Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum I Pengendalian Mutu Pakan

UJI FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK PADA DEDAK PADI

Oleh:

NAMA : PUPUT SABRINA QALBI


NIM : L1A120189
KELAS :D
KELOMPOK : V (LIMA)
NAMA ASISTEN : MUHAMMAD YUSUF AFA

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan ternak merupakan makanan atau ransum yang diberikan kepada

hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, energi, dan pertumbuhan

mereka. Pakan ternak dapat terdiri dari berbagai bahan, termasuk bahan nabati

(seperti biji-bijian, dedak, jerami, dan hijauan) dan bahan hewani (seperti ikan,

daging, dan produk susu). Jenis pakan yang digunakan tergantung pada jenis

hewan ternak, tahap pertumbuhan atau produksi hewan, dan tujuan pemberian

pakan. Pakan ternak mengandung berbagai komponen nutrisi penting, termasuk

protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Komposisi nutrisi pakan

disesuaikan dengan kebutuhan spesifik hewan ternak untuk memastikan

pertumbuhan, produksi, dan kesehatan yang optimal. Fungsi pakan ternak

meliputi memenuhi kebutuhan nutrisi, pertumbuhan dan perkembangan, produksi

dan reproduksi, Kesehatan dan kekebalan dan efisiensi pakan.

Pengujian pakan ternak merupakan proses untuk mengevaluasi kualitas dan

kecocokan pakan yang akan diberikan kepada ternak. Pengujian ini bertujuan

untuk memastikan bahwa pakan tersebut memiliki komposisi nutrisi yang tepat

dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Beberapa langkah umum dalam

pengujian pakan ternak yaitu analisis proksimat, analisis kandungan nutrisi, uji

kecernaan, uji kandungan pakan alternatif, dan evaluasi keamanan pakan.

Pengujian pakan ternak harus dilakukan di laboratorium yang terakreditasi dan

menggunakan metode analisis yang terstandar. Hasil pengujian digunakan untuk

memastikan bahwa pakan ternak yang diberikan memenuhi kebutuhan nutrisi


ternak, mendukung pertumbuhan yang sehat, dan tidak membahayakan kesehatan

ternak atau manusia yang mengonsumsi produk hewani yang dihasilkan.

Pengujian dedak padi dapat dilakukan untuk mengevaluasi kualitas dan

kecocokan dedak padi sebagai bahan pakan ternak. Dedak padi merupakan hasil

samping dari penggilingan beras, dan sering digunakan sebagai pakan ternak

karena mengandung nutrisi yang bermanfaat. Dalam pengujian dedak padi,

beberapa parameter yang umumnya diuji meliputi kadar air, protein kasar, lemak

kasar, serat kasar, abu (mineral) dan karbohidrat yang terlarut. Selain itu,

tergantung pada kebutuhan dan tujuan penggunaan dedak padi, pengujian

tambahan seperti analisis asam amino, vitamin, mineral tertentu, mikotoksin, dan

kontaminan lainnya juga dapat dilakukan. Pengujian dedak padi harus dilakukan

di laboratorium yang terakreditasi dan menggunakan metode analisis yang

terstandar. Hasil pengujian ini dapat membantu peternak dalam menentukan

penggunaan dan dosis yang tepat dari dedak padi sebagai pakan ternak, serta

memastikan bahwa dedak padi yang digunakan aman dan berkualitas.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dilakukan praktikum uji

fisik, kimia dan organoleptik pada dedak padi.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum uji fisik, kimia dan organoleptik pada dedak padi adalah

untuk mengetahui uji fisik, kimia dan organoleptik pada dedak padi.
1.3. Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum uji fisik, kimia dan organoleptik pada dedak padi

adalah setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat mengetahui uji fisik,

kimia dan organoleptik pada dedak padi.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dedak

Dedak merupakan hasil ikutan proses pemecahan kulit gabah yang terdiri

dari lapisan kutikula sebelah luar dan hancuran sekam serta sebagian kecil

lembaga yang masih tinggi kandungan protein, vitamin, dan mineral. Namun

demikian, tingginnya kandungan serat kasar pada dedak menyebabkan

penggunaannya. pada ransum ternak khususnya pada unggas terbatas, sehingga

dibutuhkan suatu perlakuan khusus untuk meningkatkan kandungan gizinya

(meningkatkan kandungan protein dan menurunkan kandungan serat kasar)

(Munira et al, 2016).

Dedak padi (rice bran) merupakan hasil samping limbah pertanian yang

dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi pada pakan ternak dengan kandungan

serat kasar 26-27 %. Masalah utama dari penggunaan dedak padi sebagai pakan

ternak adalah rendahnya kandungan protein kasar dan tingginya kandungan serat

kasar (Gunawan et al, 2014). Cara untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan

dedak padi se rta aman penggunaannya adalah dengan cara biologis yaitu dengan

teknik fermentasi (Ali et al, 2019).

2.2. Uji Organoleptik

Organoleptik merupakan penilaian mutu suatu produk berdasarkan panca

indera manusia melalui syaraf sensorik. Penilaian dengan Indera banyak

digunakan untuk menilai mutu suatu produk terutama produk hasil pertanian dan

makanan. Uji hedonik merupakan penilaian panelis tentang suka atau tidak suka,

dapat menerima atau tidak dapat menerima terhadap suatu produk yang diuji.
Kriteria yang biasa digunakan dalam penilaian organoleptik terdiri dari rasa,

warna, tekstur dan aroma (Ichya’uddin, 2014).

Uji organoleptik yang dapat digunakan adalah uji kesukaan (hedonik).

Panelis diberi formulir isian untuk memberikan penilaian terhadap sampel yang

disajikan. Sampel yang diujikan pada panelis disajikan secara acak dengan cara

pemberian kode tertentu yang masing-masing terdiri dari tiga angka. Panelis

diharapkan dapat ditanggapi persepsi kesukaannya pada sampel yang meliputi

nilai hedonik warna, aroma dan konsistensi. Skala hedoniknya yaitu (1) Sangat

tidak suka; (2) Tidak suka; (3) Agak tidak suka; (4) Netral; (5) Agak suka; dan (6)

Sangat suka. Penilaian dilakukan oleh lebih dari 50 orang panelis yang terlatih

(Munir dan Wati, 2014).

2.3. Uji Floroglucinol

Phloroglucinol merupakan salah satu jenis florotannin yang merupakan

sebagian kecil dari polifenol, sehingga dimungkinkan jenis senyawanya tidak

begitu sama dengan polifenol yang masih mengandung berbagai senyawa lain

selain florotannin. Senyawa standar floroglusinol mempunyai tingkat kemurnian

yang cukup tinggi, meskipun masih terdapat 1 puncak lainnya yang diduga

sebagai senyawa pengotor. Sampel ekstrak S. polycystum tidak mengandung

senyawa floroglusinol (salah satu monomer florotannin) yang merupakan bagian

dari senyawa polifenol (Lailatussifa dan Pereira, 2022).

Floroglusinol adalah metabolit utama yang bertanggung jawab terhadap

aktivitas antibakteri ekstrak kultur jamur endofit Xylaria DAP KRI-5.

Floroglusinol merupakan monomer unit pembangun florotannin, dan komponen

fenolik yang dikenal dari alga coklat (Phaeophyceae), selain itu floroglusinol juga
dapat diperoleh dari Cystoseira discors dan Cystoseira tamariscifolia

(Sargassaceae). Floroglusinol dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan.

Floroglusinol ini juga telah dikenal sejak lama sebagai salah satu metabolit

penting pada beberapa bakteri tanah dari marga Pseudomonas, terutama

Pseudomans fluorescens dan tinjauan ulang tentang biosintesisnya (Fathoni et al,

2013).

2.4. Uji Berat Jenis

Berat jenis merupakan perbandingan antara berat bahan terhadap volume,

dengan satuan kg/m3. Berat jenis (BJ) memegang peranan penting dalam berbagai

proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan. Berat jenis memberikan

pengaruh berat terhadap daya ambang dari partikel. Selain itu berat jenis

merupakan faktor penentu dari densitas curah. Berat jenis dan ukuran partikel

bertanggung jawab terhadap homogenitas penyampuran partikel dan stabilitasnya

dalam pencampuran pakan. Berat jenis dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik

permukaan bahan juga dipengaruhi oleh kandungan air yang terdapat dalam

bahan. Kadar air yang rendah menyebabkan kohesivitas rendah sehingga rongga

antar partikel besar dan kurang kompak. Pakan atau ransum yang terdiri atas

partikel yang perbedaan berat jenisnya cukup besar, maka campuran ini tidak

stabil dan cenderung mudah terpisah kembali (Hidayat et al, 2015).

Berat jenis diartikan sebagai perbandingan relatif antara massa jenis sebuah

zat dengan massa jenis air murni. Berat jenis ditetapkan dengan prinsip

Archimedes, dengan cara timbang dan masukkan 50 gram sampel penelitian ke

dalam gelas ukur 250 ml, lalu ditambahkan aquades 200 ml, dan dilakukan

pengadukan. Perubahan volume aquades dilihat setelah konstan. Penghitungan


nilai Berat jenis dengan rumus: BJ (kg l -1) = bobot sampel (kg)/perubahan

volume aquades (liter) (Sari et al, 2023).

2.5. Uji Kerapatan Tumpukan

Kerapatan tumpukan (KT) ditetapkan dengan mengacu pada metode yang

digunakan Syamsu et al (2015), dengan cara sampel dicurahkan sebanyak 50

gram ke dalam gelas ukur 250 ml tanpa dilakukan hentakan, kemudian catat

volume yang ditempati oleh sampel. Penghitungan nilai Kerapatan tumpukan

(KT) dengan rumus: bobot bahan pakan (gram)/ volume yang ditempati (liter).

Faktor yang mempengaruhi tingginya nilai kerapatan tumpukan pada penelitian

yang didapatkan adalah berat jenis (BJ). Nilai kerapatan tumpukan salah satunya

dipengaruhi oleh berat jenis bahan (Sari et al, 2023).

Semakin tinggi nilai kerapatan tumpukan maka ruang penyimpanan yang

dibutuhkan semakin kecil. Selain itu, nilai kerapatan tumpukan juga dipengaruhi

oleh kandungan serat. Semakin tinggi kandungan serat pakan maka semakin

rendah kerapatannya. Kadar serat (SK) bahan pakan memiliki korelasi positif

dengan sifat kerapatan tumpukan (KT). (Febriyanti et al, 2019).

2.6. Uji Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Kerapatan pemadatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan

terhadap volume ruang yang ditempatinya setelah melalui proses pemadatan

seperti penggoyangan. Tingkat pemadatan serta densitas bahan sangat

menentukan kapasitas dan akurasi tempat penyimpanan seperti silo, kontainer dan

kemasan. Nilai kerapatan pemadatan tumpukan akan lebih besar daripada nilai

kerapatan tumpukan karena adanya penggetaran yang menyebabkan terjadinya


pemadatan, sehingga volume per ml bahan semakin kecil (Royani dan Herawati,

2020).

Besarnya nilai kerapatan pemadatan tumpukan sangat tergantung pada

intensitas proses pemadatan, sedangkan volume yang dibaca merupakan volume

terkecil yang diperoleh selama penggoyangan. Kerapatan pemadatan tumpukan

dihitung dengan persamaan:

Bobot bahan (g)


Kerapatan pemadatan tumpukan=
Volume ruang setelah dipadatkan (L)

Pada dasarnya kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan adalah

sama yang membedakan hanya proses pemadatan pada kerapatan pemadatan

tumpukan. Peningkaatan kerapatan tumpukan juga akan diiringi oleh kerapatan

pemadatan tumpukan. Semakin tinggi kerapatan tumpukan maka semakin tinggi

pula kerapatan pemadatan tumpukan (Ansor, 2015).

2.7. Uji Bahan Organik

Bahan organik merupakan sumber energi untuk fungsi tubuh dan produksi.

Pengukuran kecernaan bahan organik dalam pasca rumen meliputi kecernaan

zatzat makanan berupa komponen bahan organik seperti karbohidrat, protein,

lemak, dan vitamin (Yuliarto, 2015).

Bahan organik penting dalam siklus kehidupan dan ekosistem karena

mereka memberikan nutrisi dan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

fungsi organisme. Mereka juga berperan dalam menyimpan air, mempertahankan

struktur tanah, mengikat nutrisi, dan menyediakan lingkungan yang baik bagi

kehidupan mikroorganisme yang mendukung kesuburan tanah. Di bidang kimia,

bahan organik juga merujuk pada senyawa kimia yang mengandung karbon,
meskipun tidak semuanya berasal dari sumber organisme hidup. Senyawa organik

mencakup karbohidrat, protein, lemak, asam amino, asam nukleat (seperti DNA

dan RNA), serta senyawa seperti karbonil, hidrokarbon, dan turunannya (Irawan

et al, 2021).

2.8. Uji Bahan Kering

Bahan kering merupakan bahan makanan yang sebagian besar terdiri dari

bahan organik yang meliputi protein, lemak, serat kasar, dan BETN, semua

komponen tersebut mampu menghasilkan energi yang bermanfaat bagi tubuh

ternak (Wirjatmadja et al, 2020).

Bahan kering merupakan salah satu hasil proses pemisahan fraksi dari bahan

pangan setelah dikurangi kadar airnya. Kelembaban adalah persentase kadar air

suatu bahan yang dapat dinyatakan dengan berat basah (wet base) atau berat

kering (dry basis) (Aziz et al. 2022).


III. METODEOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum uji fisik, kimia dan organoleptik pada dedak padi dilaksanakan

pada hari Selasa, 6 Juni 2023 pukul 10.00 WITA - Selesai. Bertempat di

Laboratorium Unit Analisis Pakan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Halu

Oleo.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum uji fisik, kimia dan organoleptik

pada dedak padi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1. Cawan Petri Sebagai tempat meletakan sampel
2. Pengaduk Sebagai alat untuk mengambil dan mengaduk
sampel
3. Timbangan Analitik Sebagai alat untuk menimbang sampel
4. Cawan Porseln Sebagai alat untuk meletakan sampel
5. Oven 105º Sebagai alat sterilisasi sampel
6. Gelas Ukur Sebagai alat uji kerapatan tumpukan
7. Corong Sebagai alat untuk menyaring sasmpel
8. Alat tulis Untuk mencatat haasil pengamatan
9. Kamera Untuk dokumentasi

Bahan yang digunakan pada praktikum uji fisik, kimia dan organoleptik pada

dedak padi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan


No. Nama Bahan Kegunaan
1. Dedak Padi Untuk membuat pakan silase
2. Larutan Phloroglucinol Untuk mempercepat proses fermentasi
3. Air Untuk meningkatkan populasi bakteri
3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum uji fisik, kimia dan organoleptik adalah

sebagai berikut:

3.3.1. Uji Organoleptik

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Timbang sampel sebanyak 5 gram.

3. Letakan sampel dedak padi pada cawan.

4. Kemudian amati aroma, warna, tekstur dan benda asing pada sampel.

5. Kemudian catat hasil pengamatan.

3.3.2. Uji Phloroglucinol

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Timbang sampel sebanyak 5 gram.

3. Letakan sampel pada cawan petri.

4. Kemudian teteskan larutan phloroglucinol di setiap titik sampel.

5. Tunggu dan diamkan selama 5 menit.

6. Kemudian amati perubahan warna pada larutan phloroglucinol.

7. Kemudian catat hasil perubahan.

3.3.3. Uji Kerapatan Tumpukan

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Timbang sampel sebanyak 50 gram.

3. Masukan sampel kedalam gelas ukur menggunakan corong secara perlahan.

4. Gerakan corong secara memutar agar sampel pada gelas ukur tidak

menumpuk dibagian tengah.


5. Kemudian catat volume sampel yang diperoleh.

6. Selanjutnya berat sampel dibagi dengan volume sampel.

3.3.4. Uji Kerapatan Pemadatan Tumpukan

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Timbang sampel sebanyak 50 gram.

3. Masukan sampel kedalam gelas ukur menggunakan corong secara perlahan.

4. Selanjutnya lakukan pemadatan dengan menggerakan gelas ukur hingga

sampel tidak dapat dipadatkan lagi.

5. Kemudian catat volume akhir sampel.

6. Selanjutnya berat sampel dibagi dengan volume akhir sampel.

3.3.5. Uji Berat Jenis

1. Timbang sampel sebanyak 50 gram.

2. Masukan sampel kedalam gelas ukur menggunakan corong secara perlahan.

3. Selanjutnya lakukan pemadatan dengan menggerakan gelas ukur hingga

sampel tidak dapat dipadatkan lagi.

4. Kemudian masukan air sebanyak 200 ml kedalam gelas ukur yang berisi

sampel.

5. Kemudian catat volume akhir pada sampel.

6. Selanjutnya berat sampel dibagi dengan volume akhir sampel.


3.3.6. Analisis Proksimat (Uji BK, BO)

1. Melakukan analisis bahan kering terlebih dahulu.

2. Sebelum menentukan bahan organik perlu di lakukan analisa kadar abu

terlebih dahulu.

3. Sampel dari analisa bahan kering dimasukkan kedalam tanur listrik selama 3

jam pada suhu 6000C.

4. Tanur dimatikan dan dibiarkan agak dingin kemudian tanur dibuka, lalu

sampel diambil dan dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit,

kemudian ditimbang (gram).


3.4. Analisis Data

 Penentuan Bahan Kering


Rumus :
B−H
Kadar Air = ¿ x 100 %
D−H

BK = 100% - Kadar Air


Keterangan :
H = berat cawan kosong
B = berat cawan + sampel sebelum dioven
D = berat cawan + sampel setelah dioven

 Penentuan Bahan Organik


Rumus :
A−B
Kadar Abu ¿ x 100 %
C−B

(100 %−KA)
%BO = x BK
100
BO = %BO x BK
Keterangan :
A = berat cawan + berat sampel setelah tanur
B = berat cawan kosong
C = berat cawan + sampel sebelum dioven
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pengamatan pada praktikum uji fisik, kimia dan organoleptik pada

dedak padi dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3. Uji Organoleptik dedak padi


No. Sampel Nama toko Warna Benda asing Aroma Tekstur
1. Dedak 1 Tani Zam Jaya Cokelat batu, sekam Tengik Kasar
dan kutu
2. Dedak 2 Mitra Jaya Cokelat Sekam Tidak Halus
mudah tengik
3. Dedak 3 Tani Zam Jaya Cokelat Kutu dan Tengik Halus
muda sekam
4. Dedak 4 Mitra Jaya Cream Kutu, ulat Tengik Halus
dan sekam
5. Dedak 5 Sahabat Tani Cream Kutu Tengik Halus

Berdasarkan hasil pengamatan uji organoleptik dedak padi menunjukkan

bahwa dedak 2 dan dedak 3 memiliki warna coklat muda, dedak 4 dan dedak 5

memiliki warna cream sedangkan sampel dedak 1 memiliki warna coklat.

Perbedaan warna tersebut terjadi karena lama penyimpanan dari dedak padi.

Dedak padi yang disimpan semakin lama maka akan menyebabkan warna dedak

padi semakin pucat. Hal ini diduga terjadinya kenaikan kadar air bahan sehingga

dedak padi memuai dan terjadi pembesaran partikel yang menyebabkan perubahan

warna dedak padi menjadi lebih pucat. Menurut Tabita et al. (2020), yang

menyatakan bahwa perubahan warna pada pakan disebabkan oleh meningkatnya

kadar air dalam pakan. Nugroho et al. (2022), menyatakan bahwa dedak padi

yang berkualitas baik adalah dedak padi yang memiliki warna coklat muda.
Uji organoleptik dedak padi pada sampel dedak 1, dedak 3 dan dedak 4

menunjukkan terdapatnya benda asing seperti batu, ulat, sekam dan kutu, dedak 2

terdapat sekam sedangkan dedak 5 terdapat kutu. Dedak padi yang terdapat

serangga terjadi karena lama penyimpanan. Penyimpanan dedak padi yang lama

dapat menyebabkan timbulnya hama gudang seperti kutu. Hal ini sesuai dengan

pendapat Joris et al. (2021), yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang

berpengaruh selama penyimpanan pakan adalah hama kutu. Hama kutu dapat

menyebabkan kerusakan baik secara fisik, kimia maupun biologi. Menurut

Nugroho et al. (2022), menyatakan bahwa dedak yang disimpan dalam bentuk

segar memberi kesempatan lebih besar untuk terjadinya pertumbuhan serangga.

Uji organoleptik dedak padi pada sampel dedak 1, dedak 3, dedak 4 dan

dedak 5 menunjukkan bahwa dedak memiliki aroma tengik sedangkan sampel

dedak 2 tidak memiliki aroma tengik. Adanya aroma tengik disebabkan karena

dalam dedak mengandung asam lemak tak jenuh serta kadar air yang tinggi jika

dedak disimpan lama maka akan menyebabkan ketengikan. Menurut Nugroho et

al. (2022), yang menyatakan bahwa dedak padi tidak tahan disimpan lama, cepat

bau apek, dan berminyak. Namun kandungan minyak dedak akan berkurang

selama penyimpanan disebabkan enzim lipase yang menghidrolisis minyak dan

FFA (Free Fatty Acid) bertambah cepat dan menyebabkan ketengikan.

Uji organoleptik dedak padi pada sampel dedak 2, dedak 3, dedak 4 dan

dedak 5 menujukkan bahwa dedak memiliki tekstur yang halus sedangkan sampel

dedak 1 memiliki tekstur yang kasar. Perbedaan tekstur tersebut disebabkan oleh

tingkat kadar sekam pada dedak padi. Semakin rendah kadar sekam, maka

semakin halus tekstur dedak padi dan semakin tinggi kadar sekam, maka semakin
kasar tekstur dedak padi. Menurut Nugroho et al. (2022), menyatakan bahwa

semakin tinggi kandungan sekam, semakin tinggi juga kandungan serat kasarnya.

Kandungan sekam dalam dedak padi pada umumnya kurang dari 13–15%.

Tabel 4. Uji Kepalsuan (Floroglucinol)


No. Sampel Perubahan Warna Keterangan
1. Dedak 1 Merah Mengandung banyak sekam
2. Dedak 2 Agak merah Tidak banyak mengandung
sekam
3. Dedak 3 Merah Mengandung banyak sekam
4. Dedak 4 Tidak berubah Tidak mengandung sekam
5. Dedak 5 Merah Mengandung banyak sekam

Hasil dari uji kepalsuan (floroglucinol) pada dedak padi yang dimana

analisis kadar sekam dilakukan dengan menggunakan uji floroglucinol. Uji

floroglucinol merupakan uji kualitatif sekam yang terkandung dalam dedak

menggunakan larutan campuran floroglucinol yang diteteskan di dalam cawan

petri sehingga didapat perubahan warna pada dedak 1, dedak 3 dan dedak 5

berwarna merah, warna pada dedak 2 sedikit berwarna merah sedangkan pada

dedak 4 tidak mengalami perubahan warna. Hal tersebut menandakan bahwa

dedak yang mengalami perubahan warna terdapat benda asing didalamnya berupa

sekam padi dan dedak yang tidak mengalami perubahan warna menandakan dedak

tersebut tidak tercampur benda asing atau sekam padi. Hal ini sesuai dengan

pendapat, yang menyatakan bahwa analisis kadar sekam dilakukan dengan

menggunakan uji floroglucinol. Uji floroglucinol merupakan uji kualitatif sekam

yang terkandung dalam dedak menggunakan larutan campuran antara 2,5gram

floroglucinol di dalam 200 ml HCl 2N + 50 ml ethanol yang diteteskan pada

cawan petri dan dilakukan pengamatan terhadap perubahan warna pada dedak

(serpihan partikel yang berwarna merah adalah sekam) (Rusyidi, 2022). Menurut
Hidayat et al (2015), yang menyatakan bahwa larutan pendeteksi kandungan

sekam dalam dedak (larutan phloroglucinol) diketahui bahwa kandungan sekam

dalam dedak padi tersebut berada di atas 35%.

Tabel 5. Uji Kerapatan Pemadatan Tumpukan


Berat Sampel
No. Sampel Volume Ruang (ml) KPT
(gram)
1. Dedak 1 50 160 0,31
2. Dedak 2 50 170 0,294
3. Dedak 3 50 150 0,3
4. Dedak 4 50 149 0,3
5. Dedak 5 50 160 0,31
Rata-rata 0,20

Hasil dari uji kepadatan dedak padi diperoleh nilai rata-rata kepadatan dedak

padi yaitu 0,20 gr. Kepadatan dedak padi juga dapat dipengaruhi oleh ukuran

partikel yang lebih kecil dan mempunyai sifat amba (kemampuan menempati

ruang) yang lebih tinggi dibandingkan dengan dedak padi yang lain. Semakin

kecil ukuran partikel dan semakin tinggi sifat keambaan suatu bahan, maka

semakin tinggi kerapatan pemadatan tumpukan. Menurut Hidayat et al. (2015)

yang menyatakan bahwa nilai kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi

memiliki hubungan yang sangat erat dengan ukuran partikel. Setiap kenaikan 1

mm ukuran partikel dedak padi akan menurunkan nilai kerapatan pemadatan

tumpukan.
Tabel 6. Uji Kerapatan Tumpukan
Berat
No Volume Awal Volume Akhir
Sampel Sampel BJ
. (ml) (ml)
(gram)
1. Dedak 1 50 200 240 0,20
2. Dedak 2 50 200 235 0,21
3. Dedak 3 50 200 240 0,20
4. Dedak 4 50 200 270 0,19
5. Dedak 5 50 200 240 0,21
Rata-rata 0,20

Berdasarkan uji kerapatan tumpukan dedak padi didapatkan nilai hasil yaitu

sampel dedak 4 memiliki nilai kerapatan tumpukan 0,19 (gr/l) lebih rendah

dibandingkan dengan nilai kerapatan tumpukan dedak 1, dedak 2, dedak 3 dan

dedak 5. Dedak 1 memiliki nilai kerapatan tumpukan sebesar 0,20 (gr/l), dedak 2

mempunyai nilai kerapatan tumpukan sebesar 0,21 (gr/l), dedak 3 mempunyai

nilai kerapatan tumpukan sebesar 0,20 (gr/l) dan dedak 5 mempunyai nilai

kerapatan tumpukan sebesar 0,21 (gr/l). Hal ini sesuai dengan pernyataan Hidayat

et al. (2015), yang menyatakan bahwa sifat kerapatan tumpukan bahan terkait

dengan kadar serat dalam bahan. Semakin tinggi kadar serat maka semakin rendah

nilai kerapatan bahan tersebut atau bahan tersebut semakin amba/bulky.


Tabel 7. Uji Proksimat BK BO
Bahan Bahan
Kadar Air Kadar Abu
No. Sampel Kering Organik
(%) (%)
(%) (%)
1 Dedak 1 4,119 34,637 95,881 65,363
2 Dedak 2 4,147 28,669 95,853 71,331
3 Dedak 3 3,889 33,783 96,111 66,217
4 Dedak 4 4,125 32,147 95,875 67,853
5 Dedak 5 4,109 27,768 95,891 72,232
Rata-rata 4.07 31.39 95.92 68.59

Hasil uji analisis proksimat dedak padi menunjukkan bahwa nilai rata-rata

Bahan Kering 95.92% dan Bahan Organik 68.59%. Menurut Gamasari (2018),

bahwa kadar air merupakan penentu kandungan bahan kering dalam pakan. Kadar

air yang tinggi menjadi potensi tumbuhnya jamur dan akan berdampak pada

kandungan bahan kering yang semakin rendah. Hal ini dukung oleh Septiawan

(2017), yang menyatakan bahwa dedak padi selain mengandung serat kasar yang

tinggi, juga mengandung asam fitat yang cukup tinggi yaitu 2,42% yang dapat

berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak.


V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

hasil dari uji organoleptic pada dedak padi menunjukkan dedak 2 memiliki

kualitas yang baik dibandingan dedak padi yang lain. Hasil dari uji florogucinol

menunjukkan bahwa dedak 4 tidak mengalami perubahan warna dibandingkan

dedak lain yang mengalami perubahan warna menjadi merah, hal tersebut

menandakan terdapatnya sekam pada dedak. Hasil uji kerapatan pemadatan

tumpukan menunjukkan bahwa nilai rata-ratanya sebesar 0,20 gr yang

dipengaruhi oleh ukuran partikel yang lebih kecil dan mempunyai sifat amba.

Hasil dari uji kerapatan tumpukan menunjukkan bahwa nilai kerapatan dedak 4

lebih rendah dari dedak lain, hal tersebut terkait dengan kadar serat dalam bahan.

Hasil uji proksimat bahan kering dan bahan organik memiliki nilai rata-rata

sebesar 95.92% dan 68.59%, hal tersebut disebabkan oleh kandungan air dedak

padi.

5.2. Saran

Saran dari saya untuk praktikum uji fisik, kimia dan organoleptik pada

dedak padi ialah, sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium lebih diperhatikan

dan dirawat lagi agar saat praktikum bisa dipergunakan dengan baik dan maksimal

tanpa ada kekurangan. Sebaiknya asisten harus lebih meluangkan waktunya

dalam mendampingi dan mengarahkan praktikan dalam melaksanakan praktikum

hingga membuat laporan.


DAFTAR PUSTAKA

Ali N, Agustina dan Dahniar. 2019. Pemberian Dedak yang Difermentasi dengan
EM4 sebagai Pakan Ayam Broiler. Jurnal Ilmu Pertanian. 4(1): 1-4.
Ansor S. 2015. Evaluasi Uji Fisik Kualitas Dedak Padi di Kabupaten Kebumen
Jawa Tengah. [Skripsi]. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Aziz M, T Kusmayadi, T Rohayati, I Hadist dan E Herawati. 2022. Pengaruh
Dosis Effective Microorganism (EM4) terhadap Kandungan Bahan Kering
Abu dan Bahan Organik pada Dedak Padi Hasil Fermentasi. Journal of
Animal Husbandry Science. 7(1): 29-37.

Fathoni A, M Ilyas, Praptiwi, AH Cahyana dan A Agusta. 2013. Skrining dan


Isolasi Metabolit Aktif Antibakteri Kultur Jamur Endofit dari Tumbuhan
Albertisia papuana Becc. Berita Biologi. 12(3): 307-314.
Febriyanti TA, I Hadist, M Royani dan E Herawati. 2019. Pengaruh Substitusi
Bungkil Kedelai dengan Indigofera zollingeriana Hasil Fermentasi
terhadap Sifat Fisik Pellet Setelah Masa Penyimpanan Satu Bulan. Journal
of Animal Husbandry Science. 3(2): 18-26.
Hidayat C, Sumiati dan S Iskandar. 2015. Kualitas Fisik dan Kimiawi Dedak Padi
yang Dijual di Toko Bahan Pakan di Sekitar Wilayah Bogor. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 669-674.
Ichya’uddin M. 2014. Analisis Kadar Formalin dan Uji Organoleptik Ikan Asin
Dibeberapa Pasar Tradisional di Kabupaten Tuban. [Skripsi]. Jurusan
Kimia Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim.
Irawan S, K Tampubolon, E Elazhari dan J Julian. 2021. Pelatihan Pembuatan
Pupuk Cair Organik Dari Air Kelapa dan Molase, Nasi Basi, Kotoran
Kambing Serta Activator Jenis Produk EM4. J-LAS (Journal Liaison
Academia and Society), 1(3), 1-18.

Joris L, S Fredriksz dan FI Siyono. 2021. Pengaruh Ekstrak Daun Cengkeh


(Syzygum aromatic) terhadap Kualitas Dedak Padi Selama Penyimpanan.
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutana dan Pertanian. 5(2): 225-232.
Lailatussifa R dan MM Pereira. 2022. Analisis Kandungan Senyawa Fenolik
Ekstrak Alga Sargassum polycystum dari Pantai Selatan, Gunung Kidul,
Yogyakarta. Jurnal Penelitian Chanos Chanos. 20(1): 17-27.
Munir IM dan RS Wati. 2014. Uji Organoleptik Telur Asin dengan Konsentrasi
Garam dan Masa Peram yang Berbeda. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. 646-649.
Munira S, LO Nafiu dan AM Tasse. 2016. Performans Ayam Kampung Super
pada Pakan yang Disubtitusi Dedak Padi Fermentasi dengan Fermentor
Berbeda. JITRO. 3(2): 21-29.
Nugroho MD, L Liman, R Sutrisna dan M Muhtarudin. 2022. Uji Kualitas Dedak
Padi di Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Riset dan Inovasi
Peternakan. 6(3): 286-292.
Royani M dan E Herawati. 2020. Uji Sifat Fisik Pellet Daun Gamal (Gliricidia
sepium) yang Ditambahkan Berbagai Jenis Perekat. Jurnal Peternakan
Nusantara. 6(1): 29-34.
Rusyidi AM. 2022. Evaluasi Kualitas Dedak Padi sebagai Bahan Pakan yang
Terkontaminasi Sekam Padi. [Tesis]. Program Studi Magister, Ilmu dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Hasanuddin Makassar.
Sari YC, Montesqrit, Y Marlida dan S Nanda. 2023. Analisis Sifat Fisik Dedak
Padi sebagai Pakan Ternak dari Beberapa Varietas Padi Lokal di
Kabupaten Agam Sumatera Barat. Jurnal Triton. 14(1): 180-187.
Tabita N, Ralahalu, S Fredriksz dan S Tipka. 2020. Kualitas Fisik dan Kimia
Dedak Padi yang Disimpan Menggunakan Tepung Kulit Manggis
(Garcinia mangostana linn) pada Level Berbeda. Agrinimal. 8(2): 81-87.
Wirjatmadja R, ORPA Mussa, R Widyawati dan MDW Pratama. 2020.
Perbandingan Kadar Lemak dan Berat Jenis Susu Sapi Perah Friesian
Holstein (FH) di Bendul Merisi, Surabaya (Dataran Rendah) dan
Nongkojajar, Pasuruan (Dataran Tinggi). VITEK: Bidang Kedokteran
Hewan. 10: 15-19.

Yuliarto BG. 2015. Kecernaan bahan kering dan bahan organik (in vitro) batang
pisang (Musa paradisiaca) produk ensilase dengan penambahan sumber
nitrogen dan sulfur sebagai pakan sapi. Students e-Journal, 4(2).
LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum

Anda mungkin juga menyukai