik dan siap di
berikan pada ternak ,inti nya campurkan dari jumlah bahan pakan yang jumlah nya
sedikit terlebih dahulu

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium

1. Pipet Tetes

Gambar 1. Pipet Tetes

Pipet tetes ini mempunyai panjang sekitar 20 cm, dengan ujung pipet yang kecil
agak meruncing di tambah dengan sebuah lubang kecil pada ujung pipet (Gambar 1),
fungsi lubang tersebut untuk mengelurkan zat cair (sampel yang berbentuk cairan).
Fungsi umum pipet tetes ini adalah untuk membuat suatu komposisi larutan atau
untuk meneteskan air dalam ukuran yang sangat keil sekali. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Anan (2008) yang menyatakan fungsi pipet tetes adalah meneteskan air
berukuran paling kecil kedalam labu ukur/erlemanyer/pipet gondok dan lain
sebagainya.

2. Cawan Porselen

Gambar 2. Cawan Porselin


Bentuk alat yang satu ini lebih menyerupai mangkok yang berukuran sangat
kecil, warna cawan ini putih dengan ketebalan antara 0,5-1 cm.Adapun fungsi dari
cawan ini adalah untuk menghancurkan sampel bahan pakan yang padat.Menurut

20
pendapat Munadiah (2011), Cawan Poreselin terbuat dari porselen (Gambar 2) dan
biasa digunakan untuk menguapkan larutan. Cawan porselen digunakan untuk
menguapakan cairan pada suhu yang tidak terlalu tinggi, misalnya didalam oven,
diatas tangs air, uap, pasir dan sebagainya. Cawan porselen mempunyai kapasitas 4
hingga 2900 ml. Sebagian dari cawan porselen tidak tahan pada pemanasan suhu
diatas 300 C.

3. Oven

Gambar 3. Oven

Oven ini mempunyai rangkap fungsi,pertama adalah untuk mengeringkan


bahan pakan yang terlalu banyak mengandung air sehingga menyulitkan didalam
melakukan pengamatan terhadap bahan pakan. Fungsi selanjutnya dari Oven ini
untuk mngeringkan peralatan-peralatan Laboratorium yang agak basah untuk
kelancaran praktikum (pengamatan bahan pakan).

4. Neraca Analitik

Gambar 4. Neraca Analitik

21
Nama lain dari neraca analitik ini adalah Timbangan, tapi timbangan disini
hanya untuk menimbang bahan-bahan yang sangat sedikit sekali ukurannya, biasanya
dalm bentuk serbuk. Neraca ananlitik berfungsi sebagai alat penetuan massa atau
bobot sampel sesudah atau sebelum pengujian. Halim’s (2009) menyatakan
timbangan ini berfungsi sebgai alat pengukur massa.

5. Corong

Gambar 5. Corong Bucnher

Corong berfungsi untuk memindahkan suatu zat cair dari satu tabung ke tabung
yang lainnya lagi. Corong Büchner adalah sebuah peralatan laboratorium yang
digunakan dalam penyaringan vakum. Ia biasanya terbuat dari porselen, namun
kadangkala ada juga yang terbuat dari kacadan plastik. Di bagian atasnya terdapat
sebuah silinder dengan dasar yang berpori-pori. (Gusrone, 2010), Cairan yang akan
disaring ditumpahkan ke dalam corong dan dihisap ke dalam labu dari dasar corong
yang berpori dengan pompa vakum.

6. Tanur

Gambar 6. Tanur

22
Tanur berfungsi sebagai sebuah peralatan yang mengandalkan daya listrik yang
digunakan untuk mengeringkan suatu sampel bahan pakan.tak jauh berbeda dengan
tanur,pemanas listrik juga berfungsi untuk memanaskan sampel. Tanur adalah alat
yang berfungsi untuk proses penanuran bahan pakan. Tanur yang ada di laboraturium
petrnakan ada duan yaitu tanur yang berkapasitas ± 20 cawan dan Tanur Meleren ˃
30 cawan dengan tiga rak. Aziz (2008) menyatakan pengeringan suatu tanaman atau
tumbuhan dapat menggunakan Tanur.

7. Buret

Gambar 7. Buret
Buret adalah sebuah peralatan gelas laboratorium berbentuk silinder yang
memiliki garis ukur dan sumbat keran pada bagian bawahnya. Ia digunakan untuk
meneteskan sejumlah reagencair dalam eksperimen yang memerlukan presisi, seperti
pada eksperimen titrasi. Buret sangatlah akurat, buret memiliki akurasi sampai
dengan ± 0,05 cm3 . (Wikipedia, 2011), Buret memiliki Fungsi sebagai tempat zat
titer dalam penentuan protein kasar (khususnya protein titrasi) dan sebagai alat
uuntuk kontrol angka titrasi.

8. Mortal Dan pastel

Gambar 8. Mortal dan Pastel

23
Mortal dan Pastel mempunyai fungsi sebagai tempat peletakan sampel dan
sebagai wadah untuk menghaluskan sampel kasar. Munadiah (2011) Alu dan
Lumpang mempunyai fungsi sebagai tempat peletakan sampel dan sebagai wadah
untuk menghaluskan sampel kasar. Alu dan nampan terbuat dari porselen, kaca atau
batu granit yang dapat digunakan untuk menghancurkan dan mencampurkan padatan
kimia.

9. Eksikator

Gambar 9. Eksikator
Eksikator berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan
pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi
vaseline. Ada 2 macam desikator : desikator biasa dan vakum. Desikator vakum pada
bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang
ke pompa. Bahan pengering yang biasa digunakan adalah silika gel. Eksikator
mempunyai fungsi sebagai alat untuk pendinginan sampel yang baru diambil dari
oven (yang berkadar suhu tinggi). Didalam eksikator terdapat silikat gel yang
berfungsi untuk menyerap panas pada sampel.

10. Lemari Asam

24
Gambar 10. Lemari Asam

Lemari asam berfungsi sebagai penyerap racun ketika pembakran bahan


pakan. Ina (2008), Lemari asam yaitu alat yang ada dilaboraturium yang seperti
lemari besar. Lemari asam berfungsi sebagai penyerap racun ketika pembakran bahan
pakan. Hal ini sesuai dengan Prinsipnya adalah sama untuk kedua jenis udara
digambarkan dalam dari depan (terbuka) samping kabinet, dan dibuang di luar
gedung atau dibuat aman melalui filtrasi dan dimasukkan kembali ke dalam ruangan.

4.2 Pengenalan Bahan Pakan


4.2.1. Bahan Pakan Sumber Protein

A. Protein Hewani
Tabel 1. Bahan Pakan Sumber Protein Hewani
BAHAN BENTUK
NO PAKAN FISIK TEKSTUR WARNA BAU
1 T. Jeroan ayam Tepung Lengket Coklat tua Busuk
2 T. Ikan Tepung Halus Coklat Ikan
3 T. Bulu ayam Serbuk Serat Putih Harum
4 MBM Tepung Halus Coklat Harum
5 T. Cacing Tepung Halus Abu-abu Busuk
6 T. Cangkang kerang Tepung Halus Abu-abu Tidak berbau
7 T. Tulang Tepung Halus Putih Harum
8 T. Kerabang telur Tepung Halus Putih Harum

Pakan sumber energi adalah bahan pakan yang memiliki kandungan protein kasar
> 20% dan serat kasar < 18%.Ini dapat berupa asal hewani atau nabati. Antan (2002),
menyatakan bahwa pakan sumber protein yang baik adalah yang berasal dari
tumbuhan seperti bungkil dan bakatul, juga yang berasal dari hewani seperti tepung
ikan. Sunarso et al. (2009), menyatakan bahwa zat pakan (zat makanan) adalah
bagian dari bahan pakan yang dapat dicerna, dapat diserap dan bermanfaat bagi tubuh
(ada 6 macam zat pakan: air, mineral, karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.

25
Teori Nurhayati (2008) yang menyatakan tepung ikan merupakan bahan pakan
sumber protein yang paling baik dibandingkan dengan bahan yang lainnya.

B. Protein Nabati

Tabel 2. Bahan Pakan Sumber Protein Nabati


BAHAN BENTUK
NO PAKAN FISIK TEKSTUR WARNA BAU
1 T. Azola Serbuk Halus Hijau Tembakau
2 Bungkil kedelai Butiran Kasar Coklat Kedelai
3 Ampas tahu Butiran Kasar Putih Amis
4 T. Indigovera Serbuk Halus Hijau Teh
5 Bungkil kelapa Butiran Kasar Coklat Kelapa
6 T. Daun lamtoro Serbuk Halus Hijau Harum
7 Bungkil Inti Sawit Serbuk Halus Coklta Kopi
8 T. Daun sengon Serbuk Halus Hijau Teh
9 T. Kulit jeruk Tepung Halus Kuning Jeruk
10 Onggok Tepung Halus Putih Ubi

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa ampas tahu merupakan sumber protein
nabati yang sering digunakan dalam ransum ternbak terutama ruminansia. Hal ini
sesuai dengan teori Parrakkasi.A. (2000), menyatakan bahwa bungkil kedele, ampas
tahu merupakan bahan pakan sumber protein nabati yang lazim digunakan sebagai
pakan ternak. Tepung Kedele Keuntungan : mengandung lisin asam amino essensial
yang paling essensial dan aroma makanan lebih sedap, penggunaannya ± 10%.
Kekurangan: mengandung zat yang dapat menghambat enzim tripsin, dapat
dikendalikan dengan cara memasak. Hal ini dipertegas oleh pendapat Suhendra
(2004), menyatakan bahwa setelah dilakukan pengujian secara kuantitatif bahwa di
dalam bungkil kedele masih terdapat suatu senyawa penghambat, sehingga
penggunaan harus diperhatikan.

26
4.2.2. Bahan Pakan Sumber Energi

A. Biji-bijian/Butir-butiran

Adapun pengelompokan bahan pakan yang merupakan jenis Biji-bijian atau


Butiran – butiran pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Pakan Sumber Energi Bebentuk Bijian/Butiran
BAHAN BENTUK
NO PAKAN FISIK BERAT WARNA BAU
1 Jagung Tepung 500 gr Cream Jagung
2 Dedak Tepung 500 gr Coklat Padi
3 T. Kulit jeruk Tepung 500 gr Kuning Jeruk
4 T. Biji duku Tepung 500 gr Putih Harum
5 Bungkil kedelai Butiran 500 gr Coklat Kedelai

Petter (2002), menyatakan bahwa dedak mempunyai produk yang beraneka,


karena dapat berbentuk bekatul, dedak halus, kurang halus, sedang, kasar dan kasar
sekali. Dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap dedak halus yang berasal dari
bahan kering udara diketahui bahwa komposisinya11,7 % air, 8,9 % protein, 13,1 %
abu mineral, 5,6 % lemak, 16,1 % serat kasar dan 44,6 % bahan tepung.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa sekam padi, dan jagung merupakan bahan-
bahan pakan sumber energi selain tongkol jagung atau sorghum dan padi, Padi bahan
pakan sumber energi yang cukup mahal disamping itu padi merupaan bahan pakan
pokok manusia sehingga jarang atau tidak pernah digunakan sebagai bahan pakan
ternak kecuali yang berkualiyas yaitu pecahan-pecahan besar dari penggilingan.
Sekam padi dan jagung merupakan sumber energi yang utama karena kandungan
karbohidratnya. Hal ini sesuai dengan teori Sembiring (2001) yang menyatakan
bahwa bahan pakan sumber energi yang utama adalah bahan pakan yang kandungan
utamanya berupa karbohidrat yang mana lebih mudah ditebolisme daripada energi
yang berasal dari lemak.
Untuk dedak padi/ sekam padi walaupun hasil ikutan dari penggilingan beras
akan tetapi masih bisa dimanfaatkan sebagai sumber berenergi. Hal ini sesuai dengan
teori Trobos (2007) yang menyatakan dedak padi atau sekam padi merupakan hasil

27
ikutan dari penggilingan beras yang masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan
sumber energi, yang berbentuk bubuk/ serbuk.

B. Berbentuk Cairan

Adapun pengelompokan bahan pakan yang merupakan jenis sumber energi yang
berbentuk cair pada tabel dibawah ini :
Tabel.4. Pakan Sumber Energi Berbentuk Cairan
BAHAN TINGKAT
NO PAKAN KEKENTALAN WARNA BAU RASA
1 Minyak Encer Kuning - -
2 Molases Kental Hitam Madu Manis

Molases adalah sebuah produk dari Limbah industry pembuatan kecap. Molases
memiliki warna hitam pekat, tekstur kental, rasanya manis dan baunya seperti madu.

C. Berbentuk Tepung

Tabel.5. Pakan Sumber Energi Berbentuk Tepung


No. Bahan Bentuk Tekstur Warna Bau
Pakan Fisik
1 Dedak Serbuk Halus Coklat Aroma
Padi Halus Muda Beras

Sebagian besar bahan pakan ini, khususnya pakan dedak berasal dari hasil
penggilingan padi, dimana dedak ini digunakan sebagai bahan pakan tambahan untuk
ternak ruminansia besar maupun ternak non ruminansia, seperti ternak babi, bahan
pakan ini juga digunakan sebagai feed aditif bagi ternak unggas.

4.2.3. Bahan Pakan Sumber Mineral

Adapun pengelompokan bahan pakan yang merupakan sumber mineral pada


tabel dibawah ini

28
Tabel.6. Pakan Sumber Mineral
BAHAN BENTUK
NO PAKAN FISIK WARNA BAU
1 T. Kulit kerang Tepung Abu-abu Tidak berbau
2 T.Tulang Tepung Putih Harum
3 T.Cangkang telur Tepung Putih Harum

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa kandungan dari tulang, kerabang telur,
kulit karang adalah cadanp sehingga jika dibuat tepung dan dicampukan kedalam
ransum akan berperan sebagai sumber mineral.
Tepung tulang, tepung kerabang telur, tepung kulit kerang merupakan bahan
pakan sumber mineral yang sering digunakan dalam ransum ternak. Hal ini sesuai
dengan teori Menurut (Nelly 2005) Saat ini lebih dari 60 unsur mineral yang
diketahui, yang terdiri dari mineral makro dan mineral mikro dalam bahan makanan
dan jaringan tubuh. dan menurut pandangan.
Warna dari 3 macam bahan pakan sumber mineral hampir sama yaitu abu-abu
karena mineral merupakan bahan anorganik yang merupakan abu, setelah melalui
proses pembakaran dalam tanur

4.2.4. Pakan Suplemen


Tabel 7. Pakan Suplemen
NAMA BAU/
NO SUPLEMEN KANDUNGAN WARNA RASA DOSIS
1 PREMIX VIT A,D,E,K COKLAT AMIS 2-4 gr

Supaya sehat dan dapat tumbuh dengan baik maka ayam perlu diberi
obat.Adapun macam-macam obat seperti Pre Mix.

4.2.5. Bahan Pakan Asal Limbah Pertanian/ Agroindustri

Adapun pengelompokan bahan pakan yang merupakan bahan pakan asal limbah
pertanian / agroindustry pada tabel dibawah ini:

29
Tabel.8. Pakan Sumber Limbah/ agroindustry
NAMA ASAL BENTUK
NO WARNA BAU
LIMBAH LIMBAH FISIK
Limbah
1 T.Kulit duku Domestik Tepung Coklat Harum
Limbah
2 Sekam Pertanian Butiran Coklat Tidak berbau
3 Bulu ayam Agroindustri Serat Putih Tidak berbau
4 Serbuk gergaji Industri Halus Coklat Tidak berbau
Limbah
5 Molases Pabrik Kental Coklat Madu
Bungkil Limbah
6 kedelai Pertanian Butiran Coklat Kedelai
Tongkol Limbah
7 jagung Pertanian Kasar Cream Harum
8 BIS Industri Tepung Coklat Harum

Bahan pakan asal limbah pertanian adalah dimana hasil dari pengolahan yang
masih memiliki arti atau kandungan zat makanan yang dapat di manfaatkan. Bahan
baku limbah (By-Product Feedstuffs) adalah bahan-bahan yang diperoleh dari proses
komersial dan proses tersebut dilakukan untuk menghasilkan hasil utama dari bahan
baku yang lain, satu dengan istilah lainnya bahan baku itu merupakan hasil
sampingan dari suatu proses pengolahan bahan. Limbah sering memberikan
sumbangan yang cukup besar dalam penyediaan bahan baku terrnak.

4.2.6. Hijauan Tanaman Pakan

Tabel 9 Hijauan Tanaman Pakan


NAMA HIJAUAN
NO BENTUK
(Indonesia&Latin)
Daun meruncing dan berkeluk, berdaun sejajar
Rumput gajah
berakar serabut terdapat pelepah daun, batang
1 (pennisetum
beruas-ruas terdapat garis-garis pada helaian daun
purpureum)
dan batang tegak dan panjang sekitar 30-45 cm
Rumput yang memiliki tinggi tanaman sekitar 4
Rumput raja (King
meter dan memiliki batang keras serta daun yang
gras)
2 kassar

30
Rumput yan memiliki batang tegak dan memiliki
Rumput setaria
bulu, daun yang lebar dan berbulu, pada bagian
3 (Setaria
pelepah daun berbentuk gepeng tumbuh tegak dan
sphacelata)
juga berumpun lebat
Rumput benggala Rumput yang memiliki lembaran daun, pelepah
(Panicum daun, akar serabut tinggi batang mencapai sekitar
4 maximum) 1,8 M

4.2.7. Bahan Palsuan Pakan

Adapun bahan palsuan yang di temukan yaitu serbuk gergaji, tongkol jagung, dan
pasir.Bahan ini memiliki tekstur yang hampir sama. hal ini sesuai dengan teori
Antonio. A. (2001) yang menyatakan bahwa bahan-bahan pemalsu pakan merupakan
bahan-bahan yang bentuk, tekstur, hampir sama dengan bahan pakan yang dipalsukan
akan tetapi satu hal yang sulit untuk dipalsukan yaitu bau.

Tabel.10. Palsuan Bahan Pakan Ternak


NAMA DICAMPUR PADA
NO WARNA BENTUK
BAHAN BAHAN PAKAN

1 Pasir Abu-abu Butiran Tepung ikan


2 Sekam Coklat Butiran Dedak padi
3 Tongkol jagung Coklat Serbuk Jagung
4 Urea Putih Kristal Tepung ikan
5 Serbuk gergaji Coklat muda Serbuk Dedak

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa serbuk gergaji kayu jika dilihat terkstur
dan warnannya akan mirip dengan dedak padi, kemiripan inilah bahan pakan tersebut
dicampurkan kedalam ransum. Akan tetapi ada hal yang sulit untuk dipalsukan yaitu
bau yang pasti berbeda, hal ini sesuai dengan teori Parrakkasi.A. (2000) yang
menyatakan bahwa bahan-bahan pemalsu pakan merupakan bahan-bahan yang
bentuk, tekstur, hampir sama dengan bahan pakan yang dipalsukan akan tetapi satu
hal yang sulit untuk dipalsukan yaitu bau.

31
4.3. Preparasi Sampel

Dalam pengambilan sampel suatu bahan harus dilakukan secara benar agar
diperoleh sampel yang benar-benar representatif, Untuk tujuan tersebut maka dalam
pengambilan sampel perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Homogenitas Sampel
Efek ukuran dan berat partikel berpengaruh terhadap homogenitas bahan. Oleh
karena itu sebelum sampel diambil, bahan harus diaduk secara merata atau sampel
diambil secara acak dari beberapa bagian baik bagian dasar, tengah maupun bagian
atas sehingga diperoleh sampel yang benar representative.

b. Cara Pengambilan Sampel


Cara pengambilan sampel dilakukan dengan dua cara yaitu secara ASELEKTIF
dan SELEKTIF. ASELEKTIF artinya cara pengambilan sampel yang dilakukan
secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian-
bagian dari bahan tersebut. SELEKTIF artinya cara pengambilan sampel yang
dilakukan secara acak dari bagian-bagian tertentu suatu bahan. Menurut pendapat
(Defano,2001) cara pengambilan sampel terbagi atas 2,yaitu aselektif dan selektif
dimana hasil dari kedua jenis pengambilan ini akan berbeda.

c. Jumlah sampel
Jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
representatif sampel yang diambil. Pada bahan yang berjumlah banyak misalnya lebih
dari 100 kg, sampel diambil sebanyak 10% dari jumlah tersebut secara acak,
kemudian sampel diambil lagi sebanyak 10% dari sampel yang terambil tersebut.
Murwani et al., (2009) menyatakan jumlah sampel yang diambil adalah tidak lebih
dari 10% dari jumlah barang.

32
d. Penanganan sampel
Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau berubah
Misalnya terjadi penguapan air, pembusukan atau tumbuhnya jamur, ketengikan dan
lain-lain. Sampel yang diperoleh dari kadar air rendah (kurang dari 15%),
kemungkinan terjadi kerusakan sampel sangat kecil sekali. Jika lokasi pengambilan
sampel jauh dari laboratorium maka sampel yang telah diambil segera ditimbang,
dikeringkan atau dijemur sampai beratnya konstan di tempat yang aman (diusahakan
tidak terdapat bagian sampel yang hilang), kemudian dibawa ke laboratorium untuk
selanjutnya dianalisis. Murtidjo (2009), mengatakan sampel yang telah diambil harus
segera diamankan agar tidak rusak atau brubh sehingga mempunyai sifat yang
berbeda dari sampel saat diambil.

e. Prosesing sampel
Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopik, kimia dan biologis,
semua sampel harus digiling lebih dahulu sehingga diperoleh sampel yang halus. Tipe
evaluasi pakan pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo. Tipe
evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan
hewan percobaan dengan analisis pakan Pencernaan ruminansia terjadi secara
mekanis, fermentative, dan hidrolisis (Karim,2005) Dengan metode Invivo dapat
diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi didalam seluruh saluran pencernaan
ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya.
Koefisien cerna yang ditentukan secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah
dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In vitro (T.cole.2001).

f. Penentuan kadar air sampel segar


Sampel dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan (seperti rumput-rumputan, biji-
bijian, buah-buahan, hasil ikutan produksi pertanian dan pangan) maupun hewan dan
hasil ikutannya. Sebelum dikeringkan, bahan (sampel) segar dipotong-potong untuk
mendapatkan partikel yang lebih kecil agar cepat kering. Sejumlah sampel ditimbang
(A g) kemudian dijemur sampai kering dibawah sinar matahari atau dikeringkan
dalam oven dengan temperature 50-60˚C selama 24-48 jam. Setelah kering sampel

33
ditimbang (B g) dan digiling untuk dianalisis lebih lanjut. Selisih anatara berat
sebelum dengan setelah dikeringkan merupakan kadar air (KA) dari sampel segar,
dan selanjutnya dapat ditentukan bahan kering (BK) udara sampel.

4.4. Formulasi Ransum

Formulasi ransum merupakan proses dimana berbagai macam bahan pakan ayng
berbeda dikombinasi dalam proporsi yang esensial untuk ternak dengan jumlah zat
makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya suatu fase produksinya. Hasil
dari praktikum ini yaitu :
Tabel 11. Kandungan Nutrisi Ternak
Jenis EM CP EE CF Ca F
Fase
Ternak (Kkal/Kg) (%) (%) (%) (%) (%)
Maks Min Maks Maks 0,7-
Broiler Starter 0,9-1,1
3000 22 5-8 3-5 0,9

Tabel 12. Komposisi Zat Makanan


Bahan EM CP EE CF Ca F
Pakan (Kkal/Kg) (%) (%) (%) (%) (%)
Jagung 3.350 8,5 3,8 2,22 0,02 0,28
Dedak 2.980 12,9 13 11,4 0,07 1,5
Bungkil
3.500 84,1 0,4 0,2 0,02 0,82
Kedelai
Tepung
2.820 60,05 9,4 0,7 5,11 2,88
Ikan
Topmix 0 0 0 0 0 0
Minyak 1.000 0 0 0 0 0

Tabel 13. Hasil Perhitungan Formulasi Ransum


Bahan EM CP EE CF Ca F
Pengguanan
Pakan (Kkal/Kg) (%) (%) (%) (%) (%)
Jagung 45% 1507,5 3,825 1,71 0,999 0,009 0,126
Dedak 27% 804,6 3,48 3,51 3,08 0,02 0,405
Bungkil
15% 525 12,6 0,06 0,03 0,003 0,123
Kedelai
Tepung
7% 197,4 4,20 0,66 0,05 0,36 0,202
Ikan
Topmix 1% 0 0 0 0 0 0
Minyak 5% 50 0 0 0 0 0

34
Jumlah 100,0% 3084,5 24,1 5,94 4,1 0,39 0,857
Kebutuhan Maks Min Maks Maks 0,7-
0,9-1,1
3000 22 5-8 3-5 0,9

Hasil yang peroleh ini sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan. Perlu ketelitian
yang meksimal untuk menghitung formulasi ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tuani (2007) menyatakan bahwa tingkat ketelitian dalam membuat formulasi ransum
adalah sangat tinggi. Adam (2000) menyatakan bahwa tiap formulasi ransum harus
berjumlah 100%.
Gillespie, J..M. (2006) menyatakan bahwa tujuan dalam formulasi ransum ini
adalah untuk menyediakan zat makanan yang dibutuhkan unggas sehingga
menghasilkan telur atau daging yang menguntungkan. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengetahuan tentang zat makanan, bahan makanan dan fase produks.
Untuk lebih memahami bahan pakan yang akan di formulasi ransum perhatikan
tabel di bawah ini. Data pada Tabel 1. akan dilakukan percobaan Formulasi ransum
bahan pakan dengan mengetahuai penggunaannya melalui metode coba-
coba.Berdasarkan tabel zat makanan diatas, jelas terlihat bahwa kandungan-
kandungan zat setiap bahan makanan pada unsure yang standar dalam ketentuannya.
Ransum tersebut akan diberikan pada ternak untuk kebutuhan tersebut. Tehnik
pemberiannya menyesuaikan pada periode ternak yang terlihat pada faktor umur.
Pernyataan ini sejalan dengan pendapat North (2006), yang menyatakan bahwa
metode pemberian pakan yang dibatasi disesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
setiap harinya, sangat berpengaruh terhadap kandungan zat makanan yang tersusun
dalam ransum tersebut. NRC (2006), yang menyatakan bahwa dalam perincian
kandungan zat bahan makanan dalam formulasi ransum, karbohidrat disamping
merupakan kebutuhan pokok untuk hidup, juga untuk pertumbuhan aktifitas dalam
peneluran unggas.

4.5. Analisis Proksimat

Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi


kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat

35
makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai
penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama.
Menurut Karmia (2004) Istilah proksimat memiliki pengertian bahwa hasil
analisisnya tidak menunjukan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai
mendekati. Hal ini disebabkan dari komponen praktisi yang dianalisisnya masih
mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak
masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisis kimia ini adalah
yang paling ekonomis (relative) dan datanya cukup memadai untuk digunakan dalam
penelitian dan keperluan praktis.
Menurut Amrullah (2004), Analisa proksimat merupakan uji analisa suatu bahan
pakan yang telah lama ada dan dapat digunakan untuk menduga nilai nutrien dan nilai
energi dari bahan atau campuran pakan yang berasal dari bagian komponen bahan
pakan tersebut (NRC, 1994). Anonymous, (2002) menyatakan bahwa analisis
proksimat merupakan analisis yang diambil dari bahan pakan yang menguap serta
bahan yang tinggal adalah bahan kering yang dapat dihitung pada penentuan kadar
air. Menurut Adila, (2007) menyatakan bahwa analisis proksimat adalah analisis
terhadap suatu bahan yang menyangkut air, protein, lemak, abu dan serat.
Untuk mengetahui komposisi susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan pakan
dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Cara ini dikembangkan dan
Weende Experiment Station di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun
1865, dengan menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Metode ini
didasarkan pada komposisi susunan kimia dan kegunaan bahan makanan.
Selanjutnya, metode ini terus dipakai dan dikenal dengan nama analisis proksimat.
Analisis proksimat menganalisis beberapa komponen seperti zat makanan air (Bahan
Kering), bahan anorganik (abu), protein, lemak, dan serat kasar. Di bawah ini adalah
skema analisis wendee.

4.5.1. Kadar Air

Semua bahan pakan mengandung air, bahkan yang paling kering sekalipun. Untuk
itu sebelum dianalisis di hitung dulu kadar airnya. Defano (2000) menyatakan ditiap

36
bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun
dalam jumlah yang kecil. Berikut hasil analisis pada kadar air

Tabel 14. Hasil Analisis Kadar Air


No Sampel Kadar Air (%) Bahan Kering (%)
1 BIS 6.66 93.34
2 T. Daun Lamtoro 8.33 91.67
3 T. Ikan 17 83
4 T. Biji Duku 23.33 76.67
5 T. Kulit Kerang 0 100
6 MBM 3.33 96.67
7 T. Kulit Jeruk 10 90

Hasil diatas sangat sesuai dengan pernyataan dari Haryanto, (2002) yang
menyatakan bahwa Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam
bahan yang dinyatakan dalam satuan persen.

4.5.2. Kadar Abu

Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 4-5 jam
sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik. Sisanya yang tidak
terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat
dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan.
Berikut hasil analisis kadar abu.
Tabel 15. Hasil Analisis Kadar Abu
No SAMPEL Kadar Abu (%)
1 BIS 5.33
2 T. Daun Lamtoro 7.33
3 T. Ikan 11.67
4 T. Biji Duku 4.67
5 T. Kulit Kerang 80
6 MBM 28
7 T. Kulit Jeruk 4.67

Hasil Penetuan kadar abu berguna untuk menentukan kadar ekstrak tanpa
nitrogen. Disamping itu kadar abu dari pakan yang berasal dari hewan dan ikan dapat

37
digunakan sebagai indek untuk kadar Ca (Kalsium) dan P (Fofsor), juga merupakan
tahap awal penentuan berbagai mineral yang lain (Yunus, 2008).

4.5.3 Protein Kasar

Karena analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat
dalam bahan. Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25
sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa
protein mengandung 16% nitrogen(perbandingan protein : nitrogen =100 :16 =
6,25:1). Berikut hasil analisis protein kasar :

Tabel 16. Hasil Analisis Protein Kasar


No SAMPEL Protein Kasar (%)
1 BIS 14
2 T. Daun Lamtoro 28
3 T. Ikan 56
4 T. Biji Duku 17.5
5 T. Kulit Kerang 3.5
6 MBM 32.25
7 T. Kulit Jeruk 10.5

Penentuan Protein kasar ini dilakukan 3 tahap yaitu : Destruksi,Destilasi dan


Titrasi. Dari ketiga tahapan tersebut bahwa kandungan protein kasar yang bisa
dikatakan berkualitas tinggi pada beberapa bahan pakan yaitu Dedak padi, Tepung
Ikan. Hal ini sesuai pendapat Winarno (2000) Protein dibutuhkan terutama untuk
pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh

4.5.4. Lemak Kasar

Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak
(ether) selama 16 jam. Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang
dapat digunakan adalah kloroform, eter, dan benzen. Lemak yang terekstraksi (larut
dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan

38
dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C. Berikut hasil
analisis lemak kasar :

Tabel 17. Hasil Analisis Lemak Kasar


No SAMPEL Hasil (%)
1 BIS 7
2 T. Daun Lamtoro 6
3 T. Ikan 53
4 T. Biji Duku -1
5 T. Kulit Kerang 3
6 MBM 14
7 T. Kulit Jeruk 5

Hasil tersebut ditinjau dari beberapa literature adalah sebagai berikut Lemak
kasar adalah campuran beberapa senyawa yang larut di dalam pelarut lemak (eter,
petroleum, bezen, alkohol 100%). Lemak di dalam tubuh ternak berfungsi sebagai
penghasil asam-asam lemak dan energi.

4.5.5. Serat Kasar

Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan dengan
asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu. Perhitungan
serat kasar
Serat kasar menurut analisis proksimat adalah semua senyawa organik yang tidak
larut dalam perebusan dengan larutan H2SO41,25% dan perebusan dengan larutan
NaOH 1,25% selama 30 menit. Dalam perebusan senyawa organik akan larut kecuali
serat kasar dengan berbagai campurannya. Yang ternasuk dalam serat kasar adalah
hemisellulosa, pentosan, lignin dan cutine (Sutardi, 2000).
Tabel 18. Hasil Analisis Serat Kasar
No SAMPEL Hasil(%)
1 BIS 22
2 T. Daun Lamtoro 20
3 T. Ikan 21
4 T. Biji Duku 22
5 T. Kulit Kerang 28
6 MBM 27
7 T. Kulit Jeruk 49

39
Hasil tersebut ditinjau dari beberapa literature adalah sebagai berikut Serat
kasar menurut analisis proksimat adalah semua senyawa organik yang tidak larut
dalam perebusan dengan larutan H2SO41,25% dan perebusan dengan larutan NaOH
1,25% selama 30 menit. Dalam perebusan senyawa organik akan larut kecuali serat
kasar dengan berbagai campurannya. Yang ternasuk dalam serat kasar adalah
hemisellulosa, pentosan, lignin dan cutine (Sutardi, 2000).
Sampel yang telah bebas lemak dan telah disaring dipakai untuk mendapatkan
serat kasar. Sampel bila ditambah 1,25% larutan asam sulfat dan dipanaskan ± 30
menit, kemudian residu disaring. Endapan yang didapat ditambah 1,25% larutan
NaOH dan dipanaskan 30 menit kemudian disaring. Endapan yang didapat dicuci,
dikeringkan dan ditimbang, lalu dibakar dan abunya ditimbang. Perbedaan antara
berat endapan sebelum dibakar dan berat abu disebut serat kasar ( Mutidjo, 2007).

4.6. MENCAMPUR RANSUM

Di dalam praktikum formulasi ransum adapun hasil yang diperoleh yaitu kita
bisa mencampur ransum secara homogen dan mengetahui berapa formulasi ransum
yang akan disusun serta mengetahui juga bahan mana yang mengandung banyak zat
yang dibutuhkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nurhayati, (2008) Bahan makanan yang dapat digunakan untuk
menyusun ransum dapat dibedakan menjadi bahan makanan sumber energi, bahan
makanan sumber protein, bahan makanan sumber lemak, dan minyak, feed additif,
enzymes, dan pemacu pertumbuhan. Dalam mencampur ransum terdapat dua cara
(Trobos.2008) Dua cara dalam mencampur ransum yang didasarkan pada jumlah
ransum yang akan disusun. Dengan cara manual (jumlah ransum sedikit) dengan
mesin pencampur “mixer” (jumlah Besar).

Untuk lebih memahami bahan pakan yang akan di formulasi ransum perhatikan tabel
di bawah ini.

40
Tabel.19. Formulasi ransum bahan pakan dengan mengetahuai penggunaannya
melalui metode coba-coba.

No Bahan Pakan Penggunaan(%) Jumlah


Pemakaian
1 Jagung (Corn) 45% 2225 Gram
2 Bungkil Kedele 625 Gram
15%
(SBM)
3 Dedak (Rice Bran) 27% 1500 Gram
4 Minyak (Corn Oil) 5% 250 mL
5 Tepung Ikan (Fish 350 Gram
7%
Meal )
6 Top mix 1% 50Gram
Total 100 3028 Gram

Hasil yang diperoleh dari pratikum ini yaitu kita bisa mencampur ransum secara
homogen dan mengetahui berapa formulasi ransum yang akan disusun d.n berapa
kebuthan agar mendaatkan jumlah zat yang terdapat dalam bahan sebagai palatable.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Teja Kaswari (2008). Yang menyatakan bahwa
Ransum yang yang diformulasikan haruslah mendapat cukup palatable agar dapat
meransang nafsu makan, karena apabila ransum yang dibuat ditolak oleh ternak maka
dapat dikatakan ransum tersebut kurang baik.

Bahan yang digunakan dalam mencampur ransum terdiri dari sumber protein,
energi, dan mineral sehingga akan mempengaruhi kebutuhan tenak itu sendiri.
(Tobing.L.R, 2000). Bahan pakan sumber energi yang utama adalah bahan pakan
yangkandungan utamanya berupa karbohidrat yang mana lebih mudah dimetabolisme
daripada energi yang berasal dari lemak. (Trobos, 2007) Dedak padi atau sekam padi
merupakan hasil ikutan bahan penggiling beras yang masih bisa dimanfaat sebagai

41
bahan pakan sumber energi yang berbentuk bubuk (tepung). (Anggorodi.R, 2006)
Bahan pakan sumber energi antara lain jagung, sorghum, beras, dedak padi, hijauan,
serta minyak yang merupakan sumber energi yang berasal dari lemak yang berbentuk
cairan. Menurut (Hendaka, et al. 2008) Bahan-bahan pakan sumber mineral antara
lain tepung tulang, tepung kulit kerang, mineral supplement merupakan proses
termudah dan termurah, tetapi juga rendah kadar proteinnya. Tepung ikan lokal yang
bersumber dari sisa industri ikan kalengan atau limbah tangkapan nelayan dan hanya
dijemur dengan panas matahari mempunyai kandungan protein kasar hanya 51-55%.
Menurut pendapat dari Parning, Mika dan marlan, (2000) menyatakan bahwa tepung
ikan merupakan bahan pakan yang superior yang mempunyai kadar protei paling
tinggi dari bahan pakan lainnya.

Selain sebagai sumber protein dengan asam amino yang baik, tepung ikan juga
merupakan sumber mineral dan vitamin. Dengan kandungan gizi yang sangat baik ini
maka tak heran bila harganyapun mahal. Oleh karena itu, untuk menekan harga
ransum, pengguna tepung ikan dibatasi dibawah 8%. Di Indonesia, tepung ikan ada
beberapa macam baik produk lokal maupun import dengan kualitas yang beragam.
Dengan kondisi ini peternak disarankan membeli tepung ikan dari penjual yang
terpercaya dan sudah biasa menjual tepung ikan yang baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Sutresna Nana ( 2001 ). Yang menyatakan bahwa Pemberian ransum
pada ternak adalah untuk menyediakan bahan makanan yang dibutuhkan ternak
sehinggga dapat menghasilkan daging, susu dan telur yang menguntungkan bagi
peternak. (Trobos.2008) Dua cara dalam mencampur ransum yang didasarkan pada
jumlah ransum yang akan disusun. Dengan cara manual (jumlah ransum sedikit)
dengan mesin pencampur “mixer” (jumlah Besar).

Menurut (Tobing.L.R, 2000). Bahan pakan sumber energi yang utama adalah
bahan pakan yangkandungan utamanya berupa karbohidrat yang mana lebih mudah
dimetabolisme daripada energi yang berasal dari lemak.

42
(Trobos, 2007) Dedak padi atau sekam padi merupakan hasil ikutan bahan
penggiling beras yang masih bisa dimanfaat sebagai bahan pakan sumber energi yang
berbentuk bubuk (tepung). (Trobos, 2008) Bahan-bahan sumber vitamin lebih banyak
dalam bentuk teblet atau bubuk yang diproduksi secara modern oleh indutri-industri
bidang peternakan .

Untuk memenuhi komposisi formulasi ransum yang apabila dikombinasikan


akan mendapatkan hasil yang sempurna atau esensial sehingga dapat memenuhi
kebutuhan ternak tersebut hal ini sesuai dengan pendapat dari Retnowati ( 2009 ).
Formulasi ransum adalah proses dimana berbagi macam bahan bahan makanan
dikombinasikan dalam proporsi yang esensial untuk ternak dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan fase produksinya .

43
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum-praktikum yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan


dari masing-masing judul yang dipraktikumnkan bahwa praktikum pengenalan alat,
banyak alat praktikum yang harus diketahui sebelum melaksanakan praktikum lebih
mendalam lagi, dan tidak semua alat dipakai saat praktikum dipakai akan tettapihanya
sebagian atau beberapa alat saja.
Setiap bahan pakan dapat dikelompokkan sesuai dengan kandungan dan
kebutuhannya bagi ternak. Dan setiap bahan pakan itu mempunyai kandungan yang
berbeda-beda sesuai dengan jenis dan bentuknya.
Ternak juga memerlukan obat-obatan dan bahan aditif untuk meningkatkan
proktivitasnya dan lama kelangsungan hidupnya (ketahanan tubuh).
Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel, yaitu 1)
Homogenitas sampel, 2) Cara Pengambilan sampel, 3) Jumlah sampel, 4) Penanganan
sampel, 5) Prossesing sampel, dan 6) Penentuan kadar air sampel segar. Dan tedapat
beberapa rumus yang akan dipakai salah satunya rumus untuk menghiting penentuan
kadar air.
Analisis proksimat pertama kali dikembangkan di Weende Experiment Station
Jerman oleh Hennerberg dan Stokmann. Oleh karenanya analisis ini sering juga
dikenal dengan analisis WEENDE. Analisis proksimat menggolongkan komponen
yang ada pada bahan pakan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya yaitu : air
(moisture), abu (ash), protein kasar (crude protein), lemak kasar (ether extract), serat
kasar (crude fiber) dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (nitrogen free extract). Analisis
proksimat menggo-longkan vitamin berdasarkan kelarutannya. Vitamin yang larut
dalam air dimasukkan ke dalam fraksi air, sedang yang larut dalam lemak
dimasukkan ke dalam lemak kasar.
Penyediaan bahan pakan pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
zat makanan yang diperlukan oleh ternak. Pemilihan bahan pakan tidak akan terlepas

44
dari ketersediaan zat makanan itu sendiri yang dibutuhkan oleh ternak. Untuk
mengetahui berapa jumlah zat makanan yang diperlukan oleh ternak serta cara
menyusun ransum, diperlukan pengetahuan mengenai kualitas dan kuantitas zat
makanan.
Merupakan suatu keuntungan bahwa zat makanan, selain mineral dan vitamin,
tidak mempunyai sifat kimia secara individual. Zat makanan sumber energi memiliki
kandungan karbon, hidrogen dan oksigen, sedangkan protein terdiri dari asam amino
dan mengandung sekitar 16 persen nitrogen.
Secara garis besar jumlah zat makanan dapat dideterminasi dengan analisis kimia,
seperti analisis proksimat dan analisis serat. Zat makanan dapat ditentukan dengan
analisis proksimat, dan terhadap pakan berserat analisis proksimat lebih
dikembangkan lagi menjadi analisis serat.
Dalam formulasi ransum menggunakan beberapa metode yaitu metode coba-
coba (trial and error method), metode bujur sangkar (square method), metode
programming method (lp), metode matrik 2 x 2 (two by two matrik), metode
berpedoman kadar protein, metode berpedoman kadar energi.
Dalam praktikum kegiatan formulasi ransum ini menggunakan beberapa bahan pakan
antara lain tepung ikan, bungkil kelapa sawit, jagung, dedak, Minyak sayur, dan
premix.
Dan ternayata ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi formulasi
ransum yaitu biaya, kebutuhan zat makanan oleh ternak, kebutuhan zat makanan dari
bahan pakan, dan palabilitas.
Dalam pencampuran ransum kita harus mengetahui dulu berapa kebutuhan
nutrisi untuk ternak dan kandungan zat bahan pakan yang akan kita berikan untuk
ternak dengan memperhatikan upaya-upaya dalam mengefisienkan penggunaan input
bahan-bahan pakan yang tersedia dengan perbandingan pakan, baik jumlah pakan
maupun mutu dari pakan tertentu agar campuran tersebut dapat memenuhi
pemeliharaan ternak yang akan mengkonsumsinya, yang tentu saja akan memperbaiki
pendapatan kebutuhan ternak tersebut agar dapat berproduksi dengan baik.

45
Untuk mencampur ransum ini menggunakan dalah satu metode yaitu metode
coba-coba, dan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi formulasi ransum
yaitu biaya, kebutuhan zat makanan oleh ternak, kebutuhan zat makanan dari bahan
pakan, dan palabilitas.

5.2 Saran

Bagi praktikan yang mengontrak mata kuliah Bahan Pakan dan Formulasi
Ransum selanjutnya diharapkan lebih bersungung-sungguh dalam melaksanakan
praktikum dan lebih meningkatkan ketelitiannya dalam bekerja, serta dapat
meningkatkan kekompakan dalam kelompoknya. Kareana dengan demikian mudah-
mudahan pratikum akan berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan dan
mendapat hasil yang maksimal.

46

Anda mungkin juga menyukai