Anda di halaman 1dari 24

SILASE DAUN SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN INOKULUM SAYUR

KOL
(Laporan Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan)

Oleh :

Kelompok II

Erlangga JS
1754241019

LABORATORIUM NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Amoniasi Tongkol Jagung dengan Kadar Urea 3%

Waktu Praktikum : Selasa, 26 Maret 2019

Tempat Praktikum : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

Kelompok : II (Dua)

Nama : Erlangga JS

NPM : 1754241019

Program Studi : Nutrisi dan Teknologi Pakan Ternak

Jurusan : Peternakan

Fakultas : Pertanian

Universitas : Universitas Lampung

Bandarlampung, 16 April 2019


Mengetahui,
Asisten Dosen

Apri Angesti Purnawati


NPM. 1514141026
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan laporan Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan dengan
judul “Silase Daun Singkong dengan Menggunakan Inokulum%” ini dengan tepat
pada waktunya, walaupun dalam bentuk maupun isi yang sederhana.

Saya menyampaiakan ucapan terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah


Teknologi Pengolahan Pakan, dan Asisten Dosen yag telah berkenan memberikan
bimbingan sampai dengan terselesaikannya laporan ini. Selain itu saya juga
menyampaikanterimakasih kepada kelompok II yang telah bersedia bekerjasama
dalam mengumpulkan data sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Dalam penulisan laporan ini saya menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan yang harus saya perbaiki, maka dari itu saya berharap pada para
pembaca untuk memberikan masukan yang membangun laporan ini, agar penulis
lebih bersemangat lagi dalam menulis laporan.

Bandarlampung, 22 April 2019

Penulis,
DAFATR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .............................................................................. iv

I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1


B. Tujuan Praktikum ................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3

III. METODE PRAKTIKUM ............................................................ 6

A. Waktu dan Tempat Praktikum ............................................... 6


B. Alat dan Bahan ....................................................................... 6
C. Cara Kerja .............................................................................. 6

IV HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN ............................ 7

A. Hasil Praktikum...................................................................... 7
B. Pembahasan ........................................................................... 7

V KESIMPULAN .............................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Hasil Pengamatan ............................................................................ 5


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang
berupa tanaman hijauan , limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya,
dengan jumlah kadar / kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan
dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara , yang biasa disebut dengan
Silo, selama sekitar tiga minggu. Didalam silo tersebut tersebut akan terjadi
beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa udara/oksigen), dimana “bakteri asam
laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga
terjadilah proses fermentasi. Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini
dapat di simpan untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan
nutrisi dari bahan bakunya.
Tujuan utama pembuatan silage adalah untuk memaksimumkan pengawetan
kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternak lainnya, agar
bisa di disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk kemudian di berikan sebagai
pakan bagi ternak. Sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan
hijauan pada musim kemarau. Sayangnya fermentasi yang terjadi didalam silo
(tempat pembuatan silase), sangat tidak terkontrol prosesnya, akibatnya kandungan
nutrisi pada bahan yang di awetkan menjadi berkurang jumlahnya.. Maka untuk
memperbaiki berkurangnya nutrisi tersbut, beberapa jenis zat tambahan (additive)
harus di gunakan agar kandungan nutrisi dalam silase tidak berkurang secara drastis,
bahkan bisa meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ternak yang
memakannya. Pembuatan silase dapat juga menggunakan bahan tambahan, yang
kegunaan nya tergantung dari bahan tambahan yang akan di pergunakan. Adapun
penggunaan bahan tambahan sangat tergantung dari kebutuhan hasil yang ingin di
capai.

Tanaman singkong di provinsi lampung bukan tanaman asing bagi masyarakat


bahkan tanaman ini hampir tersebar di seluruh kabupaten yang ada di Lampung.
Karena daun singkong mengandung asam siamida yang dapat meracuni hewan
ternak apabila ternak tersebut memakannya untuk itu salah satu upaya untuk
menghilangkan kandungan asam siamida (HCN) maka daun singkong di buat silase.
B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilakukannya praktikum ini yaitu :


1. Mengetahui proses pembuatan silase;
2. Mengetahui cirri-ciri silase yang baik;
3. Mengetahui perbedaan bahan pakan segar dengan silase.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pencernaan Ruminansia

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, hidrolisis dan fermentatif.
Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut dan gerakan-
gerakan saluran pencernaan olehkontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara
fermentatif dilakukan oleh mikroorganisme rumen (Tillman, et al., 1993). Rumen
dari hewan ruminansia merupakan tempat berdiamnya triliun mikroorganisme
termasuk protozoa, bakteri dan fungi. Mikroorganisme ini mencerna hijauan yang
mengandung selulosa dan hemiselulosa, konsentrat yang mengandung karbohidrat,
lemak dan protein. Kecernaan pakan tergantung dari peranan mikroba rumen, adanya
mikroba rumen menyebabkan ruminansia dapat mencerna makanan berserat kasar
tinggi (Sutardi, 2003).

Aktivitas mikroorganisme dalam mencerna selulosa dan hemiselulosa sangat


bermanfaat dikarenakan selulosa dan hemiselulosa tidak bisa dicerna secara langsung
oleh ternak (induk semang). Mikroorganisme mencerna bahan-bahan kasar terutama
menjadi asam asetat, propionat, dan butirat yang disebut dengan asam lemak mudah
terbang (Volatile Fatty Acid/VFA). Sebagian besar VFA diserap melalui dinding
rumen ke dalam aliran darah. Aksi mikroorganisme di dalam rumen manjadi dasar
alasan mengapa ruminansia dapat bertahan dengan makanan yang berserat tinggi
(Lasley, 1981).

Pakan

Pakan adalah semua bahan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak serta
tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tubuh ternak. Pakan yang diberikan
harus berkualitas tinggi, yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh

tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air
(Parakkasi, 1999). Menurut Parakkasi (1991), semakin banyak bahan makanan yang
dapat dicerna melalui saluran pencernaan maka kecepatan alirannya menyebabkan
lebih banyak ruangan yang tersedia untuk penambahan makanan sehingga konsumsi
meningkat. Menurut Kartadisastra (1997) kebutuhan pakan ternak ruminansia
dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah nutrisi setiap harinya
sangat tergantung kepada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting,
menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya serta berat
badannya, sehingga setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan
yang berbeda. Kebutuhan nutrisi pakan sapi untuk tujuan produksi (pembibitan dan
penggemukan) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi untuk tujuan produksi

Uraian Bahan (%) Tujuan Produksi

Pembibitan Penggemukan

Kadar air 12 12

Bahan kering 88 88

Protein kasar 10,4 12,7

Serat kasar 19,6 18,4

Lemak kasar 2,6 3,0

Kadar abu 6,8 8,7

Total Digestible Nutrien (TDN) 64,2 64,4

Sumber : Wahyono (2000)

Daun Singkong

Daun singkong merupakan salah satu limbah pertanian yang sering dijadikannbahan
pakan ternak. Tillman, et al. (1998) menyatakan sekitar 1,4 juta hansingkong yang
ditanam setiap tahunnya dapat menghasilkan 1,4 juta ton tangka dan daun. Daun
singkong merupakan limbah hasil pertanian dari hasil panen ubi kayu atau ketela
pohon (manihot esculenta crantz). Potensi yang diharapkan dari daun singkong
adalah protein kasarnya yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 18--34 % dari bahan
kering. Maka dari itu, kandungan protein kasar dari bahan kering daun singkong
dapat digunakan sebagai bahan suplementasi yang potensial untuk ternak ruminansia
maupun unggas. Kandungan zat makanan daun singkong disajikan pada Tabel 4.

Silase dapat dibuatdari berbagai jenis hasil panen. McDonald et al. (1991)
menyatakan bahwa silasemerupakan bahan pakan yang diproduksi secara fermentasi,
yaitu dengan carapencapaian kondisi anaerob. Selanjutnya Bolsen et al. (2000)
menambahkan bahwa silase adalahbahan pakan yang diproduksi melalui proses
fermentasi.Bahan tersebut berupatanaman, hijauan, limbah pertanian yang
mengandung kadar air lebih dari 50%.
Sapienza & Bolsen (1993), menuliskan pembuatan silase tidak tergantung pada
musim. Keberhasilan pembuatansilase berarti memaksimalkan nutrien yang dapat
diawetkan. Schroeder (2004), menerangkan bahwa silase dapat mengurangi tenaga
kerja dankehilangan nutrisi dengan proses fermentasi yang akhirnya akan
mengawetkan hasilpanen. Lebih lanjut Balitbangtan (2003) mengungkapkan bahwa
pembuatan silase dapat mengatasikekurangan pakan ternak pada musim kemarau
serta menampung kelebihan produksipakan atau memanfaatkan pakan pada saat
pertumbuhan terbaik.
Pieper (1996), menambahkan silase dapat memaksimalkan feed intake dan
mengurangi pencemaran udara. Proses fermentasi yang optimum pada silase juga
dipengaruhi oleh lingkungan. Kualitas silase dipengaruhi oleh faktor biologi yaitu
tahap kematangan bahan pakan juga teknologi yang dipergunakan saat pembuatan
silase (Bolsen et al. 2000). Jika dibandingkan dengan pembuatan hay dan amoniasi,
pembuatan silase memiliki kelebihan yaitu:
▪ Hijauan tidak mudah rusak oleh hujan pada waktu dipanen
▪ Tidak banyak daun yang terbuang
▪ Silase umumnya lebih mudah dicerna dibandingkan hay dan amoniasi
▪ Karoten dalam hijauan lebih terjaga dibanding hay dan amoniasi
Sedangkan kelemahan pembuatan silase adalah perlunya ongkos panen, perlunya
mengisi silo dan biaya pembuatan silo sebagai tempat penyimpanan.
Tabel 4. Kandungan zat-zat makanan daun singkong berdasarkan bahan kering

Zat makanan Jumlah (%)

Protein kasar 27,97

Serat kasar 13,40

Lemak kasar 8,84

Abu 9,97

BETN -

Ca 1,76

P 0,44

Sumber : Askar dan Marlina (1997)

Kandungan protein kasar pada daun singkong adalah 19,20% akan meningkat bila
difermentasikan dengan aspergilus niger menjadi 25%. Berdasarkan kandungan
protein yang terkandung, maka dapat dikatakan bahwa daun singkong memiliki nilai
gizi yang cukup tinggi dan setara dengan jumlah hijauan tanaman kacang-kacangan
(Surrachman, 1987). Daun singkong dapat digunakan sebagai sumber asam amino
rantai bercabang (branched chain amino acid = BCAA). Sintesis protein oleh
mikroba memerlukan BCFA (branched chain fatty acid) yang meliputi asam
isobutirat, 2 metil butirat dan isovalerat. BCFA dalam rumen adalah hasil
dekarboksilasi dan deaminasi BCAA yaitu valin, isoleusin dan leusin.

Menurut Zain (1999), suplementasi BCAA memacu pertumbuhan bakteri sehingga


kecernaan pakan dan pertumbuhan ternak meningkat. Lebih lanjut dijelaskan rasio
terbaik BCAA yang digunakan dalam meningkatkan kecernaan pakan adalah 0,1%
valin, 0,2% isoleusin dan 0,15% leusin. Mikroba rumen mendegradasi daun singkong
menjadi amonia dan amonia tersebut sebagian dapat diubah kembali menjadi protein
mikroba yang selanjutnya digunakan oleh ternak inang (Leng, et al., 1984).

Daun singkong selain memiliki kandungan protein kasar yang tinggi juga memiliki
kandungan HCN yaitu senyawa toksik pada tanaman singkong. Penurunan kadar
HCN pada daun singkong dapat dilakukan dengan cara pengeringan dengan sinar
matahari (Pond dan Manner, 1974); perendaman, penguapan, dan pengeringan
dibawah suhu 75 0C (Ciptadi dan Mafhud, 1980); pengirisan, perendaman dan
pencucian dengan air mengalir (Winarno, 1980). Kandungan HCN dalam daun
singkong dapat juga dihilangkan atau diturunkan dengan cara tradisional, antara lain
dengan memasak, menggoreng dan mengeringkan di bawah sinar matahari atau
udara panas. Pengeringan selama 21 hari dapat mengurangi kadar HCN sehingga
tidak berbahaya bagi ternak.

Silase dan Proses Pembuatannya


Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproses dari bahan baku berupa
tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainnya, dengan
jumlah kadar/kandungan air pada tingkat tertentu, kemudian dimasukkan dalam
sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara yang biasa disebut dengan Silo,
selama tiga minggu.
Dalam silo tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa
udara/oksigen), dimana bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang
terdapat pada bahan baku, sehingga terjadi proses fermentasi (Winarno, 1980).
Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat disimpan untuk jangka
waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan
bakunya.Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk memaksimumkan pengawetan
kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternak lainnya, agar
bisa disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk kemudian diberikan sebagai
pakan bagi ternak terutama untuk mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan
hijauan pada musim kemarau (Winarno, 1980).

Ciri-Ciri Silase yang Baik

Menurut Ciptadi dan Mafhud (1980); Proses dalam pembuatan silase membutuhkan
temperature sekitar 27 – 35 oC, sehingga dapat menghasilkan kualitas yang baik.
Dalam prose pembuatan silase yang baik akan mempunyai ciri – ciri :

1. Mempunyai tekstur yang segar atau tekstur rumput masih terlihat jelas.
2. Rasa dan wanginya asam
3. Warna yang dihasilkan akan tampak kehijau – hijauan
4. Tidak menimbulkan bau dan disukai ternak
5. Tidak menimbulkan jamur
6. Tidak berlendir
7. Tidak adanya tekstur yang menggumpal
III.METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan dengan judul “Silase Daun Singkong


Dengan Inokulum Sayur Kol” ini dilaksanakan pada Selasa, 28 Maret 2019 pukul
10.00 sampai dengan selesai. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan
Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu bak, sendok, gelas beker, plastic dan
timbangan. Sedangkan bahan yang digunakanadalah daun singkong, molasses dan
dedak.

C. Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini antara lain :


1. Menyiapkan alat dan bahan;
2. Menimbang daun singkong sebanyak 2kg;
3. Mengukur inokulum sebanyak 100 ml;
4. Mengukur ureasebanyak 20 ml;
5. Mencampurkan daun singkiong yang telah dipotong dengan inokulum sayur kol;
6. Memasukkan ke dalam plastic kemudian menaburkan dedak kedalam plastic yang
sudah berisi daun singkong;
7. Menutup rapat rapat plastic;
8. Menyimpan selama 21 hari;
9. Membuka silase setelah 21 hari;
10. Mengamati dan mencatat uji organoleptic padasilase daun singkong tersebut.
IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil seperti yang
tertera pada table berikut :

Table 1. Hasil Uji Organoleptik Silase Daun Singkong

No Uji Organoleptik Hasil

1 Warna Kuning kecoklat coklatan

2 Tekstur Lembut

3 Ada / Tidaknya Jamur Tidak Ada

4 Aroma Asam

Sumber : Praktikum TPP, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas


Lampung.

B. Pembahasan

Praktikum silase daun singkong dengan menggunakan inokulum daun kol merupakan
praktikum pengolahan bahan pakan daun singkong dengan menggunakan inokulum
sayur kol. Praktikum ini dibagi menjadi beberapa kelompok . masing-masing
kelompok menggunakan bahan pakan hijauan yang berbeda antara daun singkong
dan daun genjer serta penambahan jumlah inokulum yang berbeda sehingga
menghasilkan hasil silase yang berbeda juga sebagai tolak ukur bagus atau tidaknya
bahan yang dijadikan silase.

Pada paktikum ini kami sebagai kelompok2 mendapatkan bagian silase daun
singkong menggunakan inulum sayur kol, pada pembuatan silase ini kami mendapat
hasil yang baik karena memiliki ciri-ciri warna tampak kecoklatan, baunya yang
asam fermentasi, tidak berlendir dan tidak berjamur, tekstur lembut dan disukai
ternak atau palatabilitasnya tinggi. sesuai dengan ciri-ciri yang tertera pada literatur
yaitu menurut ................... Proses dalam pembuatan silase membutuhkan temperature
sekitar 27 – 35 oC, sehingga dapat menghasilkan kualitas yang baik. Dalam prose
pembuatan silase yang baik akan mempunyai ciri – ciri :

1. Mempunyai tekstur yang segar atau tekstur rumput masih terlihat jelas.
2. Rasa dan wanginya asam
3. Warna yang dihasilkan akan tampak kehijau – hijauan
4. Tidak menimbulkan bau dan disukai ternak
5. Tidak menimbulkan jamur
6. Tidak berlendir
7. Tidak adanya tekstur yang menggumpal

Bahan pakan yang praktikan gunakan dari kelompok dua ini adalah daun singkong,
daun singkong sering kali menjadi salah satu bahan pakan yang diolah menjadi
silase, karena kandungan HCN dalam jandungan daun singkong sanat tinggi,
sehingga bahan pakan ini wajib melewati pengolahan tertentu seperti pada
pembuatan silase ini. Daun singkong selain memiliki kandungan protein kasar yang
tinggi juga memiliki kandungan HCN yaitu senyawa toksik pada tanaman singkong.
Penurunan kadar HCN pada daun singkong dapat dilakukan dengan cara pengeringan
dengan sinar matahari menurut Pond dan Manner (1974); perendaman, penguapan,
dan pengeringan dibawah suhu 75 0C menurut Ciptadi dan Mafhud, (1980);
pengirisan, perendaman dan pencucian dengan air mengalir menurut Winarno
(1980). Kandungan HCN dalam daun singkong dapat juga dihilangkan atau
diturunkan dengan cara tradisional, antara lain dengan memasak, menggoreng dan
mengeringkan di bawah sinar matahari atau udara panas. Pengeringan selama 21 hari
dapat mengurangi kadar HCN sehingga tidak berbahaya bagi ternak.

Dau singkong mengandung HCN yang tinggi dan berakibat buruk untuk ternak,
akantetapi daun singkong merupakan bahan pakan yang sangat diharapkan karena
mengandung protein kasar yang sangat tinggi. Pernyataan tersebut berdasarkan
literasi yaitu menurut Tillman, et al. (1998 Daun singkong merupakan salah satu
limbah pertanian yang sering dijadikannbahan pakan ternak. menyatakan sekitar 1,4
juta hansingkong yang ditanam setiap tahunnya dapat menghasilkan 1,4 juta ton
tangka dan daun. Daun singkong merupakan limbah hasil pertanian dari hasil panen
ubi kayu atau ketela pohon (manihot esculenta crantz). Potensi yang diharapkan dari
daun singkong adalah protein kasarnya yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 18--
34 % dari bahan kering. Maka dari itu, kandungan protein kasar dari bahan kering
daun singkong dapat digunakan sebagai bahan suplementasi yang potensial untuk
ternak ruminansia maupun unggas. Kandungan zat makanan daun singkong disajikan
pada Tabel 4.

Pembuatan silase bertujuan untuk mengawetkan pakan, agar pakan tahan ama. Selain
itu pembuatan silase juga bertujuan untuk meningkatkan mutu bahan pakan yang
akan diberikan pada ternak. Pembuatan silase menggunakan bakteri anaerob untuk
mendungang keberhasilan fermentasi. Sesuai pada literasi yaitu Silase dapat
dibuatdari berbagai jenis hasil panen. McDonald et al. (1991) menyatakan bahwa
silasemerupakan bahan pakan yang diproduksi secara fermentasi, yaitu dengan
carapencapaian kondisi anaerob. Selanjutnya Bolsen et al. (2000) menambahkan
bahwa silase adalahbahan pakan yang diproduksi melalui proses fermentasi.Bahan
tersebut berupatanaman, hijauan, limbah pertanian yang mengandung kadar air lebih
dari 50%.
Sapienza & Bolsen (1993), menuliskan pembuatan silase tidak tergantung pada
musim. Keberhasilan pembuatansilase berarti memaksimalkan nutrien yang dapat
diawetkan. Schroeder (2004), menerangkan bahwa silase dapat mengurangi tenaga
kerja dankehilangan nutrisi dengan proses fermentasi yang akhirnya akan
mengawetkan hasilpanen. Lebih lanjut Balitbangtan (2003) mengungkapkan bahwa
pembuatan silase dapat mengatasikekurangan pakan ternak pada musim kemarau
serta menampung kelebihan produksipakan atau memanfaatkan pakan pada saat
pertumbuhan terbaik.
Pieper (1996), menambahkan silase dapat memaksimalkan feed intake dan
mengurangi pencemaran udara. Proses fermentasi yang optimum pada silase juga
dipengaruhi oleh lingkungan. Kualitas silase dipengaruhi oleh faktor biologi yaitu
tahap kematangan bahan pakan juga teknologi yang dipergunakan saat pembuatan
silase (Bolsen et al. 2000). Jika dibandingkan
V.KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dalam praktikum ini yaitu :

1. Proses pembuatan silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di proses dari
bahan baku yang berupa tanaman hijauan;
2. Ciri ciri silase yang baik adalah mempunyai tekstur segar,berwarna kehijau
hijauan,disukai ternak-tidak berjamur dan tidak menggumpal;
3. Perbedaan silase dan bahan segar ialah jika silase perlu di fermentasikan dan
menggunakan inokulum jika bahan segar hijauan langsung diberikan ke ternak
tanpa adanya fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia. Jakarta.

Askar, S. P dan N. Marlina. 1997. Komposisi Kimia Beberapa Hijauan Pakan


Ternak. Buletin Teknik Pertanian.

Balai Penelitian Ternak, 2003. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Ciawi.


Bogor.

Church, D. C. and W. G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd ed
Jhon Willey and Sons. New York

Ciptadi, W dan Mahfhud. 1980. Mempelajari Pendayagunaan Umbi-umbian Sebagai


Sumber Karbohidrat. Departement Teknologi Hasil Pertanian Bogor. IPB.
Bogor.

Devendra, C. 1977. Utilization of Feedingstuff from the Oil Palm.Dalam:


Feedingstuffs for Livestock in South East Asia. pp. 116-131.

Fathul, F. 1999. Penuntun Praktikum Penentuan Kualitas Zat Makanan dalam Bahan
Makanan Ternak. Jurusan Produksi Ternak. FakultasPertanian. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.

Hartati, E. 1998. Suplementasi Minyak Lemuru dan Seng ke dalam Ransum yang
Mengandung Silase Pod Coklat dan Urea untuk Memacu Pertumbuhan Sapi
Holstein Jantan. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Jalaludin, S dan R. I. Hutagalung. 1982. Feeds for farm animals from the oil palm.
Agriculture University of Malaysia. Malaysia.

Jalaludin, S., Y. W. Ho, N. Abdullah and H. Kudo. 1991. Strategies for animal
improvment in southeast asia. In: Utilization of Feed Resourcesin

McDowell, L. R. 1992. Mineral in Animal and Human Nutrition. Departmen of


Animal Science. University of Florida. Florida.

Pond, W. G and J. H. Manner. 1974. Swine Production in Temperature and


Tropical Enviromental. W. H. Freeman and Company. San Francisco.
Tillman, A. D. Hartadi, Soedomo Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan
S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan
keenam. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Winarno, F. G. 2000. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Zain, M. 1999. Peningkatan Manfaat Sabut Sawit dalam Ransum Pertumbuhan


Domba Melalui Defaunasi Parsial dan Suplementasi Analog Hidroksi
Metionin dan Asam Amino Bercabang. Disertasi. Program Pasca Sarjana
IPB. Bogor.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai