Disusun oleh :
NIM : 11/317690/PT/06164
Kelompok : VII
Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Susu dan Telur ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk menempuh mata kuliah Ilmu dan
Teknologi Susu dan Telur di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada. Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh asisten pembimbing
pada tanggal Desember 2013.
Rachmad Hidayat
KATA PENGANTAR
Penyusun
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Materi
Alat. Alat yang digunakan uji kualitas susu meliputi gelas beaker,
gelas ukur, tabung erlenmeyer, tabung reaksi, tabung buret, pipet, corong,
laktodensimeter, butirometer (botol Babcock), alat sentrifuge Babcock,
termometer, pH meter, vortex dan waterbath.
Bahan. Bahan yang digunakan meliputi susu segar, susu basi (1
hari), susu ditambah air, susu ditambah pati, NaOH 0,25N, H₂SO₄ pekat,
larutan yod 0,1 N, indikator phenolptalen (PP), larutan metlien biru pekat,
alkohol 70%, dan kapas.
Metode
Uji Keadaan Susu
Uji warna, bau, rasa, dan kekentalan. Warna susu diamati secara
langsung. Sebanyak 5 ml sampel susu diambil ke dalam tabung reaksi
dan digoyang perlahan-lahan untuk uji kekentalan. Sisa goyangan yang
ada pada dinding tabung diamati apakah sisa goyangan tersebut
hilangnya cepat atau lambat serta ada tidaknya butiran atau lendir.
Uji kebersihan. Sebanyak 10 ml susu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer atau botol melalui corong yang telah dipasang kertas saring.
Jika semua sampel susu sudah melewati kertas saring, kertas saring
diambil dan dikering udarakan atau inkubasi.
Uji alkohol. Sebanyak kurang lebih 5 ml susu dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian alkohol 70% sebanyak 5% ditambahkan
ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi digoyang-goyangkan secara
perlahan-lahan kemudian diamati. Jika pada dinding tabung reaksi
terdapat butiran atau gumpalan, berarti uji alkohol positif.
Uji derajat keasaman. Sampel susu diambil sebanyak 9 gram,
kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan ke
dalam erlenmeyer indikator pp sebanyak 3 sampai 4 tetes. Kemudian
titrasi dengan larutan 0,25 N NaOH sehingga timbul warna merah muda
yang tetap apabila dikocok.
Tingkat keasaman susu yang diperoleh adalah
Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil
Olahannya. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Susilorini T.E. dan Sawitri, M.E. 2007. Produk Olahan susu. Cetakan II.
PT Penebar Swadaya. Jakarta.
TINJAUAN PUSTAKA
Materi
Alat. Alat yangb diperlukan antara lain gelas ukur, timbangan,
jangka sorong, depth micrometer, kipas Roche, shell thickness, kertas pH
atau pH meter.
Bahan. Bahan yang digunakan meliputi telur.
Metode
Kualitas Telur Eksterior
Bentuk telur. Bentuk telur diukur dan dilihat bentuk telur secara
kasat mata. Variasi bentuk telur antara lain spherical, elliptical, biconical,
conical.
Warna kerabang. Warna kerabang diukur dan dilihat warna
kerabang secara kasat mata. Warna kerabang telur ayam antara lain
white, tinted, intermediet, dark, dan very dark.
Kebersihan kerabang. Kebersihan kerabang diukur dan dilihat
kerabang dalam kondisi bersih atau kotor.
Keutuhan kerabang. Keutuhan kerabang diukur dan dilihat
keadaan kerabang (masih utuh atau terdapat retakan).
Berat jenis telur. Telur ditimbang di timbangan elektrik untuk
mendapatkan berat telur. Telur dimasukkan ke dalam gelas ukur, sesuai
hukum Archimedes dan diamati volumenya. Banyaknya perpindahan air
dalam gelas ukur sama dengan volume telur.
Berat jenis telur (BJ) = Berat telur (g) / Volume telur (ml)
Indeks telur. Indeks telur adalah perbandingan antara sumbu lebar
dengan panjang dikalikan 100%.
lebar telur(cm)
Indeks telur = x 100%
Panjang telur (cm)
Uji kualitas interior
Ketebalan kerabang. Kerabang telur dipisahkan dari selaput
kerabang, kemudian tebal kerabang diukur dengan shell thickness 3 kali
pada bagian kerabang yang berbeda.
Warna yolk. Warna yolk diukur dari sampel yolk dengan
menggunakan kipas Roche.
Indeks albumen. Indeks albumen yaitu perbandingan antara tinggi
albumen kental dengan lebar albumen encer. Tinggi albumen diukur pada
albumen kental di posisi tertinggi dengan menggunakan depth
micrometer, sedangkan lebar albumen yaitu lebar rata-rata pada posisi
terpanjang dan posisi terpendek, dengan menggunakan jangka sorong.
Tinggi albumen(mm)
Indeks albumen = x 100%
Lebar albumen(mm)
Argo, L. B., Trisiarti, I. Marfiah. Kualitas Fisik Telur Ayam Arab Petelur
Fase I Dengan Berbagai Level Azolla Microphylla. Animal
Agricultural Journal, Vol. 2. No. 1 Hal. 445 – 457
Blakely, J and Bade, D. H. 1991. Ilmu Peternakan, Edisi IV, Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Hargitai, R., R. Mateo, J. Torok. 2011. Shell Thickness And Pore Density
In Relation To Shell Colouration Female Characterstic, And
Enviroental Factors In The Collaredflyctcher Ficedula albicollis.J.
Ornithol. No.152 Hal.579-588.
Indraningsih dan Rihastuti. 1996. Dasar Teknologi Hasil Ternak Susu dan
Telur. Laboratorium Susu danTelur. Fakultas Peternakan UGM.
Yogyakarta.
Miksik, I., V. Holan, dan Z. Deyl. 1996. Avian Eggshell Pigments And Their
Variability. Comp. Biochem. Physiol. Elsevier Science. 113B
Hal.607-612.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembuatan ice cream
Ice cream merupakan produk olahan susu yang dibuat dengan cara
membekukan dan mencampur bahan baku secara bersama-sama . Bahan
yang digunakan adalah kombinasi susu dengan bahan tambahan seperti
gula dan madu atau tanpa bahan perasa dan warna , dan stabilizer, bahan
campuran ice cream disebut ice cream mix (ICM), dengan pencampuran
bahan yang tepat dan pengolahan yang benar maka dapat dihasilkan ice
cream dengan kualitas baik (Susilorini dan Sawitri, 2007).
Nilai gizi ice cream sangat tergantung pada nilai gizi bahan baku
yang digunakan, untuk membuat ice cream yang memiliki kualitas tinggi
bahan bakunya perlu diketahui dengan pasti, dengan menggunakan susu
sebagai bahan utama pembuatan ice cream maka ice cream memiliki
sumbangan terbesar nilai gizinya. Dibalik kelembutan dan rasa manisnya,
ice cream terbukti memiliki beberapa fakta gizi yang tidak terduga,
keunggulan ice cream yang didukung oleh bahan utamanya yaitu susu
tanpa lemak dan lemak susu maka ice cream hampir sempurna dengan
kandungan gizi yang lengkap (Fitrahdini, 2010).
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan ice cream adalah
lemak susu, padatan susu tanpa lemak (skim), gula pasir, bahan
penstabil, pengemulsi, dan pencita rasa. Proses pembuatan ice cream
terdiri dari pencampuran bahan, pasteurisasi, homogenisasi, aging di
dalam refrigerator, pembekuan sekaligus pengadukan di dalam votator,
dan terakhir adalah pengerasan (hardening) di dalam freezer (Astawan,
2010).
Pengujian ice cream
Uji overrun
Overrun merupakan peningkatan volume ice cream setelah
dilakukan proses pemuataran dan pembekuan. Proses pemutaran dan
pembekuan mengakibatkan penangkapan udara oleh globula lemak.
Overrun yang baik akan tercapai jika kondisi pembekuan cepat yaitu
sekitar 2 jam yaitu guna mencegah terjadinya Kristal-kristal kasar (Saleh,
2004). Overrun mempengaruhi tekstur dan kepadatan yang sangat
menentukan kualitas ice cream (Padaga dan Sawitri, 2005).
Uji kadar lemak
Lemak merupakan bahan baku ice cream yang berfungsi
memberikan tekstur pada saat pengadukan (Sri, 2011). Kandungan lemak
pada ice cream akan berpengaruh pada overrun. Kandungan lemak susu
yang rendah akan membuat es lebih besar dan teksturnya kasar serta
terasa dingin (Syahputra, 2008).
Uji titik leleh
Padaga dan Sawitri (2005) menyatakan ice cream yang cepat
meleleh kurang disukai karena ice cream akan mencair pada suhu ruang.
Semakin tinggi konsentrasi lemak maka titik leleh ice cream akan semakin
rendah. Buckle (1997) menambahkan, stabilizer berpengaruh pada
viskositas campuran ice cream dan dapat mengurangi terbentuknya
kristalisasi air dan akhirnya berpengaruh pada ketahanan meleleh.
Uji organoleptik
Tekstur adalah keadaan partikel-partikel yang menyusun tubuh ice
cream. Tekstur ice cream dipengaruhi oleh lemak yang berfungsi
memeberi tekstur halus (Ismunandar, 2004). Menurut Padaga dan Sawitri
(2005), rasa merupakan penentu utama daya terima konsumen. Rasa ice
cream dipengaruhi oleh bahan pengental yang dapat mengurangi rasa
manis gula dan perubahan tekstur akan mempengaruhi cita rasa ice
cream.
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang dibutuhkan adalah ice cream maker, freezer,
refrigerator, panci stainless steel, kompor, timbangan, termometer dan
pengaduk.
Bahan. Bahan yang dibutuhkan adalah 649,81 gram susu segar,
210,13 gram whipped cream, susu skim 46,06 gram, pemanis 90 gram,
agar-agar 2 gram dan 2 gram kuning telur.
Metode
Pembuatan Ice Cream
Pembuatan ice cream diawali dengan pencampuran susu,gula,
agar-agar dan yolk dicampur, diaduk hingga rata dan dipanaskan pada
suhu 40ºC, kemudian ditambahkan skim bubuk dan whipped cream yang
telah dilarutkan diaduk hingga tercampur semua. Campuran ice cream
mix (ICM) dipanaskan pada suhu 67ºC selama 30 menit, kemudian suhu
diturunkan sampai suhu kamar. Uap panas dalam larutan dihilangkan
dengan mixer selama 15 menit. Ice Cream Mix (ICM) disimpan dalam
wadah tertutup pada suhu refrigerator selama 24 jam untuk proses aging.
Ice Cream Mix (ICM) diputar dengan ice cream maker hingga terbentuk
struktur yang halus dan kokoh. Adonan dimasukkan dalam wadah ice
cream, lalu disimpan dalam freezer. Setelah itu dilakukan uji organoleptik,
uji kadar lemak ice cream metode Babcock, uji titik leleh dan uji overrun
pada ice cream.
Uji organoleptik. Pengujian organoleptik adalah pengujian melalui
pengamatan indera meliputi bau, rasa, warna, rasa dan tekstur. Sampel
yang telah dibuat kemudian disiapkan dan untuk selanjutnya dilakukan
pengamatan secara inderawi yaitu meliputi bau, warna, rasa, tekstur dan
konsistensi.
Uji kadar lemak ice cream metode Babcock. Sampel ice cream
diambil 5 gram kemudian diencerkan 5 kali dengan penambahan aquades
dalam botol pengenceran 225 ml. Hasil pengenceran tersebut diambil
sampel sebanyak 17,5 ml menggunakan pipet gondok dan dimasukkan ke
dalam tabung Babcock. Kemudian ditambah asam sulfat sebanyak 17,5
ml melalui dinding tabung dan dicampur hingga berubah warna menjadi
kehitam-hitaman, dimasukkan ke dalam Babcock dan disentrifuge selama
5 menit. Setelah Babcock berhenti ditambahkan aquades suhu 60ºC dasar
leher Babcock untuk memudahkan pemisahan lemak. Kemudian
disentrifuge kembali selama 2 menit. Aquades suhu 60ºC ditambahkan
sampai skala pada Babcock terbaca dan disentrifuge lagi selama 1 menit.
Angka skala yang menunjukkan kadar lemak sampel dikalikan dengan
jumlah pengenceran.
Uji titik leleh ice cream. Sampel sebanyak 50 gram ditempatkan
dalam wadah yang ditetapkan, kemudian dimasukkan ke dalam freezer
sampai membeku. Sampel dikeluarkan dan didiamkan pada suhu kamar.
Waktu pelelehan merupakan waktu pengeluaran sampel dari freezer
sampai ice cream meleleh sepenuhnya.
Uji overrun pada ice cream. Pengujian overrun dilakukan dengan
mengukur volume awal campuran ice cream sebelum dilakukan
pemutaran dan pembekuan dalam ice cream maker. Pengukuran lain
yaitu menukur volume akhir ice cream setelah dilakukan pemutaran dan
pembekuan. Overrun dilakukan dengan rumus berikut.
volume akhir-volume awal
Overrun= ×100%
vo lume awal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Muse, M. R., dan W. Kartel, 2004. Ice Cream Structure Elements that
Affect Melting Rate and Hardness. ADSA. J.Dairy Sci. 87:1-10.
Padaga M dan Sawitri. 2005. Ice Cream yang Sehat. Trubus. Agrisana.
Jakarta.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembuatan Yoghurt
Yoghurt adalah minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara
fermentasi. Selain dari susu sapi segar, yoghurt juga dapat dibuat dari
susu skim (susu tanpa lemak) yang dilarutkan dalam air dengan
perbandingan tergantung pada kekentalan produk yang diinginkan.
Keasaman dari susu yang di fermentasi pada umumnya cukup untuk
mencegah kerusakan oleh bakteri proteolitik yang tidak tahan asam.
Yoghurt yang disimpan dalam lemari pendingin akan stabil atau tahan
sampai seminggu atau lebih (Hery, 2008).
Proses pembuatan yoghurt sangat bervariasi, tapi pada dasarnya
sama, yaitu memfermentasi susu dengan menggunakan biakan
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Secara
skematis proses pembuatan yoghurt dapat dilihat pada Gambar 1
Proses fermentasi memberi kontribusi terhadap penambahan
protein mikrobial berasal dari bakteri asam laktat yang meningkat
populasinya selama proses tersebut. Kadar protein yang tinggi
berhubungan dengan kandungan kasein yang tinggi, karena kasein
adalah komponen utama dari protein. Kasein sangat berpengaruh pada
penggumpalan susu. Ikatan peptida dari protein kasein sangat labil.
Kehadiran asam laktat dalam susu akibat aktivitas bakteri yoghurt
menyebabkan terurainya ikatan peptida dan submisel kasein terlepas
sehingga menyebabkan agregasi membentuk koagulan. Semakin rendah
nilai pH menunjukkan produksi asam meningkat dan berakibat pada
pembentukan koagulan yang semakin banyak sehingga meningkatkan
viskositas (Walstra, 1990).
Yoghurt dapat menurunkan kadar kolesterol darah, menjaga
kesehatan lambung dan mencegah penyakit kanker saluran pencernaan.
Manfaat yang terakhir ini dikarenakan yoghurt mengandung bakteri hidup
sebagai probiotik dari makanan yang menguntungkan bagi mikroflora
dalam saluran pencernaan. Selain itu mengkonsumsi yoghurt
membolehkan seseorang yang menderita kelainan lactoce intolerence
seolah mampu mengkonsumsi susu (Mc Lean, 1993).
Keasaman yoghurt dapat ditunjukkan juga dengan derajat
keasamannya yaitu pH. Nilai pH yang diperoleh dari produk yoghurt
berkisar dari nilai 3,68 sampai 4,15 . Nilai pH akan berpengaruh terhadap
kerusakan yoghurt, yoghurt dengan pH 3,9 sampai 4,2 dalam
penyimpanan dingin, jika terkontaminasi akan cepat mengalami kerusakan
karena pertumbuhan kapang dan khamir (Askar dan Sugiharto, 2005).
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang dibutuhkan adalah incubator, Laminar Air Flow
(LAF), autoklaf, kompor, panci, termometer dan pengaduk.
Bahan. Bahan yang digunakan adalah susu segar 100 ml, susu
skim 59 gram, biang yoghurt Lactobacillus bulgaricus 2,5 ml dan
Streptococcus thermopillus 2,5 ml.
Metode
Pembuatan yoghurt
Susu segar sebanyak 100 ml dicampur dengan susu skim 4%
kemudian dipasteurisasi pada suhu 85ºC selama 30 menit. Susu
diturunkan suhunya hingga mencapai 45ºC. Kemudian bakteri
diinokulasikan sebanyak 5% (1:1). Kemudian diinkubasi pada suhu 47ºC
selama 5 sampai 6 jam dan dicapai pH 4 sampai 4,5 kemudian dilakukan
uji organoleptik, pH dan keasaman.
Uji organoleptik. Yoghurt diambil dengan sendok oleh masing-
masing panelis dan diminum. Pengujian yoghurt meliputi bau, rasa, warna
dan tekstur dengan pengamatan indera.
Uji pH. Sampel diambil sebanyak 10 ml dan ke dalam tabung. pH
diukur dengan menggunakan pH meter yang sudah dicelupkan pada
larutan buffer pH 4,00.
Uji keasaman setara asam laktat. Sampel yoghurt diambil 9 gram
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan indikator
PP sebanyak 3 sampai 4 tetes dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,25 N
sehingga timbul warna merah muda. Tingkat keasaman diperoleh dengan
rumus sebagai berikut.
ml NaOH×N NaOH×0,09
% keasaman= ×100
gram sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan yoghurt
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, proses pembuatan
yoghurt diawali dengan mencampur susu segar dengan susu skim
kemudian dipasteurisasi. Fungsi penambahan susu skim adalah untuk
menambah kandungan total solid pada susu. Pasteurisasi bertujuan untuk
membunuh bakteri pathogen. Menurut Astawan (1991), fungsi utama
susu skim adalah sumber laktosa dalam proses fermentasi oleh bakteri.
Selain itu meningkatkan kekentalan, aroma, keasaman dan protein.
Proses fermentasi oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermopillus tidak akan terjadi apabila tidak ada laktosa. Hasil praktikum
sudah sesuai dengan Astuti dan Arif (2006) bahwa yoghurt dapat dibuat
dengan penambahan susu skim yang dilarutkan dalam air tergantung
pada kekentalan yang ingin dibuat. Susu skim yang ditambahkan saat
praktikum adalah 5%.
Inokulasi dilakukan dengan menambahkan kultur bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermopillus ke dalam susu
yang telah dipasteurisasi kemudian diinkubasi suhu 42°C selama 5 jam.
Menurut Hadiwiyoto (1993), pada dasarnya pembuatan yoghurt meliputi
pemanasan susu, pendinginan, inokulasi dan inkubasi susu tersebut.
Pengolahan yoghurt dimulai dengan persiapan starter atau kultur, yaitu
membiakkan kultur murni Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermopillus kemudian mencampurkannya sebelum diinokulasi pada susu
yang akan difermentasi., dipasteurisasi pada suhu 85 sampai 90°C
selama 15 sampai 30 menit. Kemudian didinginkan sampai 43°C selama 3
sampai 6 jam, hingga diperoleh pH 4,4 sampai 4,5. Secara keseluruhan,
proses pembuatan yoghurt sudah sesuai dengan literatur.
Uji pH dan derajat keasaman. Berdasarkan praktikum yang
dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1. Hasil uji pH dan derajat keasaman yoghurt
Uji yang dilakukan Hasil
pH 4,4
Derajat keasaman 0,54
Arkar, S dan Sugiharto. 2005. Uji Kimiawi dan Organoleptik Sebagai Uji
Mutu Yoghurt. Prosiding Temu Teknis Nssional Tenaga Fungsional
Pertanian.
TINJAUAN PUSTAKA
Materi
Alat. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan tepung telur
antara lain oven, mixer, loyang, blender, waterbath, sentrifuge, tabung
reaksi, corong, kertas saring, dan kantong plastik.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan tepung telur
adalah telur, ragi roti (Saccharomyces cereviseae), dan aquades.
Metode
Pembuatan tepung telur. Telur dicuci air hangat 32ºC, telur
dikeluarkan isinya, dicampur merata dan jangan sampai berbuih.
Tambahkan ragi roti (Saccharomyces cerevisae) sebanyak 0,2% sampai
0,4% dan diaduk hingga merata. Fermentasi pada suhu ruang selama 2
sampai 3 jam. Cairan telur dituang pada loyang dengan ketinggian sekitar
6 mm. kemudian dioven pada suhu 60ºC selama kurang lebih 20 jam dan
tepungkan dengan blender kering. Kemas pada kantung plastik dan
dilakukan pengujian kualitas.
Uji daya buih tepung telur. Tepung telur dilarutkan dalam
aquades dengan perbandingan berat tepung telur dengan aquades 1:3.
Diamkan selama 30 menit kemudian ukur volumenya (V1) dalam beaker
gelas. Kocok dengan mixer dengan kecepatan tinggi selama 3 menit
sampai membuih seluruhnya. Hasil dihitung dengan beaker gelas (V2).
Perhitungan daya buih menggunakan rumus:
Daya buih = ((V2-V1)/V1) x 100%
Pengukuran pH tepung telur. Sampel sebanyak 5 gram dilarutkan
dalam aquades netral dengan perbandingan antara berat tepung dengan
aquades adalah 1:3. Diamkan selama 30 menit dan ukur pH dengan
menggunakan pH meter yang sebelumnya dikalibrasi dalam larutan buffer
pH 7 dan pH 4.
Uji kelarutan tepung telur (Metode AOAC 1984). Sampel
sebanyak 1 gram (Z) ditambah 10 ml aquades dan diamkan selama 30
menit. Dimasukkan ke dalam waterbath suhu 50ºC selama 30 menit.
Sentrifuge 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang dan endapan
ditambah dengan 10 ml aquades 50ºC. Sentrifuge 3000 rpm selama 10
menit. Supernatan dibuang dan endapan dicuci dengan aquades 10 ml
dan disaring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya. Kertas
saring dan endapan yang tertinggal dimasukkan dalam suhu 105ºC
selama 12 jam. Didinginkan dalam desikator selama 1 jam dan ditimbang
beratnya (Y). Sedimen yang tertinggal merupakan bahan yang tidak
terlarut. Kelarutan dihitung dengan cara :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Food Product Press an Imprint of The Haworth Press, Inc., New York,
London.