Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak
beracun terhadap ternak tersebut. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau
campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah,yang diberikan kepada
hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi dan berkembang biak (Undang-
Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan RI No 18, 2009). Pakan ternak
ruminansia terdiri dari pakan hijauan dan pakan penguat (konsentrat) (Syam, dkk.,
2016). Untuk memenuhi kebutuhan gizi, ternak harus diberi ransum yang terdiri
dari campuran berbagai bahan baku pakan. Bahan baku dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa kelompok berdasarkan kandungan gizinya (Tangendjaja, 2007).
Langkah awal untuk menjamin kualitas ransum adalah pengambilan sampel
dan pengujian bahan baku sebelum dilakukan pembongkaran. Pengawasan mutu
dan prosedur analisis tidak akan terlepas dari kegiatan pengambilan sampel.
Proses pengambilan sampel menekankan pola sampling, jumlah sampel yang
diambil, ukuran sampel dan penyimpanan sampel yang benar. Pola sampling pada
industri pakan ternak secara umum terdiri dari simple random sampling, stratified
random sampling, dan systematic sampling. Industri pakan ternak biasanya
menggunakan kombinasi ketiga pola tersebut. Baik untuk bahan baku curah (bulk
ingredients), bahan baku kemasan (bagged ingredients) maupun bahan baku cair
(liquid ingredients). Jumlah sampel yang diambil sama pentingnya dengan pola
pengambilan sampel. Sampel yang representatif diperoleh melalui tiga tahap,
yaitu pengambilan sampel primer (primery sample), sample sekunder (secondary
sample), dan sampel uji (inspection sample). Sampel primer diambil beberapa titik
pada sekumpulan bahan baku. Jumlah sampel primer yang banyak harus dikurangi
menjadi sampel sekunder kemudian dijadikan sebagai sampel uji yang akan
dibawa ke laboratorium. Pengambilan jumlah sampel harus memperhitungkan
akurasi, tingkat kepercayaan, dan perhitungan ekonomis (Bidura, 2017).
Keberhasilan usaha peternakan tidak akan terlepas dari ketersedian ransum
yang berkualitas baik. untuk memperoleh ransum yang berkualitas baik, harus

1
disusun dari bahan makanan yang berkualitas baik juga. Disinilah letak
pentingnya pengetahuan tentang pakan ternak, karena pengenalan dan pengujian
bahan pakan menjadi sangat penting. Evaluasi bahan pakan dapat dilakukan
secara fisik, kimia dan biologis. Pengujian bahan pakan secara fisik merupakan
analisis pakan dengan cara melihat keadaan fisiknya. Pengujian secara fisik bahan
pakan dapat dilakukan baik secara langsung (makroskopis) maupun dengan alat
bantu (mikroskopis). Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas produk pakan
adalah bahan pakan yang berkualitas. Kualitas bahan pakan dapat diketahui
dengan melakukan pengujian dan pemeriksaan terhadap kualitasnya. Pemeriksaan
bahan pakan secara mikroskopis (feed microscopy) masih jarang dilakukan dan
diteliti di Indonesia sehingga karakteristik mikroskopis standar bahan pakan
seperti bahan pakan sumber energi di Indonesia belum banyak diketahui. Oleh
karena itu, penelitian tentang karakterisasi standar mikroskopis bahan pakan
sumber energi sebagai metode pengujian kualitas bahan pakan perlu dilakukan.
Berdasarkan sifat fisik dan kimia yang spesifik sesuai dengan kegunaannya
maka bahan pakan dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelas. Kelas pertama
terdiri dari hijauan kering dan jerami kering, contohnya hay hijauan jagung dan
hay hijauan legum. Kelas kedua terdiri dari hijauan segar dan jerami segar yaitu
hijauan dan jerami yang diberikan pada ternak dalam keadaan segar, contoh
rumput segar, hijauan dan jerami padi segar. Kelas ketiga terdiri dari silase
meliputi hijauan pakan yang telah dipotong-potong dan telah mengalami
fermentasi, contoh silase rumput dan silase hijauan jagung. Kelas keempat terdiri
sumber energi, contohnya dedak, minyak tanaman dan lemak hewan. Kelas
kelima terdiri dari sumber protein, contoh tepung ikan dan tepung daging. Kelas
keenam terdiri dari sumber mineral yang disebut juga konsentrat mineral, contoh
tepung tulang dan garam dapur. Kelas ketujuh terdiri dari sumber vitamin yang
disebut juga konsentrat vitamin, contoh minyak ikan dan tablet vitamin C. Kelas
kedelapan terdiri dari aditif pakan. Mengenali ciri fisik suatu bahan sangat penting
bagi peternak karena dengan hal itu kita dapat menganalisa komposisi suatu
ransum dan langsung dapat mengetahui kandungan apa saja yang ada didalam
ransum tersebut sehingga hal ini menjadi keahlian tersendiri yang dapat
digunakan kapan pun.

2
Kontrol kualitas dari bahan pakan merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan pada industri peternakan yang mendambakan kesuksesan dan
keuntungan usahanya. Tidak ada faktor lain yang lebih penting dan kritis yang
secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan keseimbangan
nutrisi dan performan ternak selain kontrol kualitas pakan dan konsistensi ransum.
Tingkat kualitas suatu bahan baku pakan yang akan disusun menjadi ransum
dapat menjadi salah satu patokan untuk mengukur kualitas ransum yang
dihasilkan. Ternak akan berespon baik jika mendapatkan ransum dengan variasi
nutrisi yang kecil dengan kadar air, tekstur, dan ketersediaan energi yang sama.
Biasanya kualitas sesuatu bahan akan diketahui baik jeleknya setelah
diverifikasi dengan kualitas dari suatu bahan standar. Bagaimanapun, nilai
relative dari kualitas suatu bahan termasuk bahan pakan, sangat penting untuk
diketahui karena dapat berguna di setiap saat dan keadaan. Bulk density atau
Kerapatan tumpukan merupakan sifat fisik yang penting untuk diketahui.
Kerapatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume
ruang yang ditempatinya dan satuannya adalah kg/m3. Kerapatan tumpukan
memiliki pengaruh terhadap daya campur dan ketelitian penakaran secara
otomatis seperti halnya dengan berat jenis. Sifat fisik ini memegang peranan
penting dalam memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan suatu bahan
dengan berat jenis tertentu seperti pada pengisian alat pencampur, elevator, dan
silo. Nilai kerapatan tumpukan menunjukkan porositas dari bahan, yaitu jumlah
rongga udara yang terdapat diantara partikel- partikel bahan.
Suryahadi dan Tjakradidjaja (2009) menyatakan bahwa kualitas nutrien dapat
dievaluasi berdasarkan degradabilitas dan kecernaannya. Hal ini penting untuk
menentukan nutrien yang tersedia dalam memenuhi kebutuhan mikroba rumen
untuk sintesis protein. Defisiensi nutrien terjadi bila pasokan protein mikrobial ke
usus halus rendah. Degradabilitas dapat dijadikan sebagai indikator dalam
menentukan kualitas ransum. Kecernaan pakan pada ternak ruminansia dapat
diukur secara akurat dengan menggunakan metode two stage in vitro (Omed et al.,
2000) dengan cara menginkubasikan sampel selama 24 jam dengan larutan buffer
cairan rumen dan larutan McDougall dalam tabung dalam keadaan kondisi
anaerob; proses ini merupakan periode pertama. Periode kedua, aktivitas bakteri

3
dimatikan dengan penambahan HgCl2, lalu diberi larutan pepsin HCl dan
diinkubasi selama 24 jam. Periode kedua ini terjadi dalam organ pasca rumen
(abomasum). Residu bahan yang tidak larut disaring, kemudian dikeringkan dan
dipanaskan hingga substrat tersebut dapat digunakan untuk mengukur kecernaan
bahan organik. pengukuran gas (gas test) oleh Menke (1979) digunakan untuk
mengevaluasi nilai nutrisi pakan dan kecernaan BO serta energi metabolis yang
terkandung dalam pakan. Metode ini menggunakan syringe atau Gas Measuring
Cylinder yang mengutamakan produk fermentasi. Metode gas in vitro ini lebih
efisien bila dibandingkan dengan metode in sacco dalam mengevaluasi efek dari
zat anti nutrisi. Metode pengukuran gas tidak memerlukan peralatan yang rumit
atau ternak yang terlalu banyak, membantu dalam pemilihan pakan yang
berkualitas tidak hanya berdasarkan kecernaan bahan kering, akan tetapi juga
dengan sintesis mikroba. Hasil dari metode ini didapatkan berdasarkan produksi
gas CO2 dan CH4 yang berasal dari proses fermentasi pakan dalam cairan rumen.

1.2.Tujuan

Tujuan dari praktikum Evaluasi Pakan pada sub judul Prosedur Teknik
Pengambilan Sampel Bahan Pakan adalah untuk mengetahui bagaimana teknik
pengambilan sampel bahan pakan yang benar. Pada Evaluasi Kemurnian Bahan
Secara Mikroskopik adalah untuk mengetahui ada palsuan pakan dengan
mengidentifikasi melalui ciri-ciri fisiknya (physical characteristic). Pada Evaluasi
Komposisi Ransum Secara Kualitatif ini adalah untuk mengetahui komposisi
bahan pakan yang terdapat ransum yang terbuat dari beberapa bahan pakan yang
telah dicampurkan melalui ciri-ciri fisiknya (physical characteristic). Pada
Pengukuran Bulk Density Bahan Pakan ini yaitu praktikan mengetahui tingkat
kerapatan dan nilai bulk density dari masing-masing bahan dan juga mempelajari
cara mengetahui banyaknya sumpalan yang terdapat pada suatu bahan pakan
dilihat dari bulk density dan faktor bahannya. Dan tujuan dari praktikum
Pengukuran Degradasi dan Fermentasi Bahan Organik Pakan dalam Rumen
menggunakan Tekhnik In Vitro Gas adalah untuk mengetahui profil degradasi dan
fermentasi BO pakan di dalam rumen selama priode inkubasi 48 jam.

4
1.3. Manfaat

Manfaat dari praktikum Evaluasi Pakan pada sub judul Prosedur Teknik
Pengambilan Sampel Bahan Pakan adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara
pengambilan sampel bahan pakan dengan baik dan benar. Pada Evaluasi
Kemurnian Bahan Secara Mikroskopik adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
ada tidaknya palsuan dalam bahan pakan ternak melalui cirri-ciri fisiknya. Pada
Evaluasi Komposisi Ransum Secara Kualitatif ini adalah agar praktikan dapat
membedakan ciri-ciri fisik dari beberapa bahan pakan yang telah dicampurkan.
Pada Pengukuran Bulk Density Bahan Pakan ini adalah agar mahasiswa
mengetahui tingkat kerapatan dan nilai bulk density bahan pakan yang sering
ditemui didunia peternakan serta dapat mengetahui seberapa banyak kandungan
sumpalan yang terdapat pada bahan tersebut dilihat dari nilai bulk densitynya.
Dan pada praktikum Pengukuran Degradasi dan Fermentasi Bahan Organik Pakan
dalam Rumen menggunakan Tekhnik In Vitro Gas yaitu mahasiswa dapat
mengetahui cara menghitung degradari pakan menggunakan metode in vitro gas.

5
BAB II
MATERI DAN METODA

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Pangan dan Gizi Hasil Ternak tentang Penilaian Status Gizi
dilaksanakan pada Hari Sabtu, 17 November – 6 Desember 2018 pada pukul
11.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Gedung C Fakultas
Peternakan Universitas Jambi.

2.2. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Ontario trier, karung, karet
ban, compound microscope, petri dish, pointed needle (forcep), timbangan,
volumetric tube, botol fermentor, clamper, declamper, waterbath, glass syringe,
neraca analytic, termos, jilbab atau kassa penyaring, corong, penyaring dan
incubator.
Bahan yang digunakan yaitu jagung pipil, BIS, bungkil kedelai, bungkil
kelapa, tepung ikan, tepung jagung kuning, dedak padi, tepung tulang, tepung
kerang, tongkol jagung, pasir, sekam, serbuk gergaji, jagung giling poultry, dan
dedak padi poultry, daun gamal, kulit jeruk, pelepah sawit, pelepah nipah, rumput
gajah, rumbut bede, daun callopo, kulit nanas, daun gamal, daun lamtoro, larutal
HgCl2, larutan Mc Daughall, larutan NaOH, dan cairan rumen.

2.3.Metode

Cara kerja dari praktikum kali ini yaitu ambil sampel minimal 10% dari
proporsi dari empat titik dari kantong lalu lalukan secara silang/diagonal, vertical
dan horizontal, dan tempatkan setiap sub sampel pada kantong plastic setelah itu
amati sifat organoleptik dari masing-masing sub sampel, dan terakhir sampel siap
untuk di evaluasi/analisis.
Cara kerja yang digunakan pada praktikum Evaluasi Kemurnian Bahan
Secara Mikroskopik ini adalah masukkan sampel yang akan diamati kedalam petri
dish kemudian ratakan dan amati struktur pakan menggunakan mikroskop dengan

6
melihat bentuk fisik berupa shape, color, hardness, softness, transparency, dan
surface texture.
Cara kerja yang digunakan pada praktikum Evaluasi Komposisi Ransum
Secara Kualitatif ini yaitu masing-masing sampel campuran diambil secara acak
sebanyak 5-10 mg atau 1 sendok teh dan dimasukan dalam petri dish yang sudah
dibersihkan sebelumnya. Lalu sampel dalam petri dish kemudian dicek dibawah
compound mikroskop. Amati physical characteristic dari setiap campuran dan
gunakan pointed neefle untuk mengetahui kenyal atau kerasnya suatu partikel.
Terakhir tabulasikan hasil pengamatan.
Cara kerja yang digunakan pada praktikum Pengukuran Bulk Density Bahan
Pakan ini yaitu masukkan sampel yang telah dikeringkan dan digiling menjadi
tepung kedalam tabung ukur dan dipadatkan dengan cara menggoyang (shaking)
tabung ukur hingga volume 1000 mL kemudian keluarkan isi didalam tabung lalu
timbang dan catat perbandingan berat dan volume tersebut kedalam tabel.
Cara kerja dari praktikum Pengukuran Degradasi Dan Fermentasi Bahan
Organik Pakan Di Dalam Rumen Menggunakan Teknik In Vitro yaitu giling
bahan-bahan hingga halus menggunakan hummer hill ukuran 2 mm lalu masing-
masing sampel ditimbang ke dalam botol serum (kapasitas 160 ml) sebanyak 1 g
(A) secara triplet untuk masing-masing periode inkubasi. Botol tanpa sampel
(blanko) juga dipersiapkan untuk masing-masing periode inkubasi. Pada waktu
yang bersamaan sampel dari masing-masing sampel juga ditimbang ± 1,5 g secara
duplo untuk dianalisis BK dan abu. Kedalam masing-masing botol serum
ditambahkan 80 ml anaerobik medium sembari mengalirkan gas CO2 kedalam
botol agar anaerobik kondisi segera dicapai. Tutup karet dan aluminium botol
dipasang sesegera mungkin dan dikencangkan menggunakan clamper. Kemudian
botol serum dialokasikan kedalam aqua-shaker bersuhu 39ºC secara random.
Sampel diinkubasikan selama periode waktu 48 jam, produksi gas diukur
menggunakan glass syringe dan tekanan gas diukur menggunakan reading
pressure technique setelah 2 ,4, 6, 8, 10, 12, 16, , 24 dan 48 jam periode
inkubasi.

7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Prosedur Teknik Pengambilan Sampel

Setelah praktikum dilaksanakan dengan mengumpulkan berbagai macam


sampel dedak dan jagung pipil dari berbagai macam poultry shop berbeda yang
ada di daerah sekitar Kota Jambi, maka data yang dihasilkan adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil Pengambilan Sampel Bahan Pakan
Poultry Bahan
Bau Tekstur Bentuk Warna
Shop Pakan
Jagung - Keras Butiran Kuning orange
Aur Duri Kuning
Dedak Sekam Kasar Menggumpal
kecoklatan
Jagung Apek Keras Utuh berkutu Orange
Sungai Serbuk Kuning
Duren Dedak Apek Kasar
berkutu kecoklatan
Sedikit
Jagung Pecahan Butiran Kuning pucat
Mendalo apek
Dedak apek Kasar Serbuk Coklat muda
Utuh
Jagung - Keras Orange
Simp. berjamur
Rimbo Agak
Dedak Dedak Serbuk Kuning terang
keras
Jagung Jagung Kasar Pipilan Kuning pucat
Mayang Agak
Dedak Dedak Serbuk Coklat susu
kasar
Jagung Jagung Keras Butiran Orange
Simp. Kuning
Kawat Dedak Dedak Kasar Serbuk
kecoklatan
Jagung - Kasar Butiran Kuning
Kota Baru Dedak Apek Halus Bubuk Cream
Jagung Tengik Kasar Butiran Orange
Thehok Sedikit
Dedak - Serbuk Cream
kasar
Jagung Jagung Kasar Butiran orange
Angso Duo Kuning
Dedak Tengik Kasar Tepung
kecoklatan
Jagung Jagung Keras Pipilan Kuning orange
Talang Agak Kuning
Banjar Dedak Dedak Serbuk
keras kecoklatan
Jagung Masam Keras Utuh tongkol Kuning
Tugu Juang Dedak Tengik Kasar Serbuk Kecoklatan

8
Dari bahan-bahan yang telah dikumpulkan diatas, selanjutnya terjadi proses
pengambilan sampel. Sebelum pengambilan sampel, menurut Bidura (2017)
pastikan sampel yang akan diambil adalah sampel yang representatif diperoleh
melalui tiga tahap, yaitu pengambilan sampel primer (primery sample), sample
sekunder (secondary sample), dan sampel uji (inspection sample). Sampel primer
diambil beberapa titik pada sekumpulan bahan baku. Jumlah sampel primer
yangbanyak harus dikurangi menjadi sampel sekunder kemudian dijadikan
sebagai sampel uji yang akan dibawa ke laboratorium. Pengambilan jumlah
sampel harus memperhitungkan akurasi, tingkat kepercayaan, dan perhitungan
ekonomis.
Menurut Bidura (2017) Alat dan teknik yang berbeda digunakan dalam
mengambil sampel untuk komoditi yang berbeda. Industri pakan ternak biasanya
menggunakan kombinasi pola pengambilan sampel secara acak, bertingkat atau
sistematik. Berikut ini ada tiga jenis bahan baku pakan dalam industri pabrik
pakan.
1. Bahan baku curah: Bahan baku curah berupa butiran dan bungkil kedelai yang
diangkut dengan truk atau kereta, sampel diambil menggunakan grain probe.
Sampel diambil dari beberapa tempat dengan jumlah sekitar 2 kg setiap
sampel. Jumlah titik pengambilan digunakan aturan 10%. Hal ini untuk
menjamin jumlah sampel maksimum yang bisa diambil, hingga diperoleh
sampel yang lebih refresentatif.
2. Bahan baku kemasan: Prosedur pengambilan sampel lain yang harus diketahui,
yakni prosedur pengambilan sampel untuk kelompok bahan dalam karung.
Sampel yang representatif bisa diperoleh dengan alat penguji berujung runcing.
Prosedur pengambilan sampel bahan baku dalam karung dilakukan dengan
menusukkan probe secara diagonal dari bagian atas ke bagian bawah karung.
Sampel diambil dari seluruh karung jika jumlah karung 1-10 karung, dan
sampel diambil dari 10 karung secara acak jika jumlah karung lebih dari 11
karung, namun ada beberapa teori berbeda dalam industri untuk menentukan
jumlah karung sampel per kelompok.
3. Bahan baku cair: Pengambilan sampel bahan baku bantuk cair seperti lemak
cair atau molase dapat dilakukan dengan menggunakan tabung gelas atau

9
stainless steel berdiamater 3/8 sampai 1/2 inchi. Sampel paling sedikit diambil
sebanyak 10 persen dari kontainer dan dikumpulkan minimal 0.586 liter. Bahan
baku cair sebelum dilakukan pengambilan sampel harus dilakukan
pengadukan, agar diperoleh penyebaran bahan yang homogen. Sampel diambil
dari bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah kontainer.
Pada praktikum kali ini bahan yang kita gunakan berupa dedak dan jagung
pipil dalam kemasaan, maka alat yang kita gunakan adalah Ontario trier atau
probe yang ditusukkan pada 4 titik yaitu vertical, horizontal, dan diagonal hingga
beratnya mencapai 500 gram. Menurut Mathius (2001) dedak padi merupakan
hasil ikutan penggilingan padi yang jumlahnya sekitar 10% dari padi yang
digiling. Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ternak sudah umum dilakukan.
Dedak padi mempunyai kandungan energi dan protein yang cukup baik.
Kandungan gizi dedak padi sangat bervariasi tergantung dari jenis padi dan
macam mesin penggiling yang digunakan. Satu hal yang perlu diingat bahwa pada
saat dedak sulit didapat, seringkali dedak dicampur dengan sekam yang telah
digiling. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas atau nilai gizi dedak
tersebut, yang diindikasikan dengan tingginya kandungan serat kasar dedak
campuran tersebut. Sedangkan menurut Pramisto, dkk (2013) jagung merupakan
penghasil karbohidrat kedua setelah beras di Indonesia. Jagung dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan terlebih dahulu melakukan pemipilan.
Dari data pada Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa sampel yang paling rendah
kualitasnya dari segi bentuk fisiknya untuk jagung yaitu dari poultry shop sungai
duren, simpang rimbo dan tugu juang karena mempunyai bau yang masam atau
apek, dan juga terdapat jamur, kutu bahkan berulat. Untuk sampel dedak berasal
dari poutry shop aur duri, sungai duren dan tugu juang karena sudah menggumpal,
berkutu dan banyak terdapat kayu didalamnya. Hal tersebut bisa jadi dipengaruhi
oleh tempat dan lama penyimpanannya seperti pendapat bahwa Jaelani, dkk
(2016) Kualitas pakan yang disimpan akan turun jika melebihi batas waktu
tertentu. Begitu juga menurut Kushartono (2002) dalam Jaelani, dkk (2016)
kualitas pakan yang berbeda akan menyebabkan hasil produksi yang berbeda.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kualitas bahan baku yaitu pengelolaan
dan kondisi penyimpanan.

10
3.2. Evaluasi Kemurnian Bahan Secara Mikroskopik

Setelah praktikum dilaksanakan dengan mengumpulkan berbagai macam


bahan pakan dan diamati ciri fisiknya maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Pengamatan Mikroskopik Terhadap Berbagai Bahan
Physical characteristics
Bahan
Shape Color Hardness Softness Transparency Tekstur
Jagung Butiran Kuning  -  Kasar
Dedak padi Tepung Coklat -  - Halus
Tepung ikan Tepung Coklat -  - Halus
Bkl kelapa Butiran Coklat  - - Kasar
BIS Tepung Coklat -  - Halus
Bkl kedelai Kuning
Butiran   - Kasar
kecoklatan
Sekam Serbuk Coklat  - - Kasar
Tongkol jagung Butiran Cream -  Halus
Serbuk gergaji Kuning
Tepung -  - Kasar
kecoklatan
Tepung kerang Serbuk Putih  -  Halus
Tepung tulang Serbuk Kuning
-  - Kasar
kasar Kecoklatan
Dari data diatas dapat dilihat bahwa ada berbagai jenis perbedaan dalam segi
bentuk, warna, hardness, softness, transparency dan teksturnya. Uji fisik ini sangat
penting seperti yang dikatakan oleh Purnamasari, dkk. (2016) bahwa sebelum
melakukan pengujian secara biologis, pengujian secara fisik dan kimia harus
dilakukan terlebih dahulu mengingat begitu panjangnya proses yang dialami oleh
pakan mulai dari sumber bahan baku, proses di pabrik, penyimpanan di gudang,
hingga perjalanan pakan sampai ke peternak. Berbagai hal dapat terjadi yang
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas pakan, antara lain: faktor temperatur,
kelembaban, kebersihan, lama penyimpanan, dan kerusakan pakan dapat juga
disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme yang merusak bahan. Dan Zakaria
(2016) juga menyatakan bahwa kualitas pakan yang biasa diuji adalah kualitas
fisik, kimia, dan biologi. Varibel yang diamati meliputi warna, bau, kerapatan
jenis, tekstur, dan mikroskopik. Warna setiap bahan pakan memiliki ciri khas
tersendiri, sehingga jika terdapat perubahan warna pada bahan baku berarti dapat
menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan selama proses penyimpanan. Bau
yang tidak sedap, mengindikasikan adanya invasi serangga ataupun jamur di
tumpukan bahan baku tersebut. Kerapatan jenis bahan digambarkan dalam satuan
kilogram per meter kubik. Kerapatan jenis antara bahan baku akan sangat

11
bervariasi. Kerapatan jenis bahan baku sangat penting untuk diukur, kerapatan
jenis bahan sangat berfungsi untuk menyesuaikan dengan ketersediaan kapasitas
gudang. Selain itu berfungsi dalam mengatur masuknya bahan baku terlebih dulu
ke dalam mixer, biasanya bahan baku dengan densitas tinggi yang terlebih dulu
dimasukkan lalu yang lebih rendah. Dan hal yang paling penting dalam evaluasi
secara mikroskopik dengan melihat sifat fisik ini adalah kita dapat mengetahui
kemurnian suatu bahan pakan yang akan kita campurkan menjadi ransum, karena
kualitas dan kandungan pakan akan menurun jika terdapat banyak bahan
sumpalan didalamnya.
Bahan pakan yang diujikan kali ini merupakan bahan pakan penyusun ransum
komplit dan bahan pakan penyusun ransum. Purnamasari, dkk. (2016)
menyatakan bahwa bahan pakan penyusun pakan komplit umumnya terdiri dari
dedak, jagung, tepung ikan, bungkil kedelei, bungkil kelapa, tepung daging dan
tulang, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, canola, tepung daun, vitamin,
kalsium, fosfat dan trace mineral. Bahan pakan penyusun konsentrat umumnya
adalah Soya Bean Meal (SBM), Meat Bone Meal (MBM), Corn Glutein Meal
(CGM), tepung ikan, tepung tulang, Palm Oil, premix, vitamin, asam amino
esensial, dan mineral esensial. Dan bahan-bahan pakan tersebut dapat digolongkan
menurut sumber kandungannya seperti yang dikatakan oleh Tangendjaja (2007)
bahwa bahan baku pakan dikelompokkan ke dalam sumber energi, sumber protein
baik nabati maupun hewani, hasil samping industri pertanian, sumber mineral,
suplemen pakan yang mengandung gizi seperti asam amino, vitamin dan mineral
mikro. Pakan yang termasuk sumber protein adalah tepung ikan, bungkil kelapa,
bungkil kedelai dan bungkil inti sawit (BIS). Pakan sumber energi yaitu jagung
kuning dan dedak padi. Pakan sumber mineral yaitu tepung tulang dan tepung
kerang. Sedangkan bahan sumpalan yaitu serbuk gergaji, sekam, tongkol jagung
dan pasir. Serbuk gergaji dan sekam biasanya sengaja dimasukkan dalam
campuran dedak padi, tongkol jagung dimasukkan kedalam jagung giling maupun
jagung pipil, dan pasir biasanya dimasukkan dalam tepung ikan. Pencampuran ini
tentu saja memberikan dampak positif kepada peternak karena kandungan
nutrisinya pasti menurun dan perternak harus manambah porsi bahan pakan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Tetapi hal ini berdampak positif bagi penjual

12
pakan seperti yang dikatakan oleh Zakaria (2016) bahwa tinggi rendahnya nilai
dari suatu bahan pakan (feed stuff), pakan komersial (commercial feed) ataupun
bahan pelengkap pakan (feed supplements) ditentukan berdasarkan tinggi rendah
kualitas dan kuantitas nutrien yang terkandung didalamnya. Namun tidak jarang
penjual bahan pakan ataupun pakan komersial berusaha untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih tinggi dengan jalan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan
jalan memalsu atau mengganti bahan pakan ataupun pakan komersial dengan
bahan lain yang mempunyai kualitas yang lebih rendah dalam satu bobot yang
sama, dengan maksud agar didapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Kejadian ini
jelas akan sangat merugikan, baik bagi pembeli ataupun peternak sebagai
pengguna. Maka pengujian sifat fisik dari bahan pakan ini sangat penting guna
menghindari kerugian bagi peternak.

3.3. Pakan tentang Evaluasi Komposisi Ransum Secara Kualitatif

Setelah praktikum dilaksanakan dengan mengumpulkan berbagai macam


bahan pakan lalu dicampurkan dan dibagi menjadi lima macam maka data yang
dihasilkan yaitu sebagai berikut :
Tabel 3. Bahan yang Terdapat Pada Setiap Campuran
Pakan Sumber Pakan Sumber Pakan Sumber
Campuran Sumpalan
Energi Protein Mineral
Pasir, Serbuk
A Jagung kuning Bungkil kedelai -
gergaji
Tepung tulang,
B - Bungkil kedelai Pasir
premix
Sekam, tongkol,
C Dedak Bungkil kedelai -
pasir
Serbuk gergaji
D Dedak Bungkil kedelai Tepung tulang
Sekam
BIS, Bungkil
E Jagung kuning kedelai, bungkil Tepung kerang -
kelapa
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dari lima jenis campuran yang memiliki
komposisi berbeda tersusun atas 2, 3, 4, 5 dan 6 pakan. Pada setiap campuran ada
yang ditambahkan bahan sumpalan. Bahan pakan yang diujikan kali ini
merupakan bahan pakan penyusun ransum komplit dan bahan pakan penyusun

13
ransum. Purnamasari, dkk. (2016) menyatakan bahwa bahan pakan penyusun
pakan komplit umumnya terdiri dari dedak, jagung, tepung ikan, bungkil kedelei,
bungkil kelapa, tepung daging dan tulang, pecahan gandum, bungkil kacang
tanah, canola, tepung daun, vitamin, kalsium, fosfat dan trace mineral. Bahan
pakan penyusun konsentrat umumnya adalah Soya Bean Meal (SBM), Meat Bone
Meal (MBM), Corn Glutein Meal (CGM), tepung ikan, tepung tulang, Palm Oil,
premix, vitamin, asam amino esensial, dan mineral esensial. Dan bahan-bahan
pakan tersebut dapat digolongkan menurut sumber kandungannya seperti yang
dikatakan oleh Tangendjaja (2007) bahwa bahan baku pakan dikelompokkan ke
dalam sumber energi, sumber protein baik nabati maupun hewani, hasil samping
industri pertanian, sumber mineral, suplemen pakan yang mengandung gizi seperti
asam amino, vitamin dan mineral mikro.
Sebelum melakukan pengamatan maka praktikan harus mengetahui terlebih
dahulu pengelompokkan pakan berdasarkan kegunaannya. Menurut Zakaria
(2016) berdasar sifat fisik dan kimia yang spesifik sesuai dengan kegunaannya
maka bahan pakan dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelas. Kelas pertama
terdiri dari hijauan kering dan jerami kering. Kelas kedua terdiri dari hijauan segar
dan jerami segar. Kelas ketiga terdiri dari silase. Kelas keempat terdiri sumber
energi, mengandung protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari
18%, dinding sel kurang dari 35% dalam bahan kering, contohnya dedak, minyak
tanaman dan lemak hewan. Kelas kelima terdiri dari sumber protein yang
mengandung protein kasar lebih dari 20% dalam bahan kering, contoh tepung ikan
dan tepung daging. Kelas keenam terdiri dari sumber mineral yang disebut juga
konsentrat mineral, contoh tepung tulang dan garam dapur. Kelas ketujuh terdiri
dari sumber. Kelas kedelapan terdiri dari aditif pakan. Dan bahan pakan tambahan
lainnya berupa palsuan bahan pakan atau sumpalan.

Pada campuran A terdiri dari pakan sumber energi berupa jagung, sumber
protein berupa bungkil kedelai dan sumpalan berupa pasir, serbuk dan gergaji.
Pada campuran B terdiri dari pakan sumber protein berupa bungkil kedelai,
sumber mineral berupa tepung tulang dan premix, dan sumpalan berupa pasir.
Campuran C terdiri dari pakan sumber energy berupa dedak padi, sumber protein
berupa gungkil kedelai dan sumpalan berupa sekam, tongkol jagung dan pasir.

14
Campuran D terdiri dari pakan sumber energy berupa dedak, sumber protein
berupa bungkin kedelai, sumber mineral berupa tepung tulang, dan sumpalan
serbuk gergaji dan sekam. Sedangkan campuran E terdiri dari pakan sumber
energy berupa jagung kuning, sumber protein berupa BIS, bungkil kedelai dan
bungkin kelapa, dan pakan sumber mineral berupa tepung keran tanpa terdapat
sumpalan.

3.4. Pengukuran Bulk Density Bahan Pakan

Setelah praktikum dilaksanakan dengan mengumpulkan berbagai macam


bahan pakan dan mengukur berat per volumenya maka didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 4. Bulk Density Bahan Pakan
Standart Bulk Bulk Density
Nama Bahan Keterangan
Density (gr/l) Bahan (gr/l)
Jagung pipil 626 806,4 Baik
Jagung giling 701,8 - 722,9 752 Baik
Bungkil kelapa 466 320 Kurang baik
Tepung ikan 562 728 Baik
Bungkil kedelai 594 – 610 660 Baik
Tepung tulang 594 836 Baik
Tepung kerang - 1783 -
Tongkol jagung 288,5 360 Baik
Dedak padi 337 – 351 620 Baik
Sekam 337 156 Kurang baik
Serbuk gergaji - 272 -
Urea - 800 -
Topmix - 1250 -
Densitas kamba atau bulk density merupakan salah satu karakteristik sifat
fisik yang ditentukan oleh berat bubuk yang diketahui volumenya. Semakin tinggi
nilai densitas kamba menunjukkan bahwa produk semakin padat, dan apabila
diaplikasikan menjadi produk olahan akan lebih mengenyangkan Ekawati (2016).
Setelah dilakukan pengukuran dengan cara memasukkan bahan yang telah berupa
tepung kedalam volumetric tube sampai volumenya menjadi 1000 ml seperti yang
dikatakan oleh Toharmat, dkk. (2006) bahwa kerapatan bahan ditentukan dengan

15
memasukkan sampel pakan ke dalam gelas ukur 250 ml. Kerapatan jenis langsung
(direct density) ditentukan dengan menggoyanggoyangkan gelas ukur secara
perlahan sehingga seluruh ruang terisi dengan baik, sedangkan kerapatan jenis
curah (bulk density) ditentukan dengan memberikan beban 5 kg pada permukaan
bahan dalam gelas ukur selama ± 1 menit hingga tidak terjadi perubahan volume.
Volume sampel dalam gelas ukur diamati dan bahan ditimbang. Kerapatan jenis
langsung (KJL) atau kerapatan jenis curah (KJC) ditentukan dengan rumus: KJL
(g/ml) atau KJC (g/cm3) = berat/volume dan pendapat Zakaria, (2016) yaitu gelas
ukur ditimbang dan dicatat beratnya. Sampel bahan pakan dimasukkan kedalam
gelas ukur lalu dipadatkan dengan kayu dan diusahakan seminimal mungkin
adanya rongga antar bahan pakan, maka sudah didapatkan nilai bulk density dari
masing-masing bahan.
Dari data diatas ketika dibandingkan dari literature yang ada menurut Ridla
(2014) kualitatif kualitas bahan pakan dapat diuji dengan menggunakan bulk
density ataupun uji apung. Bulk density butiran jagung yang baik adalah 626.6
g/liter, sedangkan untuk jagung giling yang baik berkisar antara 701.8 – 722.9
g/liter, dedak padi yang baik adalah 337.2 – 350.7 g/l dan bungkil kedele yang
baik adalah 594.1-610.2 gr/l. hal ini menandakan bahwa bahan pakan yang kami
uji memenuhi stardar yang ada. Tetapi ada juga yang kualitasnya kurang baik
yaitu bungkil kelapa yang hanya mempunyai nilai bulk density 320 gr/l dari
standar 466 gr/l dan juga sekam 156 gr/l dari standar 337 gr/l.
Setelah semua bahan biasa diukur nilai bulk densitynya maka kita dapat
mengetahui dan mendeteksi seberapa banyaknya sumpalan pada suatu pakan
seperti yang dikatakan oleh Zakaria (2016) bahwa uji bulk density (Berat jenis)
bahan pakan bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan sekaligus untuk
meminimalkan pemalsuan (pencemaran) bahan dan Partama (2017) juga
mengatakan bahwa bahan pakan yang baik dan murni akan mempunyai densitas
yang standar, sehingga uji densitas dapat dipakai untuk menguji pemalsuan suatu
bahan. Densitas suatu bahan pakan yang dipalsukan akan berbeda dengan standar,
bisa menjadi lebih tinggi atau lebih rendah. Butiran atau bijian dalam uji ini tidak
perlu mengalami penggilingan, sedangkan bahan berbentuk ”pellet” atau
”crumble” perlu digiling terlebih dahulu sebelum diukur densitasnya. Bahan

16
pakan yang akan diukur harus dapat mewakili bahan keseluruhannya. Untuk itu
kita perlu mengaplikasikannya untuk menentukan jumlah sumpalan seperti jumlah
pemalsuan sekam dalam dedak dan juga jumlah pemalsuan sekam dalam dedak.
Data yang dihasilkan untuk pengukuran jumlah pemalsuan tongkol jagung
dalam jagung poultry didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Pengukuran Jumlah Tongkol Jagung Dalam Jagung Giling Poultry
Bulk Density (gr/l)
Poultry Shop Sumpalan
Jagung murni Tongkol Jagung poultry
Sungai duren 820,8 410,4 784 8,97
Simp. kawat 720 340 680 10,5
Tugu juang 840 480 780 16,67
Aur duri 840 508 796 13,25
Mendalo 784 308 806 4,62
Beringin 672 296 600 19,15
Mayang 760 380 688 18,94
Talang banjar 800 400 750 12,5
Kota baru 844 360 792 10,74
Thehok 928 284 692 36,64
Simp. rimbo 729 380 680 14,04

Jagung merupakan bahan pakan yang sering digunakan di dalam pakan


unggas dan salah satu sumber energi di pakan. Pramisto, dkk (2013) jagung
merupakan penghasil karbohidrat kedua setelah beras di Indonesia. Jagung dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan terlebih dahulu melakukan pemipilan.
Kerapatan jenis bahan digambarkan dalam satuan kilogram per meter kubik.
Kerapatan jenis antara bahan baku akan sangat bervariasi. Kerapatan jenis bahan
baku sangat penting untuk diukur, kerapatan jenis bahan sangat berfungsi untuk
menyesuaikan dengan ketersediaan kapasitas gudang. Selain itu berfungsi dalam
mengatur masuknya bahan baku terlebih dulu ke dalam mixer, biasanya bahan
baku dengan densitas tinggi yang terlebih dulu dimasukkan lalu yang lebih
rendah. Dan hal yang paling penting dalam evaluasi secara mikroskopik dengan
melihat sifat fisik ini adalah kita dapat mengetahui kemurnian suatu bahan pakan
yang akan kita campurkan menjadi ransum, karena kualitas dan kandungan pakan
akan menurun jika terdapat banyak bahan sumpalan didalamnya. Dari data diatas

17
dapat dilihat bahwa persentase tongkol dalam jagung terbesar ditemukan pada
jagung yang dibeli dari poultry shop daerah thehok yaitu sebesar 36,64 dan
persentase jumlah tongkol jagung dalam jagung yang paling kecil ditemukan di
poultry shop daerah mendalo. Hal ini menandakan bahwa kualitas jagung yang
paling bagus terdapat di poultry shop mendalo dan jagung yang mempunyai
kualitas terburuk ditemukan pada poultry shop thehok.
Pada pengukuran jumlah palsuan sekam dalam dedak setelah diukur maka
dihasilkan data sebagai berikut :
Tabel 6. Pengukuran Jumlah Sekam Dalam Dedak Poultry
Bulk Density (gr/l)
Poultry Shop Sumpalan
Dedak murni Sekam Dedak poultry
Sungai duren 756 336 440 75,23
Simp. kawat 716 200 536 34,88
Tugu juang 596 192 580 3,96
Aur duri 616 244 504 30,11
Mendalo 552 164 448 26,80
Beringin 705 220 600 19,81
Mayang 620 212 480 34,31
Talang banjar 776 196 600 30,34
Kota baru 596 156 520 17,2
Thehok 652 172 576 15,83
Simp. rimbo 720 184 624 17,91
Menurut Mathius (2001) dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan
padi yang jumlahnya sekitar 10% dari padi yang digiling. Pemanfaatan dedak
sebagai bahan pakan ternak sudah umum dilakukan. Dedak padi mempunyai
kandungan energi dan protein yang cukup baik. Kandungan gizi dedak padi sangat
bervariasi tergantung dari jenis padi dan macam mesin penggiling yang
digunakan. Satu hal yang perlu diingat bahwa pada saat dedak sulit didapat,
seringkali dedak dicampur dengan sekam yang telah digiling. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap kualitas atau nilai gizi dedak tersebut, yang diindikasikan
dengan tingginya kandungan serat kasar dedak campuran tersebut. dari data diatas
persentase sekam dalam dedak yang paling tinggi ditemukan pada dedak yang
dibeli dari poultry shop simpang kawat yaitu mencapai 34,88 dan persentase

18
sekam dalam dedak yang paling sedikit didapatkan dari poultry shop tugu juang
yaitu hanya sebesar 3,96. Maka dapat disimpulkan bahwa dedak yang paling
buruk terdapat di simpang kawat dan yang terbaik di poultry shop tugu juang.

3.5. Pengukuran Degradasi dan Fermentasi Bahan Organik Pakan dalam


Rumen menggunakan Tekhnik In Vitro Gas

Setelah dilakukan percobaan dengan cara diinkubasi dan mengecek gas total
dan gas methan pada waktu-waktu tertentu dengan menggunakan tiga kali
pengulangan maka didapatkan hasil dengan data sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil rata-rata nilai gas total (mg/l BK)
Lama Inkubasi (jam) ∑Rata-
Bahan Pakan
2 4 6 8 10 12 14 16 24 48 rata
Pelepah sawit 10.7 13.0 9.0 2.7 11.0 4.33 7.0 6.67 10.0 12.3 8,62
Daun gamal 12.9 31.3 12.0 16.0 7.7 6.33 9.0 7.33 11.3 11.3 12,52
Daun lamtoro 6.0 13.0 20.3 8.3 16.3 4.33 7.3 3.67 17.0 19.3 11,57
Tongkol jagung 17.0 18.0 27.0 14.7 17.3 7.33 12.0 8.67 8.67 11.0 14,17
Rumput gajah 8.3 8.7 4.7 11.0 7.7 8.67 8.33 3.67 14.0 13.0 8,80
Rumput BD 6.3 8.7 6.3 5.3 10.7 7.67 6.67 4.33 14.0 17.3 8,73
Kulit jeruk 22.7 26.7 16.7 8.7 7.3 5.0 6.0 5.00 13.7 10.7 12,23
Daun kalopo 15.3 16.3 15.3 15.7 9.0 6.67 11.0 6.67 5.0 6.67 10,77
BIS 3.0 17.2 13.3 15.0 8.7 7.0 4.0 9.00 13.3 16.3 10,68
Kulit nanas 4.0 12.0 35.7 12.0 16.3 12.7 13.0 14.3 25.0 22.7 16,77
Pelepah nipah 2.7 2.0 1.7 3.3 1.0 1.67 3.0 0.40 1.33 0.73 1,79
Blanko 1 0.4 4.8 11.0 6.0 5.0 4.0 7.0 1.60 2.0 5.8 4,76
Blanko 2 0.1 0.0 13.0 0.0 0.0 7.0 3.0 0.00 0.0 0.0 2,31
Dari data diatas dapat dilihat bahwa yang mempunyai gas total tertinggi
setelah dirata-ratakan yang mempunyai gas total tertinggi adalah kulit nanas yaitu
sebesar 16,77 mg/l BK dan gas yang terndah yaitu pelepah nipah yaitu hanya
sebesar 1,79 mg/l BK. Produksi gas dan aktivitas fermentasi berhubungan erat
dengan fraksi protein tanaman dan kecernaan BK in-vitro (Min et al., 2005).
Produksi gas yang tinggi menunjukkan aktivitas mikroorganisme dan kaya nutrisi
dalam rumen. Produksi gas semakin cepat mencapai puncak bila fraksi yang larut
dan mudah terdegradasi semakin banyak (Min et al., 2005) begitu juga dengan
pendapat Kurniawati (2007). Bahwa metode gas in vitro dapat digunakan untuk
mengukur dan memprediksi nilai kecernaan bahan pakan, pengaruh bahan pakan

19
terhadap fermentasi di dalam rumen dan pengaruh bahan pakan terhadap
pertumbuhan mikroba rumen. Dan jika diamati produksi gas memuncak pada jam
ke-4 dan ke-24.
Dan untuk hasil produksi gas methan didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 8. Hasil rata-rata gas methan (mg/l BK)
Lama Inkubasi (jam) ∑Rata-
Bahan Pakan
2 4 6 8 10 12 14 16 24 48 rata
Pelepah sawit 1.4 6.83 4.47 1.17 5.23 1.90 3.33 2.53 4.67 8.00 3,95
Daun gamal 0.2 14.9 5.57 7.80 2.50 3.07 4.30 0.40 5.33 3.93 4,80
Daun lamtoro 0.3 6.7 10.5 4.10 5.13 1.67 3.30 0.87 10.7 12.7 5,59
Tongkol jagung 5.2 8.67 13.3 5.60 8.30 3.33 3.23 4.40 1.40 6.67 6,01
Rumput gajah 0.2 4.57 2.80 5.37 4.27 5.40 3.67 1.47 9.33 6.67 4,37
Rumput BD 0.5 4.03 1.37 2.17 3.90 2.60 2.67 0.77 6.70 3.60 2,83
Kulit jeruk 0.3 12.8 7.97 5.00 3.47 2.40 3.07 0.30 8.93 0.33 4,46
Daun kalopo 0.5 3.80 7.17 7.77 4.47 4.60 6.17 2.13 3.80 2.33 4,28
BIS 0.2 7.83 7.20 7.43 4.13 3.50 1.93 0.30 7.93 5.33 4,58
Kulit nanas 0.5 6.23 17.2 6.37 8.00 5.67 6.57 0.20 12.3 17.4 8,06
Pelepah nipah 0.3 0.70 0.97 1.93 0.50 0.37 1.10 0.17 0.40 0.00 0,64
Blanko 1 0.2 1.20 4.20 0.20 1.80 1.40 0.30 0.50 1.90 0.40 1,21
Blanko 2 0.0 0.00 4.70 0.00 0.00 3.70 1.00 0.00 0.00 0.00 0,94
Dari data diatas dapat dilihat bahwa nahan pakan yang mempunyai gas
methan tertinggi adalah kulit nanas yaitu sebesar 8,06 mg/l BK dan hal ini sesuai
karena produksi gas total dari kulit nanas juga yang paling tinggi. Dan produksi
gas methan terendah yaitu dari pelepah nipah sebesar 0,64 mg/l BK dan juga
sesuai dengan hasil gas total bahwa pelepah nipah mempunyai gas total terendah.
Richard et al. (2006) mengatakan bahwa produksi NH3 sangat menentukan
kecernaan serat oleh mikroba rumen terutama dalam menyediakan bakalan untuk
síntesis enzim selulolitik. Produksi enzim selulolitik dipengaruhi oleh
ketersediaan N rumen dan NH3 yang dikonsumsi oleh mikroba. Menurut
Riswandi dkk (2015), produksi gas setara dengan degradasi substrat yang terjadi
pada proses fermentasi. Hal ini didukung oleh pendapat Suryadi et.al., (2009),
yang menyatakan fermentasi pakan di rumen pada ternak ruminansia disamping
menghasilkan VFA dan ammonia juga dihasilkan gas berupa CH4, CO2 dan H2.
Pengukuran produksi gas dapat dijadikan sebagai indikator dalam penentuan laju
fermentasi dan dapat menggambarkan besarnya komponen zat makanan terutama

20
karbohidrat yang dapat dicerna bagi ternak ruminansia. Jadi dapat dikatakan
bahwa laju fermentasi dan tingkat kecernaan yang paling tinggi adalah bahan
pakan yang memproduksi gas yang paling tinggi yaitu kulit nanas dan yang
mempunyai laju fermentasi dan kecernaan paling rendah adalah pelepah nipah.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang dilaksanakan dari segi fisik sampel berupa dedak
dan jagung yang memiliki kualitas rendah berasal dari poultry shop sungai duren,
tugu juang, simpang rimbo dan aur duri karena jagung pipil mempunyai bau yang
masam atau apek, dan juga terdapat jamur, kutu bahkan berulat dan dedak sudah
menggumpal, berkutu dan banyak terdapat kayu didalamnya.
Pemalsuan dalam bahan pakan dapat diidentifikasi dengan cara mengamati
sifat fisik dari masing-masing bahan. Bahan pakan dengan sumber protein,
sumber energy, sumber mineral dan bahan mempunyai sifat fisik yang berbeda
seperti warna, bentuk, hardness, softness, transparency dan teksturnya sehingga
jika kita mengetahuinya, kita dapat meminimalisir pembelian bahan pakan dengan
kualitas rendah akibat banyaknya sumpalan yang terkandung didalamnya.
Komposisi pada suatu ransum atau campuran beberapa bahan pakan dapat
diidentifikasi dengan cara mengamati sifat fisik dari masing-masing bahan. Bahan
pakan dengan sumber protein, sumber energy, sumber mineral dan bahan
mempunyai sifat fisik yang berbeda seperti warna, bentuk, hardness, softness,
transparency dan teksturnya sehingga jika kita mengetahuinya komposisi suatu
ransuum secara langsung tanpa menggunakan mikroskop.
Pada praktikum Bulk Density Bahan Pakan dapat disimpulkan bahwa bulk
density suatu bahan pakan dipengaruhi oleh ukuran partikel, kandungan air dan
kepadatan. Perbedaan kerapatan jenis juga dapat disebabkan oleh bahan sumpalan
atau kontaminan yang sengaja dicampurkan serta dipengaruhi oleh bentuk fisik
dari bahan pakan tersebut. Semakin halus atau semakin kecil ukuran partikel
bahan pakan tersebut maka semakin sedikit ruang yang tersisa sehingga pakan
cepat untuk memadat. Bulk density juga dapat digunakan untuk memperkirakan
seberapa banyak bahan sumpalan pada bahan pakan tertentu.
Pengukuran produksi gas dapat dijadikan sebagai indikator dalam penentuan
laju fermentasi dan dapat menggambarkan besarnya komponen zat makanan
terutama karbohidrat yang dapat dicerna bagi ternak ruminansia. Produksi gas

22
yang tinggi menunjukkan aktivitas mikroorganisme dan kaya nutrisi dalam rumen.
Jadi dapat dikatakan bahwa laju fermentasi dan tingkat kecernaan yang paling
tinggi adalah bahan pakan yang memproduksi gas yang paling tinggi yaitu kulit
nanas dan yang mempunyai laju fermentasi dan kecernaan paling rendah adalah
pelepah nipah.

4.2. Saran

Diharapkan semua praktikan dapat lebih disiplin dan mendengarkan arahan


asisten guna menciptakan kondisi praktikum yang kondusif. Praktikan juga harus
berhati-hati agar tujuan praktikum tercapai dan terlaksana sebagai mana
semestinya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bidura, I Gst. Nym. Gde. 2017. Buku Ajar Teknologi Dalam Industri Pakan.
Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar.
Ekawati, I Gusti Ayu. 2016. Itepa. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pangan Vol 5 No.
1 Tahun 2016 Issn 2572-8010.
Jaelani, Achmad., Siti Dharmawati, Wacahyono. 2016. Pengaruh Tumpukan Dan
Lama Masa Simpan Pakan Pelet Terhadap Kualitas Fisik. Ziraa’ah
Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Issn Elektronik 2355-3545 Halaman
261-268.
Kurniawati, A. 2009. Evaluasi suplementasi ekstrak lerak (Sapindus rarak)
terhadap populasi protozoa, bakteri, dan karakteristik fermentasi
rumen sapi peranakan ongole secara in vitro. Skripsi. Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor
Mathius, I-W. dan A.P. Sinurat. 2001. Pemanfaatan Bahan Pakan Inkonvensional
Untuk Ternak. Wartazoa Vol. 11 No. 2 Th. 2001 Halaman 20-31.
Min, B.R., W.E. Pinchak, J.D. Fulford and R. Puchala, 2005. Wheat pasture bloat
dynamics in-vitro ruminal gas production and potensial bloat
mitigation with condensed tannins. J.Anim.Sci. 83: 1322-1331
Omed, H. M., D. K. Lovett, & R. F. E. Axford. 2000. Faeces as a source of
microbial enzymes for estimating digestibility. School of Agricultural
and Forest Sciences, University of Wales, Bangor, Gwynedd LL57
2UW, UK.
Partama, Ida Bagus Gaga. 2017. Buku Ajar Kontrol Kualitas Dan Penentuan Nilai
Cerna Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar
2017.
Pramisto, R. A., Satia Negara, Emalisa. 2003. Analisis Nilai Tambah Jagung (Zea
Mays) Sebagai Bahan Baku Pakan Ternak Unggas. Studi Kasus: PT.
Charoen Pokphand KIM Mabar.
Purnamasari,Dwi K., Erwan, Syamsuhaidi, & M. Kurniawan. 2016. Evaluasi
Kualitas Pakan Komplit dan Konsentrat Unggas yang Diperdagangkan
di Kota Mataram. Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 5, No. 1, Juni
2016, ISSN 2303 – 1093 Halaman 30 – 38.
Richards, C.J., R.B. Pugh and J.C. Waller. 2006. Influence of soybean hull
supplementation on rumen fermentation and digestibility in steers
consuming freshly clipped endophyte-infected tall fescue. J.Anim. Sci.
84: 678-685

24
Ridla, M. 2014. Pengenalan Bahan Makanan Ternak. Bogor : PT Penerbit IPB
Press.
Riswandi, Muhakka, M. Lehan.2015. Evaluasi Nilai Kecernaan Secara In Vitro
Ransum Ternak Sapi Bali Yang Disuplementasi Dengan Probiotik
Bioplus. Jurnal Peternakan Sriwijaya. Vol. 4, No. 1.Palembang.
Syam, Jumriah., A.L.Tolleng, Umar. 2016. Pengaruh Pemberian Pakan
Konsentrat Dan Urea Molases Blok (Umb) Terhadap Hematokrit Sapi
Potong. JIP Jurnal Ilmu Dan Industri Perternakan - Volume 2 Nomor 3
Juni 2016 Halaman 1-5.
Suryadi, Afdal.M, Latief.A.2009. Pengaruh Penggantian Rumput Dengan
Pelepah Sawit Ditinjau Dari Segi Kecernaan Dan Fermentabilitas
Secara In Vitro Gas. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Februari,
2009, Vol. XII. No.1. Fakultas Peternakan, Universitas Jambi, Jambi.
Suryahadi, & A. S. Tjakradidjaja. 2009. Dairy cattle nutrition in Indonesia
problems and solutions. A paper Presented in International Seminar in
Dairy Cattle: Improving Productivity of Dairy Cattle Using Natural
Product. Faculty of Animal Science. Andalas University, 2 - 3 June
2009. Padang.
Tangendjaja, Budi. 2007. Inovasi Teknologi Pakan Menuju Kemandirian Usaha
Ternak Unggas. Wartazoa Vol. 17 No. 1 Th. 2007 Halaman 12-20.
Zakaria, M. Askari. 2016. Teknologi Dan Pabrikasi Pakan. Makassar: Pusaka
Almaida
.

25
LAMPIRAN

26
27
28
Pengukuran Jumlah Tongkol Dalam Sampel Bahan Nilai Bulk Density

100 (BD Campuran) = X (BD Tongkol) + (100 – X) (BD Jagung)

Kelompok 1: 100 (600) = X (296) + (100 – X) (672)


60.000 = 296 X + 67.200 – 672 X
100 (784) = X (410.4) + (100 –
672 X – 296 X = 67.200 – 60.000
X) (820.8)
376 X = 7.200
78.400 = 410.4 X + 82.080 – 7.200
820.8 X X = 376
820.8 X – 410.4 X = 82.080 – 78.400 X = 19.15 %
410.4 X = 3.680
3.680 Kelompok 7:
X = 410.4
100 (688) = X (380) + (100 – X) (760)
X = 8.97 %
68.800 = 380 X + 76.000 – 760 X
Kelompok 2:
760 X – 380 X = 76.000 – 68.800
100 (680) = X (340) + (100 – X) (720) 380 X = 7.200
68.000 = 340 X + 72.000 – 720 X 7.200
X = 380
720 X – 340 X = 72.000 – 68.000
X = 18.94 %
380 X = 4.000
4.000 Kelompok 8:
X = 380
X = 10.5 % 100 (750) = X (400) + (100 – X) (800)
75.000 = 400 X + 80.000 – 800 X
Kelompok 3: 800 X – 400 X = 80.000 – 75.000
400 X = 5.000
100 (780) = X (480) + (100 – X) (840) 5.000
78.000 = 480 X + 84.000 – 840 X X=
400
840 X – 480 X = 84.000 – 78.000 X = 12.5 %
360 X = 6.000
6.000 Kelompok 9:
X = 360
100 (720) = X (360) + (100 – X) (844)
X = 16.67 %
72.000 = 360 X + 84.400 – 844 X
844 X – 360 X = 84.400 – 72.000
Kelompok 4:
484 X = 5.200
100 (796) = X (508) + (100 – X) (840) 5.200
X = 484
79.600 = 508 X + 84.000 – 840 X
X = 10.74 %
840 X – 508 X = 84.000 – 79.600
332 X = 4.400
4.400
X = 332 Kelompok 10:
X = 13.25 %
100 (692) = X (284) + (100 – X) (928)
Kelompok 5:
69.200 = 284 X + 92.800 – 928 X
100 (806) = X (308) + (100 – X) (784) 928 X – 284 X = 92.800 – 69.200
80.600 = 308 X + 78.400 – 784 X 644 X = 23.600
784 X – 308 X = 78.400 – 80.600 23.600
X = 644
476 X = - 2.200
−2.200 X = 36.64 %
X = 476
X = - 4.62 %
Kelompok 6:
Kelompok 11:
100 (680) = X (380) + (100 – X) (729)

29
68.000 = 380 X + 72.900 – 729 X
729 X – 380 X = 72.900 – 68.000
349 X = 4.900
4.900
X = 349
X = 14.04 %

Pengukuran Pemalsuan Dedak Dengan Sekam Berdasarkan Faktor Bahan

100 (BD Campuran) = X (BD Sekam) + (100 – X) (BD Dedak)

Kelompok 1: X = 34.31 %
100 (580) = X (192) + (100 – X) (596) Kelompok 6:
58.000 = 192 X + 59.600 – 596 X
100 (448) = X (164) + (100 – X) (522)
596 X – 192 X = 59.600 – 58.000
44.800 = 164 X + 52.200 – 522 X
404 X = 1.600
1.600 522 X – 164 X = 52.200 – 44.800
X= 388 X = 10.400
404
X = 3.96 % 10.400
X=
Kelompok 2: 388
X = 26.80%
100 (520) = X (156) + (100 – X) (596)
Kelompok 7:
52.000 = 156 X + 59.600 – 596 X
596 X – 156 X = 59.600 – 52.000 100 (600) = X (196) + (100 – X) (776)
440 X = 7.600 60.000 = 196 X + 77.600 – 776 X
7.600
X = 440 776 X – 196 X = 77.600 – 60.000
580 X = 17.600
X = 17.2 % 17.600
Kelompok 3: X=
580
X = 30.34 %
100 (600) = X (220) + (100 – X) (705)
60.000 = 220 X + 70.500 – 705 X Kelompok 8:
705 X – 220 X = 70.500 – 60.000
100 (536) = X (200) + (100 – X) (716)
530 X = 10.500
10.500 53.600 = 200 X + 71.600 – 716 X
X = 530 716 X – 200 X = 71.600 – 53.600
X = 19.81 % 516 X = 18.000
Kelompok 4: 18.000
X = 516
100 (576) = X (172) + (100 – X) (652) X = 34,88 %
57.600 = 172 X + 65.200 – 652 X
Kelompok 9:
652 X – 172 X = 65.200 – 57.600
480 X = 7.600 100 (504) = X (224) + (100 – X) (616)
7.600
X = 480 50.400 = 224 X + 61.600 – 616 X
616 X – 224 X = 61.600– 50.400
X = 15.83 %
372 X = 11.200
11.200
Kelompok 5: X = 372
X = 30.11 %
100 (480) = X (212) + (100 – X) (620)
48.000 = 212 X + 62.000 – 620 X
620 X – 212 X = 62.000 – 48.000
408 X = 14.000
14.000
X = 408

30
Pengukuran degradai dan fermentasi bahan organic pakan di dalam rumen Berupa
gas total pada interval 2 dan 4
2 4
Bahan Pakan
U1 U2 U3 U1 U2 U3
pelepah sawit 12,00 8,00 12,00 6,00 16,00 17,00
daun gamal 2,20 12,50 24,00 1,00 45,00 48,00
daun lamtoro 3,00 7,00 8,00 15,00 8,00 16,00
tongkol jagung 20,00 18,00 13,00 28,00 6,00 20,00
rumput gajah 11,50 7,00 6,40 0,00 20,00 6,00
rumput BD 17,00 2,00 0,00 0,00 16,00 10,00
kulit jeruk 44,00 0,00 24,00 32,00 0,00 48,00
daun callopo 25,00 13,00 8,00 26,00 23,00 0,00
bungkil inti
2,00 3,00 4,00 4,00 24,50 23,00
sawit
kulit nanas 7,00 5,00 0,00 18,00 18,00 0,00
pelepah nipah 4,00 3,00 1,20 0,00 2,00 4,00
blanko 1 0,40 0,40 0,40 4,80 4,80 4,80
blanko 2 0,10 0,10 0,10 0,00 0,00 0,00

Pengukuran degradai dan fermentasi bahan organic pakan di dalam rumen Berupa
gas total pada interval 6 dan 8
6 8
Bahan Pakan
U1 U2 U3 U1 U2 U3
pelepah sawit 10,00 5,00 12,00 4,00 4,00 0,00
daun gamal 0,00 16,00 20,00 4,00 20,00 24,00
daun lamtoro 22,00 16,00 23,00 8,00 8,00 9,00
tongkol jagung 45,00 0,00 36,00 24,00 0,00 20,00
rumput gajah 0,00 10,00 4,00 0,00 20,00 13,00
rumput BD 0,00 12,00 7,00 4,00 12,00 0,00
kulit jeruk 25,00 0,00 25,00 14,00 0,00 12,00
daun callopo 23,00 23,00 0,00 23,00 24,00 0,00
bungkil inti
0,00 20,00 20,00 9,00 18,00 18,00
sawit
kulit nanas 42,00 39,00 26,00 8,00 16,00 12,00
pelepah nipah 2,00 0,00 3,00 6,00 0,00 4,00
blanko 1 11,00 11,00 11,00 6,00 6,00 6,00
blanko 2 13,00 13,00 13,00 0,00 0,00 0,00

31
Pengukuran degradasi dan fermentasi bahan organic pakan di dalam rumen
Berupa gas total pada interval 10 dan 12
10 12
Bahan Pakan
U1 U2 U3 U1 U2 U3
pelepah sawit 10,00 11,00 12,00 5,00 3,00 5,00
daun gamal 0,00 5,00 18,00 11,00 5,00 3,00
daun lamtoro 11,00 28,00 10,00 4,00 3,00 6,00
tongkol jagung 28,00 0,00 24,00 12,00 0,00 10,00
rumput gajah 0,00 15,00 8,00 13,00 13,00 0,00
rumput BD 7,00 21,00 4,00 4,00 16,00 3,00
kulit jeruk 12,00 0,00 10,00 4,00 3,00 8,00
daun callopo 13,00 14,00 0,00 11,00 9,00 0,00
bungkil inti
0,00 10,00 16,00 4,00 15,00 2,00
sawit
kulit nanas 16,00 20,00 13,00 16,00 16,00 6,00
pelepah nipah 1,00 0,00 2,00 2,00 3,00 0,00
blanko 1 5,00 5,00 5,00 4,00 4,00 4,00
blanko 2 0,00 0,00 0,00 7,00 7,00 7,00

Pengukuran degradai dan fermentasi bahan organic pakan di dalam rumen Berupa
gas total pada interval 14 dan 16
14 16
Bahan Pakan
U1 U2 U3 U1 U2 U3
pelepah sawit 4,00 9,00 8,00 8,00 7,00 5,00
daun gamal 5,00 14,00 8,00 6,00 11,00 5,00
daun lamtoro 6,00 8,00 8,00 0,00 6,00 5,00
tongkol jagung 19,00 0,00 17,00 13,00 3,00 10,00
rumput gajah 13,00 12,00 0,00 0,00 10,00 1,00
rumput BD 4,00 12,00 4,00 8,00 2,00 3,00
kulit jeruk 9,00 0,00 9,00 7,00 1,00 7,00
daun callopo 18,00 15,00 0,00 9,00 10,00 1,00
bungkil inti
0,00 7,00 5,00 4,00 7,00 16,00
sawit
kulit nanas 16,00 11,00 12,00 12,00 24,00 7,00
pelepah nipah 0,00 3,00 6,00 0,80 0,00 0,40
blanko 1 7,00 7,00 7,00 1,60 1,60 1,60
blanko 2 3,00 3,00 3,00 0,00 0,00 0,00

32
Pengukuran degradai dan fermentasi bahan organic pakan di dalam rumen Berupa
gas total pada interval 24 dan 48
24 48
Bahan Pakan
U1 U2 U3 U1 U2 U3
pelepah sawit 9,00 11,00 10,00 12,00 13,00 12,00
daun gamal 4,00 18,00 12,00 0,00 18,00 16,00
daun lamtoro 16,00 21,00 14,00 19,00 19,00 20,00
tongkol jagung 20,00 0,00 6,00 24,00 0,00 9,00
rumput gajah 16,00 12,00 14,00 7,00 27,00 5,00
rumput BD 20,00 20,00 2,00 20,00 32,00 0,00
kulit jeruk 10,00 2,00 29,00 16,00 16,00 0,00
daun callopo 9,00 5,00 1,00 5,00 15,00 0,00
bungkil inti
0,00 18,00 22,00 0,00 24,00 25,00
sawit
kulit nanas 29,00 28,00 18,00 27,00 30,00 11,00
pelepah nipah 2,20 0,00 1,80 0,00 0,00 2,20
blanko 1 2,00 2,00 2,00 5,80 5,80 5,80
blanko 2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Pengukuran degradai dan fermentasi bahan organic pakan di dalam rumen Berupa
gas methan pada interval 2 dan 4
2 4
Bahan Pakan
U1 U2 U3 U1 U2 U3
pelepah sawit 3,80 0,20 0,10 3,00 7,80 9,70
daun gamal 0,20 0,20 0,10 0,00 21,50 23,40
daun lamtoro 0,20 0,50 0,20 7,80 3,30 9,00
tongkol jagung 8,40 2,60 4,70 13,70 2,80 9,50
rumput gajah 0,20 0,20 0,20 0,00 10,30 3,40
rumput BD 0,40 1,20 0,00 0,00 7,80 4,30
kulit jeruk 0,80 0,00 0,20 14,70 0,00 23,60
daun callopo 0,20 1,00 0,40 3,20 8,20 0,00
bungkil inti
0,30 0,20 0,20 2,40 10,50 10,60
sawit
kulit nanas 1,00 0,40 0,00 8,50 10,20 0,00
pelepah nipah 0,20 0,40 0,30 0,00 0,10 2,00
blanko 1 0,20 0,20 0,20 1,20 1,20 1,20
blanko 2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

33
Pengukuran degradai dan fermentasi bahan organic pakan di dalam rumen Berupa
gas methan pada interval 6 dan 8
6 8
Bahan Pakan
U1 U2 U3 U1 U2 U3
pelepah sawit 4,70 2,10 6,60 1,80 1,70 0,00
daun gamal 0,00 7,00 9,70 1,90 9,80 11,70
daun lamtoro 10,50 9,30 11,80 3,60 4,10 4,60
tongkol jagung 21,70 0,00 18,10 9,20 0,00 7,60
rumput gajah 0,00 6,30 2,10 0,00 9,70 6,40
rumput BD 0,00 0,80 3,30 2,30 4,20 0,00
kulit jeruk 12,10 0,00 11,80 7,20 0,00 7,80
daun callopo 10,70 10,80 0,00 11,40 11,90 0,00
bungkil inti
0,00 11,40 10,20 4,80 8,60 8,90
sawit
kulit nanas 21,20 18,20 12,20 4,50 7,80 6,80
pelepah nipah 1,10 0,00 1,80 3,60 0,00 2,20
blanko 1 4,20 4,20 4,20 0,20 0,20 0,20
blanko 2 4,70 4,70 4,70 0,00 0,00 0,00

Pengukuran degradai dan fermentasi bahan organic pakan di dalam rumen Berupa
gas methan pada interval 10 dan 12
10 12
Bahan Pakan
U1 U2 U3 U1 U2 U3
pelepah sawit 4,70 5,20 5,80 2,00 1,30 2,40
daun gamal 0,00 2,10 5,40 5,00 3,00 1,20
daun lamtoro 5,80 3,70 5,90 1,70 0,50 2,80
tongkol jagung 13,00 11,90 0,00 4,00 0,00 6,00
rumput gajah 0,00 7,70 5,10 8,40 7,80 0,00
rumput BD 3,50 7,30 0,90 1,00 4,80 2,00
kulit jeruk 5,60 0,00 4,80 1,20 1,20 4,80
daun callopo 6,50 6,90 0,00 9,80 4,00 0,00
bungkil inti
0,00 5,30 7,10 0,90 9,40 0,20
sawit
kulit nanas 7,80 9,30 6,90 8,00 7,00 2,00
pelepah nipah 0,20 0,00 1,30 0,40 0,70 0,00
blanko 1 1,80 1,80 1,80 1,40 1,40 1,40
blanko 2 0,00 0,00 0,00 3,70 3,70 3,70

34
Pengukuran degradai dan fermentasi bahan organic pakan di dalam rumen Berupa
gas methan pada interval 14 dan 16
14 16
Bahan Pakan
U1 U2 U3 U1 U2 U3
pelepah sawit 1,90 4,30 3,80 5,60 1,20 0,80
daun gamal 2,20 7,00 3,70 0,20 0,40 0,60
daun lamtoro 2,60 3,50 3,80 0,00 2,00 0,60
tongkol jagung 7,50 0,00 2,20 7,60 1,60 4,00
rumput gajah 5,80 5,20 0,00 0,00 4,20 0,20
rumput BD 1,40 6,40 0,20 1,80 0,20 0,30
kulit jeruk 4,40 0,00 4,80 0,60 0,10 0,20
daun callopo 10,40 8,10 0,00 2,40 3,80 0,20
bungkil inti
0,00 3,60 2,20 0,20 0,30 0,40
sawit
kulit nanas 8,10 5,70 5,90 0,20 0,20 0,20
pelepah nipah 0,00 0,20 3,10 0,10 0,00 0,40
blanko 1 0,30 0,30 0,30 0,50 0,50 0,50
blanko 2 1,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00

Pengukuran degradai dan fermentasi bahan organic pakan di dalam rumen Berupa
gas methan pada interval 24 dan 48
24 48
Bahan Pakan
U1 U2 U3 U1 U2 U3
pelepah sawit 4,00 6,00 4,00 6,20 9,60 8,20
daun gamal 0,80 5,20 10,00 0,00 0,40 11,40
daun lamtoro 12,00 12,00 8,00 12,00 11,00 15,00
tongkol jagung 3,70 0,00 0,50 20,00 0,00 0,00
rumput gajah 12,00 8,00 8,00 0,00 20,00 0,00
rumput BD 11,00 8,50 0,60 10,00 0,80 0,00
kulit jeruk 6,00 0,80 20,00 0,00 1,00 0,00
daun callopo 6,00 5,00 0,40 2,00 5,00 0,00
bungkil inti
0,00 12,00 11,80 0,00 1,00 15,00
sawit
kulit nanas 21,00 15,00 1,60 20,00 23,00 9,20
pelepah nipah 0,80 0,00 0,40 0,00 0,00 0,00
blanko 1 1,90 1,90 1,90 0,40 0,40 0,40
blanko 2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

35

Anda mungkin juga menyukai