PENDAHULUAN
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak
beracun terhadap ternak tersebut. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau
campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah,yang diberikan kepada
hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi dan berkembang biak (Undang-
Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan RI No 18, 2009). Pakan ternak
ruminansia terdiri dari pakan hijauan dan pakan penguat (konsentrat) (Syam, dkk.,
2016). Untuk memenuhi kebutuhan gizi, ternak harus diberi ransum yang terdiri
dari campuran berbagai bahan baku pakan. Bahan baku dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa kelompok berdasarkan kandungan gizinya (Tangendjaja, 2007).
Kontrol kualitas dari bahan pakan merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan pada industri peternakan yang mendambakan kesuksesan dan
keuntungan usahanya. Tidak ada faktor lain yang lebih penting dan kritis yang
secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan keseimbangan
nutrisi dan performan ternak selain kontrol kualitas pakan dan konsistensi ransum.
Tingkat kualitas suatu bahan baku pakan yang akan disusun menjadi ransum
dapat menjadi salah satu patokan untuk mengukur kualitas ransum yang
dihasilkan. Ternak akan berespon baik jika mendapatkan ransum dengan variasi
nutrisi yang kecil dengan kadar air, tekstur, dan ketersediaan energi yang sama.
Biasanya kualitas sesuatu bahan akan diketahui baik jeleknya setelah
diverifikasi dengan kualitas dari suatu bahan standar. Bagaimanapun, nilai
relative dari kualitas suatu bahan termasuk bahan pakan, sangat penting untuk
diketahui karena dapat berguna di setiap saat dan keadaan. Bulk density atau
Kerapatan tumpukan merupakan sifat fisik yang penting untuk diketahui.
Kerapatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume
ruang yang ditempatinya dan satuannya adalah kg/m3. Kerapatan tumpukan
memiliki pengaruh terhadap daya campur dan ketelitian penakaran secara
otomatis seperti halnya dengan berat jenis. Sifat fisik ini memegang peranan
penting dalam memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan suatu bahan
1
dengan berat jenis tertentu seperti pada pengisian alat pencampur, elevator, dan
silo. Nilai kerapatan tumpukan menunjukkan porositas dari bahan, yaitu jumlah
rongga udara yang terdapat diantara partikel- partikel bahan.
1.2.Tujuan
Tujuan dari praktikum Evaluasi Pakan pada sub judul Pengukuran Bulk
Density Bahan Pakan ini yaitu praktikan mengetahui tingkat kerapatan dan nilai
bulk density dari masing-masing bahan dan juga mempelajari cara mengetahui
banyaknya sumpalan yang terdapat pada suatu bahan pakan dilihat dari bulk
density dan faktor bahannya.
1.3. Manfaat
2
BAB II
MATERI DAN METODA
2.2. Materi
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu timbangan,
volumetric tube, jagung pipil, jagung giling, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil
kedelai, dedak padi, tepung tulang, tepung kerang, tongkol jagung, urea, sekam,
serbuk gergaji, jagung giling poultry, dan dedak padi poultry.
2.3.Metode
Cara kerja yang digunakan pada praktikum Pengukuran Bulk Density Bahan
Pakan ini yaitu masukkan sampel yang telah dikeringkan dan digiling menjadi
tepung kedalam tabung ukur dan dipadatkan dengan cara menggoyang (shaking)
tabung ukur hingga volume 1000 mL kemudian keluarkan isi didalam tabung lalu
timbang dan catat perbandingan berat dan volume tersebut kedalam tabel.
3
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
bahan dalam gelas ukur selama ± 1 menit hingga tidak terjadi perubahan volume.
Volume sampel dalam gelas ukur diamati dan bahan ditimbang. Kerapatan jenis
langsung (KJL) atau kerapatan jenis curah (KJC) ditentukan dengan rumus: KJL
(g/ml) atau KJC (g/cm3) = berat/volume dan pendapat Zakaria, (2016) yaitu gelas
ukur ditimbang dan dicatat beratnya. Sampel bahan pakan dimasukkan kedalam
gelas ukur lalu dipadatkan dengan kayu dan diusahakan seminimal mungkin
adanya rongga antar bahan pakan, maka sudah didapatkan nilai bulk density dari
masing-masing bahan.
Dari data diatas ketika dibandingkan dari literature yang ada menurut Ridla
(2014) kualitatif kualitas bahan pakan dapat diuji dengan menggunakan bulk
density ataupun uji apung. Bulk density butiran jagung yang baik adalah 626.6
g/liter, sedangkan untuk jagung giling yang baik berkisar antara 701.8 – 722.9
g/liter, dedak padi yang baik adalah 337.2 – 350.7 g/l dan bungkil kedele yang
baik adalah 594.1-610.2 gr/l. hal ini menandakan bahwa bahan pakan yang kami
uji memenuhi stardar yang ada. Tetapi ada juga yang kualitasnya kurang baik
yaitu bungkil kelapa yang hanya mempunyai nilai bulk density 320 gr/l dari
standar 466 gr/l dan juga sekam 156 gr/l dari standar 337 gr/l.
Setelah semua bahan biasa diukur nilai bulk densitynya maka kita dapat
mengetahui dan mendeteksi seberapa banyaknya sumpalan pada suatu pakan
seperti yang dikatakan oleh Zakaria (2016) bahwa uji bulk density (Berat jenis)
bahan pakan bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan sekaligus untuk
meminimalkan pemalsuan (pencemaran) bahan dan Partama (2017) juga
mengatakan bahwa bahan pakan yang baik dan murni akan mempunyai densitas
yang standar, sehingga uji densitas dapat dipakai untuk menguji pemalsuan suatu
bahan. Densitas suatu bahan pakan yang dipalsukan akan berbeda dengan standar,
bisa menjadi lebih tinggi atau lebih rendah. Butiran atau bijian dalam uji ini tidak
perlu mengalami penggilingan, sedangkan bahan berbentuk ”pellet” atau
”crumble” perlu digiling terlebih dahulu sebelum diukur densitasnya. Bahan
pakan yang akan diukur harus dapat mewakili bahan keseluruhannya. Untuk itu
kita perlu mengaplikasikannya untuk menentukan jumlah sumpalan seperti jumlah
pemalsuan sekam dalam dedak dan juga jumlah pemalsuan sekam dalam dedak.
5
Data yang dihasilkan untuk pengukuran jumlah pemalsuan tongkol jagung dalam
jagung poultry didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Pengukuran Jumlah Tongkol Jagung Dalam Jagung Giling Poultry
Bulk Density (gr/l)
Poultry Shop Sumpalan
Jagung murni Tongkol Jagung poultry
Sungai duren 820,8 410,4 784 8,97
Simp. kawat 720 340 680 10,5
Tugu juang 840 480 780 16,67
Aur duri 840 508 796 13,25
Mendalo 784 308 806 4,62
Beringin 672 296 600 19,15
Mayang 760 380 688 18,94
Talang banjar 800 400 750 12,5
Kota baru 844 360 792 10,74
Thehok 928 284 692 36,64
Simp. rimbo 729 380 680 14,04
6
poultry shop daerah mendalo. Hal ini menandakan bahwa kualitas jagung yang
paling bagus terdapat di poultry shop mendalo dan jagung yang mempunyai
kualitas terburuk ditemukan pada poultry shop thehok.
Pada pengukuran jumlah palsuan sekam dalam dedak setelah diukur maka
dihasilkan data sebagai berikut :
Tabel 3. Pengukuran Jumlah Sekam Dalam Dedak Poultry
Bulk Density (gr/l)
Poultry Shop Sumpalan
Dedak murni Sekam Dedak poultry
Sungai duren 756 336 440 75,23
Simp. kawat 716 200 536 34,88
Tugu juang 596 192 580 3,96
Aur duri 616 244 504 30,11
Mendalo 552 164 448 26,80
Beringin 705 220 600 19,81
Mayang 620 212 480 34,31
Talang banjar 776 196 600 30,34
Kota baru 596 156 520 17,2
Thehok 652 172 576 15,83
Simp. rimbo 720 184 624 17,91
Menurut Mathius (2001) dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan
padi yang jumlahnya sekitar 10% dari padi yang digiling. Pemanfaatan dedak
sebagai bahan pakan ternak sudah umum dilakukan. Dedak padi mempunyai
kandungan energi dan protein yang cukup baik. Kandungan gizi dedak padi sangat
bervariasi tergantung dari jenis padi dan macam mesin penggiling yang
digunakan. Satu hal yang perlu diingat bahwa pada saat dedak sulit didapat,
seringkali dedak dicampur dengan sekam yang telah digiling. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap kualitas atau nilai gizi dedak tersebut, yang diindikasikan
dengan tingginya kandungan serat kasar dedak campuran tersebut. dari data diatas
persentase sekam dalam dedak yang paling tinggi ditemukan pada dedak yang
dibeli dari poultry shop simpang kawat yaitu mencapai 34,88 dan persentase
sekam dalam dedak yang paling sedikit didapatkan dari poultry shop tugu juang
yaitu hanya sebesar 3,96. Maka dapat disimpulkan bahwa dedak yang paling
buruk terdapat di simpang kawat dan yang terbaik di poultry shop tugu juang.
7
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pada praktikum Bulk Density Bahan Pakan dapat disimpulkan bahwa bulk
density suatu bahan pakan dipengaruhi oleh ukuran partikel, kandungan air dan
kepadatan. Perbedaan kerapatan jenis juga dapat disebabkan oleh bahan sumpalan
atau kontaminan yang sengaja dicampurkan serta dipengaruhi oleh bentuk fisik
dari bahan pakan tersebut. Semakin halus atau semakin kecil ukuran partikel
bahan pakan tersebut maka semakin sedikit ruang yang tersisa sehingga pakan
cepat untuk memadat. Bulk density juga dapat digunakan untuk memperkirakan
seberapa banyak bahan sumpalan pada bahan pakan tertentu.
4.2. Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati, I Gusti Ayu. 2016. Itepa. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pangan Vol 5 No.
1 Tahun 2016 Issn 2572-8010.
Mathius, I-W. Dan A.P. Sinurat. 2001. Pemanfaatan Bahan Pakan
Inkonvensional Untuk Ternak. Wartazoa Vol. 11 No. 2 Th. 2001
Halaman 20-31.
Partama, Ida Bagus Gaga. 2017. Buku Ajar Kontrol Kualitas Dan Penentuan Nilai
Cerna Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar 2017.
Pramisto, R. A., Satia Negara, Emalisa. 2003. Analisis Nilai Tambah Jagung (Zea
Mays) Sebagai Bahan Baku Pakan Ternak Unggas. Studi Kasus: Pt.
Charoen Pokphand Kim Mabar.
Ridla, M. 2014. Pengenalan Bahan Makanan Ternak. Bogor : PT Penerbit IPB
Press.
Syam, Jumriah., A.L.Tolleng, Umar. 2016. Pengaruh Pemberian Pakan
Konsentrat Dan Urea Molases Blok (Umb) Terhadap Hematokrit Sapi
Potong. Jip Jurnal Ilmu Dan Industri Perternakan - Volume 2 Nomor 3
Juni 2016 Halaman 1-5.
Tangendjaja, Budi. 2007. Inovasi Teknologi Pakan Menuju Kemandirian Usaha
Ternak Unggas. Wartazoa Vol. 17 No. 1 Th. 2007 Halaman 12-20.
Zakaria, M. Askari. 2016. Teknologi Dan Pabrikasi Pakan. Makassar: Pusaka
Almaida
9
LAMPIRAN
Kelompok 1: Kelompok 6:
100 (784) = X (410.4) + (100 – 100 (600) = X (296) + (100 – X) (672)
X) (820.8) 60.000 = 296 X + 67.200 – 672 X
78.400 = 410.4 X + 82.080 – 672 X – 296 X = 67.200 – 60.000
820.8 X 376 X = 7.200
820.8 X – 410.4 X = 82.080 – 78.400 7.200
X = 376
410.4 X = 3.680
3.680 X = 19.15 %
X = 410.4
Kelompok 7:
X = 8.97 %
Kelompok 2: 100 (688) = X (380) + (100 – X) (760)
68.800 = 380 X + 76.000 – 760 X
100 (680) = X (340) + (100 – X) (720)
760 X – 380 X = 76.000 – 68.800
68.000 = 340 X + 72.000 – 720 X
380 X = 7.200
720 X – 340 X = 72.000 – 68.000 7.200
380 X = 4.000 X = 380
4.000 X = 18.94 %
X=
380
X = 10.5 % Kelompok 8:
100 (750) = X (400) + (100 – X) (800)
Kelompok 3:
75.000 = 400 X + 80.000 – 800 X
100 (780) = X (480) + (100 – X) (840) 800 X – 400 X = 80.000 – 75.000
78.000 = 480 X + 84.000 – 840 X 400 X = 5.000
840 X – 480 X = 84.000 – 78.000 X=
5.000
360 X = 6.000 400
6.000 X = 12.5 %
X = 360
Kelompok 9:
X = 16.67 %
100 (720) = X (360) + (100 – X) (844)
Kelompok 4: 72.000 = 360 X + 84.400 – 844 X
844 X – 360 X = 84.400 – 72.000
100 (796) = X (508) + (100 – X) (840)
484 X = 5.200
79.600 = 508 X + 84.000 – 840 X 5.200
840 X – 508 X = 84.000 – 79.600 X=
484
332 X = 4.400 X = 10.74 %
4.400
X= Kelompok 10:
332
X = 13.25 %
100 (692) = X (284) + (100 – X) (928)
Kelompok 5:
69.200 = 284 X + 92.800 – 928 X
100 (806) = X (308) + (100 – X) (784) 928 X – 284 X = 92.800 – 69.200
80.600 = 308 X + 78.400 – 784 X 644 X = 23.600
784 X – 308 X = 78.400 – 80.600 23.600
X = 644
476 X = - 2.200
−2.200 X = 36.64 %
X = 476
X = - 4.62 %
10
Kelompok 11:
100 (680) = X (380) + (100 – X) (729)
68.000 = 380 X + 72.900 – 729 X
729 X – 380 X = 72.900 – 68.000
349 X = 4.900
4.900
X=
349
X = 14.04 %
11
Kelompok 10: Kelompok 11:
100 (440) = X (336) + (100 – X) (756) 100 (624) = X (184) + (100 – X) (720)
44.000 = 336 X + 75.600 – 756 X 62.400 = 184 X + 72.000 – 720 X
756 X – 336 X = 75.600– 44.000 720 X – 184 X = 72.000 – 62.400
420 X = 31.600 536 X = 9.600
31.600 9.600
X = 420 X = 536
X = 75.23 % X = 17.91 %
12